Kebijakan Bisnis
Astri Rumondang Banjarnahor, Ovi Hamidah Sari
Andriasan Sudarso, Ahmad Faridi, Agustian Budi Prasetya
Ester Mawar Siagian, Aksa, Herry Hudrasyah
Dahlia Nopelina Siallagan, Janner Simarmata
Dedy Setyo Oetomo, Unang Toto Handiman
Arif Nugroho, Mochamad Sugiarto
Penulis:
Astri Rumondang Banjarnahor, Ovi Hamidah Sari
Andriasan Sudarso, Ahmad Faridi, Agustian Budi Prasetya
Ester Mawar Siagian, Aksa, Herry Hudrasyah
Dahlia Nopelina Siallagan, Janner Simarmata
Dedy Setyo Oetomo, Unang Toto Handiman
Arif Nugroho, Mochamad Sugiarto
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021
Astri Rumondang Banjarnahor., dkk.
Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Yayasan Kita Menulis, 2023
xvi; 248 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-342-714-2
Cetakan 1, Februari 2023
I. Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
II. Yayasan Kita Menulis
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya yang diberikan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan buku: Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis.
Akhir kata, semoga buku Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa maupun
dosen yang ada di Indonesia. Kami terbuka menerima kritikan maupun
saran dari pembaca agar kami dapat melakukan perbaikan di masa yang
akan datang.
Kebijakan Bisnis
Analisis kebijakan bisnis awalnya dipelajari di sebuah universitas bisnis
Amerika. Diawali pada tahun 1911 Universitas Harvard menawarkan kursus
kebijakan bisnis dan kemudian disusul pada tahun 1920-an, mulai mewajibkan
studi bisnis di tahun kedua untuk semua siswa. Hal ini bertujuan agar
kedepannya mahasiswa yang telah selesai menempuh Pendidikan dapat
bekerja dengan sukses dan efisien, dan selanjutnya sebagai manajemen senior
mereka harus memahami dan mengendalikan hubungan timbal balik antara
operasi bisnis internal dan antar divisi. Oleh karena itu Harvard berkeinginan
untuk menunjukkan bagaimana hubungan ini pada praktiknya saling terkait
erat
Pada tahun 1959, sebuah penelitian yang didanai oleh Ford Foundation dan
Carnegie Corporation menunjukkan bahwa kurikulum sekolah bisnis
menghasilkan berbagai disiplin ilmu dengan konten kursus yang dipahami
siswa hanya selama dalam proses pendidikan. Studi ini menemukan bahwa
ketika siswa disajikan dengan masalah yang membutuhkan materi pelajaran
2 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Kenichi Ohmae, dalam sebuah buku yang berjudul The Mind of the Strategies
menyatakan bahwa semua strategi bisnis dan hal-hal yang membedakannya
dari semua jenis perencanaan bisnis lainnya adalah adanya keunggulan
kompetitif. Hal ini menyebabkan manajemen strategis harus memiliki orientasi
kompetitif. Bisnis tidak memerlukan rencana jika tidak ada saingan. Oleh
karena itu, tujuan utama dari perencanaan strategis perusahaan adalah untuk
membantunya mencapai keunggulan kompetitif yang langgeng secepat
mungkin. Dengan demikian, strategi perusahaan menyarankan upaya untuk
mengubah kekuatan perusahaan dalam kaitannya dengan pesaingnya dengan
cara yang paling efektif (Leslie W. Rue, 1989).
elemen- elemen manajemen strategis pada perusahaan harus saling terkait dan
berkesinambungan.
Pengendalian lingkungan, perumusan, pelaksanaan, penilaian, dan
pengendalian merupakan mayoritas dari komponen manajemen strategi.
Perusahaan dapat mengadopsi atau menghindari metode tertentu untuk
memanfaatkan kemungkinan di lingkungan mereka dengan memahami
lingkungan, hierarki, dan tujuan bisnis. Mereka dapat mengetahui posisi
mereka saat ini di pasar dengan mempelajari strategi organisasi sebelumnya,
dan manajemen dapat lebih akurat memprediksi masa depan perusahaan
(Mintzberg, 1996).
Penting untuk memahami bahwa proses manajemen strategis lebih kompleks
daripada gambaran hubungan yang sederhana. Untuk memastikan
keberhasilan dalam perumusan dan penerapan strategi, setiap orang dalam
organisasi harus dilibatkan. Keterlibatan karyawan dalam operasional
manajemen dan umpan balik sangat penting dalam penerapan strategi. Hal ini
disebabkan posisi perusahaan bersifat kompetitif dan dinamis. Untuk
mendukung posisi kompetitif organisasi yang komprehensif dan relevan,
organisasi harus berurusan dengan aspek global dari lingkungan bisnis
(Mintzberg, 1996).
Manajemen Strategi adalah proses eksperimental di mana pengembangan
strategi dan eksperimen fase saling terkait. Mengacu pada gaya, sifat, dan
proses perumusan strategi organisasi yang berbeda, terdapat tiga mode atau
pendekatan dalam menentukan sebuah strategi, yaitu, mode kewirausahaan,
mode adaptif dan mode perencanaan (Mintzberg, 1996).
Pentingnya manajemen strategis disorot oleh Drucker dalam pengamatannya
bahwa tujuan akhir dari perencanaan strategis adalah untuk mengidentifikasi
bisnis baru dan berbeda, teknologi, dan pasar yang perusahaan harus coba
ciptakan dalam jangka panjang. Perubahan besar dalam lingkungan bisnis,
sebagian besar didorong oleh tiga kekuatan yang saling berhubungan yang
terdiri dari liberalisasi, privatisasi dan globalisasi sehingga menyebabkan
peranan manajemen strategis semakin penting.
Proses manajemen strategis meliputi tiga fase yang melibatkan sejumlah
langkah sistematis secara bersama sama. Ketiga fase ini adalah perumusan
strategi, implementasi dan evaluasi dan kontrol. Fase-fase ini mencakup
sejumlah langkah penting. Langkah-langkah ini dikenal sebagai tugas
6 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Menurut William Bogner dan Howard Thomas, ada dua model perumusan
strategi yang bersaing. Pertama model objektif didasarkan pada konsep
14 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
ekonomi (yaitu, penawaran dan permintaan, faktor persaingan, dll.). Model ini
dimulai dengan tujuan perusahaan, yang pada akhirnya akan terpengaruh oleh
persaingan. Persaingan tersebut akan berdampak pada proses perumusan
strategi. Struktur industri (pesaing gabungan) secara langsung memengaruhi
proses perumusan, yang pada gilirannya akan memengaruhi alokasi sumber
daya keputusan (Arthur A. Thompson Jr. and A.J. Strickland III, 2001).
Model kedua adalah model kognitif. Model ini memperlihatkan kelemahan
dalam model tujuan (ketidakmampuan untuk menangkap signifikansi
perubahan yang menyebabkan proses dimulainya sebuah perumusan tujuan).
Model kognitif mengikuti prinsip yang sama dengan model pertama. Namun
juga terdiri dari pandangan kolektif dari strategi objektif, yang
dikonsolidasikan menjadi satu untuk proses formulasi. Proses ini untuk
menentukan tempat industri dan secara kognitif mengatur pemahaman
seseorang tentang strategi bersaing (Arthur A. Thompson Jr. and A.J.
Strickland III, 2001).
Bab 2
Struktur dan Implementasi
Perusahaan
2.1 Pendahuluan
Pencapain strategi dan target yang akan dicapai oleh suatu perusahaan secara
logis membutuhkan perusahaan sebagai alat. Tanpa adanya perusahaan,
perusahan akan tidak memiliki kerangka yang tepat dalam menjalankan strategi
perusahaan. Perusahaan adalah koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang
direncanakan untuk mencapai suatu maksud/tujuan bersama melalui pembagian
tugas dan fungsi, serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab.
Sedangkan Struktur Perusahaan sendiri adalah penggambaran rangkaian
(koordinasi) kegiatan yang diarahkan dalam pencapaian target. Pencapaian
target tentunya harus mengacu pada visi dan misi serta strategi-strategi yang
ingin dicapai oleh perusahaan. Pada umumnya orang akan menganggap struktur
sama dengan desain perusahaan. Sesungguhnya desain perusahaan merupakan
proses perkembangan hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan
perusahaan. Jadi struktur merupakan hasil dari proses desain. Struktur
perusahaan-perusahaan sendiri memberikan kerangka yang menghubungkan
wewenang karena struktur merupakan penetapan dan penghubung antar posisi
para anggota perusahaan. Jika seseorang memiliki suatu wewenang, maka dia
harus dapat mempertanggungjawabkan wewenangnya tersebut. Oleh karena itu
16 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
pemilik, atau satu tim kecil dari pemilik dan rekanan. Karena cakupan dari
aktivitas perusahaan tidaklah besar, hanya terdapat sedikit kebutuhan untuk
memformalkan peran, komunikasi, dan prosedur. Dengan perhatian strategis
utama adalah bertahan hidup, dan kemungkinan bahwa satu keputusan buruk
dapat secara serius mengancam kesinambungan dari perusahaan tersebut,
struktur ini memaksimalkan kendali dari pemilik. Struktur tersebut juga
memungkinkan respon yang cepat terhadap pergeseran produk atau pasar dan
kemampuan untuk mengakomodasi permintaan pelanggan yang unik tanpa
kesulitan besar dalam hal koordinasi. Hal ini sebagian disebabkan karena
pemilik secara langsung terlibat dengan para pelanggan secara teratur. Struktur
sederhana mendorong para karyawan untuk melakukan banyak tugas, dan
struktur tersebut efektif pada bisnis yang melayani produk atau pasar local yang
sederhana atau ceruk pasar yang sempit. Struktur sederhana dapat sangat
menuntut bagi para manajer sekaligus pemilik. Jika perusahaan kecil itu berhasil
dan mulai tumbuh, struktur ini dapat membuat seorang manajer yang sekaligus
pemilik memberikan perhatian semakin besar terhadap masalah sehari-
hari,yang mungkin mengorbankan waktu yang seharusnya diinvestasikan untuk
melakukan introspeksi dan memeriksa pertanyaan-pertanyaan strategis
mengenai masa depan perusahaan. Pada saat bersamaan, ketergantungan
perusahaan kepada pemilik sebagai titik sentral bagi semua keputusan dapat
membatasi pengembangan para calon manajer yang mampu bertanggung jawab
atas tugas-tugas sederhana sedemikian rupa sehingga memberikan kesempatan
kepada pemilik untuk menjadi penyusun strategi. Struktur ini biasanya
membutuhkan pemilik yang multi talenta dan cerdik, yang mampu menangani
produksi maupun penjualan atas suatu produk atau jasa dan mampu
mengendalikan dana yang terbatas.
Kekurangan Strategis
a. Mendukung spesialisasi terbatas dan persaingan atau konflik
fungsional.
b. Menciptakan kesulitan-kesulitan dalam koordinasi fungsional dan
pengambilan keputusan antar fungsi.
c. Membatasi pengembangan manajer umum.
d. Mempunyai potensi kuat akan terjadinya konflik antarfungsi-prioritas
diletakkan pada bidang fungsional, bukan pada bisnis secara
keseluruhan.
e. Mungkin lebih mahal untuk melakukan sesuatu fungsi daripada
melakukannya diluar perusahaan, kecuali diserahkan pada outsorcing.
Kelemahan Strategis
Mengembangkan potensi persaingan yang disfungsional atas sumber daya
tingkat korporat.. Menimbulkan masalah dalam menentukan seberapa besar
wewenang yang harus diberikan kepada para manajer divisi.
a. Menciptakan potensi terjadinya inkonsistensi kebijakan antar divisi.
Bab 2 Struktur dan Implementasi Perusahaan 23
tujuan strategik perusahaan. Dari struktur perusahaan akan tampak sistem atau
jaringan kerja terhadap tugas-tugas, sistem pelaporan, dan komunikasi yang
menghubungkan secara bersama pekerjaan individual dan kelompok. Oleh
karena itu, sebuah struktur perusahaan hendaknya menggambarkan alokasi
pekerjaan melalui sebuah divisi pekerjaan dan menyediakan koordinasi atau
bagan perusahaan. Semua perusahaan atau perusahaan memerlukan suatu
bentuk struktur perusahaan untuk menerapkan dan mengelola strategi yang
dirumuskan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handler pada perusahaan-
perusahaan industri di Amerika menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
strategi dan struktur. Bahwa struktur mengikuti strategi ketika perusahaan
mengubah strateginya dan tumbuh dalam penjualan dan diversifikasi,sering
diperlukan susunan struktur perusahaan yang baru. Proses manajemen strategik
belum dapat dikatakan selesai ketika perusahaan memutuskan strategi apa yang
akan ditempuh. Perusahaan masih harus menterjemahkan rumusan strategi
tersebut ke dalam tindakan strategik. . harus selalu ingat bahwa sebaik apapun
rumusan strategi, hanya akan menjadi retorika belaka jika tidak dapat
diimplementasikan dengan baik. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat
mencapai tujuan secara optimal, maka selain harus mampu merumuskan
strategi, perusahaan juga harus mampu mengimplementasikan strategi tersebut
secara efektif. Jika salah satu “langkah” tersebut tidak dapat dilaksanakan
dengan baik, maka tidak mustahil perusahaan akan memetik kegagalan.
Bahkan, rumusan strategi yang sempurna sekalipun hanya akan memberikan
kontribusi yang minim bagi pencapaian tujuan perusahaan jika tidak mampu
diimplementasikan dengan baik. banyak perusahaan atau organisasi yang
banyak menghamburkan sumber dayanya (uang, waktu, tenaga) untuk
mengembangkan rencana strategik yang “ampuh”. Namun . harus ingat bahwa
perubahan hanya akan terjadi melalui suatu action (implementasi), bukan
sekedar perencanaan. Rumusan strategi yang secara teknis kurang sempurna
jika diimplementasikan dengan baik, maka akan didapat hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan rumusan strategi yang sempurna namun hanya “ di atas
kertas”. Hal ini didukung oleh sebuah hasil penelitian pada 31 industri
manufaktur di mana hasilnya menunjukkan bahwa kinerja yang diperoleh
perusahaan tidak sekedar ditentukan oleh strategi yang dimiliki, namun lebih
disebabkan karena efektivitas perusahaan dalam mengimplementasikan strategi
tersebut.
