Ruang Kolaborasi -
Modul 1.1 - Penugasan
Kelompok
Kelompok 2
SITI ROMIATI - SMAN 11 KOTA TANGERANG SELATAN
SIFAH FAUZIAH - SMP CENDERAWASIH II
DENI DWI ANDRIAN - SMKN 3 KOTA TANGERANG
SELATAN
AHMAD KAHFI - SMKN 4 TANGERANG SELATAN
BAYUDHA - SMKN 5 TANGERANG SELATAN
PENCAK
SILAT
KRITERIA PENILAIAN
1 Mengemukakan kaitan antara konteks lokal sosial budaya dan pemikiran KHD
dengan tepat.
4 Memberikan contoh konkret dari pemikiran KHD yang akan diterapkan sesuai
dengan konteks kelas dan sekolah
Harmonisasi Konteks Sosio-Kultural di Daerah Banten yang sejalan
dengan pemikiran
Ki Hajar Dewantara
PEMIKIRAN KONTEKS
FILOSOFI DAERAH
Pencak silat merupakan seni
KI HAJAR beladiri yang berakar dari budaya
Hal terpenting yang harus dilakukan seorang
DEWANTARA
guru adalah menghormati dan asli bangsa Indonesia yang
memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya berkembang dari abad ke abad
sesuai kodratnya, melayani mereka dengan sehingga menyebar ke berbagai
setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso belahan Nusantara. Seni budaya
sung tulodho), membangun semangat (ing Banten pada abad ke-16 sudah
madyo mangun karso) dan memberikan mulai berkembang dari semua jenis
dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh
kebudayaan dan yang paling
kembangnya anak. Menuntun mereka
menjadi pribadi yang terampil, berakhlak tersebar di Banten salah satunya
mulia dan bijaksana sehingga mereka akan seni persilatan.
mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
Kekuatan Konteks
Sosio- Kultural di Daerah
Banten
Pencak silat Banten merupakan kolaborasi dari
ritual bela diri silat, yang mengandung praktik
pertarungan, terapi, tarian, musik dan teater.
.
Ciri-ciri ini menjadi dasar dari
sistem silat lokal, yang bukan
hanya mempunyai ciri khas
Melayu tetapi juga
menunjukkan ‘Kabantenanya’.
‘Kabantenan’ ini mengandung
berbagai prinsip etika, budaya
dan agama yang khas Banten
dan mencakup berbagai variasi
lokal.
Konteks Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang
Relevan dengan Pembelajaran Pencak Silat
di Banten