Anda di halaman 1dari 8

SINKOP

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Stase Anestesiologi

Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh:

Andre Adianto

21/496325/KU/23897

Kelompok 22209

Periode 20 Juni 2022 – 15 Juli 2022

Dosen Pembimbing Klinik: dr. Erlangga Prasamya, Sp.An

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA
2022

I. Definisi

Sinkop didefinisikan sebagai kehilangan kesadaran dan tonus postural sementara

yang diikuti dengan perbaikan status yang spontan. Umumnya, sinkop disebabkan oleh

berkurangnya perfusi pada jaringan otak, yang kemudian menyebabkan hilangnya

kesadaran. Sinkop bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya tanda-tanda atau gejala yang

mendahului, seperti pusing, kepala terasa berputar, diaphoresis, sakit kepala, gangguan

penglihatan dan lainnya.

II. Etiologi

Etiologi dari sinkop bermacam-macam namun dapat dikategorikan menjadi 4

golongan utama:

● Kardiovaskular

Gangguan kardiovaskular seperti aritmia (baik takiaritmia maupun bradiarritmia)

dan gangguan obstruktif dan struktural seperti abnormalitas katup jantung dapat

menyebabkan berkurangnya perfusi jaringan di otak yang kemudian

bermanifestasi sebagai sinkop.

● Serebrovaskular

Kondisi seperti insufisiensi vertebrobasilar dapat menyebabkan berbagai macam

gejala, salah satunya berupa sinkop.

● Gangguan aliran darah dan tonus vaskuler

Sinkop yang disebabkan gangguan aliran darah dan vaskuler dapat dikategorikan

lagi berdasarkan penyebab spesifiknya;


1. Sinkop vasovagal

Sinkop vasovagal adalah penyebab terbanyak dari kasus-kasus sinkop

yang terjadi. Sekitar 48-50% dari kasus sinkop yang terjadi disebabkan

oleh sinkop vasovagal (Grossman SA et Badireddy M, 2021) . Sinkop

vasovagal dapat terjadi karena kegagalan dalam regulasi autonomik sistem

kardiovaskular yang menyebabkan hipotensi yang diikuti dengan

berkurangnya perfusi darah ke otak.

2. Sinkop hipotensi orthostatic

Sinkop jenis ini disebabkan oleh hipotensi yang disebabkan oleh gangguan

baroreseptor dalam merespon tekanan darah yang berubah saat berubah

posisi dalam waktu yang singkat.

3. Sinkop situasional

Sinkop yang disebabkan oleh adanya pemicu yang spesifik seperti batuk

ataupun menelan.

4. Sinkop sinus karotis

Sinkop yang disebabkan karena hipotensi akibat respon baroreseptor yang

berlebih pada bifurkasio karotis, yang dapat disebabkan oleh tindakan

seperti pijat karotis.

● Penyebab lainnya

Penyebab lainnya yang dapat menimbulkan gejala seperti sinkop berupa kejang,

gangguan metabolik seperti hipoglikemia, dan gangguan psikogenik.

III. Patofisiologi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab utama dari terjadinya sinkop

adalah berkurangnya perfusi pada jaringan otak. Perfusi otak umumnya dijaga dengan

mekanisme kompleks yang meliputi output kardiak, SVR (Systemic Vascular

Resistance), MAP (Mean Arterial Pressure), dan volume intravaskular. Maka dari itu,

adanya gangguan pada satu atau lebih dari faktor-faktor yang disebutkan ini dapat

menyebabkan gangguan pada perfusi otak. Adanya gangguan pada venous return juga

dapat menurunkan output kardiak yang kemudian berakibat pada sinkop. Perlu diingat

juga apabila kehilangan kesadaran berlangsung lama, lebih dari 5 menit, maka perlu

dicurigai adanya kejang. EEG (Electroencephalogram) dapat digunakan untuk

membedakan kejang dan sinkop.

