Anda di halaman 1dari 8

INTUISI 11 (3) (2019)

INTUISI
JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI
Terindeks DOAJ: 2541-2965

SISTEM KEPERCAYAAN (BELIEF) MASYARAKAT PESISIR JEPARA PADA


TRADISI SEDEKAH LAUT
Sofia Nurul Fitriyani1, Sugiyarta Stanislaus2, Moh. Iqbal Mabruri3

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Masyarakat pesisir Jepara percaya jika tidak melakukan tradisi sedekah laut atau melakukan
Diterima tradisi sedekah laut tetapi ada sesaji yang tidak komplit maka akan terjadi musibah dan hasil
20 September 2019 tangkapan laut tidak melimpah. Keyakinan masyarakat pesisir Jepara tersebut menjadi salah
Disetujui 21 Oktober
satu faktor terpenting bagi bertahannya tradisi sedekah laut. Tradisi sedekah laut membuat
2019
Dipublikasikan perasaan masyarakat Jepara nyaman dan merasa aman pada saat melaut. Hal ini membuat
29 November 2019 peneliti tertarik ingin mengetahui bagaimana sistem kepercayaan (belief) masyarakat pesisir
Keywords: yang berprofesi sebagai nelayan mengenai tradisi yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan
belief system untuk mengetahui dinamika masyarakat pesisir di daerah Jepara terhadap tradisi sedekah laut
dan untuk mengetahui gambaran sistem kepercayaan (belief) masyarakat pesisir di daerah
(belief), Sedekah Jepara. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada 5 subjek
laut, coastal masyarakat pesisir yang berprosesi sebagai nelayan yang tinggal di desa Jobokuto, kecamatan
community Jepara, Kabupaten Jepara. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara yang selanjutnya
di transkrip. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa tema besar berkaitan dengan
pelaksanaan tradisi sedekah laut yaitu alasan, dampak, tujuan, keyakinan, prosesi, hukum,
pelaksanaan, pihak yang terlibat, dan emosi masyarakat pesisir Jepara.

Abstract
The Jepara coastal community believes that if they do not carry out the tradition of sea alms or
carry out the culture of sea alms, but there are incomplete offerings, disaster will occur, and the
sea catch will not be abundant. The belief of the Jepara coastal community is one of the most
critical factors for the survival of the sea alms tradition. The tradition of sea alms makes the
Jepara people feel comfortable and feel safe when going to sea. This makes the researcher
interested to know how the belief system (belief) of coastal communities who work as fishermen
about the traditions carried out. This study aims to determine the dynamics of the seaside
village in the Jepara area of the sea alms tradition and to find a picture of the belief system
(belief) of coastal communities in the Jepara area. This type of research is qualitative research.
This research was conducted on five subjects of coastal communities who process as fishermen
living in the village of Jobokuto, Jepara sub-district, Jepara Regency. Data collection uses
interview techniques, which are then transcribed. The results showed that there were several
significant themes related to the implementation of the sea alms tradition, namely reason,
impact, goals, beliefs, procession, law, execution, parties involved, and emotions of the Jepara
coastal community.

© 2019 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p-ISSN 2086-0803
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan e-ISSN 2541-2965
Universitas Negeri Semarang
Gedung A1 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang Indonesia
sofianurulfitriyani2@gmail.com

