KELAS A9-51
KELOMPOK 2
HARMONI
(H)
KONSEP HARMONI DALAM KHD DAPAT DIHUBUNGKAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP KEARIFAN LOKAL YANG
MENGAJARKAN TENTANG PENTINGNYA HIDUP BERDAMPINGAN SECARA DAMAI DENGAN ALAM DAN SESAMA
MANUSIA. MELALUI PEMBELAJARAN TENTANG NILAI-NILAI TOLERANSI, GOTONG ROYONG, DAN RASA SALING
MENGHORMATI, SALING PEDULI DALAM BUDAYA LOKAL, MURID DAPAT BELAJAR UNTUK MENCIPTAKAN
HARMONI DALAM HUBUNGAN ANTARINDIVIDU DAN MASYARAKAT. DALAM ADAT SUMBAWA DIKENAL DENGAN
ISTILAH BASIRU, YAITU SALING MEMBANTU
KEMANDIRIAN
(K)
PENDIDIKAN BERBASIS KHD AKAN MENDORONG MURID UNTUK MENJADI INDIVIDU YANG MANDIRI
DAN MEMILIKI KEPERCAYAAN DIRI. DALAM KONTEKS BUDAYA DAERAH, NILAI-NILAI KEMANDIRIAN
YANG RELEVAN DAPAT DIAMBIL DARI TRADISI LOKAL YANG MENGHARGAI USAHA MANDIRI,
KEULETAN, DAN INOVASI. MISALNYA, PENGEMBANGAN KETERAMPILAN TRADISIONAL ATAU SENI
DAERAH BISA MENGAJARKAN MURID TENTANG USAHA MANDIRI DALAM MENGEMBANGKAN
BAKAT MEREKA.
BAGAIMANA PEMIKIRAN KHD DAPAT DIKONTEKSTUALKAN SESUAIKAN
DENGAN NILAI-NILAI LUHUR KEARIFAN BUDAYA DAERAH ASAL YANG
RELEVAN MENJADI PENGUATAN KARAKTER MURID SEBAGAI INDIVIDU
SEKALIGUS SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT PADA KONTEKS LOKAL
SOSIAL BUDAYA DI DAERAH ANDA
DINAMIKA (D)
BASIRU (SUMBAWA)
KATA BASIRU SENDIRI ADALAH KATA YANG IDENTIK DENGAN BUDAYA ORANG
SUMBAWA ATAU LEBIH FAMILIARNYA TAU SAMAWA. BASIRU SENDIRI MERUPAKAN
TRADISI YANG BERKEMBANG DITENGAH-TENGAH MASYARAKAT SUMBAWA YANG
SELALU DILAKUKAN KETIKA ADA SATU ACARA YANG MELIBATKAN ORANG BANYAK.
BASIRU DALAM BUDAYA TAU SAMAWA MERUPAKAN SINGKATAN DARI ” BAYAR SIRU ”
YANG BERARTI KEGIATAN SALING BANTU MEMBANTU ATAU KEGIATAN BALAS BUDI
ANTARA ORANG YANG SATU DENGAN ORANG YANG LAIN ATAU LEBIH BESAR BALAS
BUDI ANTARA MASYARAKAT YANG SATU DENGAN MASYARAKAT YANG LAIN. KEGIATAN
INI PADA AWALNYA TERUS BERKEMBANG DENGAN BAIK KARENA DIANGGAP PENTING
DAPAT MERINGANKAN BEBAN SESAMA SERTA DAPAT DIJADIKAN AJANG MEMPERERAT
TALI SILATURRAHMI ANTAR MASYARAKAT.
BAGAIMANA PEMIKIRAN KHD DAPAT DIKONTEKSTUALKAN SESUAIKAN DENGAN
NILAI-NILAI LUHUR KEARIFAN BUDAYA DAERAH ASAL YANG RELEVAN MENJADI
PENGUATAN KARAKTER MURID SEBAGAI INDIVIDU SEKALIGUS SEBAGAI ANGGOTA
MASYARAKAT PADA KONTEKS LOKAL SOSIAL BUDAYA DI DAERAH ANDA
SAKECO (SUMBAWA)
Sakeco merupakan salah satu bentuk seni yang bersumber dari Lawas. Sakeco banyak digemari oleh
masyarakat (Tau Samawa) Sumbawa. Sakeco dimainkan oleh dua orang pria yang merupakan pasangannya
dan masing-masing memegang satu rabana (rebana). Rebana yang digunakan adalah bisa Rabana Ode atau
Rabana Rango/Rabana Kebo (Rebana Besar). Penggunaan dua jenis rebana ini didasarkan pada temung yang
akan digunakan. Hanya saja, pada saat Sakeco, rabana yang digunakan harus sejenis.
Sakeco merupakan seni yang sangat luwes dan dinamis dibandingkan dengan yang lain. Sakeco dapat dimuati
oleh Lawas Nasihat (pamuji); Lawas Tau Loka, Lawas Muda-mudi, Lawas tode yang dibuat dalam bentuk tutur
(cerita naratif).
