Therapeutic Spaces (Rumah Rehabilitasi)
Therapeutic Spaces (Rumah Rehabilitasi)
141581
DOSEN PEMBIMBING:
DR. IR. MURNI RACHMAWATI, M.T.
PROGRAM SARJANA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
LAPORAN TUGAS AKHIR - RA.141581
DOSEN PEMBIMBING:
DR. IR. MURNI RACHMAWATI, M.T.
PROGRAM SARJANA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
FINAL PROJECT REPORT - RA.141581
TUTOR:
DR. IR. MURNI RACHMAWATI, M.T.
UNDERGRADUATE PROGRAM
DEPARTEMENT OF ARCHITECTURE
FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
ABSTRAK
THERAPEUTIC SPACES: RUMAH REHABILITASI SOSIAL BAGI KORBAN
NARKOBA
Oleh
Nabilla Fadlina Azhari
NRP : 3213100035
i
ABSTRACT
THERAPEUTIC SPACES: SOCIAL REHABILITATION HOME FOR
PEOPLE WITH ADDICTION AND SUBSTANCE ABUSE
By
Nabilla Fadlina Azhari
NRP : 3213100035
Drugs are substances and drugs that are harmful to the human body when
consumed in excessive amounts. Indonesia has declared in an emergency of drugs.
According to BNN, 50 people die every day beause of drugs, while 18 thousand
people die and 4.5 million people must be rehabilitated every year due to drug abuse.
There have been many efforts done by the government in handling the
problem, one of them is by improving the quality of rehabilitation and its facilities.
But in reality, the number of rehabilitation facilities in Indonesia is still much lower
than the number of people who need to be rehabilitated. This hinders the rehabilitation
process.
The social rehabilitation process of drugs in Indonesia has been done using
therapeutic community method. Through the healing architecture approach, the
method is applied to the building with the concept of therapeutic spaces. The design
object facilitates the rehabilitation activities as well as being part of the healing
process. Each element must support the healing process of its users. It is expected that
the facility can become an architectural object that supports the rehabilitation process
and support the healing aspects of its users.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ____________________________________________________ i
ABSTRACT ___________________________________________________ ii
DAFTAR ISI ___________________________________________________ iii
DAFTAR GAMBAR ____________________________________________ iv
DAFTAR TABEL _______________________________________________ v
I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang ______________________________________ 1
I.2 Isu dan Konteks Desain _______________________________ 3
I.3 Permasalahan dan Kriteria Desain _______________________ 4
II Program Desain
II.1 Rekapitulasi Program Ruang ___________________________ 5
II.2 Deskripsi Tapak_____________________________________ 10
III Pendekatan dan Metoda Desain
III.1 Pendekatan Desain __________________________________ 13
III.2 Metoda Desain _____________________________________ 14
IV Konsep Desain
IV.1 Eksplorasi Formal __________________________________ 17
IV.2 Eksplorasi Teknis ___________________________________ 21
V Desain ___________________________________________________ 23
V.1 Eksplorasi Formal ___________________________________ 23
V.2 Eksplorasi Teknis ____________________________________ 28
VI Kesimpulan _______________________________________________ 31
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
meningkat signifikan hingga 5,9 juta itu, kerugian yang ditimbulkan akibat
orang. Hal tersebut disampaikan narkoba mencapai 63 triliun Rupiah
Komjen Pol Budi Waseso Kepala yang meliputi biaya pembelian
Badan Narkotika Nasional (BNN) saat narkoba, biaya pengobatan dan biaya
berkunjung di Pondok Pesantren Blok rehabilitasi akibat narkoba.[2]
Agung Banyuwangi Senin Masalah tersebut harus segera
(11/1/2016).[1] diselesaikan agar tidak semakin
Indonesia saat ini sudah masuk merugikan dan luas peredarannya.
menjadi negara darurat narkoba. Berbagai upaya pemberantasan telah
Menurut data BNN, akibat penyalah dilakukan namun minimnya fasilitas
gunaan narkoba, setiap hari 50 orang rehabilitasi yang tersedia menyebabkan
meninggal dunia, sedangkan setiap proses rehabilitasi korban penyalah
tahun 18 ribu orang meninggal dan 4,5 gunaan narkoba tidak dapat berjalan
juta orang harus direhabilitasi. Selain cepat dan maksimal.