211
PENDAHULUAN Kabupaten Jepara yaitu mengacu pada
Indonesia merupakan Negara yang penobatan Putri Retna Kencana, yang
memiliki banyak pulau dan wilayah pesisir. dinobatkan sebagai penguasa Kabupaten
Indonesia juga memiliki beragam kebudayaan Jepara dengan nama Nimas Ratu
yang masih dilakukan oleh masyarakat. Kalinyamatan, (4) Sedekah laut. Sedekah laut
Beragam kebudayaan tersebut didasarkan atas biasanya dilakukan pada tanggal 7 bulan
suku, agama, maupun tempat tinggal. Adanya syawal. Tradisi sedekah laut sendiri dilakukan
beragam kebudayaan, banyak melahirkan dengan cara menyembelih hewan kerbau di
tradisi-tradisi yang hingga kini masih dijalani mana daging hewan kerbau dimakan dan
maupun tradisi yang sudah mulai hilang dibuat selametan sedangkan kepala hewan
dihapus oleh zaman. Tradisi-tradisi yang ada kerbau dilarung sebagai ungkapan rasa syukur
tidak terlepas dari kepercayaan dinamisme dan sebagai tolak bala. Terdapat beberapa
dan animisme yang merupakan warisan dari rangkaian upacara lainnya dalam tradisi
kepercayaan leluhur. Setiap adanya prosesi sedekah laut seperti dilakukan arak-arakan,
ritual selalu dikaitkan dengan kepercayaan- dilakukan selametan dan ziarah ke makam
kepercayaan mistik, yang terjadi diberbagai para leluhur, serta dilakukan pesta wayang
pulau di Indonesia seperti Sumatra, Sulawesi, kulit semalam suntuk (Indrahti, dkk, 2017).
Kalimantan, Jawa, Papua, Bali, Maluku, Tradisi yang masih dilakukan masyarakat
maupun Nusa Tenggara (Fauziah, 2015). Jepara dapat dilihat bahwa masyarakat Jepara
Masyarakat dan kebudayaan adalah masih menjunjung tinggi tradisi nenek
hal yang tidak bisa dipisahkan karena segala moyang. Upacara tradisi ini merupakan
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat bagian dari kebudayaan masyarakat dan
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki mempunyai fungsi sebagai penguat norma-
oleh masyarakat itu sendiri. Karakteristik norma serta nilai-nilai budaya yang telah
masyarakat juga dapat ditentukan oleh berlaku di masyarakat, membangkitkan rasa
karakteristik kebudayaan, seperti contoh aman, dan menjadi pegangan masyarakat
orang Jawa dikenal dengan norma atau aturan dalam menentukan sikap atau tingkah laku
dalam setiap tindakannya dilihat dari sehari-hari (Kulsum, 2007).
bagaimana orang Jawa dalam berinteraksi Tradisi-tradisi yang dilakukan
selalu mengacu pada etika dan norma yang masyarakat Jepara juga merupakan hasil dari
ada. sistem kepercayaan (belief) yang selama ini
Jepara merupakan wilayah yang diyakini oleh masyarakat masyarakat Jepara
berada di pantai utara Jawa Tengah. Sebelah itu sendiri. Menurut Koentjaranigrat (dalam
barat dan utara dibatasi oleh laut Jawa. Ruslan, 2013) sistem kepercayaan atau
Sebelah timur wilayah kabupaten Jepara keyakinan secara khusus mengandung banyak
merupakan daerah pegunungan serta sub unsur. Mengenai hal itu para ahli
berbatasan dengan kabupaten Kudus dan Pati. antropologi biasanya menaruh perhatian
Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten terhadap konsepsi tentang dewa-dewa;
Demak. Wilayah kabupaten Jepara juga konsepsi tentang makhluk-makhluk halus
meliputi kepulauan Karimunjawa dan gugusan lainnya seperti roh-roh leluhur; konsepsi
pulau kecil yang menjadi daya tarik wisata tentang dewa tertinggi dan pencipta alam;
(BPS Jepara, 2017). konsepsi tentang hidup dan maut; konsepsi
Kabupaten Jepara memiliki berbagai tentang dunia roh, dunia akhirat dan lai-lain.
tradisi besar yang menjadi ciri khas dari Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa
Kabupaten Jepara itu sendiri yaitu: (1) Perang kepercayaan yang dimaksud adalah suatu
obor, (2) Pesta Baratan, (3) Pesta hari jadi keyakinan yang ada pada diri manusia