32 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
3.1 Pendahuluan
Model yang diilustrasikan pada Gambar 3.1 memberikan dasar konseptual
untuk menerapkan manajemen strategis. Didefinisikan dan dicontohkan pada
Tabel 3.1, strategi alternatif yang dapat dilakukan perusahaan dapat
dikategorikan ke dalam 11 tindakan: integrasi ke depan, integrasi ke belakang,
integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan
produk, diversifikasi terkait, diversifikasi tidak terkait, penghematan, divestasi ,
dan likuidasi. Setiap strategi alternatif memiliki variasi yang tak terhitung
jumlahnya. Misalnya, penetrasi pasar dapat mencakup penambahan wiraniaga,
peningkatan pengeluaran iklan, pemberian kupon, dan penggunaan tindakan
serupa untuk meningkatkan pangsa pasar di wilayah geografis tertentu.
Sebagian besar organisasi secara bersamaan mengejar kombinasi dari dua atau
lebih strategi, tetapi strategi kombinasi bisa sangat berisiko jika dilakukan terlalu
jauh. Tidak ada organisasi yang mampu mengejar semua strategi yang mungkin
menguntungkan perusahaan. Keputusan sulit harus diambil. Prioritas harus
ditetapkan. Organisasi, seperti individu, memiliki sumber daya yang terbatas.
Baik organisasi maupun individu harus memilih di antara strategi alternatif dan
menghindari hutang yang berlebihan.
38 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
tersebut. “Melacak begitu banyak pemasok itu berat,” kata Mark Shimelonis,
sebelumnya dari Xerox.
Tujuh pedoman ketika integrasi ke belakang dapat menjadi strategi yang sangat
efektif adalah:(David, 1985)
1. Pemasok organisasi saat ini sangat mahal, tidak dapat diandalkan, atau
tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan akan suku cadang,
komponen, rakitan, atau bahan baku.
2. Jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing banyak.
3. Organisasi bersaing dalam industri yang berkembang pesat; ini adalah
faktor karena strategi tipe integratif (maju, mundur, dan horizontal)
mengurangi kemampuan organisasi untuk melakukan diversifikasi
dalam industri yang menurun.
4. Suatu organisasi memiliki modal dan sumber daya manusia untuk
mengelola bisnis baru dalam memasok bahan mentahnya sendiri.
5. Keunggulan harga yang stabil sangat penting; ini adalah faktor karena
organisasi dapat menstabilkan biaya bahan mentahnya dan harga
terkait produknya melalui integrasi ke belakang.
6. Pemasok saat ini memiliki margin keuntungan yang tinggi, yang
menunjukkan bahwa bisnis penyediaan produk atau jasa dalam industri
tertentu merupakan usaha yang menguntungkan.
7. Suatu organisasi perlu dengan cepat memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan.
3.5.1 Penghematan
Penghematan terjadi ketika sebuah organisasi mengelompokkan kembali
melalui pengurangan biaya dan aset untuk membalikkan penjualan dan laba
yang menurun. Kadang-kadang disebut strategi turnaround atau
reorganizational, penghematan dirancang untuk membentengi kompetensi
pembeda dasar organisasi. Selama penghematan, ahli strategi bekerja dengan
sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari pemegang saham,
karyawan, dan media. Penghematan dapat melibatkan penjualan tanah dan
bangunan untuk mendapatkan uang tunai yang dibutuhkan, memangkas lini
produk, menutup bisnis marjinal, menutup pabrik usang, mengotomatiskan
proses, mengurangi jumlah karyawan, dan melembagakan sistem kontrol biaya.
Levi Strauss & Co. baru-baru ini memangkas 20 persen tenaga kerja nonritel
dan nonmanufakturnya sebagai bagian dari strategi penghematan yang
ditujukan untuk merampingkan operasi perusahaan dan menghasilkan
penghematan biaya hampir $200 juta per tahun. Perusahaan berusia 160 tahun
yang berkantor pusat di San Francisco mengalami kesulitan bersaing dalam
industri pakaian ritel yang sangat kompetitif, yang ditandai dengan mode yang
cepat berlalu dan pembeli "hanya obral".
Cisco Systems baru-baru ini mengeluarkan 6.000 karyawan dari daftar gaji,
yang terdiri dari 8 persen dari total tenaga kerja perusahaan. Perusahaan sistem
Bab 3 Model Strategi Perusahaan 53
3.5.2 Divestasi
Menjual divisi atau bagian dari organisasi disebut divestasi. Ini sering digunakan
untuk meningkatkan modal untuk akuisisi atau investasi strategis lebih lanjut.
Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi penghematan untuk
membersihkan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang
54 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
membutuhkan terlalu banyak modal, atau yang tidak sesuai dengan aktivitas
perusahaan lainnya. Divestasi juga menjadi strategi populer bagi perusahaan
untuk fokus pada bisnis inti mereka dan menjadi kurang terdiversifikasi.
Perusahaan produk konsumen terbesar di dunia, Procter & Gamble (P&G),
sedang dalam proses divestasi (penjualan) lebih dari separuh mereknya (hampir
100) untuk fokus pada merek intinya (sekitar 80). Dengan merek-merek seperti
Pampers, Tide, Era, Cheer, Metamucil, Clairol, Wella, Oral-B, Duracell,
Fixodent, Ivory, dan Clearblue (tes kehamilan), P&G memiliki 23 merek yang
masing-masing memiliki penjualan tahunan lebih dari $1 miliar. Gading
mungkin didivestasikan, karena orang Amerika semakin memilih sabun mandi
dan sabun tangan cair daripada sabun batangan biasa.
Pada tahun 2014 saja, perusahaan secara global memisahkan anak perusahaan
senilai sekitar $2 triliun. Salah satu alasan pemisahan perusahaan yang
terdiversifikasi adalah bahwa bagian yang homogen umumnya jauh lebih
menarik bagi calon pembeli. Sering kali, perusahaan yang mengakuisisi ingin
mempromosikan homogenitas untuk melengkapi operasi mereka sendiri, bukan
heterogenitas, dan bersedia membayar untuk homogenitas. Misalnya, Fiat
Chrysler Automobiles NV baru-baru ini "memutar" segmen Ferrari-nya
menjadi IPO terpisah, kemungkinan mengumpulkan sebanyak $10 miliar untuk
Fiat. Di Amerika Serikat, mobil sport Ferrari dihargai antara $190.000 dan
$400.000, dengan model edisi terbatas masing-masing melebihi $3 juta.
Utilitas listrik besar Jerman, E.ON SE, baru-baru ini dipecah menjadi dua
perusahaan, satu berfokus pada inisiatif energi hijau utilitas, sementara
perusahaan lain terdiri dari operasi pembangkit listrik konvensional perusahaan.
Jerman berada di tengah-tengah kebijakan agresif untuk menghentikan semua
pembangkit listrik tenaga nuklirnya pada tahun 2025.
Berikut adalah beberapa panduan tentang kapan divestasi dapat menjadi strategi
yang sangat efektif untuk dilakukan:(David, 1985)
1. Organisasi telah menerapkan strategi penghematan dan gagal
mencapai peningkatan yang diperlukan.
2. Agar kompetitif, sebuah divisi membutuhkan lebih banyak sumber
daya daripada yang dapat disediakan oleh perusahaan.
3. Sebuah divisi bertanggung jawab atas kinerja organisasi yang buruk
secara keseluruhan.
Bab 3 Model Strategi Perusahaan 55
4. Suatu divisi tidak cocok dengan bagian organisasi lainnya; ini dapat
dihasilkan dari pasar, pelanggan, manajer, karyawan, nilai, atau
kebutuhan yang sangat berbeda.
5. Uang tunai dalam jumlah besar dibutuhkan dengan cepat dan tidak
dapat diperoleh secara wajar dari sumber lain.
6. Tindakan antimonopoli pemerintah mengancam organisasi.
3.5.3 Likuidasi
Menjual semua aset perusahaan, sebagian, demi nilai nyatanya disebut likuidasi.
Likuidasi adalah pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa menjadi strategi yang
sulit secara emosional. Namun, mungkin lebih baik berhenti beroperasi daripada
terus kehilangan uang dalam jumlah besar. Misalnya, berbasis di New York
City, Crumbs Bake Shop, perusahaan cupcake terbesar di negara itu,
mengajukan likuidasi kebangkrutan dari 65 tokonya di 12 negara bagian dan
Washington, DC. Crumbs Bake Shop terkenal menjual cupcakes raksasa
dengan rasa seperti Red Velvet, Cookie Dough, dan Girl Scouts Thin Mints.
Perusahaan memberi tahu semua 165 karyawan tetap dan 655 karyawan paruh
waktu bahwa bisnis ditutup. Hari terakhir Crumbs di Nasdaq adalah 30 Juni
2014, dengan harga saham 11 sen.
Ketiga pedoman ini menunjukkan kapan likuidasi dapat menjadi strategi yang
sangat efektif untuk dilakukan:(David, 1985)
1. Suatu organisasi telah menjalankan strategi penciutan dan strategi
divestasi, dan keduanya tidak berhasil.
2. Satu-satunya alternatif organisasi adalah kebangkrutan. Likuidasi
merupakan cara yang teratur dan terencana untuk mendapatkan jumlah
uang tunai sebesar mungkin untuk aset organisasi. Sebuah perusahaan
dapat secara legal menyatakan bangkrut terlebih dahulu dan kemudian
melikuidasi berbagai divisi untuk mendapatkan modal yang
dibutuhkan.
3. Pemegang saham perusahaan dapat meminimalkan kerugian mereka
dengan menjual aset organisasi.(David and David, 2017)
56 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Bab 4
Strategi dan Pertumbuhan
Bisnis
4.1 Pendahuluan
Perkembangan bisnis didunia saat ini sudah masuk pada era persaingan bebas
tidak hanya dalam ruang lingkup kecil melainkan ruang lingkup besar salah
satunya adalah perdagangan bebas masyarakat Ekonomi ASEAN. Istilah ini
sering kali muncul di berbagai macam media baik cetak maupun elektronik.
Seperti Masyarakat Ekonomi Eropa yang telah lahir lebih dari lima dekade yang
lalu yang secara umum keduanya hampir sama yang membedakannya hanyalah
mereka di Eropa sedangkan perkembangannya di wilayah Asia Tenggara
(ASEAN). Masyarakat Ekonomi Asean atau yang biasa disingkat menjadi
MEA secara singkatnya bisa diartikan sebagai bentuk integrasi ekonomi
ASEAN yang artinya semua negara-negara yang berada di kawasan Asia
Tenggara menerapkan sistem perdagangan bebas. Indonesia dan seluruh negara-
negara Asean lainnya (9 negara lainnya) telah menyepakati perjanjian MEA
atau dalam bahasa asingnya adalah ASEAN Economy Community (AEC) yang
dicetuskan dalam kesepakatan Bali Concord II. Dari kesepakatan itu diharapkan
dapat bersaing dalam basis produksi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang merata, serta mampu berintegrasi dengan perkembangan perekonomian
global (Malik, 2020). Menghadapi persaingan tersebut perusahaan harus lebih
58 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
kreatif inovatif dengan menawarkan sesuatu yang bernilai lebih, dibanding yang
dilakukan pesaing. Pada umumnya perusahaan berupaya untuk memenuhi
harapan konsumen, dengan membangun kepercayaan dalam suatu hubungan
jangka panjang antara perusahaan dan pelanggannya. Hubungan ini harus dapat
ditingkatkan dari waktu ke waktu misalnya pelayanannya, kualitas produknya,
dan sebagainya. Dengan demikian persepsi-persepsi yang negatif terhadap
perusahaan, akan berubah pada sesuatu yang dirasakan konsumen, yang secara
langsung dapat mengubah persepsi konsumen sehingga menjadi suatu kepuasan
yang dapat menciptakan komitmen untuk menggunakan produk yang
ditawarkan perusahaan pada pasar sasarannya (Rijal, 2018).
Setiap pemilik perusahaan, eksekutif perusahaan, atau siapa pun yang
berkepentingan terhadap perusahaan berkeinginan perusahaan tumbuh menjadi
besar. Ukuran tumbuh dapat berupa pertumbuhan aktiva, pangsa pasar, atau apa
pun ukurannya. Walau tergantung dari ukuran mana yang dipakai, memang ada
manfaat bagi perusahaan untuk bertumbuh (Freier, 1990), yaitu: (1) Memiliki
potensi untuk meningkatkan besarnya laba, (2) Mampu menahan eksekutif
terpilih dengan tersedianya kesempatan pengembangan karirnya, (3) Mampu
meningkatkan daya tarik bagi calon-calon eksekutif dan karyawan kunci, (4)
Mampu meningkatkan daya saing perusahaan. Namun demikian perusahaan
tumbuh menjadi besar juga menanggung beberapa risiko potensial, yaitu:
berkurangnya fleksibilitas operasi, berkurangnya fleksibilitas keuangan, dan
pemborosan manajemen.
perusahaan atau akan menjadi apa perusahaan tersebut serta jenis perusahaan
saat ini atau jenis perusahaan apa yang diinginkan (Anthony, Polani and
Nehaniv, 2013). Strategi harus memberikan batasan-batasan bagi sebuah
proyek, di mana tujuan dan hasil harus mengikuti arah perusahaan ke depan
(Longman and Mullins, 2005).
Strategi bisnis mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Berbagai
perusahaan belajar untuk menganalisis lingkungan kompetitif, menetapkan
kedudukan perusahaan, mengembangkan keuntungan kompetitif dan
keuntungan perusahaan, serta mengenali ancaman terhadap perusahaan untuk
menjaga keberlanjutan perusahaan (Pudjadi et al., 2013). Strategi harus bersifat
fleksibel di tengah dunia yang dinamis dan tidak menentu, serta tidak boleh
ditetapkan secara permanen karena gangguan atau hambatan tak terduga dari
lingkungan perusahaan mampu menjadikan strategi tersebut invalid, meskipun
persiapannya telah dilakukan dengan sangat hati-hati (Garratt, 2005).
Rangkuti (2013), mengutip pendapat dari beberapa ahli mengenai strategi, di
antaranya:
1. Chandler: Strategi merupakan alat ukur untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitanya dengan tujuan jangka panjang, program
tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
2. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth: Strategi merupakan alat
untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu
fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis itu harus ada atau
tidak.
3. Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner: Strategi merupakan respons
secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman
Eksternal serta kekuatan dan kelemahan Internal yang dapat
memengaruhi organisasi.
4. Abdrews, Chaffe: Strategi merupakan kekuatan motivasi untuk
stakeholders, seperti stakeholders, manajer, karyawan, konsumen,
komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung
maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang
ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
5. Hamel dan Prahalad: Strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat ) dan terus-menerus dan dilakukan
60 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
2. Strategi Bisnis
Strategi Bisnis disebut juga strategi bersaing, biasanya dikembangkan
pada level divisi dan menekankan pada perbaikan posisi persaingan
produk berupa barang atau jasa perusahaan dalam industri khusus atau
segmen pasar yang dilayani oleh divisi tersebut. Strategi bisnis divisi
mungkin menekankan pada peningkatan laba dalam produksi dan
penjualan produk dan jasa yang dihasilkan. Strategi bisnis juga
sebaiknya mengintegrasikan berbagai aktivitas fungsional untuk
mencapai tujuan divisi. Strategi bisnis merupakan salah satu dari
overall cost leadership, atau diferensiasi.
3. Strategi Fungsional
Strategi fungsional menekankan terutama pada pemaksimalan sumber
daya produktif. Dalam batasan perusahaan dan strategi bisnis yang
berada disekitar mereka, departemen fungsional mengembangkan
strategi untuk mengumpulkan bersama-sama berbagai aktivitas dan
kompetensi mereka guna memperbaiki kinerja. Menggunakan strategi
fungsional pengembangan pasar, departemen pemasaran berusaha
menjual produk yang ada sekarang kepada pelanggan yang berbeda
pada pasar yang ada atau kepada pelanggan baru di wilayah geografi
yang baru.
2. Strategic Growth.
Metode pertumbuhan strategis atau strategic growth adalah pilihan
yang bagus setelah selesainya tahap pertumbuhan organik. Sebab,
tidak seperti pertumbuhan organik, pertumbuhan ini berfokus pada
business growth berkelanjutan dalam jangka panjang (sustainable
growth). Misalnya, peluncuran produk baru (product launch) hingga
pembaruan strategi pemasaran yang menargetkan audiens pasar baru
yang spesifik (niche marketing). Salah satu alasan penting untuk
menyelesaikan tahap pertumbuhan organik sebelum memasuki
pertumbuhan strategis adalah karena sumber daya yang perusahaan
butuhkan. Idealnya, tahap pertumbuhan organik akan menghasilkan
jumlah modal yang cukup bagi perusahaan untuk diinvestasikan
(capital expense) dalam tujuan tingkat pertumbuhan yang bersifat
jangka panjang.
3. Internal Growth
Pertumbuhan internal dalam bisnis atau internal business growth
adalah upaya perusahaan untuk tumbuh tanpa membutuhkan biaya
modal (fixed cost) dari pihak eksternal. Dengan kata lain, perusahaan
akan memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia
tanpa memerlukan investasi keuangan yang besar. Contoh
pertumbuhan internal dapat mencakup strategi pertumbuhan bisnis
yang lebih ramping (lean startup) atau perubahan model bisnis untuk
pengoptimalan sumber daya.
4. Partnership atau Merger
Jenis pertumbuhan bisnis dengan sistem partnership atau merger dan
akuisisi yang juga dikenal dengan inorganic growth. Business growth
melalui upaya kemitraan, merger, atau akuisisi umumnya dianggap
sebagai jenis pertumbuhan paling berisiko tetapi juga cara yang
memiliki potensi imbalan tertinggi. Pasalnya, strategi ini dapat
memfasilitasi bisnis Anda untuk masuk ke pasar baru dengan lebih
mudah di samping juga memperluas basis pelanggan prospek yang
sudah ada (inclusive marketing). Selain itu, dapat membantu
Bab 4 Strategi dan Pertumbuhan Bisnis 67
Agar berbagai manfaat tata kelola tersebut didapatkan perusahaan, hal utama
yang menjadi perhatian adalah pentingnya tata hubungan pihak pihak di
perusahaan yang melakukan formulasi dan implementasi strategi. Di
72 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
perusahaan mereka ini adalah para pihak yang tercantum di dalam akta
pendirian perusahaan, yaitu: pemilik perusahaan, pemegang saham atau
komisaris dan pengelola manajemen atau pemimpin eksekutif atau direksi
perusahaan.
Kedua pihak ini kepentingannya di atur dalam tata kelola mengingat seringkali
terjadi konflik kepentingan di antara mereka. Oleh karena itu tata kelola
perusahaan diperlukan agar pemilik perusahaan dapat mengontrol para
pemimpin eksekutif nya, memastikan mengikuti strategi yang disetujui ,
ditetapkan oleh pemegang saham atau pemilik perusahaan. Beberapa area yang
di atur, antara lain bagaimana pemilihan direksi dan siapa mensupervisi siapa,
untuk memastikan strategi dijalankan (Weiss, 2014)
hukum di dalam suatu industri, yang diinisiasi oleh negara, untuk melindungi
kepentingan berbagai pihak terkait dengan perusahaan, misalnya pemilik
minoritas yang tidak memiliki kekuatan sebagaimana pemilik saham
pengendali. Tata kelola perusahaan dengan demikian menjaga agar konflik
kepentingan pemilik mayoritas, tidak merugikan pemilik minoritas, sebagai
pihak yang memiliki posisi lemah.
Tata kelola perusahaan tidak hanya diperlukan mengatur hubungan antara
pemilik saham mayoritas-minoritas, namun juga mengatur hubungan
kepentingan antara pemilik perusahaan dengan direksi, sebagai pengelola
manajemen. Tata kelola menjaga agar terjadi keseimbangan kepentingan,
konflik kepentingan tidak mengental. Tata kelola perusahaan di dalam
hubungan kedua belah pihak tersebut berdasarkan seperangkat aturan main yang
jelas sehingga perangkat perusahaan dan organ organ pengambil keputusan
dapat menjalankan fungsinya menjalankan strategi perusahaan. Di Indonesia,
misalnya diatur di dalam Undang-undang Perseroan Terbatar No 40, tahun
2007. Yang banyak mengatur struktur perseroan, kepemilikan dan hubungan
antara pemilik dan pengelola manajemen (direksi). Berikut akan dibahas
beberapa area tata kelola hubungan antara pemilik dan manajemen perusahaan,
utamanya pentingnya menjaga tata hubungan antara pemilik dan pengelola
manajemen.
bab ini juga diharapkan dapat mencegah aji mumpung secara kronis terjadi di
perusahaan. Kisah perusahaan raksasa Enron di Amerika (2002) yang bangkrut,
menjadi perhatian pentingnya tata kelola, menyangkut aji mumpung yang
kronis dan lemahnya kontrol pemilik atas manajemen Enron.
Contoh lain yang perlu dikenali sebagai hubungan kepentingan di dalam
Strategi ketika perusahaan menjalankan strategi diversifikasi produk.
Sebagaimana di bahas di buku ini mengenai pilihan strategi, yaitu
memperbanyak aneka produk untuk menjaga posisi kompetitif di pasar. Dapat
terjadi konflik kepentingan bila meninggalkan tata kelola hubungan antara
pemilik dan pengelola perusahaan.
Strategi diversifikasi dimaksudkan untuk memastikan penjualan sukses karena
fitur produk atau jasa yang lebih superior dibandingkan produk kompetitor.
Namun demikian, di dalam pilihan strategi ini, implementasinya membutuhkan
berbagai konsekwensi. Misalnya, produk perusahaan nya makin beraneka, oleh
karena itu perusahaan membutuhkan proses operasi yang lebih kompleks, baik
di operasi produksi dan pemasarannya. Alhasil, diperlukan biaya investasi,
penambahan ongkos kerja. Hal ini menjadi perhatian di dalam Strategi dan tata
kelola. Mengingat dapat terjadi aji mumpung di mana pengelola perusahaan,
dalam hal ini direksi mendapatkan peluang mendapatkan tambahan gaji. Direksi
memerlukan kompensasi gaji lebih tinggi karena besaran tanggung jawab
bertambah, skala bisnis membesar. Tata kelola, memberikan mekanisme
kontrol dan akses mengenai kehidupan sehari hari Strategi diversifikasi ini.
Sehingga kepentingan perusahaan diutamakan dengan proses kontrol yang
transparan, akuntabel dan bertanggung jawab. Selain itu, pilihan Strategi
diversifikasi produk, misalnya seringkali juga membutuhkan upaya monitor
kinerja penjualan aneka produk tersebut. Upayanya lebih komplek
dibandingkan bila perusahaan cukup memonitor satu atau beberapa produk
misalnya. Sehingga diperlukan mekanisme kontrol tata kelola untuk
memastikan tidak terjadi konflik di dalam hubungan pemilik dan pengelola.
Jangan sampai akibat diversifikasi produk, ada sebagian produk gagal di pasar,
meskipun produk yang lain berhasil memberikan imbal jasa yang baik. Artinya
diperlukan pengelolaan hubungan antara pemilik dan manajemen, di dalam
pilihan Strategi. Kapan dipastikan manajemen terjaga kinerjanya, dan bilamana
Strategi (diversifikasi) tidak selalu sesuai dengan harapan.
Demikian pula isu sekitar upaya mendapatkan profit perusahaan. Tata kelola
memberikan akses untuk monitoring pembuatan keputusan dan pilihan Strategi
penggunaan dana perusahaan. Pilihan antara mengutamakan keuntungan,
76 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
diinvestasikan kepada pihak lain juga, seperti: perbankan, atau pasar modal bagi
perusahaan yang telah terbuka.
Kepemilikan yang terkonsentrasi di pemilik institusional ini memiliki keinginan
untuk aktif memonitor dan mengarahkan jalannya strategi perusahaan. Mereka
berkepentingan menggunakan mekanisme tata kelola dan otoritas legal mereka
untuk mengontrol para direksi yang menjalankan perusahaan-perusahaanya.
Tujuan kontrol adalah memastikan perusahaan dijalankan untuk menghasilkan
imbaljasa (return) atau memastikan peningkatan nilai perusahaan. Dengan
demikian dana pihak ketiga yang diinvestasikan di perusahaan-perusahaan ini,
tetap dalam pengawasan pemilik institusional, relatif aman dalam proyeksi
keuntungan dan arah strategi yang ditetapkan.
Demikian pula tata kelola perusahaan yang melibatkan pendanaan dari investor
institusional, mereka juga memiliki mekanisme “hukuman” atau disiplin untuk
pimpinan perusahaan yang tidak efektif dalam menjalankan perusahaan.
Mengingat kinerja dan Strategi yang didanai dari dana pihak ke tiga ini tidak
mentolerir penurunan nilai perusahaan, oleh karena itu tata kelola mensyaratkan
berbagai dokumen di dalam pengelolaan perusahaan. Seperti laporan
perusahaan, antara lain: kinerja keuangan yang akuntabel, tanggungjawab tugas
tugas (direksi) yang dibebankan pemilik perusahaan. Bila hal laporan tersebut
tidak memenuhi harapan pemegang saham pengendali atau pemilik
institusional, biasanya akan dilakukan penggantian pengurus (direksi
perusahaan), melalui rapat umum pemegang saham.
Dari uraian tata kelola bagian ini dapat disimpulkan bahwa mekanisme kontrol
dapat dilakukan dengan tatakelola hubungan antara pemilik dan para profesional
yang dibayarnya. Mereka seringkali disebut dalam hubungan antara principal
(pemilik) dan agent (para profesional) yang dikelola untuk menjalankan srategi
meningkatkan nilai perusahaan. Pemilik selalu menginginkan kontrol atas
kinerja para profesional yang dibayarnya. Untuk mendalami bagaimana
hubungan kepentingan antara principal dan agent ini ditangani oleh tata kelola
perusahaan, dapat dilihat dari penegasan tugas-tugas kedua belah pihak di dalam
perusahaan.
78 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Namun demikian, sebagai bagian tata kelola komposisi para direksi dan
komisari ini paling tidak memiliki kriteria komposisi sebagai berikut:
1. Mewakili berbagai keterampilan dan pengalaman yang diperlukan
untuk menjalankan Strategi bisnis dan memastikan kinerja perusahaan
menambah nilai perusahaan dimata pemegang saham atau investor.
2. Para profesional independen yang ditunjuk, baik sebagai direksi
(pengelola) maupun komisaris(pengawas) merupakan pihak yang
memiliki kredensial dan profesional yang bekerja secara bebas. Tidak
dalam pengaruh pihak pihak lain. Hal ini dilakukan biasanya dengan
membuka informasi secara terbuka siapa siapa yang ditetapkan sebagai
komisaris independen, peranan dan keahliannya. Sehingga yang
bersangkutan dapat menjalankan peranannya secara terbuka.
Mempertanggungjawabkan perannya kepada pelaku pasar dan
masyarakat pada umumnya.
baik, beberapa aktivitas, agar tata kelola berjalan, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Direksi melakukan pertemuan reguler untuk mengidentifikasi progres
dan hambatan perusahaan. Demikian pula solusi dan dukungan
sumberdaya yang memadai. Demikian pula memastikan semua agenda
dari masing masing fungsi organisasi dapat berjalan. Utamanya fungsi
keuangan dan pelaporan untuk pemilik perusahaan, dan pihak terkait,
seperti perbankan dan perpajakan. Pertemuan reguler ini utamanya
memonitor implementasi Strategi bisnis di masing masing fungsi
organisasi atau Strategi korporasi di masing masing unit usaha
2. Pelaporan kepada komisaris atau pemilik perusahaan. Meskipun secara
peraturan, pemilik perusahaan atau pemegang saham dapat sewaktu
waktu meminta laporan dari pengelola perusahaan. Namun di dalam
tata kelola mekanisme kontrol merupakan bagian yang melekat di
dalam tanggung jawab direksi. Laporan secara periodik, minimal satu
tahun sekali. Hal ini menjamin pemisahan antara pemilik perusahaan
dengan pengelola perusahaan, berjalan lebih efisien. Khususnya
pembagian fungsi kontrol dan pelaksana.
3. Hal yang penting dan menjadi bagian dari tata kelola perusahaan yang
baik, adalah setiap kali pertemuan direksi membuat notulis dan
menjadi dokumen hidup untuk proses implementasi Strategi.
