Anda di halaman 1dari 28

Analisis Instrumental

Analisis Instrumental
Merupakan bagian dari Analisis Kimia yang pada tahap pengukuran menggunakan instrumen
analitik untuk menentukan identitas, kemurnian dan kadar analit.
Manfaat Tujuan
-Industri : QC, Menentukan komposisi sampel -Mengatasi sampel atau analit konsentrasi
kecil
-Kesehatan : Diagnosis, Toksikologi, farmakologi -Mempercepat hasil pengujian
-Riset : menentukan komposisi, sintesis, QC -Mengatasi sampel dalam jumlah banyak
-Lingkungan : Menyelidiki cemaran pestisida, -Otomasi pengujian
Logam berat, gas beracun , dll -Elusidasi struktur suatu senyawa
-Menentukan komposisi campuran
Kebaikan Keburukan
1. Sensitif : ppm, ppb 1. Perlu baku pembanding
2. Cepat 2. Ketergantungan listrik
3. Pengukuran lebih mudah dan nyaman 3.investasi mahal
4. Otomasi dimungkinkan
Macam-macam metode dalam Analisis Instrumental:
1. Spektrofotometri : UV, Infra Red ( IR ), Fluoresensi
2. Kromatografi

I. Spektrofotometri
Merupakan metode analisis intrumental yang didasarkan pada intensitas cahaya dengan
panjang gelombang yang hampir monokromatis yang digunakan, setelah berinteraksi dengan
sampel atau zat uji.
E=hv=hc/ƛ
Transmitan adalah perbandingan antara intensitas cahaya yang keluar setelah berinteraksi
dengan zat uji dengan intensitas cahaya awal sebelum berinteraksi dengan zat uji. T = I / I0
dimana
T= Transmitan ; I= Intensitas cahaya yang keluar ; I0 = Intensitas cahaya awal.
Serapan adalah banyaknya cahaya yang diserap setelah berinteraksi dengan zat uji.
A = -log T = log 1/T = log I0 / I , dimana A= Serapan ; T = Transmitan
Hukum Beer → Besarnya serapan dari larutan suatu zat berbanding lurus dengan tebal larutan
dan konsentrasinya. A= abc , dimana A= Serapan ; a = daya serap ; b= tebal larutan ; c =
konsentrasi
Hukum Beer dapat ditulis dengan 3 cara:
1. A = abc c= konsentrasi (g/L) ; a= daya serap
2. A =( A1%, 1cm)bc c = konsentrasi (%) ; A1%,1cm = daya serap jenis
3. A = εbc c = konsentrasi , molar (M); ε = daya serap molar
A= serapan ; B= tebal larutan (cm)
Syarat Hukum Beer:
-Cahaya yang dipakai harus monokromatis -Cairan yang diukur harus stabil
-Konsentrasi harus rendah -larutan yang diukur harus jernih
Penyimpangan hukum beer juga berkaitan dengan kemampuan detektor untuk mendeteksi
cahaya yang berasal dari larutan yang terlalu pekat atau terlalu encer. Kesalahan terkecil bila A =
0,4343 atau T= 36,8%. Kesalahan masih dapat diterima bila serapan A= 0,2 – 0,7 atau T = 20 –
60%.
Absorpsi dan emisi cahaya terjadi karena transisi energi pada atom maupun molekul. Absorpsi
adalah transisi energi dari energi tingkat dasar ( ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi
(excited state). Absorpsi terjadi karena adanya rangsangan cahaya dengan energi yang sama
dengan selisih energi (ΔE) dari kedua level energi tersebut. Banyaknya cahaya yang diserap
berbanding lurus dengan junlah atom atau molekul yang dilewati cahaya tersebut.
Untuk spektrofotometri sinar tampak, larutan sampel yang digunakan harus berwarna.
ƛ nm Warna Warna komplementer
400-435 Violet Hijau kekuningan
435-480 Biru Kuning
480-490 Biru kehijauan Jingga
490-500 Hijau kebiruan Red
500-560 Hijau Ungu
560-580 Hijau kekuningan Violet
580-595 Kuning Biru
595-610 Jingga Biru kehijauan
610-750 merah Hijau kebiruan

Pada tabel, yang dimaksud warna adalah warna cahaya yang keluar setelah melalui filter,
sedangkan warna komplementer aalah warna larutan sampel yang akan diukur.