212
terhadap sesuatu yang adi kodrati atau yang berupa hasil bumi maupun binatang ternak,
menguasai alam semesta beserta isinya dan melakukan selametan dan do‟a bersama, serta
tidak tampak oleh mata tetapi diyakini menyediakan berbagai hiburan bagi
keberadaannya oleh manusia. masyarakat.
Kepercayaan atau keyakinan secara Desa Jobokuto termasuk desa yang
khusus biasanya timbul karena sesuatu hal berada di wilayah kecamatan Jepara
yang dilakukan secara terus-menerus dan kabupaten Jepara, desa tersebut merupakan
memiliki makna, hal tersebut bisa membentuk daerah pesisir yang berbatasan langsung
suatu kebudayaan. Adat dan kebudayaan tidak dengan garis pantai. Sebelah utara dan timur
dapat dipungkiri bisa membentuk persepsi desa Jobokuto berbatasan dengan desa
yang selanjutnya menghasilkan pola perilaku Ujungbatu dan desa Pengkol. Sebelah selatan
yang khas (tradisi) dalam masyarakat tersebut. dan sebelah barat berbatasan dengan desa
Triandis (1994) menjelaskan kerangka Kauman dan laut Jawa (BPS Jepara, 2017).
sederhana tentang bagaimana hubungan antara Peneliti telah melakukan wawancara awal
kebudayaan dan perilaku sosial sebagai pada tanggal 2 Novermber 2017 kepada empat
berikut: ekologi – budaya – sosialisasi – masyarakat pesisir Desa Jobokuto, Kecamatan
kepribadian – perilaku. Kerangka tersebut Jepara, Kabupaten Jepara yang melakukan
dapat dijelaskan bahwa adanya lingkungan tradisi sedekah laut. Dari hasil wawacara
yang berbeda-beda dapat membentuk suatu didapatkan bahwa masyarakat pesisir Desa
kebudayaan dan dari kebudayaan tersebut di Jobokuto, Kecamatan Jepara, Kabupaten
mana seseorang belajar dan Jepara melakukan beberapa tradisi sedekah
menginternalisasikan aturan-aturan dan pola- laut yaitu: (1) Sedekah laut yang dilakukan
pola perilaku yang diharuskan oleh budaya. pada perayaan lebaran ketupat yaitu pada
Penelitian akan memfokuskan pada tanggal 7 syawal yang biasanya disebut
masyarakat pesisir Jepara. Masyarakat pesisir dengan lomban. Tradisi ini dilakukan dengan
adalah sebuah kelompok yang terdiri dari cara menyembelih hewan kerbau yang
individu-individu yang tinggal atau hidup di kemudian kepala kerbau dilarung sedangkan
daerah pesisir atau pantai. Profesi mereka daging hewan kerbau sendiri dimakan
rata-rata sebagai nelayan yaitu orang yang bersama-sama dan dibuat selametan secara
mata pencahariannya mencari ikan atau besar-besaran, (2) Sedekah laut yang
melakukan penangkapan ikan di laut baik dilakukan pada tanggal 17 bulan Agustus
yang menggunakan peralatan ikan secara dengan cara membuat selametan dan
sederhana ataupun modern guna memenuhi menganti bendera yang ada di kapal maupun
kebutuhan hidupnya (Ruslan, 2013). perahu para nelayan, (3) Sedekah laut yang
Kepercayaan yang masih dilakukan pada saat ada perahu atau kapal
dipertahankan para nelayan, peneliti akan baru dengan cara memotong ayam dan
memfokuskan pada tradisi sedekah laut di membuat selametan di kapal maupun diperahu
Jepara. Jepara sebagai salah satu daerah yang tersebut, (4) Sedekah laut yang dilakukan
masih mempertahankan tradisi tersebut. Hal ketika para nelayan mau melaut mencari ikan,
itu dilakukan turun temurun dari nenek biasanya mereka mengadakan selametan
moyangnya dan dilakukan pada bulan-bulan dengan bubur merah dan bubur putih, (5)
tertentu maupun pada waktu-waktu yang Sedekah laut yang dilakukan ketika nelayan
dianggap sebagai waktu yang perlu mendapatkan ikan yang besar, biasanya
dilaksanakan ritual. Bentuk-bentuk tradisi mereka melakukan selametan dan
sedekah laut yang masih sering dilakukan menyembelih ayam. Adanya hasil tangkapan
masyarakat adalah menyediakan sajian-sajian ikan besar dipercaya bahwa nelayan akan