Identifikasi nilai-nilai budaya lokal yang penting dalam masyarakat di daerah Anda. Kemudian, gunakan nilai-
nilai ini sebagai landasan untuk membangun pendekatan pembelajaran yang mendorong kemandirian, harmoni,
dan dinamika. Contohnya, jika gotong royong adalah nilai yang kuat dalam budaya daerah, Anda dapat
mengintegrasikan proyek-proyek kolaboratif di kelas yang mendorong murid untuk bekerja bersama dalam
mencapai tujuan bersama.
Contoh BASIRU
Jumat Indah NGAHA KAWIRI di wilayah dompu ( MAKAN BUBUR D SEKOLAH PADA HARI JUMAT)
Kegiatan ini sangat relevan dimana nilai luhur GOTONG ROYONG, KEBERSAMAAN DAN SALING MEMBANTU
terbentuk dengan sendirinya, sebab pada saat perencanaan pembuatan bubur pihak sekolah dan wali siswa
akan berbaur bergotong royong membuat bubur dengan jadwal yang sudah ditentukankan dan di sini anak-anak
pun diajarkan kebersamaan rasa ketika makan bubur yang rasanya sama lalu mereka makan bersama dalam
satu wadah khusus untuk ber 3 atau ber 4 siswa.
KEKUATAN PEMIKIRAN KHD YANG MENEBALKAN LAKU MURID DIKELAS
ATAU SEKOLAH ANDA SESUAI DENGAN KONTEKS LOKAL SOSIAL BUDAYA
DI DAERAH ANDA YANG DAPAT DITERAPKAN.
Dorong murid untuk memahami dan menghargai pandangan dan perasaan orang lain. Dalam konteks sosial
budaya lokal, keterampilan empati dan kemampuan bekerja sama sangat penting. Ajarkan murid untuk
mendengarkan dengan cermat, berbicara dengan hormat, dan merasakan kebutuhan orang lain untuk
menciptakan lingkungan yang harmonis. Misalnya dengan menggunakan yang halus pada saat berbicara
dengan ldengan orang tua.
Pada budaya Dompu, penggunaan kata SANTABE (permisi), KALEMBO ADE (sabar disertai maaf), dipergunakan
oleh siswa di lingkungan Sekolah dan telah mendarah daging sebagai ucapan yang telah membudaya.
pada budaya Sumbawa, pengunaan kata SIA, kata SIA di tujukan kepada lawan bicara yang lebih tua.
KEKUATAN PEMIKIRAN KHD YANG MENEBALKAN LAKU MURID DIKELAS
ATAU SEKOLAH ANDA SESUAI DENGAN KONTEKS LOKAL SOSIAL BUDAYA
DI DAERAH ANDA YANG DAPAT DITERAPKAN.
Melibatkan tokoh-tokoh lokal yang memiliki karakter kuat, termasuk pemimpin komunitas atau orang-orang
yang menghargai nilai-nilai KHD dalam kehidupan sehari-hari, bisa menjadi contoh yang baik bagi murid. Mereka
dapat berbagi pengalaman dan kisah sukses mereka yang berkaitan dengan kemandirian, harmoni, dan
dinamika.
Salah satu contoh kegiatan yang ada lingkungan sekolah ialah pemilihan ketua osis yang di lakukan secara
demokrasi, dimana siswa selaku pelaksana untuk kelangsungan kegiatan, mulai dari pemasangan tenda,
mempersiapkan surat suara dan bilik suara dan pemungutan suara semua dilakukan oleh siswa. Dari kegiatan
ini terdapat cara berpikir bapak KHD yaitu terdapatnya kegiatan kerja sama, saling gotong royong, bersikap jujur
dan bertanggung jawab.
dan
Di Dompu khususnya untuk perayaan HUT daerah Dompu atau HUT-HUT lainnya GURU dimandatkan untuk
mengenakan pakaian khas daerah DOMPU “RIMPU” (untuk yang wanita), dengan filosofi wanita wajib menutup
auratnya dan “SAMBOLO”(untuk kostum pria) dengan filsofi laki-laki pemberani dan jantan
Guru menjadi rol model bagi anak didiknya dalam mengenalkan pakain khas daerah Dompu.
dan untuk di wilayah sumbawa mengenakan pakaian adat sumbawa yang di namakan dengan "LAMUNG PENE",
biasa di gunakan saat acara adat maupun acara pernikahan.
contohnya kegiatan pemilihan
ketua osis di sekolah
KEKUATAN PEMIKIRAN KHD YANG MENEBALKAN LAKU MURID DIKELAS
ATAU SEKOLAH ANDA SESUAI DENGAN KONTEKS LOKAL SOSIAL BUDAYA
DI DAERAH ANDA YANG DAPAT DITERAPKAN.