Spektrofotometri dibagi menjadi 2 macam:


I. Spektrofotometri Serapan II. Spektrofotometri Emisi
A. Serapan Molekul A. Emisi Molekul : Spektrofluorometri
 Vis Spectrofotometry B. Emisi atom : AFS
 UV-Vis Spectrofotometry
 IR Spectrofotometry
B. Serapan Atom
 Atomic Absorption Spectrofotometry ( AAS)

II. UV-Vis Spectrofotometry


Bisa digunakan sebagai spektrofotometer pada daerah sinar tampak atau sinar UV.
Aplikasinya:
 Analisa Kualitatif : Mendapatkan spektrum serapan, spektrum relatif, besar ƛmaks , A1%,1cm , a,
ε
 Analisa Kuantitatif : Menggunakan Hukum Beer
 Elusidasi struktur : Spektrum serapan - kromofor
Kromofor: gugusan fungsional dari molekul yang mengabsorbsi cahaya dan mengandung satu
atau lebih ikatan rangkap. Contoh : Benzen
Auksokro
Pergeseran Panjang gelombang:
1. Pengaruh pelarut Polar
Transisi n – π* terjadi pada ƛ yang lebih pendek ( Pergeseran biru / hipsokhromik)
Transisi π – π* terjadi pada ƛ yang lebih panjang ( Pergeseran merah / bato khromik)
2. Pengaruh konjugasi
Menyebabkan tingkat energi orbital π* turun, energi <, ƛmaks > (pergeseran batokhromik)
3. Auksokhrom : Pergeseran Merah / batokhromik
Auksokrom adalah Gugusan Fungsional yang tidak begitu mampu menyerap cahaya, tetapi dapat
merubah intensitas serapan menggeser ƛmaks dari gugus kromofor suat molekul

III. IR Spektrofotometri
Merupakan spektrofotometri serapan molekul yang didasarkan atas pengukuran serapan radiasi
infra merah oleh suatu zat. Daerah spektrum radiasi IR yang sering digunakan adalah mid IR.
Spektrum IR adalah grafik hubungan antara transmitan /absorben suat zat dengan frekuensi/
bilangan gelombang radiasi IR pada rentang frekuensi tertentu. Spektrum ini dapat
menggambarkan gugus-gugus fungsional yang ada dalam zat tersebut dan secara keseluruhan
merupakan spektrum yang sangat khas untuk zat tersebut sehingga bisa untuk identifikasi zat
tersebut. Spektrofotometri IR banyak digunakan untuk analisis kualitatif untuk QC bahan baku di
industri farmasi juga untuk elusidasi struktur suat senyawa. Interaksi suat zat dengan radiasi
inframerah pada frekuensi tertentu menyebabkan terjadinya transisi energi vibrasi dan rotasi dari
molekul suat zat.Karena itu spektrum inframerah juga disebut spektrum vibrasi.
Frekuensi vibrasi dan ikatan kimia: Posisi pita serapan atau bilangan gelombang ampel
terjadinya transisi energi vibrasi gugus fungsional, dapat digambarkan dengan hukum Hook.
Jumlah pita serapan bisa saja bertambah atau berkurang bila pada kondisi tertentu. Fenomena
yang menambah jumlah pita serapan adalah jika adanya overtones (kelipatan frekuensi tertentu)
dan combination tones (jumlah dua vibrasi yang berlainan).
Fenomena yang mengurangi jumlah pita serapan adalah:
1. Pita serapan di luar daerah mid IR
2. Pita serapan terlalu lemah untuk diamati
3. Beberapa pita serapan posisinya terlalu dekat sehingga bergabung menjadi satu
4. Pada molekul yang sangat simetris akan terjadi regenerasi beberapa serapan pada frekuensi yang
sama
5. Perubahan molekul dipole tidak terjadi.
Intensitas serapan, yang dinyatakan dengan besarnya nilai transmitan atau serapan atau yang
secara semikuantitatif dinyatakan dengan pernyataan kuat, sedang atau lemah, ditentukan oleh
konsentrasi sehingga pada gambar harus dicantumkan konsentrasi sampel dalam medium yang
digunakan. Intensitas juga dipengaruhi oleh dipole atau polaritas gugus fungsional. Semakin kuat
dipole suatu gugus fungsional, semakin kuat pula serapannya. Kekuatan dipole atau dipole ampe
adalah hasil kali muatan dengan jarak ikatan 2 atom. Makin polar suatu molekul, dipole momen
makin besar sehingga frekuensi vibrasinya juga semakin besar.
Sumber cahaya: Monokromator: Detektor:
1. Kawat Ni-Cr, 11000C 1. Prisma 1. Fotodetektor: NIR
2. Globar (SiC), 12000C 2. Kisi (grating) 2. Thermal ampele: Mid IR
3. Nernst Glower(ZrC), 1500 C 0