213
mendapatkan musibah, maka tujuan dari berpuasa, intoxikasi, bertapa, bersemedi;
selametan tersebut adalah sebagai tolak bala rangkaian acara serta peralatan yang dipakai
bagi nelayan dan mengharap keselamatan dalam upacara (Koentjaranigrat, 2004).
pada saat melaut. Dikatakan bahwa ”upacara itu timbul karena
Fenomena yang muncul akibat adanya dorongan perasaan manusia untuk
diadakannya upacara sedekah laut yang melakukan berbagai perbuatan yang bertujuan
menjadikan kepercayaan bagi masyarakat mencari hubungan dengan dunia gaib, dalam
pesisir adalah pekerjaan sebagai nelayan hal ini manusia dihinggapi oleh suatu emosi
merupakan pekerjaan yang dianggap keagamaan dan ini merupakan perbuatan
mempunyai resiko yang sangat tinggi dan keramat” (Nugrahani A, 2007).
menantang. Bisa dilihat ketika melaut nelayan Menurut Azjen (dalam Ramadhani,
berhadapan dengan gelombang dan cuaca 2011) mengemukakan sikap terhadap perilaku
yang tidak menentu. Cuaca alam yang ini ditentukan oleh keyakinan mengenai
berubah-ubah dan keadaan laut yang sulit konsekuensi dari suatu perilaku atau secara
diprediksi dapat menjadikan ancaman yang singkat disebut keyakinan perilaku
sewaktu-waktu bisa mecelakakan nelayan (behavioral beliefs). Keyakinan dilakukan
(Ruslan, 2013). dengan menghubungkan antara perilaku
Adanya resiko yang dirasakan oleh dengan berbagai manfaat atau kerugian yang
nelayan dapat menimbulkan perasaan cemas. mungkin diperoleh apabila individu
Kecemasan lain yang muncul dapat dilihat melakukan atau tidak melakukannya.
dari peristiwa lain ketika ada salah satu sesaji Keyakinan ini dapat memperkuat sikap
hilang atau ada yang kurang dalam terhadap perilaku itu apabila berdasarkan
pelaksanaan upacara sedekah laut, mereka evaluasi yang dilakukan individu diperoleh
percaya bahwa akan ada musibah di laut. atau dapat memberikan keuntungan baginya.
Sistem keyakinan dalam suatu religi Hal tersebut berkaitan dengan perilaku
dijiwai oleh emosi keagamaan, tetapi individu dalam melakukan tradisi sedekah laut
sebaliknya emosi keagamaan juga bisa di mana ketika mereka melakukan tradisi
dikobarkan oleh sistem kepercayaan. Suatu sedekah laut mereka akan merasakan aman
keyakinan bisa menyebabkan timbulnya sedangkan ketika mereka tidak melakukannya
emosi keagamaan dalam jiwa seseorang. maka mereka akan merasa cemas dan berfikir
Suatu sistem keyakinan mengandung akan terjadi musibah nantinya.
keyakinan serta bayangan manusia tentang Berbagai resiko yang dialami oleh
sifat-sifat Tuhan, tentang wujud dari alam nelayan, membuat nelayan melakukan ritual
gaib, tentang hakikat hidup dan maut, dan tradisi sedekah laut sebagai tolak bala dengan
tentang wujud dari dewa-dewa dan makhluk- tujuan untuk mencegah timbulnya musibah
makhluk halus lainnya yang mendiami alam yang akan terjadi nantinya sekaligus sebagai
gaib. Keyakinan-keyakinan tersebut biasanya ungkapan rasa syukur atas segala nikmat dan
diajarkan kepada manusia dari buku-buku suci keberkahan yang telah mereka peroleh selama
dari agama yang bersangkutan, atau mitologi ini serta supaya hasil tangkapan menjadi lebih
dongeng-dongeng suci yang hidup dalam banyak (Fauziah, 2015).
masyarakat. Sistem keyakinan erat Hasil wawancara awal yang dilakukan
hubungannya dengan ritus dan upacara; dan peneliti didapatkan keunikan dalam penelitian
menentukan tata-urut dari unsur-unsur ini adalah sedekah laut merupakan tradisi
misalnya: berdoa, bersujud, bersaji, turun temurun yang menyebabkan masyarakat
berkorban, makan bersama, menari dan pesisir Jepara percaya adanya tradisi tersebut
menyanyi, berprosesi, bersenidrama suci, dan tidak bisa lepas begitu saja ataupun