Demikian pula dokumen ini menjadi subyek inspeksi dari pemegang
saham. Dokumentasi rapat direksi ini sangat penting di dalam
mewujudkan tata kelola, mengingat hasil rapat internal direksi, akan
menjadi dokumen untuk melihat konflik kepentingan dan kesalahan
implementasi Strategi.
Demikian pula mereka memiliki hak untuk mengevaluasi kinerja para direksi.
Mengingat kekuasaan nya yang besar dalam menentukan Strategi perusahaan
dan memonitor pelaksanaan Strategi yang dijalankan oleh direksi dan petinggi
perusahaan, oleh karena itu, di dalam tata kelola perusahaan, tugas dewan
komisaris adalah sebagai berikut:
1. Memastikan segenap anggota direksi aktif berkontribusi di
implementasi Strategi perusahaan, dan menyelesaikan masalah
masalah strategis untuk memastikan arah perusahaan tetap berjalan
dalam koridor kebijakan pemilik perusahaan.
2. Memastikan komunikasi yang efektif dengan pemilik perusahaan atau
pemegang saham. Seringkali komisaris mewakili pemilik saham atau
pemilik perusahaan. Sehingga tugas komisaris sangat penting untuk
memastikan komunikasi yang reguler antara pengelola manajemen
perusahaan dengan pemilik yang tidak menjabat di struktural
komisaris perusahaan. Komunikasi utamanya melaporkan kinerja
keuangan, dan masalah masalah penting menyangkut reputasi
perusahaan. Dua hal ini merupakan aset perusahaan yang tidak
diinginkan turun nilainya oleh pemilih, yaitu: aset uang yang tangible
dan aset nama yang intangible
3. Melakukan pertemuan tahunan dalam bentuk rapat umum pemegang
saham atau RUPS. Tugas ini meskipun nampak mudah dan normatif,
namun merupakan tugas tata kelola perusahaan yang tidak boleh sekali
sekali di tinggalkan oleh komisaris. Dalam hal ini komisaris utama,
berkewajiban memastikan pertemuan tahunan membahas dokumen
laporan dari direksi , khususnya perjalanan perusahaan selama tahun
pembukuan yang dilaporkan. Tugas komisaris sebagai wakil pemilik
dan pemegang saham kemudian memberikan arah perusahaan, atas
berbagai usulan strategis mengenai bisnis tahun berjalan.
4. Demikian pula komisaris perlu secara reguler melakukan pertemuan
dengan para direksi yang ditunjuk sebagai direksi independen dan
profesional. Pandangan dari para pengelola manajemen yang tidak
membawa kepentingan pemilik, merupakan sisi kontrol Strategi.
Pandang para pimpinan eksekutif yang independen ini juga diharapkan
memiliki gambaran tata kelola perusahaan yang lebih transparan,
82 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Agar suatu strategi dapat diimplementasikan dengan efektif, tiga hal mutlak
perlu mendapat perhatian ialah:
1. Strategi yang dirumuskan harus konsisten dengan situasi persaingan
yang dihadapi perusahaan (internal)
2. Strategi harus memperhitungkan secara realistic kemampuan
perusahaan menyediakan berbagai daya, sarana, prasarana dan dana
yang diperlukan untuk mengoperasionalkan strategi tersebut
3. Strategi yang telah ditentukan dioperasionalkan secara teliti.
Kamar Dagang dan Better Business Bureau terlalu banyak memakan biaya?
Jelas, etika dan tanggung jawab sosial adalah keputusan yang dihadapi seluruh
manajer di berbagai jenis organisasi, tanpa memandang skala usaha atau
peringkatnya. Salah satu kunci sukses bisnis adalah memutuskan sedari dini
bagaimana merespons persoalan yang mendasari seluruh pertanyaan mengenai
etika dan tanggung jawab sosial.
dan harga yang dapat diterima kedua belah pihak, dan sebagainya.
Toyota dan Amazon.com termasuk di antara perusahaan yang
sekarang diakui memiliki hubungan yang sangat baik dengan pemasok
mereka.
5. Komunitas Lokal dan Internasional Sebagian besar bisnis berupaya
untuk bertanggung jawab secara sosial kepada komunitas sekitar
mereka. Mereka dapat memberikan sumbangan bagi program-program
lokal seperti Liga Kecil bisbol, secara aktif terlibat dalam program-
program amal seperti United Way, dan mungkin cukup dengan
menjadikan dirinya sebagai warga yang baik dengan meminimalkan
dampak negatif usaha terhadap masyarakat sekitar. Target, misalnya,
mendonasikan sejumlah persentase penjualannya kepada masyarakat
sekitar tempat mereka menjalankan bisnis. Perusahaan menyatakan
bahwa lebih dari $3,4 juta disumbangkan setiap minggunya bagi
komunitas lokal, program amal, dan sekolah-sekolah di seantero AS.
Tuntutan akan tanggung jawab sosial yang dibebankan pada organisasi saat ini
oleh publik yang makin berwawasan dan berpendidikan semakin menguat.
Seperti yang telah diulas, ada beberapa perangkap yang dapat menjerumuskan
manajer yang gagal menaati standar etika yang tinggi ini dan perusahaan yang
berupaya menghindari kewajiban hukumnya. Organisasi perlu memodifikasi
pendekatan terhadap tanggung jawab sosial seperti halnya mereka
mengembangkan strategi bisnis. Dengan kata lain, dunia bisnis sebaiknya
memandang tanggung jawab sosial sebagai tantangan utama yang memerlukan
perencanaan, pengambilan keputusan, pertimbangan, dan evaluasi yang cermat.
Mereka dapat mencapai hal ini melalui dimensi formal dan informal dalam
pengelolaan tanggung jawab sosial.
Beberapa dimensi pengelolaan tanggung jawab sosial melibatkan kegiatan
formal dan informal yang dilakukan oleh organisasi. Memang, sebagian
kalangan bisnis melakukan pendekatan tanggung jawab sosial dari sudut
pandang strategis.
Dimensi-dimensi formal organisasi yang dapat membantu pengelolaan
tanggung jawab sosial antara lain: (1) ketaatan hukum, (2) ketaatan etika, dan
(3) derma filantropis.
1. Ketaatan Hukum. Ketaatan hukum (legal compliance) menilai sejauh
mana organisasi mengikuti hukum lokal, negara bagian, federal, dan
internasional yang berlaku. Tugas pengelolaan ketaatan hukum
102 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
7.1 Pendahuluan
Lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan
eksternal, di mana lingkungan internal merupakan merupakan faktor primer
yang menentukan keberhasilan bisnis sedangkan lingkungan eksternal
merupakan faktor sekunder yang memengaruhi keberhasilan bisnis.
Lingkungan internal perusahaan pada umumnya terdiri dari divisi
produksi,divisi keuangan, divisi marketing, dan divisi sumber daya manusia.
Sumber daya manusia merupakan faktor penentu keberhasilan perusahaan, sdm
memiliki tiga dimensi yaitu kepentingan pemikiran dan perasaan merupakan
bidang yang harus dipahami oleh semua level manajer agar dapat
memberdayakan sdm secara efektif dan efisien. Sebagai faktor keberhasilan
perusahaan dipengaruhi oleh keberhasilan perusahaan merumuskan strategi.
Informasi eksternal harus dikombinasikan dengan informasi internal perusahaan
di dalamnya terkandung kekuatan dan kelemahan perusahaan sebagai faktor
primer dalam ,merumuskan strategi perusahaan salah satunya adalah peramalan
yang disusun untuk meraih peluang di bisnis yang dijalaninya.
106 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Lingkungan persaingan harus dikelola ekstra hati hati agar perusahaan mampu
bertahan hidup dalam segala bentuk persaingan. Dalam pasar persaingan
umumnya terdiri dari dua jenis utama yaitu:
1. pasar persaingan sempurna (perfect cometition market): penjual dan
pembeli sama banyak di pasar. Harga ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran.
2. Persaingan tidak sempurna (imperfect competition market): penjual
terbatas pembeli banyak. Penjual sebagai price decision maker,
pembeli sebagai price taker
Bab 7 Peramalan Dan Analisis Lingkungan 117
2. Audit internal
Audit internal meliputi pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan
perusahaan atau akuntan intern di bidang keuangan dan manajemen.
3. Audit keuangan
Tugasnya antara lain:
a. Memeriksa kinerja manajemen yang disajikan dalam laporan
keuangan (neraca, rugi laba, arus kas) berdasar program kerja
yang telah disepakati
b. Memeriksa wewenang dan tanggung jawab manajemen:
• Profit center (gross profit margin, operating profit margin,
net profit margin)
• Cost center (efficiency, cost reduction)
• Investment center (ROI, DOOL, DOFL)
• Revenue center (market share)
• Menganalisis varian
• Menyajikan informasi relevan untuk keputusan manajemen
4. Audit manajemen
Tugasnya antara lain memeriksa kinerja manajer di berbagai level
yang meliputi:
a. Budaya organisasi
• Budaya pemilik perusahaan
• Budaya manager
• Budaya karyawan (buruh)
• Budaya pemasok dan kreditor
• Budaya masyarakat sekitar organisasi
• Budaya pejabat pemerintah terkait
b. Skill manager
• Intellectual skill (berpikir holistik dan parsial)
• Human skill (gaya kepemimpinan dan memotivasi bawahan)
• Technological skill (membuat program kerja, melaksanakan,
dan mengevaluasi)
Bab 7 Peramalan Dan Analisis Lingkungan 119
c. Keberpihakan manajemen
• Mengabdi pemilik, bawahan dibebani tugas berat untuk
mencapai target laba.
• Mengabdi buruh, buruh diberi kesempatan untuk
merealisasikan bakat dan pengetahuannya untuk menjaga
kelestarian organisasi (perusahaan)
d. Konflikt kepentingan
• Pemilik: laba dan return on equity
• Manager: konsepsi tinggi dan fasilitas
• Buruh: hidup layak
5. Audit pemasaran dalam melakukan audit pemasaran diharapkan
diperoleh informasi tentang:
a. Daya beli dan kebutuhan konsumen
b. Penetapan harga
c. Marketing mix (product, place, promotion, price)
d. Segmentasi pasar
e. Persaingan
f. Pemasaran global
6. Audit produksi
Dalam melakukan audit produksi diharapkan diperoleh informasi
tentang:
a. Lokasi pabrik
b. Buruh
c. Peralatan pabrik
d. Sasaran kerja
e. Sistem produksi
• Kapitalis, orientasi laba
• Sosialis, orientasi pemenuhan kebutuhan rakyat
• Feodalis, orientasi upeti kepada raja
f. (pemogokan buruh)
g. Kualitas produk dan efisiensi biaya
h. Analisis biaya produksi
• Anaisis biaya material
120 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
8.1 Pendahuluan
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) sebuah singkatan dari idiom
pengaturan strategi yang sangat populer diranah Strategi Bisnis dan Manjemen.
Tampaknya terlihat sangat sederhana hanya mengolah empat variabel kata
untuk membangun keperluan suatu Strategi Bisnis. Variabel tersebut terdiri dari
kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity) dan
Ancaman (Threat), lalu dari keempat dimensi inilah startegi bisnis ini dilakukan.
Awalnya hanya dipergunakan untuk keperluan bisnis semata, tetapi seiring
berjalannya waktu hal ini diadopsi oleh berbagai keperluan diluar strategi bisnis
dan manajemen, dalam perkembangannya hal ini diketahui memiliki banyak
manfaat untuk membangun strategi diberbagai bidang. Oleh karena itulah
SWOT juga dipergunakan oleh bidang pekerjaan yang terkait bidang enjinering
dan industry, juga bidang kepariwisataan serta bidang sejenis lainnya yang
memerlukan SWOT sebagai alat (tools) yang terbukti memiliki keampuhan
untuk memetakan suatu situasi kejadian diberbagai bidang, yang dapat segera
diketahui faktor apa saja yang seharusnya dilakukan untuk memahami
122 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Analisis SWOT :
Rancangan pemikiran
Humphrey ini sangat mudah
dimengerti oleh setiap orang
yang tertarik pada bidang ini.
Humphrey selain meletakan inti
dari variabel SWOT :
Kekuatan, (strengths),
Kelemahan (weaknesses)
Peluang (opportunity),
Ancaman (treaths), dia juga
membagi dua variabel lainnya
yang akan dianalisis ditinjau
dari dalam Perusahaan, dan
variabel dari luar perusahaan.
Gambar 8.1: Model SWOT karya Albert Humprey
Sumber: Kotler dan internet yang terbuka untuk umum.
Bagian lainnya yang menjadi perhatiannya adalah pada variabel apa yang
membantu dan variabel apa yang menghambat perusahaan dalam kegiatan
mencapai tujuannya. SWOT memiliki peran yang sangat besar dalam organisasi
perusahaan, analisis SWOT merupakan suatu alat yang sangat berguna didalam
Bab 8 SWOT Analisis dan Perumusan Strategi 127
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan, yang
disimbolkan sebagai kekuatan dan kelemahan dari perusahaan itu sendiri,
adapun beberapa hal yang merupakan bagian dari faktor internal kekuatan
(strength) adalah sebagai berikut,
a. Memiliki sumber daya capital yang stabil untuk melakukan bisnis.
b. Memiliki sumber daya manusia yang kompeten dan loyal pada
perusahaan.
c. Memiliki properti teknologi yang mutahir sebagai asset perusahaan
d. Memperoleh kepercayaan kuat dari publik terhadap kualitas pekerjaan
perusahaan yang dihasilkan.
e. Memiliki tim pemasaran perusahaan yang bekerja trampil dan cerdas.
f. Memiliki kemampuan tim distribusi informasi perusahaan bekerja
professional, responsive dalam menangani kendala perusahaan.
Faktor eksternal yang dimaksudkan adalah semua faktor yang berasal dari luar
perusahaan yang hadir berupa ancaman (treath) dan peluang (opportunity) bagi
keberlanjutan bisnis suatu perusahaan. Hal ini berpengaruh terhadap performa
perusahaan.