Sel: NaCl, KBr, AgCl


Keuntungan IR Spectrofotometer Double Beam:
-Adanya pembanding untuk mengkompensasikan kesalahan karena adanya tambahan serapan
berkas radiasi inframerah oleh CO2 H2 O dari udara pada serapan sampel
-Meminimalkan radiasi percikan oleh partikel debu pengotor yang mungkin ada dalam
spektrofotometer IR
-Mencegah pengaruh tidak stabilnya intensitas radiasi IR karena variasikondisi tegangan listrik
atau intensitas sumber cahaya yang juga berdampak pada detektor
-memungkinkan pembacaan dan perekaman langsung
Interpretasi Spektra
Spektrum yang akan diinterpretasikan harus memenuhi syarat:
1. Resolusi dan intensitas spektrum harus memadai
2. Spektrum harus berasal dari zat murni
3. Spektrofotometer harus dikalibrasi
4. Teknik penyiapan sampel harus dijelaskan
Karakteristik gugus fungsional spektrum inframerah suatu zat diidentifikasi berdasarkan: Posisi
atau frekuensi (cm-1 ), bentuk (Broad), dan intensitas relatif serapan(Strong, Medium, Weak)
Untuk analisis Kuantitatif:
 Kadar dihitung berdasarkan Hukum Beer.
 Dengan metode standar Internal pada teknik cakram KBr, tentukan serapan relatif.
 Absorban (A) ditentukan dengan : Baseline methode.
 Kadar dapat ditetapkan dengan memplot absorben ke dalam kurva kalibrasi.
Namun Spektrofotometri IR jarang digunakan untuk analisis kuantitatif karena kurang sensitif.
Penyiapan sampel ( sampel : padat, setengah padat , cair, gas):
1. Sampel Padat
a) Mull: 5-10 g zat + 1-2tetes nujol campur dan gerus dalam lumpang agate hingga seperti pasta.
Kompresikan sebagai lapisan film diantara 2 sel NaCl transparan. Teknk ini muda, cepat, murah
tapi ada gangguan spektrum nujol sehingga tidak cocok untuk analisis kuantitatif.
b) Cakram Kbr: 1-2mg zat gerus hingga partikel <2µm, campur homogen dengan 300-400
mgserbuk kering KBr murni. Kompresikan dalam 10 Ton-Press sambil di vakum (7,5 . 10-3
mmhg). Teknik ini cocok untuk analisis kuantitatif dengan menggunakan rasio bobot sampel
dengan standar internal. Kelemahannya: pembuatan cakram agak lama dan perlu investasi untuk
alatpress dan pompa vakum.
c) Film: plastik/resin, zat padat tertentu
- Lembaran plastik transparan langsung diukur
- Larutkan zat padat dalam pelarut volatil (kloroform), teteskan pada sel.
d) Larutan : larutkan zat (1-10%) dlm CCl4 atau CS2 . ukur dengan sel untuk cairan dengan
ketebalan tertentu.
e) Teknik Refleksi ganda (AttenuatedTotal Reflectant/ATR).
Sampel diletakkan di atas permukaan lempeng kristal bentuk prisma (AgCl atau talium bromo-
iodida). Teknik ini digunakan untuk zat padat tanpa memperhatikan ketebalannya misal bulk
materials , lapisan film dan studi permukaan.
2. Zat setengah padat atau cairan kental
Langsung dapat diukur dengan dikompresikan antara 2 sel NaCl transparan seperti mull.
3. Zat cair
Langsung diukur atau dalam bentuk larutan sepertiyang telah dijelaskan untuk larutan zat padat.
4. Gas
Gas diukur menggunakan sel transparan tehadap radiasi inframerah (NaCl windows) dengan
tebal optik lebih kuran 100 mm. Sel dilengkapi keranda divakumkan sebelum diisi sampel gas