214
meninggalkan tradisi tersebut. Kejadian sebagainya. Semua sistem tersebut bepusat
tersebut bisa dilihat bahwa ketika ada sesaji pada konsep tentang hal yang gaib, maha
yang hilang atau dalam tata cara pelaksanaan dahsyat dan keramat. Selanjutnya, H.P.
tradisi tersebut tidak sesuai maka akan Badrum (1985 dalam Hafid, 2013) dijelaskan
menimbulkan persaaan cemas pada bahwa dari berbagai pembahasan tentang
masyarakat pesisir Jepara. Itu terjadi karena agama atau religi pada umumnya
akan ada akibat dari kejadian itu, contohnya menempatkan “sistem kepercayaan” itu
kecelakaan di laut. Alasan lainnya adalah sebagai salah satu aspek komponen agama.
karena tradisi sedekah laut sudah mendarah Kesimpulan dalam penjelasan tersebut bahwa
daging dan sudah menjadi kebiasaan yang sistem religi dan sistem kepercayaan itu
dilakukan masyarakat Pesisir Jepara. hampir sama, perbedaan dasarnya terletak
Keunikan yang terjadi adalah jika pada sikap manusia ketika ia sedang
masyarakat pesisir Jepara khususnya nelayan menjalankan agama. Dalam sistem religi
pada saat melaut mendapat tangkapan ikan manusia bersikap menyerahkan diri sama
yang besar, mereka akan merasa cemas dan sekali kepada Tuhan, dewa-dewa, roh nenek
tidak tenang padahal semestinya mendapat moyang, atau dengan kata lain penyerahan
ikan besar merupakan rejeki tetapi tidak bagi diri secara total kepada kekuatan tertinggi
masyarakat pesisir Jepara khususnya nelayan, yang disembahnya. Sebaliknya, dalam sistem
hal ini terjadi karena mereka menganggap kepercayaan pada waktu menjalankan ilmu
mendapat tangkapan ikan besar merupakan gaib manusia bersikap lain sama sekali. Ia
pertanda mereka akan mendapat musibah atau berusaha memperlakukan kekuatan-kekuatan
hasil tangkapannya tidak melimpah. tertinggi dan gaib agar menjalankan
Perlindungan dalam mendapat ikan yang kehendaknya, dan berbuat seperti apa yang
besar biasanya mereka melakukan selamatan ingin dicapainya. kita juga akan membahas
sebagai tolak bala dan itu merupakan salah tentang religiusitas karena religiusitas juga
satu rangkaian dari sedekah laut. Adanya bagian dari religi. Untuk penjelasan religi
keyakinan masyarakat pesisir Jepara tersebut menunjuk pada aspek formal yang berkaitan
menjadi salah satu faktor terpenting bagi dengan aturan-aturan dan kewajiban-
bertahannya tradisi sedekah laut. Ini membuat kewajiban sedangkan religiusitas menunjuk
masyarakat pesisir Jepara tidak berani pada aspek religi yang telah dihayati oleh
mengubah atau meninggalkan tradisi tersebut, individu di dalam hati (Mangunwijaya, 1982).
karena pada dasarnya tradisi yang Sementara pembagian aspek
dilaksanakan oleh setiap orang tentunya religiusitas menurut Glock dan Stark (Rahmat,
didasari oleh kepercayaan atau keyakinan 2003 dalam Thontowi, 2012) terdiri dari lima
masyarakat setempat yang melaksanakan aspek atau dimensi yaitu: (1) aspek ideologis
tradisi tersebut. (ideological involvement) : tingkat sejauh
Kepercayaan adalah sebutan bagi mana seseorang menerima hal-hal yang
sistem religi yang tidak termasuk salah satu dogmatic; (2) aspek rituals (ritual
dari agama-agama yang diakui pemerintah involvement) berkaitan dengan kegiatan
(Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan peribadatan yang ada ; (3) aspek pengalaman
Konghucu). Menurut I Made Suarsana (2012 (experiental involvement) yang menunjukkan
dalam Hafid, 2013) bahwa kepercayaan pada adanya perasaan-perasaan tertentu yang
adalah sistem tingkah laku manusia untuk dirasakan oleh individu dalam kehidupan
mencapai suatu maksud tertentu dengan cara religiusnya ; (4) aspek intelektual (intellectual
menyadarkan diri pada kemauan dan involvement) yaitu enggambarkan sampai
kekuasaan makhluk seperti roh, dewa, dan sejauh mana pengetahuan seseorang ; dan (5)