130 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Adapun beberapa hal yang merupakan bagian faktor ancaman (treath) dari
eksternal adalah,
a. Tren bisnis yang selalu berubah-ubah mengikuti zaman.
b. Budaya masyarakat yang sangat beragam ada yang terbuka tapi ada
juga yang tertutup, hal ini sering menyulitkan pihak perusahaan yang
harus berusaha memahami kondisi mereka.
c. Kondisi Sosial, politik dan ideology Negara yang kemungkinan
berubah-ubah.
d. Kondisi perekonomian suatu Negara yang tidak stabil
e. Kemampuan daya beli publik yang rendah dan tidak stabil
f. Peraturan dan kebijakan pemerintah terhadap kegiatan bisnis yang
kurang mendukung
g. Perkembangan teknologi yang terus berkembang tanpa batas, sehingga
menyulitkan perusahaan untuk mengikutinya. Karena memerlukan
investasi yang tinggi.
Dari proses panjang yang dilakukan oleh para peneliti tersebut dapat diketahui
ada empat kelompok peneliti yang berbeda cara memandang persoalan yang
dihadapi. Pertama kelompok yang cenderung melihat permasalahan dari sisi
Streng (kekuatan), seperti apakah suatu perusahaan yang sedang menghadapi
permasalahan tersebut dianalisa dari sisi kekuatan atau keunggulan yang
dimiliki. Apakah dengan kekuatan tersebut dapat mengatasinya atau tidak,
karena keseimbangan dengan sisi dimensi yang lainnya juga harus selalu
dianalisa. Jika suatu perusahaan memiliki kekuatan yang super, seharusnya
mereka tidak akan menemukan permasalahan didalam menjalankan usahanya
tersebut.
Ada dua contoh yang dibahas pada bagian ini, pertama SWOT Brand Starbucks,
kedua SWOT Brand Coca-Cola sebagai berikut.
Gambar 8.4: Produk Brand Coca-cola, yang sudah kuat dan tersebar
diseluruh dunia
Sumber: Internet yang terbuka untuk umum.
Bekerja sangat teliti dan selalu melakukan pemantauan situasi pasar (market),
tingkat kepuasaan pelanggan, serta memperhatikan keperluan para
pelanggannya melalui kegiatan CSR nya.
Cocacola SWOT analysis
2023, by Coca-cola company
Poin yang paling menarik dari SWOT Coca-cola ini ada pada bagian Ancaman
(threats) yang mengarahkan perhatiannya pada persoalan tanggung jawab pada
lingkungan hidup, penyelamatan Planet Bumi, agar manusia bisa hidup dengan
kualitas lingkungan yang aman dan nyaman. Artinya Coca-cola harus bekerja
keras mengurangi jumlah polusi plastik hingga akhirnya menghilangkan polusi
plastiknya diseluruh tempat dimuka bumi ini, di mana produk Coca-cola ini
dijual. Bila dia tidak berhasil ini menjadikannya sebagai sebuah ancaman pada
kehidupan manusia dan keberlangsungan planet bumi ini.
Poin lainnya yang menjadi pernyataan dari pihak Coca-cola, bila produk yang
dijualnya masih membuahkan risiko pada kesehatan manusia ini menjadi
ancaman moral bagi produk Coca-cola yang telah menjual produknya keseluruh
dunia. Tentunya pihak Coca-cola akan selalu meneliti kualitas materialnya yang
lebih aman bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsi produk Coca-cola
tersebut.
136 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
yang lainnya. Tentunya persoalan yang dihadapi oleh setiap perusahaan sangat
berbeda-beda, dan cara memetakannya serta memberikan solusinya puga
menjadi sangat berbeda-beda pula. Untuk itulah diperlukan kepekaan dan
ketelitian para penelitinya, disaat menghubungkan masing-masing variabel
yang terkait perusahaan yang ditelitinya, agar jangan sampai salah hingga akan
merugikan perusahaan yang ditelitinya.
Selanjutnya yang dipertaruhkan adalah kemampuan para penelitinya dalam
menghubungkan antar variabel yang dia tinjau, sebagai inti permasalahan yang
dihadapi oleh masing-masing perusahaan dan bagaimana cara penyelesaiannya
yang sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh masing masing perusahaan
sebagai pelaku usahanya.
Pearce dan Robinson
Menurut Pearce dan Robinson, pengertian analisis SWOT adalah bagian dari
proses manajemen strategik perusahaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan utama perusahaan.
Kelemahan dan kekuatan utama tersebut dibandingkan dengan peluang dan
ancaman eksternal sebagai landasan untuk menghasilkan berbagai alternatif
strategi yang diperlukan oleh perusahaan.
Kotler Philip, buah pemikiannya sering dijadikan acuan para peneliti peranan
SWOT dalam managemen dan bisnis. Menurutnya SWOT adalah alat untuk
mengevaluasi terhadap semua kekuatan dari suatu kegiatan usaha, kelemahan,
peluang, dan ancaman dari kegiatan usaha yang terdapat pada individu atau
organisasi pada kurun waktu tertentu.
Selanjutnya Kotler menyampaikan, Analisis SWOT adalah kegiatan melakukan
analisis terhadap kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi atau
perusahaan yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja yang diperlukan oleh masing-masing perusahaan
disaat menghadapi situasi persaingan yang ketat antar perusahaan yang sejenis
di pasar (market).
Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness),sedangkan untuk analisis eksternal meliputi kesempatan
(opportunity) dan ancaman (threat).
Jadi tujuan dari analisis SWOT ini untuk memahami kondisi kesehatan dari
suatu kegiatan bisnis di perusahaan, dapat mengidentifikasi posisi organisasi,
138 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
masalah yang dihadapi, sampai pada bagian mana saja yang perlu ditingkatkan.
Tentunya bila telah diketahui gambaran keseluruhan situasi dan kondisi dari
suatu perusahaan, dapat dijadikan sebagai dasar untuk para pimpinan
mengambil keputusan, strategi apa kedepannya yang harus dilakukan oleh
perusahaan ini di dalam menghadapi kondisi persaingan bisnis dipasar (market)
agar dapat diterima konsumen dan diakui oleh pesaing di pasar (market).
Kembali pada telaah yang banyak dilakukan para peneliti yang menemu kan
kecenderungan faktor eksternal dari perusahaan peranannya menjadi sangat
penting dalam analisis SWOT, karena sekecil apapun kegiatan bisnis cenderung
akan mengamati situasi yang sedang terjadi diluar perusahaan, tren apa yang
sedang disukai publik dan bagaimana perusahaan lainnya dalam mengambil
pengaruh untuk mengusai pasar.
Selanjutnya setiap perusahaan akan melakukan penyesuaian, dengan melihat
kondisi internal perusahaannya. Apakah kondisinya mampu untuk memasuki
pasar dan bersaing secara langsung dengan perusahaan pesaing yang memasuki
pasar dengan tujuan yang sama ingin menjadi pemenang. Berdasarkan fakta-
fakta yang dimiliki, setiap perusahaan setelah melakukan analisis dengan alat
SWOT tersebut, harus mampu mengurangi berbagai faktor penghalang untuk
kemajuan perusahaanya.
Semua kegiatan SWOT dirancang oleh Albert Humphrey telah memberikan
manfaat yang sangat besar bagi dunia bisnis dan manajemen diseluruh dunia.
Manfaat fungsi SWOT sebagai alat untuk menganalisis perkembangan
perusahaan hingga kini masih tetap bisa diterapkan dengan baik dan
dipergunakan oleh banyak bidang kegiatan, tidak hanya bisnis dan manajemen
saja, tetapi meliputi enjinering, bisnis hospitality dan kepariwisataan. Pemikiran
Humphrey hingga kini masih tetap dipergunakan dan orang semakin banyak
memahami pemikiran tersebut.
Analisis SWOT yang di implementasi pada keperluan Bisnis dan Industri, sudah
banyak dipergunakan oleh berbagai Brand Produk kelas Dunia, seperti yang
telah dilakukan oleh Brand Starbucks Coffee dan Brand Coca-cola seperti yang
dicontohkan pada pengutaraan tulisan diatas.
Analisis SWOT ini hingga kini masih dikaji pada perkuliahan di Universitas
dengan mencoba berbagai pendekatan yang berbeda-beda disesuaikan dengan
kasus dari masing masing perusahaan yang ditelitinya. Dalam pengembangan
tersebut dapat diketahui bahwa pendekatan SWOT ini sangat fleksibel bisa
ditelaah dari berbagai sudut pandang.#HH-Jan-2023
Bab 9
Evaluasi & Pengendalian
Strategi
diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi
program berikutnya.
Evaluasi strategi adalah tahap proses manajemen di mana manajer puncak
berusaha memastikan bahwa strategi yang mereka pilih terlaksana dengan tepat
dan mencapai tujuan organisasi. Para manajer sangat perlu mengetahui kapan
strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, maka dari itu evaluasi strategi
berarti usaha untuk memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat
dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu
berubah. Evaluasi merupakan kegiatan yang berkelanjutan pada pengendalian
strategi. Pengendalian telah mengalami perkembangan definisi dari masa ke
masa, yang cukup popular adalah pendapat Usury dan Hammer yang
berpendapat bahwa “Controlling is management’s systematic efforts to achieve
objectives by comparing performances to plan and taking appropriate action to
correct important differences” yang artinya pengendalian adalah sebuah usaha
sistematik dari manajemen untuk mencapai tujuan dengan membandingkan
kinerja dengan rencana awal kemudian melakukan langkah perbaikan terhadap
perbedaan-perbedaan penting dari keduanya.
Secara sederhana pengendalian dapat diartikan sebagai proses penyesuaian
pergerakan organisasi dengan tujuannya. Pengendalian strategi merupakan
proses di mana para manajer memengaruhi anggota organisasi lainnya untuk
organisasi. Istilah pengendalian strategi merupakan istilah yang dapat
dipertukarkan dengan pengendalian intern. Standards for Internal Control in the
Federal Government yang dikeluarkan oleh General Accouting Office (GAO)
November 1999 menyatakan bahwa: “In short, internal control, which is
synonymous with management control, helps government program managers
achieve desired results through effective stewarship of public resources”. Robert
Anthony mengartikan sistem pengendalian strategi sebagai suatu proses untuk
memastikan bahwa sumber daya diperoleh dan digunakan secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk memahami suatu sistem
pengendalian strategi dibutuhkan suatu pengetahuan tentang lingkungan
pengendalian strategi dalam suatu organisasi dan proses pengendalian strategi.
Bab 9 Evaluasi & Pengendalian Strategi 141
Disisi lain, Ada delapan hal penting dalam pelaksanaan evaluasi yaitu pejabat
strategik, misi organisasi, peluang dan ancaman eksternal, kekuatan dan
kelemahan internal, tujuan jangka panjang, strategi, tujuan tahunan dan policy.
142 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Dalam hal ini, struktur organisasi dengan berbagai bentuknya yang sederhana,
fungsional, divisional, matriks strategik berperan penting dalam pencapaian
tujuan dari kebijakan yang dibuat. Dengan Evaluasi strategik sebagai suatu
kerangka kerja (framework) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di
dalam organisasi terutama berkaitan dengan persaingan, maka peran manajer
144 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara strategik. Pemecahan
masalah dengan menghasilkan dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif
yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu
hasil yang memuaskan. Jika dilihat dari variabel lingkungan, faktor evaluasi
strategi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain seperti politik, sosial, budaya, dan historis yang
menimbulkan perbedaan dalam pengertian, cara pandang, dan definisi. Dari
sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai entitas yang
aktivitasnya menghasilkan layanan publik dalam memenuhi kebutuhan dan hak
publik.
Evaluasi kinerja menjadi salah satu bagian dari aktivitas strategic management
yang esensial untuk dilakukan oleh perusahaan, sebagai tolak ukur untuk
menilai sejauh mana perusahaan telah efektif dalam mengimplementasikan
rencana strategisnya, dalam upaya untuk mencapai visi dan misi perusahaan.
Peter Drucker menulis bahwa untuk hidup dan tumbuh, perusahaan haruslah
beroperasi secara efisien (do things right) dan efektif (do the right thing). Untuk
mengetahui tingkat keefisienan dan keefektifan suatu kinerja maka diperlukan
suatu evaluasi terhadap hasil-hasil perusahaan yang merupakan akibat dari
keputusan masa lampau.
Melakukan evaluasi dan pengendalian strategik sangat penting bagi perusahaan
dengan alasan:
1. Adanya perubahan kondisi dan situasi pasar serta perekonomian di
mana pasar semakin berkembang, teknologi berubah dan pesaing-
pesaing baru bermunculan.
2. Semakin rumit dan kompleksnya organisasi akan membutuhkan suatu
kontrol yang lebih baik.
3. Dengan semakin terdesentralisirnya kekuasaan dan wewenang, para
manajer membutuhkan suatu alat untuk mengetahui aktivitas dan
kinerja para bawahannya.
media cetak, prosesnya memakan waktu yang lama, dan mahal. Di Era Digital,
proses penyebaran informasi dan komunikasi dapat dilakukan dengan
menggunakan teknologi informasi, seperti website dan media sosial, yang dapat
menjangkau konsumen tanpa batasan ruang dan waktu, promosi yang tertarget,
dan murah. Hal tersebut menjadikan proses digitalisasi sangat memberikan
keuntungan, terutama pada bisnis. Perkembangan bisnis di era digital
diilustrasikan dengan dua kata, yaitu cepat dan tepat. Melalui digitalisasi,
berbagai bidang dapat terhubung dengan jutaan manusia melalui web.
Keuntungannya yaitu efisiensi bisnis dan organisasi dan memperbaharui
manajemen aset. Teknologi dapat memudahkan manusia untuk mendapatkan
suatu informasi digital secara bebas dan cepat. Selanjutnya, perkembangan
teknologi ini bisa membentuk masyarakat baru, yakni masyarakat era digital
(Adha, 2022).
Berikut ini adalah beberapa peluang dan tantangan bisnis di era digital ini (Sisi,
2022).
1. Munculnya peluang bisnis online baru (e-business)
Perkembangan informasi saat ini mewabah ke pola hidup masyarakat
yang mengandalkan dunia virtual untuk kegiatan sehari-hari. Sejak
dilanda pandemi Covid-19, gaya hidup masyarakat cenderung memilih
berbelanja secara online untuk melengkapi kebutuhan terlihat
meningkat tajam. Cara ini dinilai lebih mudah, praktis dan efisien
karena kita tak perlu berinteraksi dan berhadapan dengan orang
banyak. Cukup dengan sentuhan layar ponsel, berbagai kebutuhan
dapat dikirimkan hingga ke depan pintu rumah kita.