IV. Spektrofluorometri
Merupakan spektrofotometri emisi molekul di mana cahaya yang diukur adalah intensitas
fluoresens yang terjadi pada panjang gelombang tertentu (ƛemisi) setelah analit dieksitasi dengan
cahaya pada panjang gelombang tertntu (ƛeksitasi). Digunakan Untuk analisis senyawa yang
berfluoresensi, atau senyawa yang tidak dapat berfluoresensi namun dapat diubah menjadi
senyawa yang dapat berfluoresensi. Molekul yang dapat menyerap cahaya dengan kuat adalah
senyawa aromatik, heterosiklik dan konjugasi.. Molekul yang tereksitasi kembali ke ground state
dengan melepaskan cahaya dalam waktu kurang dari 10-9 detik. Kebanyakan molekul kembali ke
ground state dengan melepaskan panas sehingga tidak berfluoresensi.
Fraksi energi eksitasi yang diemisikan kembali sebagai fluoresens dinamakan efisiensi fluoresens
atau kuantum yield of fluorescense, ɸ.
ɸ= Jumlah foton(cahaya ) yang diemisikan /Jumlah foton(cahaya) yang diserap.
ɸ=F/(I0-IT )=F/Ia =F/2,3 I0 εbc ; F=2,3 ɸ I0 εbc =kc di mana k = 2,3 ɸ I0 εb
F=Floresensi ; I0 =intensitas radiasi eksitasi ; IT = Intensitas radiasi yang diteruskan ; Ia =
intensitas radiasi yang diserap ; ɸ = Efisiensi ampelens ; ε = daya serap molar ; b= tebal sel ;
c=konsentrasi (M) ; k=tetapan dari berbagai faktor.
Prinsip kerja:
1. Cahaya polikromatis sumber cahaya diarahkan ke monokromator eksitasi
2. Monokromator eksitasi diset pada ƛex di mana analit menyerap cahaya cukup kuatdiarahkan ke
larutan sampel
3. Analit menyerap ƛex lalu molekul analit berfluoresensi atau menghasilkan cahaya ƛem dengan
panjang gelombang > ƛex
4. Momokromator fluoresens posisi 900 diset pada ƛem untuk mencegah gangguan cahaya eksitasi
dan cahaya hamburan dari sel atau pelarut.
5. Detektor kemudian mengubah energi fluoresens menjadi sinyal listrik
6. Amplifier memperesar sinyal listrikagar dapat disajikan pada display atau direkam dengan
sprinter dalam bentuk intensitas fluoresens, spektrum eksitasi atau emisi.
Faktor yang mempengaruhi intensitas ampelens:
 Kadar: fluoresens makin kecil bila kadar makin kecil
 Energi eksitasi: makin kecil ampelens bila intensitas cahaya makin kecil
 Sturktur planar: molekul planar dengan sistem konjugasi meningkatkan fluoresens
 Metode iluminasi
 Oksigen dalam larutan (quencher): makin tinggi kadar Quencher makin lemah ampelens
 PH Penurunan PH meningkatkan fluoresens bentuk molekul dan menurunkan bentuk ion dari
fenol.
 Fotodekomposisi:Makin kuat serapan radiasi makin besar kesalahan karena penguraian oleh
radiasi.
 Suhu dan viskositas: Makin tinggi suhu dan makin kecil kekentalan, makin kecil fluoresens
karena deaktivasimolekul tereksitasi oleh kolisi.
Quenching: Deaktivasi non-radiatif dari molekul tereksitasi oleh suatu zat sehinggamenurunkan
intensitas fluoresens. Zat tersebut dinamakan quencher.
Quencher dapat berasal dari matrik sampel atau pelarut
Sumber cahaya:
1. Xenon arc lamp: nyala lampu terjadi karen ionisasi gas Xe dengan tegangan tinggi, kemudian
arus dan tegangan dipertahankan 7,5A, 20 V(750W). Nyala lampu mencakup panjang
gelombang UV-Vis. Kompartemen lampu didinginkan dengan kipas.Iradiasi UV terhadap O2
menghasilkan O3 yang toksis (peru ventilasi).
2. Lampu Merkuri: Intensitas cahaya ini terkonsentrasi pada 254 dan 365 nm yang bermanfaat
sebagai radiasi eksitasi.
Filter emisi: Untuk menyerap cahaya hamburan dari cahaya eksitasi. Untuk instrumen modern
digunakan monokromator.
Sel: wadah larutan sampel untuk pengukuran, terbuat dari gelas atau silika. Tetapi dibawah 320
nm diperlukan sel kwarsa atau sel silika.
Detektor: mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Yang ering digunakan adalah
phototube, photomultiplier tube, diode array detektor.

V. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) atau Absorption


atomic spectofotometry (AAS)
Adalah spektrofotometri yang didasarkan atas serapan energi radiasi oleh atom logam dalam
bentuk gas pada level energi tingkat dasar. Metode ini dikembangkan oleh ilmuwan Australia,
Walsh, pada tahun 1955. Metode ini bermanfaat untuk menetapkan kadar logam atau senyawa
logam dalam konsentrasi kecil dalam matriks yang kompleks, misalnya : multivitamin mineral,
sampel biomedik, polutan logam dalam air, makanan dan minuman dll.
Ada 2 macam AAS berdasarkan metode ionisasinya:
1. Flame AAS: larutan sampel disemprotkan ke dalam nyala
2. Non-flame atau flameless AAS: menggunakan tetesan sampel dan energi listrik (grafit pijar)
untuk atomisasi. Lebih sensitif.
Kebaikan Keburukan
-selektif -destruktif
-sensitif -perlu energi
-bahaya kebakaran
Atom logam dalam bentuk gas pada level energi tingkat dasar dapat menyerap sejumlah
energiradiasi tetentu sesuai dengan jumlahatom logam atau konsentrasi mengikuti hukum Beer.
A= abu atau A = kc
Suhu pada proses atomisasi ditentukan oleh jenis dan komposisi atau perbandingan antara bahan
bakar dan oksidan. Bila suhu yang digunakan terlalu panas, bisa terjadi ionisasi, tetapi bila
kurang panas, proses atomisasi belum berjalan sempurna.
Garis Resonansi: Garis yang timbul karena terjadinya transisi dari keadaan dasar ke energi yang
lebih tinggi
Hukum Lambert-Beer dapat dipakai pada metode SSA bila garis resonansi atom yang dianalisis
memberi puncak yang sama (mendekati) dengan spektrum pancaran sumber radiasi.
Keberatan terpenuhinya persyaratan Hukum Beer pada SSA karena Setiap unsur perlu sumber
radiasi tertentu. Untuk mengatasinya dipakai monokromator beresolusi tinggi sehingga dengan
satu sumber radiasi bisa untuk berbagai unsur. Sumber radiasi yang banyak dipakai: Hollow
Cathode Lamp ( HCL). Namun setiap unsur masih perlu lampu katode tersendiri. Untuk analisis
lebih dari satu unsur diperlukan lampu katoda berongga kombinasi.
Macam-macam gangguan pada AAS:
 Gangguan Spektra.
- Bila frekuensi garis resonan analit overlap dengan garis emisi dari unsur lain.
- Adanya spektrum emisi dari molekul atau fragmen molekul (OH atau CN) pada nyala
- Gangguan spektra lebih banyak terjadi pada spektrofotometri Emisi nyala (FES)
 Gangguan kimia
a. Terbentuknya senyawa stabil -> sukar terurai menjadi atom
-Adanya sulfat atau fosfat pada penetapan kadar Ca.
Pembentukan oksida yang sukar melebur dan stabil (refractory oxides): oksida dari Al,Ti, V
Cara mengatasi:
Naikan suhu nyala: gunakan asetilen-N2 O
-Gunakan releasing amp misalnya penambahan SrCl2 atau LaCl3 untuk mengikat fosfat pada
penetapan kadar Ca.
-Gunakan masking agen untuk mengikat analit (Ca) agar tidak bereaksi dengan pengganggu
(sulfat atau fosfat)
-Ekstraksi analit atau zat pengganggu
b. Ionisasi
-Ionisasi logam alkali dan alkali tanah menurunkan jumlah atom sehingga serapan berkurang.
Cara mengatasi: Gunakan ionisation suppresant yaitu kation dengan ionisasi potensial yang lebih
rendah dari analit. Misalnya penambahan ion kalium pada penetapan Ca, Ba, atau Sr.
c. Absorpsi Molekul
NaCl menyerap radiasi pada ƛ disekitar garis resonansi Zn (231,9 nm) sehingga mengganggu
penetapan kaar seng.
Cara mengatasi: gunakan garis resonansi (ƛ) alternatif atau gunakan nyala dengan suhu yang
lebih tinggi.
d. Background absorption. Disebakan oleh serapan molekul atau hamburan cahaya dari: fragmen
molekul, molekul gas, partikel asap bila digunakan pelarut organik.
Cara mengatasi: Gunakan cahaya kontinu dari lampu D2 yang membentuk berkas cahaya ganda
dengan cahaya dari sumber cahaya. Background absorption mempengaruhi ampel and reference
beam. Koreksi dilakukan dengan mengukur rasio dari intensitas kedua berkas cahaya tersebut.
 Gangguan fisika.
Disebabkan oleh efek matriks yang berpengaruh terhadap sifat fisika sampel seperti: kekentalan,
bobot jenis, tegangan muka atau sifat menguap dari larutan sampel. Hal ini berpengaruh pada
ukuran partikel aerosol pada atomisasi.
Cara mengatasi: Gunakan matrix matching yaitu pelarut yang sama dengan komposisi matriks
yang hampir sama.
Perhitungan penetapan kadar:
a. Kurva kalibrasi
Bila kurva linier, kadar langsung dihitung dari kurva kalibrasi atau persamaan regresi
b. Penambahan baku pembanding (Standard addition method)
c. Metode ini digunakan untuk sampel dengan matriks kompleks atau komposisinya tidak diketahui
sehingga kondisi larutan baku tidak mungkin dibuat sama.

Tugas Analisis Instrumental


Ringkasan

Nama: Ricky. Kurniawan


NPM: 2010210226

Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
http://ricky-kurniawan-20-12-1993.blogspot.com/2012/06/analisis-instrumental.html

spektrum uv-vis
PERCOBAAN II
SPEKTRUM UV-VIS

I. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu mahasiswa dapat mempelajari sifat ion logam melalui
karakteristik spectrum UV-VIS.

II. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dilakukan praktikum yaitu :
Waktu : Sabtu, 10 November 2012 pukul 18.00-selesai
Tempat : Laboratorium Kimia Lanjut FKIP UNTAD.

III. Hasil Pengamatan

a. Larutan CuSO4.5H2O (biru)


Panjang Absor
No
Gelomb Transm ben
1.
ang itan 0,44
(nm) (%) 0,45
690 36 0,46
2.
700 35 0,44
3.
710 34 0,42
4.
720 36 0,39
5,
730 38 0,34
6.
740 40
7.
750 45
b.

Larutan NiSO4.6H2O (hijau)


Panjan Transmitan (%) Abso
No
g 76 rben
1.
Gelom 74 0,12
2.
bang 67 0.13
3.
(nm) 64 0,17
4.
600 62 0,19
610 62 0,20
620 62 0,20
630 62 0,20
640 64 0,20
5.
650 65 0,19
6.
660 0,18
7.
670 0,18
8.
680 66
9.
690
10. 700
11.
c. Larutan KMnO4 (ungu)
Panjan Transmitan (%)
No
g 9
1.
Gelom 5
2.
bang 3
(nm) 2 Abso
3. 500 3 rben
4. 510 4 1.04
5. 520 6 1,30
6. 530 11 1,52
7. 540 22 1,70
8. 550 31 1,52
9. 560 52 1,40
10. 570 1,22
11. 580 0,95
590 0,65
600 0,40
0,28

d. Larutan K2CrO7 (kuning)


Panjang Transm Absor
No
Gelomb itan ben
ang (%) 1,70
1 (nm) 2 2
2 410 1 1,70
3 415 2 1,70
4 420 2 1,70
5 425 2 1,70
6 430 2 1,70
7 435 2 1,52
8 440 3 1,52
9 445 3 1,52
10 450 3 1,40
11 455 4 1,04
12 460 9 1,64
13 470 23
480

e. Larutan K2Cr2O7 (jingga)


