ABSTRAK
Teori hubungan interpersonal awalnya dilontarkan oleh psikiatris Amerika bernama Harry Stack
Sullivan (1892-1949). Pada jamannya, dia satu-satunya psikiatris yang menekankan peran sosial
dan kekuatan interpersonal, dengan teorinya Interpersonal Theory of Psychiatry (Pervin, Cervone,
dan John, 2010: 149). Dia membangun teori kepribadian yang komprehensif (Feist dan Feist, 2011:
254). Teori-teori Sullivan masih sangat relevan dengan teori-teori kepribadian sekarang ini
(Friedman dan Schustack, 2008: 371). Menurut Pincus dan Ansell, dalam Millon, Lerner, Weiner
(Ed.) (2003: 209), teori hubungan interpersonal mengalami perluasan dan perubahan selama lima
puluh tahun terakhir. Teori hubungan interpersonal juga mengalami variasi nama dan pokok
bahasan, sehingga ada penilaian bahwa teori hubungan interpersonal mengalami krisis identitas.
Krisis idenditas tersebut berakhir setelah ada usaha integrasi teori hubungan interpersonal dengan
teori kognitif. Pokok-pokok teori hubungan interpersonal Sullivan penulis sajikan berikut ini.
Kata Kunci: Hubungan Interpersonal – Kepribadian – Teori Kognisi
Pendahuluan
Empat pilar pendidikan (The Four Pillars of Education) yang dicanangkan tahun 1996
oleh UNESCO (http://www. unesco. org/delors/fourpil. htm, diunduh 6 Januari 2013)
meliputi: learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning be. Terkait
dengan learning to live together, salah satu tugas pendidikan menurut UNESCO
(http://www. unesco. org/delors/ltolive. htm) adalah “. . . to teach pupils and students
about human diversity and to instil in them an awareness of the similarities and
interdependence of all people” (untuk mengajar siswa tentang keragaman manusia dan
untuk menanamkan kesadaran akan persamaan dan saling ketergantungan dari
semua orang. Dengan kata lain, kesadaran akan (1) keragaman dan persamaan manusia
dan (2) saling ketergantungan dari semua orang merupakan syarat hubungan interpersonal
dalam konteks ‘to live together’.
Tulisan ini secara berturutan akan menjawab 2 (dua) pertanyaan besar. Pertama,
apakah batasan dari hubungan interpersonal? Kedua, bagaimanakah perkembangan teori
hubungan interpersonal dari Sullivan hingga Daniel Goleman?
Kata ‘interpersonal’ berasal dari bahasa Inggris, dibangun dari morfem terikat ‘inter’
dan morfem bebas ‘personal’. Menurut Reber dan Reber (210: 485), interpersonal
dipadankan dengan “antar-pribadi”, yang artinya “. . . relasi-relasi di antara dua atau lebih
individu, dengan konotasi kalau interaksi bersifat timbal-balik dan saling menguntungkan.
. . ”. Batasan dari Reber dan Reber tersebut mengandung makna konotatif dan denotatif.
Secara konotatif interpersonal dimaknai sebagai “interaksi bersifat timbal-balik dan saling
menguntungkan”. Secara denotatif, interpersonal dimaknai sebagai “relasi-relasi di antara
dua atau lebih individu”; mencakup (1) timbal-balik dan saling menguntungkan, (2) tidak
timbal-balik dan tidak saling menguntungkan, atau (3) netral.
Ikatan atau relasi ‘saling’ atau ‘timbal-balik’ antara dua orang atau lebih itu sering
dinyatakan dengan kata, frase, atau kalimat yang lain, yang memiliki makna kototatif yang
sama. Menurut MSD (Management Study Guide), dalam http://www.
managementstudyguide. com dinyatakan bahwa “A strong bond between two or more
people refers to interpersonal relationship” (ikatan yang kuat antara dua orang atau lebih
bermakna hubungan interpersonal). Frase ‘a strong bond’ memiliki kesamaan makna
konotatif dengan ‘saling’ dan ‘timbal-balik’. Ditambahkan bahwa “Attraction between
individuals brings them close to each other and eventually results in a strong interpersonal
relationship” (ketertarikan antar individu mendekatkan satu sama lain dan akhirnya
menyebabkan hubungan interpersonal yang kuat). Ketertarikan (attraction) di sini
merupakan ‘sebab’ terjadinya hubungan interpersonal.
44
AKADEMIKA: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume. 19, No. 2, Oktober 2020
Sullivan (dalam Millon, Lerner, Weiner (Ed.), 2003: 210) menyatakan bahwa di
dalam situasi hubungan interpersonal, para individu mengekspresikan kecenderungan
bersama yang membuat mereka saling mengejar kepuasan (sebagian besar tentang
kebutuhan-kebutuhan biologis) maupun rasa-aman (misalnya harga-diri dan
ketidakcemasan). Pernyataan Sullivan tersebut menggambarkan ‘seperti apa’ situasi
hubungan interpersonal yang sehat (HIS), yaitu ditandai adanya (1) kebebasan
mengekspresikan (2) kecenderungan bersama, (3) terpuaskannya kebutuhan, dan (4) rasa
aman.