158 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Namun masyarakat saat ini mudah sekali merasa bosan dengan satu hal dan
mempunyai keinginan yang cukup kompleks. Mereka pun lebih pintar dalam
Bab 9 Evaluasi & Pengendalian Strategi 159
memilih mana produk yang sesuai dengan mereka dan tidak. Ini menjadi
tantangan karena menuntut pemilik bisnis untuk lebih memutar otak dan
berinovasi dalam menciptakan produk serta jasa. Dan tentu saja hal ini mampu
memberikan keuntungan yang lebih maksimal kedepannya jika pelaku bisnis
mampu memanfaatkannya.
11.1 Pendahuluan
Globalisasi meningkatkan kecepatan difusi teknologi. Transfer teknologi lintas
batas bukan hanya berkontribusi pada kenaikan tingkat produktivitas domestik
di negara maju dan berkembang, tetapi juga dapat memfasilitasi pembentukan
kembali bagian dari lingkungan inovasi (Friedman,2007). Globalisasi
mempunyai dimensi teknologi dan idiologi, dimensi teknologi yaitu kapitalisme
dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi merupakan teknologi informasi
yang dapat menyatukan dunia .Beberapa negara penerima telah menjadi
Research and Development (R&D)/sumber penelitian dan pengembangan dan
paten baru yang signifikan. Pengenalan teknologi baru mengubah mesin
pertumbuhan diberbagai negara berkembang dan sifat perdagangan
internasional.
Bab ini membahas trend terkini dalam globalisasi dan transformasi teknologi,
menilai sifat perubahan inovasi di negara-negara berkembang, jasa dapat
menggantikan manufaktur sebagai mesin pembangunan, dan fragmentasi
manufaktur dan nilai rantai global di masa depan.
162 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Tujuan utama dari tema ini adalah untuk mengkaji kekuatan pendorong di balik
globalisasi teknologi dan implikasinya terhadap transfer teknologi ke, dan
pembangunan kemampuan teknologi di negara-negara berkembang. Tema ini
mengkaji beberapa isu spesifik, seperti paradigma tekno-ekonomi baru dan
industrialisasi pendatang baru, jaringan pengetahuan global, investasi asing
langsung dan transfer teknologi, dan efek sosial dari globalisasi teknologi.
menurun dari sekitar 24 persen pada tahun 1980 menjadi 18 persen pada tahun
1995. Pada saat yang sama, produk teknologi tinggi, seperti barang elektronik
dan listrik, telah meningkatkan pangsanya dari sekitar 14 persen pada tahun
1995.1980 menjadi sekitar 23 persen pada tahun 1995. Selama periode 1980-
1995, negara-negara berkembang mencatat tingkat pertumbuhan ekspor yang
lebih cepat daripada negara-negara industri di semua kategori produk. Sebagian
besar ini dapat dikaitkan dengan relokasi kegiatan padat karya dalam produksi
teknologi tinggi ke negara berkembang oleh perusahaan transnasional (TNC).
Tetapi sebagian besar dari itu juga disebabkan oleh perluasan kemampuan
teknologi asli di beberapa negara berkembang. Beberapa negara berkembang,
terutama yang berada di kawasan Asia Timur dan Tenggara telah berhasil
mengubah diri mereka bertransformasi menjadi pengekspor produk teknologi
tinggi, sehingga beberapa perusahaan mereka kini menjadi pesaing bagi
perusahaan di negara industri.
Saat ini ada sekelompok negara yang berhasil diintegrasikan ke dalam proses
globalisasi dan memperoleh manfaat penuh darinya. Pada saat yang sama, ada
kelompok negara lain yang lebih besar yang terpinggirkan dari perkembangan
ekonomi global dan menghadapi prospek masa depan yang tidak pasti. Apa ciri
khas dari globalisasi ini yang membuka peluang bagi sebagian orang dan
menciptakan hambatan bagi yang lain? Sejauh mana teknologi baru
bertanggung jawab atas integrasi dan/atau marginalisasi negara? Perkembangan
teknologi dan liberalisasi ekonomi selama beberapa dekade terakhir telah
menghasilkan penciptaan pasar yang lebih bersatu di mana perusahaan dipaksa
untuk memperoleh ekonomi skala global untuk tetap kompetitif. Seperti yang
ditunjukkan oleh (Levitt,1983), kebutuhan dan preferensi konsumen di seluruh
dunia menjadi lebih homogen, yang mengarah ke standarisasi produk,
manufaktur, dan perdagangan. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi
dan transportasi telah membuka daerah terpencil dan miskin sekalipun untuk
menyaksikan perubahan sosial ekonomi yang terjadi di dunia akibatnya, orang-
orang di daerah terpencil sekalipun bercita-cita untuk memiliki fasilitas modern
yang sama dan barang berkualitas tinggi yang dapat diakses oleh negara maju,
yang pada gilirannya mengarah pada munculnya pasar global untuk produk
konsumen standar. Hal ini berdampak luas tidak hanya pada kondisi ekonomi
negara-negara tersebut, tetapi juga pada aspek sosial dan politik.
Seperti yang disarankan (Bartlett dan Ghoshal,1991), inovasi radikal juga
membawa perubahan ekonomi industri dan memungkinkan perusahaan di
beberapa industri untuk mengembangkan dan memproduksi produk secara
Bab 11 Globalisasi Dan Strategi Bisnis 167
2. Nilai inti
Strategi bisnis memandu top up management atau eksekutif tingkat
atas serta departemen tentang apa yang harus dilakukan dan tidak
boleh dilakukan, sesuai dengan nilai inti organisasi.
3. Analisis SWOT
Analisis ini termasuk dalam setiap strategi bisnis, karena
memungkinkan perusahaan untuk mengandalkan kekuatan dan
menggunakannya sebagai keuntungan. Hal ini dapat membuat
perusahaan menyadari setiap kelemahan atau ancaman. SWOT
merupakan singkatan dari Strength, Weakness, Opportunity, dan
Threats.
4. Taktik
Banyak strategi bisnis merencanakan operasional tentang bagaimana
pekerjaan harus dilakukan untuk dapat memaksimalkan efisiensi.
Orang yang bertanggung jawab atas taktik memahami apa yang harus
dilakukan, menghemat biaya,waktu dan tenaga.
5. Rencana alokasi sumber daya
Cakupan strategi akan menemukan sumber daya yang diperlukan
untuk dapat menyelesaikan rencana, bagaimana sumber daya akan
dialokasikan dan siapa yang bertanggung jawab untuk melakukannya.
6. Pengukuran
Target yang ditetapkan sebelum meluncurkan strategi dapat melacak
output perusahaan, mengevaluasi kinerja.
12.1 Pendahuluan
Perilaku organisasi adalah kegiatan mengevaluasi dan mengidentifaksi perilaku
individu dalam suatu organisasi. Kegiatan manajemen ini bertujuan untuk
meningkatkan kinerja organisasi dengan memahami perilaku manusia. Melalui
perilaku organisasi, organisasi dapat memahami perilaku orang-orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Memahami perilaku mereka membuatnya
lebih mudah untuk memengaruhi dan memotivasi mereka untuk mencapai
tujuan mereka. Semua perilaku yang ada dalam suatu organisasi membentuk
budaya organisasi (Sahir et al., 2022).
Budaya merupakan karakter suatu organisasi dan sangat tertanam dalam sikap,
nilai, asumsi, dan perilaku orang-orang di dalamnya. Budaya organisasi menjadi
perekat yang membuat organisasi memiliki karakter. Ketika budaya organisasi
sejalan dengan tujuan, strategi, dan tujuan bisnis organisasi, hal ini akan
mendorong pertumbuhan organisasi, mendorong keterlibatan anggota,
meminimalkan risiko, dan membangun citra. Namun jika tidak, anggota tidak
akan merasa terlibat dengan pekerjaannya. Anggota tidak produktif berakibat
pada kehilangan tujuan pendapatannya (Ferry, 2015)..
178 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
karena itu penting untuk diajarkan kepada orang baru”(Simarmata et al., 2022).
Sebagai sistem nilai, budaya organisasi dapat mendorong orang untuk memilih
dan memutuskan dalam organisasi. Budaya organisasi meliputi norma-norma
yang dialami oleh anggota organisasi dan digambarkan sebagai pengaturan
kerja mereka.
Budaya organisasi adalah ”seperangkat nilai, keyakinan, dan norma bersama
yang memengaruhi cara anggota berpikir, merasakan, dan berperilaku di tempat
kerja” (Schein, 2010). Budaya organisasi berdampak langsung pada berbagai
variabel organisasi. Jika anggota digerakan oleh norma dan nilai yang sama
dalam organisasinya, maka kinerja anggota akan meningkat (Kotter, 2008).
Budaya organisasi mendorong anggota berpikir dengan cara yang sama dan
digerakan oleh pandangan yang sama dalam bekerja (Racelis, 2010).
Budaya organisasi merupakan bagian penting dari organisasi yang memuncul-
kan berbagai penelitian untuk menentukan dan mendefinisikan kinerja dan
keberlanjutan organisasi. Dikatakan memiliki pengaruh dan kepentingan yang
besar pada berbagai proses organisasi, anggota dan kinerja mereka, dan
merupakan faktor kunci untuk mengintegrasikan budaya organisasi yang
berbeda ke dalam struktur grup. Memastikan profitabilitas adalah salah satu
tujuan dan sasaran setiap organisasi. Tempat yang bagus dalam meningkatkan
budaya kerja organisasi (Kenny, 2018).
Budaya organisasi dan komitmen anggota memiliki keterkaitan dalam
memengaruhi kinerja organisasi. Robbins dan Judge menyatakan bahwa
komitmen organisasi menunjukkan keberpihakan seorang anggota pada tujuan
organisasi dan niat untuk bertahan dalam organisasi tersebut. Mathis dan
Jackson mengungkapkan komitmen organisasi menunjukkan kepercayaan
anggota dengan menerima tujuan organisasi, dan niat untuk menetap dalam
organisasi (Fahdy, Nawangsari and Handiman, 2020).
Budaya organisasi diukur menggunakan pendekatan budaya organisasi yang
bertujuan untuk mencapai kelangsungan hidup organisasi. Pendekatan ini
meliputi kemampuan beradaptasi, keterlibatan, konsistensi dan misi. Keempat
komponen ini menjadi opsi jika ingin menjadi organisasi yang efektif.
Kemampuan beradaptasi adalah kemampuan organisasi untuk memperoleh
keuntungan dari kegagalan, dan melakukan perubahan. Keterlibatan adalah
kapasitas organisasi untuk terlibat membentuk, dan menumbuhkan skill SDM
di semua tingkatan. Konsistensi adalah kapasitas organisasi untuk menerapkan
tata kelola yang andal dan terorganisir. Terakhir, misi adalah kapasitas
Bab 12 Budaya Organisasi dan Strategi Kepemimpinan 181
Peran penting budaya organisasi diungkapkan oleh Greenberg & Baron dalam
(Simanjuntak et al., 2022) yaitu:
1. Budaya memberikan rasa identitas. Semakin jelas suatu organisasi
mendefinisikan nilai dan persepsinya maka semakin banyak
anggotanya terhubung dengan misi organisasi dan menjadi kontributor
yang lebih kuat.
2. Budaya menghasilkan komitmen terhadap misi organisasi. Anggota
suatu organisasi merasa menjadi bagian dari organisasi dan
berpartisipasi dalam segala aktivitasnya. Mereka tidak lagi
mengutamakan kepentingan mereka sendiri
3. Budaya memperjelas dan memperkuat standar perilaku. Budaya
memandu anggota organisasi untuk mengartikulasikan dan melakukan
apa yang harus mereka lakukan dan katakan. Standar perilaku ini
sangat membantu bagi pendatang baru di organisasi.
12.4 Kepemimpinan
Stoner, Freeman and Gilbert (2009) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
proses memengaruhi dan mengarahkan anggota dalam menjalankan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya. Griffin dalam Rozali and Sitasari, (2017)
mengelompokkan kepemimpinan menjadi 2 konsep: sebagai proses dan sebagai
atribut. Sebagai proses, kepemimpinan fokus pada kegiatan para pemimpin,
yaitu proses pemimpin dalam memengaruhi anggota untuk mencapai tujuan
organisasi, atau proses mendorong anggota untuk mencapai tujuan organisasi,
dan membangun budaya produktif dalam organisasi. Sebagai atribut,
kepemimpinan merupakan kumpulan sifat yang melekat pada seorang
pemimpin (Kartono, 1994) Oleh karena itu, pemimpin adalah seorang yang
memiliki keterampilan untuk memengaruhi anggota dengan cara yang baik,
sehingga anggota yang dipimpin menerimanya sebagai pemimpin.
Pada hakikatnya kepemimpinan melibatkan empat faktor utama yaitu pengikut
(followers), pendistribusian kekuasaan dari pemimpin ke pengikut (distribution
of powers), kekuasaan untuk memengaruhi (power of influence), dan nilai
kepemimpinan (leadership value).
Follower atau ”pengikut” adalah orang yang mengikuti pemimpin, atau orang
yang mendapat perintah dari pemimpin untuk berbuat sesuatu. Pengikut dapat
bertindak sebagai anggota ataupun karyawan. Pendistribusian kekuasaan dari
pemimpin ke pengikut terjadi karena perbedaan kekuasaan maka nampak jelas
perbedaan mana yang berkuasa dan mana yang harus patuh. Perbedaan tersebut
berimplikasi pada perbedaan kekuasaan di antara keduanya. Penggunaan
kekuasaan untuk memengaruhi didasari oleh adanya perbedaan kekuasaan
bahwa pemimpin memiliki kekuasaan lebih dari pengikut, sehingga pemimpin
dapat menggunakan kekuasaannya untuk memengaruhi pengikutnya. Dalam
hal ini yang dipengaruhi oleh pemimpin adalah perilaku pengikut agar mau
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Faktor terakhir adalah
nilai kepemimpinan, nilai ini ada dalam diri pemimpin yaitu bahwa pemimpin
harus memahami bahwa dirinya tidak hanya berkuasa, namun juga perlu
memiliki nilai untuk perubahan positif kepada seluruh anggota organisasi. Di
sini pemimpin perlu memiliki moral dan keteladan. Pemimpin yang tidak
mengindahkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, Karenanya disinilah
penciptaan nilai dalam kepemimpinan sangat diperlukan.