215
aspek konsekuensi atau akibat (consecuen masyarakat pesisir Jepara yang berprofesi
involvement) terkait sejauh mana ajaran-ajaran sebagai nelayan. Ada 5 narasumber primer
yang dianut dalam kehidupan sehari-hari. dan ada 4 narasumber sekunder disetiap
Upacara sedekah laut adalah masing-masing narasumber.
pembuangan sesuatau benda ke dalam laut Metode analisis data dengan melalui
atau ke dalam air sungai yang mengalir ke empat analisis yaitu analisis verbatim,
laut. Definisi lain menjelaskan bahwa upacara analisis keabsahan data, pembuatan kartu
sedekah laut adalah memberi sesuatu yaitu konsep serta pemaknaan sesuai dengan
macam-macam sesaji dengan maksud pendekatan penelitian fenomenologis.
memberikan sesaji kepada mbaurekso atau
yang menguasai laut (Nugrahani, 2007). HASIL DAN PEMBAHASAN
Upacara sedekah laut merupakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
warisan dalam bentuk kegiatan upacara yang kelima subjek dalam penelitian ini merupakan
tidak semua orang melaksanakannya. Upacara orang-orang yang telah berperilaku sesuai
ini dilakukan oraang-orang tertentu yang dengan sistem kepercayaan (belief) pada
mempunyai kepentingan di dalamnya, yaitu tradisi sedekah laut. Masing-masing subjek
masyarakat nelayan yang menginginkan sudah lebih dari 10 tahun tinggal di kelurahan
keselamatan melaut dan memperoleh hasil Jobokuto dan menjadi nelayan. Perilaku
laut yang melimpah. Hal ini menjadi salah sistem kepercayaan (belief) subjek dapat
satu kelebihan menarik. Upacara sedekah laut dilihat dari cara subjek menyakini dan
sudah menjadi milik umum masyarakat Jawa, melakukan tradisi sedekah laut. Bukti sistem
khususnya masyarakat tinggal di daerah kepercayaan (belief) subjek dapat di lihat
pantai (Nugrahani, 2007). seringnya subjek mengikuti tradisi tersebut
Berdasarkan dari beberapa hasil setiap tahunnya.
wawancara dan observasi, peneliti Secara umum dari kelima subjek
menemukan fenomena unik dank has terkait memiliki hubungan yang dekat antara satu
belief masyarakat pesisir Jepara. Hal ini juga orang dengan yang lainnya karena subjek
membuat masyarakat pesisir Jepara yang merupakan ketua kelompok nelayan yang
berprofesi sebagai nelayan melakukan tradisi harus berinteraksi dengan nelayan yang satu
sedekah laut. Adanya beberapa faktor dengan yang lainnya. Hal tersebut yang
dilakukannya tradisi sedekah laut membuat membuat subjek semakin berperilaku sesuai
peneliti tertarik ingin mengetahui bagaimana dengan sistem kepercayaan (belief) karena
sistem kepercayaan (belief) masyarakat pesisir secara tidak langsung subjek harus mengikuti
yang berprofesi sebagai nelayan mengenai dan menjalani serangkaian acara sedekah laut
tradisi yang dilakukan. Untuk itulah penelitian yang secara tidak langsung membuat subjek
ini dilakukan dalam rangka untuk semakin percaya, semakin menyakini tentang
mengungkapkan, mengetahui, dan tradisi tersebut, dan tidak bisa terlepas dari
menjelaskan “sistem kepercayaan (belief) tradisi tersebut.
masyarakat pesisir Desa Jobokuto, Kecamatan Tidak ada perbedaan cara atau
Jepara, Kabupaten Jepara pada tradisi sedekah perilaku subjek dalam menyakini tradisi
laut.” tersebut karena proses dan bagaimana tradisi
tersebut dilakukan sesuai dengan apa yang
METODE PENELITIAN dilakukan oleh nenek moyang yang jika ada
Jenis penelitian yang digunakan salah satu sesaji yang hilang atau diambil
dalam penelitian adalah penelitian kualitatif. maka akan mengakibatkan bencana berupa
Narasumber dalam penelitian ini adalah kecelakaan di laut. Hasil yang di dapatkan