Panjang Transm Absor
Gelomb itan ben
ang (%) 2
No
(nm) 1 2
1
460 1 1,70
2
470 2 1,40
3
480 4 1,09
4
490 9
5
500

IV. Perhitungan
A. untuk NiSO4.6H2O berwarna hijau
 untuk λ = 600
%T = = 0,76
A = - log T
= - log 0,76 = 0,12
 untuk λ = 610

%T = = 0,74
A = - log T
= - log 0,74 = 0,13
 untuk λ = 620
% = 67/100 = 0,67
A = -log T
= - log 0,67 = 0,17
 untuk λ = 630
% T = 64/100 = 0,64
A = - log T
= - log 0,64 = 0,19
 untuk λ = 640
% T = 62/100 = 0,62
A = - log T
= - log 0,64 = 0,20
 untuk λ = 650
% T = 62/100 = 0,62
A = - log T
= - log 0,62 = 0,20

 untuk λ = 660
% T = 62/100 = 0,62
A = - log T
= - log 0,62 = 0,20
 untuk λ = 670
% T = 63/100 = 0,63
A = - log T
= - log 0,63 = 0,20
 untuk λ = 680
% T = 64/100 = 0,64
A = -log T
= - log 0,64 = 0,19
 untuk λ = 690
% T = 65/100 = 0,65
A = - log T
= - log 0,65 = 0,18
 untuk λ = 700
% T = 66/100 = 0,66
A = - log T
= - log 0,66 = 0,18

B. Larutan CuSO4.5H2O berwarna biru


 Untuk λ = 690
%T = 36/100 = 0,36
A = - log T
= - log 0,36 = 0,44
 Untuk λ = 700
% T = 35/100 = 0,35
A = - log T
= - log 0,35 = 0,45
 Untuk λ = 710
% T = 34/100 = 0,34
A = - log T
= - log 0,34 = 0,46
 Untuk λ = 720
% T = 36/100 = 0,36
A = - log T
= - log 0,36 = 0,44
 Untuk λ = 730
% T = 38/100 = 0,38
A = - log T
= - log 0,38 = 0,42
 Untuk λ = 740
% T = 40/100 = 0,40
A = - log T
= - log 0,40 = 0,39
 Untuk λ = 750
% T = 45/100 = 0,45
A = - log T
= - log 0,45 = 0,34
C. Larutan KMnO4 (ungu)
 Untuk λ = 500
% T = 9/100 = 0,09
A = - log T
= - log 0,09 = 1,04
 Untuk λ = 510
% T = 5/100 = 0,05
A = - log T
= - log 0,05 = 1,30
 Untuk λ = 520
% T = 3/100 = 0,03
A = - log T
= - log 0,03 = 1,52
 Untuk λ = 530
% T = 2/100 = 0,02
A = - log T
= - log 0,02 = 1,70
 Untuk λ = 540
% T = 3/100 = 0,03
A = - log T
= - log 0,03 = 1,52
 Untuk λ = 550
% T = 4/100 = 0,04
A = - log T
= - log 0,04 = 1,40
 Untuk λ = 560
% T = 6/100 = 0,06
A = - log T
= - log 0,06 = 1,22
 Untuk λ = 570
% T = 11/100 = 0,11
A = - log T
= - log 0,11 = 0,95
 Untuk λ = 580
% T = 22/100 = 0,22
A = - log T
= - log 0,22 = 0,65
 Untuk λ = 590
% T = 34/100 = 0,34
A = - log T
= - log 0,34 = 0,40
 Untuk λ = 600
% T = 52/100 = 0,52
A = - log T
= - log 0,52 = 0,28

D. Larutan K2CrO4 (kuning)


 Untuk λ = 410
% T = 2/100 = 0,02
A = - log T
= - log 0,02 = 1,70
 Untuk λ = 415
% T = 1/100 = 0,01
A = - log T
= - log 0,01 = 2

 Untuk λ = 420
% T = 2/100 = 0,02
A = - log T
= - log 0,02 = 1,70
 Untuk λ = 425
% T = 2/100 = 0,02
A = - log T
= - log 0,02 = 1,70
 Untuk λ = 430
% T = 2/100 = 0,02
A = - log T
= - log 0,02 = 1,70
 Untuk λ = 435
% T = 2/100 = 0,02
A = - log T
= - log 0,02 = 1,70
 Untuk λ = 440
% T = 2/100 = 0,02
A = - log T
= - log 0,02 = 1,70
 Untuk λ = 445
% T = 3/100 = 0.03
A = - log T
= - log 0,03 = 1,52
 Untuk λ = 450
% T = 3/100 = 0,03
A = - log T
= - log 0,03 = 1,52

 Untuk λ = 455
% T = 3/100 = 0,03
A = - log T
= - log 0,03 = 1,52
 Untuk λ = 460
% T = 4/100 = 0,04
A = - log T
= - log 0,04 = 1,40
 Untuk λ = 470
% T = 9/100 = 0,09
A = - log T
= - log 0,09 = 1,04
 Untuk λ = 480
% T = 23/100 = 0,23
A = - log T
= - log 0,23 = 0,64