Bab 12 Budaya Organisasi dan Strategi Kepemimpinan 187
Mereka membuka dialog, tetapi juga pendengar aktif dan memberikan umpan
balik yang konstruktif. Hal ini telah mentransformasikan hubungan antara
atasan dan bawahan yang awalnya berorientasi pada manajemen, berdasarkan
komitmen, kepentingan pribadi dalam pengembangan diri, dan tanggung jawab
untuk bekerja sama dengan orang lain dalam rangka pengendalian kualitas dan
produktivitas (Prasetya, 2019).
perilaku bersama, dan dedikasi terhadap tujuan yang lebih besar penting bagi
keseluruhan budaya.
Sangat penting untuk membentuk budaya perusahaan dengan kebiasaan, nilai,
dan keyakinan yang baik dengan menyediakan lingkungan tempat kerja terbaik
untuk mendorong pengalaman kerja yang positif. Lebih penting lagi, setiap
orang harus memiliki sikap yang sama tentang bagaimana pekerjaan dilakukan,
bagaimana komunikasi ditangani, konflik diselesaikan, dan sebagainya. Ini
tidak berarti semua orang memiliki gaya yang sama. Namun, setiap orang
berbagi konsep yang sama tentang budaya yang sehat atau tidak dalam
lingkungan kerja untuk menjadi sangat produktif, efisien, dan mempertahankan
moral yang optimal.
Karyawan percaya bahwa CEO dan pemimpin puncak lainnya bertanggung
jawab atas perubahan budaya. Di bawah ini adalah beberapa cara untuk
memengaruhi budaya perusahaan:
1. Transparansi
Transparansi harus dipastikan pada semua tahapan di semua
departemen. Itu membuat seorang pemimpin atau karyawan, berbeda
dari yang lain dan membantu organisasi tumbuh dalam jangka panjang.
Salah satu strategi untuk meningkatkan transparansi dapat berupa
meminimalkan silo departemen dan membuat departemen bekerja
sama sebagai kelompok. Terkadang hal ini dapat membantu dengan
cara yang kreatif, seperti saat penjualan, tim yang berfokus pada
layanan, dan pemasaran bekerja sama untuk menyempurnakan pesan
yang beresonansi lebih baik dengan pelanggan sasaran. Dalam kasus
lain, ini dapat meminimalkan konflik tujuan antar departemen.
Misalnya, pembelian memiliki pengendalian dan pengurangan biaya,
sedangkan produksi mungkin memiliki tujuan kepuasan pelanggan dan
membutuhkan kualitas yang lebih baik. Transparansi antara kedua
departemen ini dapat menghasilkan keseimba-ngan keputusan
pembelian berbasis nilai.
2. Akuntabilitas
Tim yang sukses dan berkinerja tinggi terkait langsung dengan
akuntabilitas individu. Kepercayaan bergantung pada kemampuan
orang untuk menindak-lanjuti janji dan komitmen mereka.
192 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Berikut adalah budaya perusahaan yang sehat tidak bebas konflik. Para
pemimpin dapat menetapkan aturan dasar untuk memperkuat
komunikasi yang efektif:
a. Hindari mencari-cari kesalahan rekan kerja.
b. Hentikan kontroversi, rumor, dan gosip.
c. Asumsikan niat terbaik dan tetap berpikiran terbuka.
d. Hindari konflik yang solusinya tidak dapat ditemukan.
e. Bersedia untuk mengambil tantangan dan melakukannya dengan
sikap positif.
f. Buat opsi untuk mengeksplorasi ide, konsep, dan solusi inovatif.
g. Solusi harus bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang, bukan
hanya sebagian
h. Hilangkan mentalitas "kita" versus "mereka".
4. Kolaborasi
Berbagi pengetahuan sangat penting untuk pertumbuhan individu,
tetapi juga penting bagi pekerja untuk merasa dihargai dan dihormati.
Ini juga penting untuk pertumbuhan organisasi, inovasi, dan moral.
Namun, ini bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Dimulai dengan
pemimpin yang percaya bahwa pekerja memiliki keterampilan, alat,
dan pengetahuan untuk memenuhi tuntutan dan mencapai tujuan
organisasi. Dengan kata lain, kolaborasi harus diintegrasikan ke dalam
proses dan orang-orang di dalam organisasi. Misalnya, peran yang
berhadapan dengan pelanggan (misalnya, penjualan, dukungan, dll.)
sering kali memiliki wawasan penting bagi departemen lain.
Sayangnya, umpan balik ini sering ditinggalkan oleh para pemimpin
atau tidak pernah ditanggapi oleh para pemimpin yang tidak hadir.
Namun, memberikan kebebasan kepada pekerja di semua tingkatan
untuk berkolaborasi dapat membangun kepercayaan dan membuka
pintu untuk kolaborasi. Pertemuan lintas departemen secara teratur
bisa sangat bermanfaat. Mereka mungkin mengidentifikasi masalah
teknis atau produk, suku cadang, dan masalah outsourcing, masalah
skrip dukungan pelanggan, masalah penetapan harga, ide untuk
194 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
13.1 Pendahuluan
Strategi pada dasarnya adalah upaya untuk mendapatkan keunggulan dari
pesaing dan menang dalam kompetisi. Demikian juga strategi bisnis di mana
penerapanannya ditujukan agar dapat unggul dari pesaing dan meningkatkan
kinerja organisasi terlepas bagaimana kinerja itu diukur. Strategi menjadi dasar
organisasi dalam menentukan arah, rencana, cara, dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk memenangkan kompetisi. Kinerja perusahaan adalah hasil
yang diharapkan dari operasional perusahaan dengan menerapkan berbagai
strategi yang sesuai dengan arah dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi.
Keduanya saling berhubungan di mana kinerja perusahaan adalah post ante dari
strategi bisnis.
Bab buku ini membahas mengenai strategi bisnis dan kinerja perusahaan serta
bagaimana keduanya berkorelasi. Pembahasan dimulai dari diskusi dasar
strategi secara menyuluruh untuk membangun pemahaman yang kokoh.
Pembahasan dilanjutkan dengan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam
menentukan strategi yang sesuai. Dengan demikian penentuan strategi yang
tepat bisa dilakukan. Kemudian elemen-elemen yang dianggap penting dalam
198 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
membangun strategi dielaborasi dalam bab buku ini. Bab buku ini kemudian
mendiskusikan mengenai kinerja perusahaan dan bagaimana kinerja dievaluasi
berdasarkan tujuan perusahaan didirikan. Bab buku ini kemudian membangun
hubungan antara strategi bisnis dan kinerja perusahaan di mana strategi
diketahui menjadi anteseden dari kinerja perusahaan yang baik.
& LaForge, 1986; Sapienza dkk., 1988). Selanjutnya, perusahaan kecil di negara
berkembang lebih enggan untuk mengungkapkan data arsip mereka membuat
penelitian menjadi tidak mungkin jika tidak mungkin (Alegre & Chiva, 2013;
Tang & Tang, 2012). Solusi alternatifnya adalah pengukuran subyektif yang
mengandalkan pemahaman yang dirasakan dari konstruksi yang sedang
diselidiki oleh peserta penelitian dengan pemahaman tentang risiko bias
psikologis dan kognitif yang menyebabkan peserta cenderung mengevaluasi diri
mereka secara positif (Taylor dan Brown, 1988). Para peneliti umumnya menilai
persepsi manajer tentang kinerja perusahaan secara keseluruhan melalui
perbandingan dengan kinerja pesaing dan/atau tujuan perusahaan (Kirca,
Jayachandran dan Bearden, 2005). Pengukuran kinerja perusahaan secara
subyektif berguna ketika perbandingan antar perusahaan menjadi tujuan
penelitian (Ketokivi dan Schroeder, 2004). Meskipun menggunakan ukuran
yang berbeda, pengukuran subyektif dan obyektif sangat berkorelasi (Dawes,
1999) dan terbukti dapat diterima (Venkatraman dan Ramanujam, 1987).
Dimensi dan indikator yang paling mencerminkan kinerja perusahaan sangat
tergantung pada tujuan dan karakteristik perusahaan. Pengukuran kinerja
perusahaan yang berbeda dapat diterima dalam penelitian karena setiap
penelitian mungkin memiliki pertanyaan penelitian yang berbeda (Hofer, 1983;
Venkatraman dan Ramanjuman, 1986). Kinerja perusahaan merupakan
konstruk multidimensi yang bergantung pada banyak faktor, terutama
kepentingan pemangku kepentingan yang mendorong peneliti untuk memilih
dimensi yang dianggap paling relevan dengan penelitiannya (Richard dkk.,
2009). Ketika jumlah pemangku kepentingan yang terlibat dalam menentukan
“kinerja yang baik” meningkat, definisi kinerja juga menjadi lebih beragam
(Fitzgerald dan Storbeck, 2003). Sementara beberapa penelitian membedakan
satu jenis pengukuran kinerja dari yang lain dalam bentuk konstruksi terpisah
seperti kinerja ekonomi dan sosial (misalnya, Bhattarai, Kwong, & Tasavori,
2019), penelitian lain menggabungkan dimensi kinerja ke dalam konstruksi
urutan kedua (misalnya, Santos & Brito, 2012).
Pengukuran kinerja juga bisa berbeda tergantung pada ukuran perusahaan.
Pengukuran kinerja UKM berbeda dibandingkan dengan perusahaan besar
(Cocca dan Alberti, 2010; Taticchi dkk., 2010). Karena pengukuran kinerja
perusahaan bisa unik tergantung pada tujuan penelitian, perusahaan besar dan
kecil mungkin memiliki pengukuran yang berbeda karena lingkungan dan
strategi mereka berbeda (Davig, Elbert dan Brown, 2004).
Bab 13 Strategi Bisnis dan Kinerja Perusahaan 207
Saat ini, munculnya usaha sosial dalam memecahkan masalah sosial yang
kompleks dengan mengadopsi strategi inovatif meskipun sumber dayanya
terbatas (Di Domenico dkk., 2010). Karena kinerja perusahaan tunduk pada
kepentingan pemegang saham fokal dan tujuan perusahaan (Rahman dkk.,
2018), kinerja perusahaan menjadi lebih subyektif dan multidimensi, mencakup
berbagai pengukuran termasuk kinerja keuangan, pasar, dan sosial (Santos and
Brito, 2012). Mengukur kinerja perusahaan atau organisasi selain menggunakan
penilaian berbasis laba merupakan tipikal industri yang tidak semata-mata
berfokus pada laba, seperti industri rumah sakit dan pendidikan (Coombes dkk.,
2011). Perusahaan-perusahaan ini berbeda dari perusahaan komersial semata
karena mereka tidak hanya harus terlibat dalam menghasilkan pendapatan untuk
mencapai swasembada keuangan dan mencapai kinerja ekonomi yang
ditargetkan, tetapi mereka juga harus terus meningkatkan kinerja sosial (Dart,
2004; Santos dan Brito, 2012). Senada dengan itu, Utoyo dkk. (2019) dan
Fontana dan Musa (2017) memperluas konsep kinerja inovasi memiliki dampak
sosial sebagai hasil akhir.
Kinerja sosial berbeda dibandingkan dengan parameter kinerja yang lebih
ekonomis. Berbeda dengan kinerja ekonomi yang berfokus pada menangkap
nilai ekonomi seperti pertumbuhan, pendapatan, dan laba (Bhattarai dkk., 2019;
Kropp dkk., 2006), kinerja sosial berkonsentrasi pada penciptaan nilai sosial
bagi pelanggan sebagai bagian dari perusahaan. ' misi dan tujuan sosial
(Coombes dkk., 2011). Tantangan yang menakutkan bagi perusahaan
pendidikan adalah menemukan keseimbangan antara kinerja ekonomi dan sosial
karena mereka harus meningkatkan kedua tujuan tersebut secara bersamaan
(Dart, 2004; Zhang & Swanson, 2013). Merumuskan strategi yang tepat untuk
perusahaan yang lebih berorientasi sosial akan lebih kompleks dan menuntut
daripada perusahaan berorientasi laba konvensional. Sukses untuk perusahaan-
perusahaan ini sama sekali tidak dijamin (Rispal dan Servantie, 2016), karena
perusahaan ditekan untuk menyusun strategi yang layak secara ekonomi dan
berkontribusi pada kebutuhan pelanggan yang ditargetkan (Maclean dkk., 2013;
Rey-Martí dkk., 2016).
208 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
14.1 Pendahuluan
Ekonomi global telah banyak mengalami perubahan di antaranya resesi
ekonomi yang diakibatkan berkurangnya suplai minyak dari negara penghasil
minyak, perang antara negara, pandemi Covid 19, dan menurunnya daya beli
masyarakat. Perubahan perubahan tersebut sangat memberikan pengaruh pada
keuntungan perusahaan sehingga manajemen harus berpikir keras melakukan
berbagai penyesuaian agar bisnis perusahaan berjalan lebih efektif. Perusahaan
sebagai organisasi bisnis sangat dituntut untuk mendapatkan lebih banyak
keuntungan agar mampu mempertahankan dan mengembangkan posisinya
(Dewhurst, 2014; Gamble, Peteraf and Arthur A. Thompson, 2014).
Mendapatkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif saat ini menjadi
lebih sulit dibandingkan sebelumnya. Jaringan (network) sosial dan e-
commerce telah mengubah sistem dan atmosfer pemasaran dibandingkan
sebelumnya.
Selain dikarenakan pandemi Covid 19 dan perubahan harga minyak, banyak
perusahaan yang menghadapi merger, divestasi, kebangkrutan dan kemudian
berhenti bisnisnya dikarenakan berbagai skandal korupsi dan masalah etika
212 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
bisnis. Pasar lokal yang sudah jenuh juga menjadi tantangan dan hambatan
keberlanjutan usaha selain juga kurang cepatnya inovasi inovasi yang
dihadirkan perusahaan. Pada era persaingan yang semakin ketat, perusahaan
harus mampu menghadirkan banyak hal yang baru baik produk maupun jasa
layanan. Porter (1998) menyatakan bahwa perusahaan harus membuat
perbedaan (diferensiasi) dengan perusahaan lain agar mampu mempertahankan
posisinya dalam persaingan bisnis. Pangsa pasar harus dipertahankan dan
diperluas dengan berbagai pendekatan di antaranya kepemimpinan biaya
rendah, diferensiasi, dan fokus.