2
I.2 Isu dan Konteks Desain
Isu banyak hal, salah satunya adalah
Penyalah gunaan narkoba ini minimnya fasilitas yang tersedia.
adalah masalah yang cukup fatal Jumlah pengguna narkoba di
karena menyangkut generasi penerus Indonesia yang meningkat setiap
bangsa. Mayoritas penggunanya berada tahunnya tidak diimbangi dengan
pada rentang usia produktif 20-40 penambahan jumlah fasilitas dan
tahun. sumber daya manusia di pusat
Berbagai upaya telah dilakukan rehabilitasi. Kondisi tersebut
untuk memberantas narkoba. Di berdampak pada proses rehabilitasi
Indonesia saat ini digencarkan upaya pasien, di mana seharusnya satu
pemberantasan narkoba. BNN telah konselor membina 10 pasien,
menyusun rencana pemberantasan kenyataannya malah bisa sampai 45
narkoba dengan berbagai cara, yang pasien. Proses rehabilitasi pun
paling utama adalah supply reduction akhirnya tidak dapat berjalan
dan demand reduction. Untuk demand maksimal. Menteri Sosial, Khofifah
reduction dilakukan dengan Indar Parawansa, mengungkapkan
merehabilitasi penyalah guna narkoba bahwa panti rehabilitasi yang ada saat
sesuai dengan pasal 54 UU No. 35 ini hanya mencukupi delapan persen
tahun 2009 tentang narkotika, tertulis dari kebutuhan nasional. Hal tersebut
bahwa “Pecandu Narkotika dan korban dapat menghambat proses rehabilitasi
penyalahgunaan Narkotika wajib yang sedang digencarkan.[3]
menjalani rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial”.
Rehabilitasi dilakukan agar
tidak menggunakan narkoba lagi dan
mengedukasi masyarakat, utamanya
kalangan rawan terjebak narkoba,
tentang narkoba dan dampak serta
kerugian menggunakannya. Namun,
upaya-upaya tersebut belum dapat
berjalan maksimal karena terhambat
3
Konteks Desain
Desain dilakukan dalam konteks
penyembuhan korban penyalahgunaan
narkoba. Dengan konteks tersebut,
maka desain mempertimbangkan dan
merespon kebutuhan-kebutuhan yang
terkait dengan proses dan tahapan
Gambar I.3 Salah satu proses penyembuhan.
penyembuhan untuk korban narkoba
(Sumber: kompasdata.id)
4
BAB II
PROGRAM DESAIN
5
b) Lima pilar informasi, ruang perpustakaan,
1) Family milieu concept (Konsep kamar mandi, dan dapur;
kekeluargaan) b. ruang pelayanan teknis yang
2) Peer pressure (Tekanan rekan terdiri dari ruang asrama, ruang
sebaya) pengasuh, ruang diagnosa
3) Therapeutic session (Sesi /asessmen, ruang konseling
terapi) psikososial, ruang isolasi, ruang
4) Religius session (Sesi agama) instalasi produksi, ruang
5) Role modelling (Keteladanan) olahraga dan pembinaan fisik,
ruang bimbingan mental dan
Standar Pelayanan Pusat Rehabilitasi sosial, ruang praktek
Sosial Narkoba Menurut Peraturan keterampilan, dan ruang
Menteri Sosial No. 3 Tahun 2012 kesenian;
1) Pasal 10, Lembaga Rehabilitasi c. ruang pelayanan umum yang
Sosial Korban Penyalahgunaan terdiri dari ruang makan, ruang
NAPZA harus memberikan belajar, ruang ibadah, ruang
pemenuhan kebutuhan sebagai kesehatan, aula, pos keamanan,
berikut: ruang tamu, gudang, kamar
a. Penyediaan asrama, mandi, tempat parkir, dan rumah
b. Penyediaan sandang, dinas/pengurus;
c. Penyediaan pangan, d. peralatan lembaga rehabilitasi
d. Pelayanan kesehatan, sosial yang terdiri dari peralatan
e. Bimbingan fisik mental spiritual, penunjang perkantoran, peralatan
f. Bimbingan sosial, komunikasi, penerangan,
g. Ketrampilan hidup serta instalasi air dan air bersih,
vokasional peralatan bantu bagi penerima
pelayanan, peralatan penunjang
2) Pasal 16-17, sarana dan prasarana pelayanan teknis;
Lembaga Rehabilitasi Sosial e. alat transportasi yang terdiri dari
Korban Penyalahgunaan NAPZA alat transportasi perkantoran dan
a. perkantoran yang terdiri dari alat transportasi penerima
ruang pimpinan, ruang kerja staf, pelayanan; dan sandang dan
ruang rapat, ruang tamu, ruang pangan bagi penerima pelayanan.