E. Larutan K2Cr2O7 ( jingga)


 Untuk λ = 460
% T = 1/100 = 0,01
A = - log T
= - log 0,01 = 2
 Untuk λ = 470
% T = 1/100 = 0,01
A = - log T
= - log 0,01 = 2

 Untuk λ = 480
% T = 2/100 = 0,02
A = - log T
= - log 0,02 = 1,70
 Untuk λ = 490
% T = 4/100 = 0,04
A = - log T
= - log 0,04 = 1,40

 Untuk λ = 500
% T = 9/100 = 0,09
A = - log T
= - log 0,09 = 1,09
V. Pembahasan
Spektrofotometri adalah suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan
sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator plasma atau kisi difraksi dengan fototube atau foton hampa.
Sedangkan alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi suhu
dari konsentrasi. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan elektronik, serta
sifat-sifat kimia fisiknya dimana detektor yang digunakan secara langsung dapat mengukur
intensitas dari cahaya yang dipancarkan (ρ) dan secara tidak langsung cahaya yang
diabsorbsikan (ℓo), jadi tergamtung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorbsi oleh benda.
Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa
atau warna yang terbentuk. Pada titrasi spektrofotometri sinar yang digunakan merupakan suatu
berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lain, sedangkan dalam
kalorimetri. Perbedaan panjamg geolmbangnya dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat
disebut juga spektrofotometri adsorbsi atomik ( Ittrie, 2012).
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar cahaya yang digunakan. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah cahaya
tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh
mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang
didapat berwarna putih, merah, biru, hijau. Apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka
sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten.
Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W
dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam
lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu (Valdy, 2011).
Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal
ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk
sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan
reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus
betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk
senyawa berwarna yang dihasilkan stabil (Ahmad, 2012).
Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Oleh
karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna
dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
2. Spektofotometri UV (ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible. Pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi
sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sinar UV tudak
dapat dideteksi dengan mata kita, sehingga senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang
merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel
tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu. Bahkan sample
dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah
sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada partikel koloid (suspensi).

3. Spektrofotometri UV-Vis
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat
ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam
bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap
oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat
menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan (Anonim,
2012).
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada
panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi
larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut
ada beberapa pembatasan, yaitu :
- Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
- Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
- Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam
larutan tersebut
- Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
- Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :
A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi

Keabsahan Hukum Lambert-Beer:


a.Cahaya yang digunakan harus monokromatik, bila tidak maka akan diperoleh dua nilai absorbansi
pada dua panjnag gelombang.
b. Tidak berlaku untuk larutan yang pekat, keruh bersifat memancarkan pendar-fluor.
c. Selama pengukuran tidak terjadi reaksi polimerisasi, hidrolisis, asosiasi atau disosiasi.
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur adalah warna
komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang
memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun apabila larutan berwarna
dilewati radiasi atau cahaya putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan
secara selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan.
Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari bagian-bagian penting yaitu:
a) Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil dan
intensitasnnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tamak, ultraviolet dekat
dan infrared dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terluar dari wolform
(tunsgten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (λ) adalah
350-2200 nm. Untuk sumber pada daerah ultraviloet (UV) digunakan lampu hidrogen atau lampu
deuterium dengan panjang gelombang 175 ke 375 atau 400 nm.
b) Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis menjadi
beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang berbeda (terdispersi).
Ada 2 macam monokromator yaitu prisma dan erating (kisi difraksi). Cahaya monokromatis ini
dapat dilihat dengan anjang gelombang tertentu yang sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui
celah sempit yang disebut slit. Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah
(slidt width) yang dipakai.
c) Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang dipakai sebagai tempat contoh atau cuplikan yang
akan dianalisis. Cuvet harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) tidak berwarna
sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya (2) permukaannnya secara optis harus benar-
benar sejajar (3) harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan-bahan kimia (4) tidak boleh rapuh
(5) mempunyai bentuk yang sederhana. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca,
plastik dengan bentuk tangan empat persegi panjang 1x1 cm, dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran
didaerah ini dipakai cuvet kwarsa, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran sinar tampak.
d) Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang
gelombang. Detektor akan megubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan
ditampilkan oleh penampil dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital. Syarat-syarat ideal
sebuah detektor yaitu kepekaan tinggi, perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi,
respon konstan cepat dan signal minimum tanpa radiasi. Signal listrik yang dihasilkan harus
sebanding dengan tenaga radiasi.
e) Amplifier
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca oleh
indikator yang biasanya berupa recorder analog atau komputer.
Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang
mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya.Cahaya yang digunakan
merupakan foton yang bergetar dan menjalar secara lurus dan merupakan tenaga listrik dan
magnet yang keduanya saling tagak lurus. Tenaga foton bila mmepengaruhi senyawa kimia,
maka akan menimbulkan tanggapan (respon), sedangkan respon yang timbul untuk senyawa
organik ini hanya respon fisika atau Physical event. Tetapi bila sampai menguraikan senyawa
kimia maka dapat terjadi peruraian senyawa tersebut menjadi molekul yang lebih kecil atau
hanya menjadi radikal yang dinamakan peristiwa kimia atau Chemical event. Cara kerja alat
spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju monokromator,
Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi,
Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian secara berulang – ulang, Sinyal listrik
dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya, perhitungan dilakukan dengan
komputer yang sudah terprogram ( Anonim, 2012).
Pada percobaan ini tidak menggunakan alat spectrometer UV-VIS dikarenakan alatnya
rusak sehingga sebagai gantinya digunakan alat spectrometer 20 yang memiliki prinsip kerja
yang sama. Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan yaitu memanaskan spectrometer
20 selama beberapa menit kemudian setelah itu mengatur panjang gelombang sampel yang akan
digunakan, setelah itu mengatur nilai transmitan dengan menekan tombol pengaturnya di 0 T,
kemudian mengkalibrasi larutan blanko dimana blanko yang digunakan pada percobaan ini
yaitu aquades dimana aquades ini bersifat jernih sehingga dapat meneruskan pancaran sinarnya
serta dilakukan pengkalibrasian yaitu untuk membersikan spectrometer 20 dari zat-zat pengotor
yang dapat menghalangi cahaya yang akan diteruskan. Setelah itu memasukkan larutan sampel
yang digunakan dimana dalam percobaan ini digunakan beberapa sampel diantaranya larutan
CuSO4.5H2O yang berwarna biru, larutan NiSO4.6H2O yang berwarna hijau, larutan KMnO 4
yang berwarna ungu, larutan K2CrO4 yang berwarna kuning dan terakhir larutan K2Cr2O7 yang
berwarna jingga.
Adapun hasil yang diperoleh yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Larutan CuSO4.5H2O yang berwarna biru