Keberlanjutan perusahaan di semua bidang termasuk di pertanian merupakan
target prioritas setiap perusahaan. Persaingan yang datang setiap saat secara
cepat dan mendadak merupakan ancaman untuk setiap perusahaan bisnis.
Perusahaan harus secara responsif menyesuaikan diri dengan perubahan
perubahan tersebut agar tetap berlanjut operasional bisnisnya dan bertahan di
pasar. Persaingan bisnis pada akhirnya akan menghadirkan perusahaan
pemenang dan juga perusahaan yang kurang berkembang/kalah. Cita cita besar
perusahaan adalah menjadi pemimpin pasar dan mampu memengaruhi
pertumbuhan industri.
Perusahaan di semua bidang termasuk pertanian merupakan suatu mesin yang
mengelola input produksi untuk menghasilkan output produksi yang dikonversi
dalam bentuk uang. Output produksi harus dapat memberikan nilai tambah
kepada pengguna (konsumen) secara berkelanjutan. Output produksi yang
mampu memenuhi kebutuhan pengguna/masyarakat dalam ruang lingkup yang
luas diyakini dapat memberikan implikasi keberlanjutan perusahaan. Efektivitas
perusahaan dan efisiensi proses produksi perusahaan juga dapat meningkatkan
daya saing perusahaan.
Kemampuan bersaing perusahaan bukanlah sesuatu yang tiba tiba hadir dan
dimiliki perusahaan. Kepemimpinan dalam perusahaan dan keterampilan
mengelola perusahaan merupakan pendorong utama munculnya dan
dimilikinya keunggulan kompetitif perusahaan. Kepemimpinan menjadi
elemen strategis dalam mendorong arah dan strategi perusahaan serta cara
merespon perubahan eksternal (persaingan industri). Perusahaan disemua
bidang termasuk pertanian membutuhkan peran pemimpin sebagai driver dalam
mengejar target dan tujuan, menghalau serangan kompetitor, dan menjalin
kolaborasi dengan mitra strategis lainnya.
Bab 14 Memimpin, Mengelola dan Keberlangsungan Perusahaan 213
apa yang harus dilakukan di masa depan dan bagaimana hal itu akan
dilakukan. Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan
perusahaan dan merumuskan strategi untuk mencapai tujuan
berdasarkan sumberdaya yang tersedia dalam organisasi. Pada
perusahaan pertanian contohnya, tujuan perusahaan dapat berupa
peningkatan produksi padi, peningkatan volume penjualan ternak,
peningkatan keuntungan usaha, dan lain lain. Tujuan perusahaan
merupakan target capaian yang harus dicapai perusahaan untuk kurun
waktu tertentu. Target yang ditentukan harus merupakan indikator
indikator penting untuk menjadikan perusahaan menjadi sukses.
Setelah target ditentukan oleh perusahaan, maka hal yang strategis
yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi strategi dan kebutuhan
yang harus disiapkan untuk mencapai target yang ditentukan.
Perusahaan dalam mewujudkan tujuan (target indikator) harus
memperhatikan faktor eksternal dan internal perusahaan. Oleh karena
itu dalam merencanakan bisnis di perusahaan harus memiliki
pemahaman terkait dengan value perusahaan, visi dan tujuan
perusahaan. Kegagalan perencanaan dalam perusahaan disebabkan
kurangnya informasi yang diperoleh manajer. Informasi memiliki
peran penting dalam merumuskan cara dan strategi manajer untuk
mencapai tujuan. Rumusan cara yang tepat dan efektif dalam
mengelola organisasi bisnis akan menjadikan organisasi tersebut
berdaya saing dan memiliki kemampuan untuk survive. Sylvanus et al
(2017) menyatakan bahwa kegagalan pengelolaan perusahaan kecil
dan menengah sebagian besar dikarenakan kegagalan dalam
merencanakan perusahaan. Permasalahan operasional perusahaan
kecil menengah yang paling serius adalah kurang adanya perencanaan
yang efektif dan formal. Sebagian perusahaan yang gagal menyusun
perencanaan yang efektif dipastikan tidak akan memiliki strategi yang
efektif dan juga tidak memiliki opsi opsi pembiayaan untuk
pengembangan perusahaan.
Bab 14 Memimpin, Mengelola dan Keberlangsungan Perusahaan 215
2. Kegiatan Mengorganisasi
Selain perencanaan, dalam mengelola perusahaan harus juga
memperhatikan aspek mengorganisasi sumberdaya perusahaan.
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang melibatkan
pengembangan struktur organisasi dan mengalokasikan sumber daya
manusia untuk memastikan pencapaian tujuan perusahaan. Struktur
organisasi adalah kerangka untuk menjadi acuan dalam melakukan
koordinasi antar unit dan terlibatnya sumberdaya manusia di
dalamnya. Pada tahapan mengorganisasikan, diperlukan pendefinisian
pekerjaan dan hubungan kerja, menetapkan tugas yang berbeda terkait
dengan pelaksanaan rencana, mengatur dan mengalokasikan sumber
daya, merancang struktur yang membedakan tugas, tanggung jawab
dan wewenang, aktivitas penjadwalan untuk menjaga kelancaran dan
efektivitas dalam operasional perusahaan.
Konteks manajemen dalam pengorganisasian adalah
mengoordinasikan upaya manusia, mengatur sumber daya dan
menggabungkan keduanya sedemikian rupa sehingga membantu
dalam pencapaian tujuan organisasi bisnis. Ini memfokuskan pada
memutuskan cara dan sarana untuk mendukung pelaksanaan rencana
perusahaan. Terdapat kaitan antara perencanaan dan pengorganisasian.
Tujuan dan cara untuk mencapai tujuan sebagai nilai penting dalam
perencanaan akan dapat diimplementasikan melalui pengorganisasian
yang efektif. Perencanaan yang sudah ditetapkan harus didukung
dengan pengorganisasian sumberdaya perusahaan secara efektif dan
tepat sasaran.
216 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Umpan balik
adalah proses yang berkelanjutan, bukan suatu peristiwa atau pelaksanaan suatu
program tertentu yang berjalan cepat.
sasaran yang jelas dan cara untuk mencapai target kinerja. Pemimpin harus
berkomitmen untuk melaksanakan keberlangsungan perencanaan dan
mendukung program tersebut. Perusahaan juga harus mampu
merecord/mencatat semua data data yang terkait operasional perusahaan secara
komprehensif sehingga menjadi big data yang dibutuhkan perusahaan dalam
mengambil keputusan. Secara personality, perusahaan harus mampu mengelola
sumberdaya manusia secara efektif untuk keberlangsungan perusahaan.
Perusahaan harus mempertimbangkan dan memperhatikan kesejahteraan staf.
Perusahaan harus mampu mendokumentasi bagaimana rencana kesinambungan
perusahaan akan dapat dioperasionalisasikan; bagaimana mencegah kejatuhan
perusahaan, dan langkah apa yang harus diambil untuk menangani kegagalan
kegagalan yang potensial terjadi. Perusahaan harus menyusun rencana
keberlangsungan perusahaan dan dilaksanakan setiap kurun waktu tertentu serta
di evaluasi pelaksanaannya. Keberlangsungan perusahaan termasuk di bidang
pertanian tidak hanya tanggung jawab perusahan namun juga pemerintah.
Doern (2016) menyatakan bahwa keberlangsungan bisnis/perusahaan
khususnya pada skala kecil tidak hanya tergantung pada kekuatan organisasi
bisnisnya namun juga intervensi pemerintah sangat dibutuhkan dalam bentuk
kebijakan kebijakan.
Daftar Pustaka
David Fred. (2007). Strategic Management: Concepts & Cases. 11th Edition,
Prentice Hall
David, F. R. (1985) ‘“How Do We Choose among Alternative Growth
Strategies?”’, Managerial Planning, 33(4), pp. 14–17, 22.
David, F.R. (1993) Strategic Management. 1st edn. New York: Macmillan
Publishing Co.
David, F.R. (2011) Strategic management concepts and cases. Prentice hall.
David, Fred R. and David, Forest R. (2017) Strategic Management, A
Competitive AdvAntAge Approach, Concepts and Cases. England:
Pearson Education Limited.
Davidson, K. (1987) ‘“Do Megamergers Make Sense?”’, Journal of Business
Strategy, 7(3), p. 45.
Dawes, J. (1999) ‘The Relationship between Subjective and Objective
Company Performance Measures in Market Orientation Research:
Further Empirical Evidence’, Marketing Bulletin, 10(3), pp. 65–75.
De Long, D.W. and Fahey, L. (2000) ‘Diagnosing cultural barriers to knowledge
management’, Academy of Management Perspectives, 14(4), pp. 113–
127.
Debowski, S. (2008) ‘Collaboration and community: Building strength in
tertiary education’, in Engaging communities. HERDSA Annual
Conference: Rotorua.
Dewhurst, J.A. (2014) An introduction to business and business planning.
bookboon.com. Available at: https://doi.org/10.1057/jors.1989.27.
Di Domenico, M., Haugh, H. and Tracey, P. (2010) ‘Social Bricolage:
Theorizing Social Value Enterprises’, Entrepreneurship Theory &
Practice, 34(4), pp. 681–703. doi: 10.1111/j.1540-6520.2010.00370.x.
Djuwita, T.M. (no date) ‘Pengendalian Strategi Dalam Proses Manajemen
Stategis’, TRANSPARANSI: JURNAL ILMIAH ILMU
ADMINISTRASI, 16(1), pp. 1–8.
Doern, R. (2016) “Entrepreneurship and crisis management: The experiences of
small businesses during the London 2011 riots,” International Small
Business Journal: Researching Entrepreneurship, 34(3), pp. 276–302.
Available at: https://doi.org/10.1177/0266242614553863.
Daftar Pustaka 227
Sahir, S.H. et al. (2022) Kepemimpinan dan Budaya Organisasi. Yayasan Kita
Menulis.
Samuel C. Certo and J. Paul Peter (1995) Strategic Management. 2nd edn.
Chicago: Irwin.
Santos, J. B. and Brito, L. A. L. (2012) ‘Toward a Subjective Measurement
Model for Firm Performance’, Brazilian Administration Review,
9(Special Issue), pp. 95–117.
Sapienza, H. J., Smith, K. G. and Gannon, M. J. (1988) ‘Using Subjective
Evaluations of Organizational Performance in Small Business Research’,
American Journal of Small Business, 12(3), pp. 45–54. doi:
10.1177/104225878801200304.
Sari, A.P. et al. (2021) Kepemimpinan Bisnis. Yayasan Kita Menulis.
Schein, E.H. (2010) Organizational culture and leadership. John Wiley & Sons.
Schendel, D. (1976) ‘Business Policy and Planning’, Academy of Management
Review, 1(2), pp. 129–130. Available at:
https://doi.org/10.5465/amr.1976.4408693.
Sembiring, E. G. G. R. (2017). Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Profitabilitas
Perusahaan (Studi pada perusahaan Manufaktur sektor Makanan dan
Minuman yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014). Jom Fisip, 4(2), 1–
18.
Siagian, Sondang P. (2004). Manajemen Strategik. Jakarta: Bumi Aksara. pp
57 – 117
Simanjuntak, M. et al. (2022) Manajemen Komunikasi dan Organisasi. Yayasan
Kita Menulis.
Simarmata, H. M. P. et al. (2022) Teori Organisasi dan Manajemen. Yayasan
Kita Menulis.
Simarmata, N.I.P. et al. (2021) Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan.
Yayasan Kita Menulis.
Sirmon, D. G., Gove, S. and Hitt, M. A. (2008) ‘Resource management in
dynamic competitive rivalry: The effects of resoure bundling and
deployment’, Academy of Management Journal, 51(5), pp. 919–935.
236 Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis
Sisi (2022) Peluang dan Tantangan Bisnis di Era Digitalisasi . Tersedia pada:
https://sisi.id/stories/life-at-sisi/peluang-dan-tantangan-bisnis-di-era-
digitalisasi/ (Diakses: 28 Januari 2023).
Smith, T. M. and Reece, J. S. (1999) ‘The Relationship of Strategy, Fit,
Productivity, and Business Performance in A Services Setting’, Journal
of Operations Management, 17(2), pp. 145–161.
Solihin, Ismail. (2014). Pengantar Bisnis. Jakarta: Erlangga. pp 17-18
Steffensen Jr, D.S. et al. (2019) ‘Putting the “management” back in human
resource management: A review and agenda for future research’, Journal
of Management, 45(6), pp. 2387–2418.
Strasser, S. et al. (1981) ‘Conceptualizing the Goal and System Implications for
Comparative Evaluation Research’, Journal of Management Studies,
18(3), pp. 321–340.
Suadi (2021). Evaluasi dan strategi pengembangan organisasi. Jakarta: Pusat
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STAI Salahuddin
Pasuruan
Sudarmanto, E. et al. (2021) Manajemen Strategi Kontemporer. Yayasan Kita
Menulis.
Sudarmanto, E. et al. (2022) Manajemen Kreativitas dan Inovasi. Yayasan Kita
Menulis.
Sudaryo, Y., Aribowo, A. and Sofiati, N.A. (2018) Manajemen Sumber Daya
Manusia: Kompensasi Tidak Langsung dan Lingkungan Kerja Fisik.
Penerbit Andi.
Suryana, H. (no date) ‘STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN’.
Susilo, Y.E. (2012) ‘Pengaruh ROA, ROE, PBV, PER, NPM, OPM
TerhadapHarga Saham Perusahaan Perbankan Pada Tahun 2008–2011’.
Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Dian
….
Sylvanus, N. et al. (2017) “Managing Small and Medium Scale Enterprises in
A Competitive Marketing Economy,” IOSR Journal of Business and
Management, 19(06), pp. 21–31. Available at:
https://doi.org/10.9790/487x-1906012131.
Daftar Pustaka 237
Pada 2014, Ahmad berhasil meraih Hibah Buku Ajar Kemenristek Dikti.
Ahmad juga saat ini menjadi Asesor Akreditasi Mandiri Kesehatan di
LAMPTKes serta terlibat dalam penelitian-penelitian Nasional Kesehatan di
Badan Litbangkes Kemenkes RI.