dokumentasi, ruang data dan
6
Kegiatan Pelaku Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan di dalam Pelaku kegiatan di dalam fasilitas
fasilitas dikelompokkan ke dalam dikelompokkan menjadi sebagai
beberapa kategori kegiatan, yaitu: berikut:
1) Penerimaan awal 1) Residen
2) Terapi (Primary stage, re-entry 2) SDM (tenaga ahli, pengelola, staf)
stage, aftercare) 3) Pengunjung
3) Asrama
4) Administrasi Dari pertimbangan-pertimbangan
5) Servis tersebut, berikut hasil rekapitulasi
6) Kunjungan program ruang yang dibutuhkan di
7) Penunjang dalam fasilitas.
Tabel II.1 Analisa kebutuhan ruang. (Sumber: Analisa penulis)
Ruang Sumber Kapasitas/u Total (m2)
nit
Kegiatan penerimaan awal
- Lobby TSS 20 orang 56
- R. tunggu TSS 20 orang 70
- R. administrasi NDA 3 orang 27,3
- R. konsultasi NDA 3 orang 12,6
- R. diagnosa/assesmen NDA 3 orang 31,5
(2 staf,
1 residen)
- R. dokter & konselor NDA 5 orang 10,5
- Lavatory NDA 3 orang 15,6
Total kebutuhan ruang kegiatan penerimaan awal 223,5
Kegiatan primary stage, re-entry stage,
aftercare
- R. konseling individual NDA 3 orang 25,2
- R. terapi individu NDA 3 orang 25,2
- R. terapi kelompok outdoor NDA 65 orang 273
- R. terapi kelompok indoor NDA 40 orang 120
- R. terapi emosional NDA 10 orang 45
7
- R. praktek keterampilan NDA 15 orang 210
- R. terapi fisik NDA 20 orang 84
- R. konselor NDA 4 orang 25,2
- Lavatory NDA 3 orang 46,8
Total kebutuhan ruang kegiatan primary stage, re-entry 854,4
stage, aftercare
Kegiatan asrama
- R. tidur rehabilitan NDA 2 orang 588
- R. tidur konselor NDA 2 orang 39,2
- Perpustakaan & R. belajar NDA 30 orang 42
- R. ibadah (masjid) NDA 80 orang 112
- R. rekreasi NDA 30 orang 63
- R. staf NDA 10 orang 21
- Dapur NDA 10 orang 28
- Lavatory NDA 10 orang 52
- Tempat cuci dan jemur NDA 20 orang 130
Total kebutuhan ruang kegiatan asrama 1075,2
Kegiatan administrasi
- R. pimpinan NDA 1 orang 13,02
- R. kerja staf NDA 5 orang 31,5
- R. dokter NDA 1 orang 6,3
- R. rapat NDA 10 orang 14
- R. dokumentasi NDA 2 orang 12,6
- R. data dan informasi NDA 3 orang 18,9
- R. loker NDA 30 orang 19,5
- Lavatory NDA 1 orang 15,6
Total kebutuhan ruang kegiatan administrasi 131,42
Kegiatan servis
- Pos keamanan NDA 2 orang 12,6
- Area parkir NDA 12 mobil 300
78 motor 390
- Loading dock Asumsi 1 mobil 21
- R. genset Asumsi 2 orang 3,9
8
- Gudang NDA 2 orang 78
- R. panel Asumsi 2 orang 7,8
- R. kontrol CCTV Asumsi 2 orang 5,2
- R. petugas kebersihan Asumsi 1 orang 3,9
Total kebutuhan ruang kegiatan servis 822,4
Kegiatan kunjungan
- R. kunjungan NDA 16 orang 44,8
Total kebutuhan ruang kegiatan kunjungan 44,8
Kegiatan penunjang
- Area olahraga Asumsi 60 orang 312
- Aula NDA 80 orang 56
- Sirkulasi dan taman Asumsi - 1480,28
Total kebutuhan ruang kegiatan penunjang 1848,28
TOTAL KEBUTUHAN LUAS 5000
9
II.2 Deskripsi Tapak
Analisa Lahan
Analisa lahan dengan poin-poin
menurut Edward T. White:
1) Lokasi
Berada di jalan Mayjend
Sungkono, kecamatan
Kedungkandang, Kota Malang.
Lokasi ini terletak di pinggir kota
tapi juga tidak terlalu jauh dengan
bangunan administratif pemerintah
lain.