Dari grafik ini dapat terlihat bahwa nilai panjang gelombang maksimum untuk larutan
CuSO4.5H2O yaitu berada pada panjang gelombang 710 nm dengan nilai absorbansi 0,46
b. Larutan NiSO4.6H2O yang berwarna hijau

Dari grafik ini dapat terlihat bahwa nilai panjang gelombang maksimum untuk larutan
NiSO4.6H2O yaitu berada pada panjang gelomabang dari 6,40-670 nm dengan nilai absorbansi
0,20
c. larutan KMnO4 yang berwarna ungu
Dari grafik ini dapat terlihat bahwa nilai panjang gelombang maksimum untuk larutan
KMnO4 yaitu berada pada panjang gelombang 560 nm dengan nilai absorbansi 1,70
d. larutan K2CrO4 yang berwarna kuning

Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa nilai panjang gelombang maksimum untuk larutan
K2CrO4 yaitu berada pada panjang gelombang 4,15 nm dengan nilai absorbansi 2.
e. larutan K2Cr2O7 yang berwarna jingga.
Dari grafik ini dapat terlihat bahwa nilai panjang gelombang maksimum untuk larutan K 2Cr2O7
yaitu berada pada panjang gelombang 460- 470 nm dengan nilai transmitan 2.

Dari percobaan yang telah dilakakukan ternyata masing-masing memiliki nilai panjang
gelombang maksimum yang berbeda-beda tergantung panjang gelombang dan nilai
absorbansinya. Untuk larutan CuSO4.5H2O yang berwarna biru mempunyai panjang gelombang
600-750 nm dimana warna komplementernya yaitu kuning, Larutan NiSO4.6H2O yang berwarna
hijau memiliki panjang gelombang dari 600-700 dan warna komplementernya yaitu ungu, larutan
KMnO4 yang berwarna ungu memiliki panjang gelombang 500-600 nm dengan warna
komplementer kuning hijau, larutan K2CrO4 yang berwarna kuning memiliki panjang gelombang
410-480 nm dan memiliki warna komplementer biru dan terakhir larutan K2Cr2O7 yang berwarna
jingga memiliki panajng gelombang 460-500 nm dengan warna komplementer hijau-biru.
Masing-masing larutan memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda tergantung warna
komplementer yang dia serap Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya
dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol. Elektron
pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi terendah disebut keadaan dasar
(ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron tereksitasi dari
keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan
tereksitasi Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh
mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari
disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna
biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna
yang terdapat pada spektrum sinar tampak ( Ahmad, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2012. Kimia Analisa Instrumen. http://blognyasubhanahmad.blogspot.com/2012/11/kimia-


analisa-instrument.html
(diakses 2012/11/15)

Anonim. 2012. Laporan Analisis instrument uv-vis. http://stadium3.blogspot.com/2012/04/laporan-


analisis-instrumen-uv-vis.html
( diakses 2012/11/16)

Ittrie. 2012. Laporan Kimia Analitik Spektrometri. http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-


analitik-spektrofotometri.html
(diakes 2012/11/15)

Staf Pengajar. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik Fisik. UNTAD Press. Palu

Valdy. 2011. Spektrometer Uv-Vis. http://valdisreinaldo.blogspot.com/2011/05/spektrofotometer-uv-


vis.html
(diakses 2012/11/16)

Anda mungkin juga menyukai