216
dalam penelitian ini hampir sama dengan maka akan kembali ke diri kamu sendiri”. Hal
aspek sistem kepercayaan (belief) dan ada tersebut juga seperti konsep sedekah laut,
beberapa tambahannya. ketika kita memberikan sedekah untuk
Adanya berbagai aspek yang ada hal makhluk lain atau ikan-ikan di laut hal itu
tersebut berkaitan dengan sistem kepercayaan akan kembali ke diri kita sendiri yaitu berupa
(belief) yang dialami oleh masyarakat pesisir hasil tangkapan laut yang melimpah dan
Jepara. Belief tersebut muncul karena ada keselamatan di laut. Konsep tersebut
konsekuensi-konsekuensi jika tidak kemudian menjadi sistem kepercayaan (belief)
dilakukannnya tradisi atau ada beberapa sesaji masyarakat pesisir dan tidak akan
yang hilang atau tidak komplit. Belief bisa ditinggalkan sampai kapanpun bahkan akan
saja juga muncul karena kebudayaan di mana terus dilestarikan. Keyakinan tersebut sudah
kebudayaan merupakan bagian dari religi. mendarah daging dan sudah menjadi bagian
Perubahan dinamika psikologis yang dari masyarakat pesisir yang sulit untuk
dialami masyarakat pesisir dapat terjadi dihilangkan karena banyak manfaat yang
karena perasaan tidak aman dan nyaman diambil dari pelaksanaan tradisi tersebut.
ketika mereka tidak melakukan tradisi
sedekah laut. Perasaan tidak aman dan SIMPULAN
nyaman tersebut terjadi karena adanya faktor Ada beberapa tema besar yang
bahwa tradisi sedekah laut yang dilakukan didapatkan hasil penelitian dalam pelaksanaan
secara turun menurun sudah menjadi sedekah laut yaitu alasan, dampak, tujuan,
kebiasaan yang mendarah daging dan melekat keyakinan, prosesi, hukum pelaksanaan, pihak
serta tidak bisa dilepaskan dari masyarakat yang terlibat, dan emosi (berkaitan psikologis)
pesisir Jepara. Adanya hal tersebut membuat tentang dilaksanakannya tradisi sedekah laut.
masyarakat pesisir sendiri melakukan tradisi Hasil penelitian dari jawaban subjek
tersebut rutin setiap tahunnya. didapatkan bahwa subjek mempunyai konsep
Sudut pandang psikologis yang berkaitan dengan pelaksanaan tradisi
dilakukannya tradisi sedekah laut dapat dilihat sedekah laut yaitu ketika kamu bersedekah
dari kognitif, afektif, dan perilaku. Kognitif maka itu akan kembali ke dirimu lagi. Maksud
berupa keyakinan masyarakat pesisir Jepara dari kata tersebut adalah jika kamu
tentang tradisi sedekah laut di mana menurut melaksanakan tradisi sedekah laut baik untuk
mereka “apa yang kamu beri akan kembali ke makhluk lain atau ikan-ikan maka itu akan
diri kamu sendiri”. Maksud dari kata tersebut kembali kepada dirimu lagi berupa hasil
adalah ketika kita memberikan sedekah untuk tangkapan dan keselamatan pada saat melaut.
makhluk lain atau ikan-ikan di laut hal itu Konsep tersebut sudah mendarah daging dan
akan kembali ke diri kita sendiri yaitu berupa menjadi sistem kepercayaan (belief)
hasil tangkapan laut yang melimpah dan masyarakat pesisir.
keselamatan di laut. Afektif berupa perasaan Belief masyarakat pesisir Jepara dapat
yang timbul dari keyakinan tersebut berupa dilihat dari pandangan psikologis berupa
perasaan tenang, senang, gembira, dan merasa kognitif, afektif, dan perilaku. Aspek kognitif
aman. Sedangkan untuk perilaku didapatkan berkaitan dengan keyakinan masyarakat
hasil berupa pelaksanaam tradisi sedekah laut pesisir Jepara tentang belief “apa yang kamu
yang dilakukan setiap tahunnya. beri akan kembali ke diri kamu sendiri”. Hal
Konsep belief dalam pelaksanaan itu diperkuat dengan afektifnya berupa
tradisi sedekah laut dapat dilihat dari apa yang perasaan yang timbul ketika dilakukannya
diyakini masyarakat pesisir Jepara selama ini tradisi sedekah laut yaitu perasaan tenang,
yaitu dengan konsep “jika kamu bersedekah senang, gembira, dan merasa aman karena