Gambar II.2 Kedungkandang,
Malang (Sumber: maps.google.com)
2) Lingkungan Sekitar
Pada radius +-500m dari lokasi
terdapat permukiman warga yang
cukup padat, kantor dinas
pemerintah, dan juga rumah sakit.
Mayoritas sekelilingnya masih
berupa ruang terbuka berupa sawah.
10
4) Legalitas 7) Sirkulasi
Melihat dari Pola Ruang Kota Sirkulasi pejalan kaki dan
Malang tahun 2010-2030, lahan kendaraan berada di depan lahan
berfungsi sebagai lahan untuk saja dengan intensitas sedang. Jalan
fasilitas umum dan fasilitas sosial, yang cukup lebar dapat dilalui oleh
dan sekitar lahan adalah lahan untuk berbagai kendaraan, baik roda dua
perumahan dan permukiman serta maupun empat dengan ukuran yang
perdagangan dan jasa. beragam. Terdapat angkutan umum
yang melalui depan lahan dengan
5) Fitur fisik alam intensitas rendah.
Di sekitar lahan terdapat
pepohonan dan persawahan. 8) Utilitas
Utilitas yang ada antara lain
6) Fitur buatan manusia saluran air bersih, saluran air kotor
Di depan lahan terdapat selokan (selokan di depan), listrik, lampu
kecil, bahu jalan selebar +-2 meter, jalan, dan telepon sudah tersedia.
dan jalan aspal selebar +-8 meter.
11
Saluran air bersih terletak di bawah diatas permukaan air laut termasuk
tanah, saluran air kotor berada di dataran tinggi sehingga memiliki
depan lahan selebar 50 cm tanpa iklim yang sejuk. Suhu rata-rata di
tutup, tiang listrik, telepon, dan lokasi adalah 22.1 °C. Dalam
lampu jalan berada di depan dan setahun, curah hujan rata-rata
seberang lahan. adalah 1518 mm.
13
III.2 Metoda Desain tidak hanya dipandang sebagai proses
Problem-solving analogy oleh Wayne kreatif, namun berupa proses yang
14
Metode Pemrograman oleh Donna P. membutuhkan respon desain agar
Duerk bangunan dapat mencapai tujuan
klien dan berhasil untuk klien dan
penggunanya.
3) Goals (tujuan): yaitu berupa
pernyataan tujuan, dari kualitas
ideal yang harus dicapai sempurna
oleh desain.
4) Performance Requirements
(kriteria perancangan): yaitu
Gambar III.3 Metode pemrograman Donna pernyataan tingkat fungsi yang
P. Duerk. (Sumber: Duerk,1993)
dapat diukur dan harus dipenuhi
Proses perancangan berangkat oleh desain untuk mencapai tujuan
dari isu yang digunakan untuk mencari yang bersifat spesifik, operasional
informasi terkait hal-hal yang sudah (memiliki cara kerja), dan terukur.
ada (existing state) dan untuk 5) Concept (konsep): yaitu diagram
menciptakan tujuan (goals), kriteria yang mengilustrasikan “himpunan
rancang (performance requirements), ideal” dari hubungan antara
dan konsep yang dikembangkan untuk berbagai unsur yang dikuasai oleh
mencapai wujud yang diinginkan perancang yang berdifat
(future state). sederhana, visual, dan verbal.
Duerk merumuskan metode Hirarki tersebut dari atas ke
menjadi sebuah hirarki pengambilan bawah bersifat semakin spesifik,
keputusan (hierarchy of decisions) sedangkan sebaliknya dari bawah ke
yang terdiri dari beberapa poin yang atas semakin umum. Ketika bekerja
saling terikat yaitu: dari umum ke spesifik, kata tanya
1) Mission (misi): yaitu dasar “bagaimana” digunakan. [8]
konseptual rancangan
2) Issues (isu): yaitu segala hal,
perhatian, pertanyaan, topik,
rencana, atau keadaan yang
15
(halaman ini sengaja dikosongkan)
16
BAB IV
KONSEP DESAIN
17
Gambar IV.1 Konsep Desain (Sumber:Dokumen penulis)
18
Pada kriteria desain poin 4, 2) Therapeutic garden
aspek alami sangat diperhatikan. Pada Merupakan taman di ruang luar
dasarnya, penerapan konsep yang didesain secara spesifik untuk
therapeutic spaces sangat erat pengguna tertentu (Holowitz, 2012).