IV. Evaluasi

Berikut ialah pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat diberikan untuk pasien dengan

sinkop;

1. Pemeriksaan darah rutin (seperti glukosa, Hb, dan elektrolit)

2. EKG (untuk memastikan apakah penyebab sinkop adalah gangguan

kardiovaskular atau bukan)

3. Enzim jantung dan echocardiography (Apabila pasien dicurigai mengalami

gangguan kardiovaskular)

4. EEG (untuk membedakan sinkop dan kejang)

5. Tilt table test

Tes yang dilakukan untuk membedakan pasien dengan sinkop vasovagal dengan

pasien dengan hipotensi orthostatik. Pasien akan diamankan pada bed khusus
yang dapat diatur posisinya. Pasien kemudian dimonitor tanda vitalnya selagi

posisi bed diatur untuk mengamati adanya perubahan tanda-tanda vital.

V. Manajemen

Saat episode sinkop akut terjadi, hal pertama yang dapat dilakukan adalah

memastikan posisi pasien sudah aman, kemudian mengatur posisi pasien menjadi duduk

atau berbaring. Selagi berbaring, kaki pasien juga dapat dinaikkan posisinya untuk

mempercepat perbaikan pasien dengan hipotensi postural. Namun, perlu diingat bahwa

sinkop hanyalah gejala dari kondisi pasien dan bukan kausanya. Maka dari itu, tetap

harus diselidiki penyebab dari sinkop pada pasien untuk kemudian diobati

● Sinkop vasovagal
Tindakan konservatif yang dapat dilakukan berupa; hindari pemicu pingsan pada

pasien, tilt training dan juga administrasi cairan. Gambar di bawah merupakan

contoh manuver yang dapat dilakukan sebagai bagian dari tilt training.

Apabila tindakan konservatif tidak efektif, maka terapi dengan obat-

obatan berupa beta-blockers, SSRIs, hydrofluorocortisone, dan proamatine dapat

digunakan.

● Hipotensi orthostatik

Pasien dapat di edukasi untuk menghindari perubahan posisi yang

mendadak dan juga obat-obatan yang dapat memicu hipotensi orthostatik seperti

diuretik dan vasodilator. Selain itu, penggunaan cairan IV dan juga compression

stocking dapat diberikan pada pasien untuk meningkatkan venous return. Apabila

cara-cara di atas masih tidak efektif, penggunaan obat seperti proamatine dapat

digunakan.

● Gangguan kardiovaskular
Ketika pasien sinkop dicurigai menderita gangguan kardiovaskular dari hasil

EKG, enzim jantung dan echocardiography, sesegera mungkin pasien dirujuk ke

bagian kardiologi untuk diperiksa lebih lanjut.

VI. Diagnosis diferensial

● Kejang

Umumnya, kejang didahului dengan aura, aktivitas tonik-klonik, dengan durasi

ketidaksadaran yang lebih lama dari sinkop disertai inkontinensia.

● Hipoglikemia

Dapat dibedakan dengan hasil gula darah sewaktu.

● Panic attack

VII. Prognosis

Prognosis pada pasien sinkop sangat bergantung pada penyebab dari sinkop itu sendiri.

Kebanyakan kasus sinkop adalah sinkop vasovagal yang umumnya ber prognosis bagus

dan tidak mengancam nyawa. Namun, tingkat mortalitas pasien sinkop meningkat apabila

penyebabnya berasal dari kardiovaskular, dari yang semula 0-12% menjadi 18-33%.

VIII. Komplikasi

Komplikasi dari sinkop umumnya berkaitan dengan luka saat terjatuh, sehingga sangat

bergantung pula dengan lokasi dan waktu dari terjadinya sinkop tersebut. Salah satu

komplikasi sinkop yang terburuk adalah apabila sinkop terjadi saat pasien sedang

mengemudi.

IX. Edukasi ke pasien

Pasien yang sering mengalami sinkop secara tiba- tiba perlu diedukasi untuk tidak

mengemudi dan juga menghindari tempat-tempat tinggi. Untuk pasien dengan sinkop
situasional juga dapat disarankan untuk menghindari pemicu sinkopnya. Pada pasien

dengan hipotensi ortostatik juga harus menghindari dehidrasi untuk mencegah

hipovolemia.

X. Referensi

● Grossman SA, Badireddy M. Syncope. [Updated 2021 Jul 19]. In: StatPearls

[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. [accessed 9 july

2022]

● Kapoor WN. Current evaluation and management of syncope. Circulation. 2002

Sep 24;106(13):1606-9 .[accessed 9 july 2022]

Anda mungkin juga menyukai