217
sudah melaksanakan tradisi sedekah laut. Kulsum, U. (2007). Perkembangan Tradisi
Sedangkan untuk perilakunya dapat dilihat Sedekah Laut Di Kelurahan Sugih
dengan diadakannya tradisi sedekah laut Waras kabupaten Pemalang 1980-
setiap tahunnya. 2005 (Doctoral dissertation,
Saran dari penelitian ini antara lain Universitas Negeri Semarang).
tradisi sedekah merupakan warisan nenek Mangunwijaya, Y. B. (1982). Konsepsi
moyang yang masih dilaksanakan, hal ini agama dalam menjawab masalah
perlu dikemas lebih menarik supaya gelandangan. Lembaga Riset dan
masyarakat umum atau anak-anak muda bisa Pengabdian Masyarakat, Fakultas
melestarikan dan menghargai tradisi leluhur. Hukum, Universitas Indonesia.
Dari sisi lain hal ini dapat dijadikan branding Nugrahani, A. (2007). Bahasa dalam upacara
pariwisata berbasis budaya yang menarik. larung, sedekah laut di Laut Bonang,
Selalu berfikir positif dalam pekerjaan Kecamatan Lasem, Kabupaten
ketika tidak mendapatkan hasil yang baik dan Rembang, Jawa Tengah. Artikel Hasil
selalu berprasangka baik sehingga hal baik Penelitian PKMP. Yogyakarta:
akan terjadi. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa Sastra,
DAFTAR PUSTAKA Universitas Negeri Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Jepara. (2017, Ramadhani, Nella. (2011). Penyusunan alat
Desember). Letak geografis pengukur berbasis theory of planned
Kabupaten Jepara. Ditemu kembali ehavior. Buletin Psikologi, 19(2), 55-
dari http://Jeparakab.bps.go.id 69.
Fauziah, Ambar Rani. (2015). Diskriminasi Ruslan, Idrus. (2013). Religiositas masyarakat
Gender dalam Ritual Sedekah Laut pesisir: Studi atas tradisi “Sedekah
(Analisis Gender terhadap Partisipan Laut” masyarakat Kelurahan
Perempuan Muslim di Dusun Kangkung Kecamatan Bumi Waras
Dungun, Kabupaten Lamongan) Kota Bandar Lampung. Penelitian.
(Unpublished bachelor‟s minithesis). Lampung: Lembaga Penelitian dan
Universitas Islam Negeri Sunan Pengabdian Masyarakat (LPPM).
Kalijaga, Yogyakarta. Institut Agama Islam Negeri Raden
Hafid, Abdul. 2013. Sistem kepercayaan pada Intan Lampung.
komunitas adat kajang desa tanah, Thontowi, A. (2012). Hakekat Religiusitas.
Patanjala, 5(1), 1-19. Retrieved from
Indrahti, S., Maziyah, S., & Alamsyah, A. https://sumsel.kemenag.go.id/files/su
(2017). Ragam Kuliner Sesaji Dalam msel/file/dokumen/hakekatreligiusitas
Upacara Tradisi di Kabupaten .pdf
Jepara. Jurnal Sejarah Citra Triandis, H. C. (1994). Culture and social
Lekha, 2(1), 61-74. behavior. Retrieved from
Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan http://www.leadershipcrossroads.com/
mentalitas dan pembangunan. Jakarta: mat/Culture%20and%20Social%20Be
PT Gramedia Pustaka Utama. havior.pdf

218

Anda mungkin juga menyukai