hubungannya dengan alam. Terdapat 2 Taman tersebut dapat bersifat aktif
penerapan konsep tersebut pada objek (digunakan berkegiatan) ataupun pasif
rancang, yaitu: (dinikmati). Terdapat elemen-elemen
1) Terapi holtikultura yang harus ada di taman tersebut, baik
alami maupun terbangun.[11] Elemen-
elemen tersebut adalah:
a) Alami
- Tanaman yang familiar
- Tanaman yang menarik burung
dan kupu-kupu
Gambar IV.2 Holticultural Therapy
(Sumber:adulted.nybg.org) - Tanaman hias
Terapi holtikultura, menurut - Sayur-sayuran
yang didefinisikan oleh American - Tanaman musiman
Holticultural Therapy Association, - Tanah
adalah kegiatan yang melibatkan - Matahari dan naungan alami
seseorang dalam kegiatan tanam- - Angin
menanam dan berkebun. - Hujan
Terdapat program terapeutik b) Terbangun
dalam terapi ini yang ditujukan - Patio/teras
salah satunya untuk korban - Selasar
penyalahgunaan narkoba. Dengan - Tempat duduk
melihat keindahan dan melakukan - Pencahayaan lanskap
kontak langsung dengan tanaman, - Raised bed
dapat memicu ketenangan dan - Naungan
kedamaian, memicu emosi positif, - Air dan ikan
dan mengalihkan fokus dari stres. - Keran air
(Garret, 1992) [10] - Outlet listrik outdoor
Oleh karena itu, pada objek
rancang disediakan fasilitas area
tanam-menanam.
19
Massa bangunan berada di sekitar
IV.1 Eksplorasi Formal
ruang terbuka tersebut tanpa ada batas
Eksplorasi tapak visual (kecuali untuk ruang-ruang yang
Tapak tidak berkontur. Lahan bersifat privat) sehingga dapat melihat
dibagi menjadi grid sebesar 5x5 meter satu sama lain (sosiopetal-konsep 1.4,
untuk mempermudah penghitungan minimalisasi batas-konsep 1.3)
luasan dan zonasi. Eksplorasi sirkulasi
Sirkulasi pada objek rancang bersifat
Eksplorasi tatanan massa terpusat, sehingga dapat memicu
Sisi barat adalah yang paling terjadinya pertemuan antar penghuni
dekat dengan akses jalan. Oleh karena dan berinteraksi serta sosialiasi.
itu semakin ke timur, zonasi dari barat (konsep 1.1 dan 1.2). Hal tersebut
ke timur berjalan dari publik ke privat. sekaligus meminimalisasi batas antar
(konsep 3.1) ruang yang ada. (konsep 1.3) dan
mempermudah pengawasan (konsep
Massa bangunan untuk terapi 3.2)
diletakkan di sisi paling timur sehingga
dapat memanfaatkan view Gunung Pada sirkulasi digunakan bentuk-
Semeru. (konsep 4.1) bentuk melingkar guna mengurangi
koridor yang lurus dan terlalu panjang
Di sisi luar lahan diberi sempadan ±5 karena dapat menimbulkan kesan anti-
meter sesuai peraturan yang ada. terapeutik (Griffin & Kashmar, 1969)
(konsep 2.3)
Di tengah lahan diberi ruang terbuka
yang berfungsi sebagai sirkulasi Eksplorasi bentuk
terpusat (konsep 1.1) dan ruang terbuka Massa menggunakan bentuk-bentuk
yang bisa digunakan untuk berkegiatan yang dinamis seperti lengkung dan
bersama (konsep 1.2). Dengan adanya lingkaran (konsep 4.2)
ruang terbuka tersebut, setiap ruangan
mendapat akses langsung terhadap Layout kamar tidur dibuat melingkar
cahaya matahari (konsep 1.5) dan sehingga bersifat sosiopetal dan
udara alami. mempermudah pengawasan (konsep
1.4 dan 3.2)
20
Gambar IV.3 Eksplorasi Formal Konsep (Sumber:Dokumen penulis)
22
BAB V
DESAIN
23
Gambar V.3 Denah Lantai 1 (Sumber:Dokumen penulis)
24
Gambar V.5 Tampak (Sumber:Dokumen penulis)
25
Gambar V.7 Perspektif Mata Burung (Sumber:Dokumen penulis)
G
F B H
C
A
E D
26
A B
C D
E F
G H
27
V.2 Eksplorasi Teknis
28
Gambar V.12 Diagram Utilitas Air Limbah (Sumber:Dokumen penulis)
29
Gambar V.14 Diagram Utilitas Antisipasi Kebakaran (Sumber:Dokumen penulis)
30
BAB VI
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32