Dari beberapa pendapat di atas, terdapat kata atau frase sebagai berikut: (1) relasi-
relasi antara dua orang atau lebih, (2) kesadaran akan kesamaan, (3) saling tergantung dan
menguntungkan. Dengan demikian, hubungan interpersonal didefinisikan sebagai “ taraf
relasi timbal-balik antara dua orang atau lebih yang dilandasi kesadaran akan persamaan
sebagai manusia, ditandai perasaan dan tindakan saling tergantung dan saling
menguntungkan”.
Teori Harry Stack Sullivan
Menurut Sullivan (dalam Feist dan Feist, 2011: 259), kepribadian merupakan sistem
energi. Energi dapat berupa ketegangan (potensi tindakan) dan tindakan itu sendiri (energi
transformasi). Transformasi energi mengubah ketegangan menjadi tingkahlaku tersembunyi
atau terbuka dan bertujuan memuaskan kebutuhan serta mengurangi ketegangan.
Ketegangan adalah potensi tindakan yang mungkin atau tidak mungkin dialami
dalam kesadaran, sehingga tidak semua ketegangan dirasakan secara sadar. Kecemasan,
firasat, kebosanan, rasa lapar, dan hasrat seksual dirasakan, namun tidak pada tingkat
kesadaran. Dua jenis ketegangan yaitu kebutuhan dan kecemasan. Kebutuhan menghasilkan
tindakan produktif, sedangkan kecemasan menghasilkan tingkahlaku nonproduktif, bersifat
disintegrasi.
45
Perkembangan Teori Hubungan Interpersonal Dari Sullivan Hingga Golleman
(Kris Bawa Riyanta)
seksual.
Sistem Diri. Sistem diri adalah dinamisme yang paling kompleks, termasuk
dinamisme disjungtif, pola tingkah laku yang konsisten yang mempertahankan rasa aman
interpersonal manusia dengan melindunginya dari kecemasan. Sistem diri adalah dinamisme
disjungtif yang timbul dari situasi interpersonal. Tugas utama sistem diri adalah melindungi
dari kecemasan.
Kecemasan. Menurut Sullivan (dalam Feist dan Feist, 2011: 260), kecemasan
adalah pengganggu utama yang menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang
sehat. Kecemasan menggagalkan hubungan interpersonal (keintiman) yang memuaskan.
Kecemasan merupakan kekuatan pengganggu utama yang menghambat perkembangan
hubungan interpersonal yang sehat. Menurut Sullivan (dalam Millon, Lerner, Weiner (Ed.),
2003: 210), pembelajaran interpersonal perilaku sosial dan konsep diri didasarkan pada
gradasi kecemasan terkait dengan situasi interpersonal. Semua situasi antarpribadi berkisar
dari memuaskan (sangat aman) melalui berbagai tingkat kecemasan dan berakhir dalam
suatu kelas situasi yang berhubungan dengan kecemasan yang parah sehingga dipisahkan
dari pengalaman.
Kedengkian. Sullivan (dalam Feist dan Feist, 2011: 262) memandang kedengkian
46
AKADEMIKA: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume. 19, No. 2, Oktober 2020
sebagai dinamisme disjungtif (perlawanan) terhadap kejahatan dan kebencian yang ditandai
oleh perasaan hidup di antara musuh-musuh. Kedengkian timbul sekitar usia dua atau tiga
tahun, saat tindakan anak tidak mendapat kelembutan maternal, disangkal, tidak diacuhkan,
disambut dengan kecemasan dan rasa sakit. Ketika orangtua berusaha mengendalikan
tingkahlaku anak dengan rasa sakit fisik dan teguran, anak belajar menahan ungkapan
kebutuhan akan kelembutan, dan dia melindungi diri dengan mengadopsi sikap dengki.
Orangtua dan kelompok temannya semakin suit untuk memberikan reaksi dengan
kelembutan, yang akhirnya menguatkan sikap negatif anak terhadap dunia. Tindakan dengki
dapat berupa sifat penakut, kenakalan, kekejaman, tingkahlaku asosial atau antisosial
lainnya.
Menurut Sullivan (dalam Millon, Lerner, Weiner (Ed.), 2003: 211), integrasi
parataksis melibatkan pengalaman subjektif dari situasi interpersonal yang dipengaruhi oleh
struktur dan proses intrapsikis. Sullivan menjelaskan, integrasi parataksis terjadi ketika suatu
situasi interpersonal disadari oleh seseorang, secara bersamaan ada situasi interpersonal
yang berbeda dengan kecenderungan integrasi utama, dan orang tersebut tidak
menyadarinya.
47
Perkembangan Teori Hubungan Interpersonal Dari Sullivan Hingga Golleman
(Kris Bawa Riyanta)
bahasa, kata-kata, dan gerakan isyarat. Menurut Sullivan, kognisi sintaksis kali pertama
muncul ketika suara atau gerakan isyarat dimaknai sama oleh orangtua dan anak.
Kecenderungan bersama berkembang sejak masih bayi hingga dewasa, dari yang
paling sederhana hingga membentuk pola-pola yang kompleks (increasingly complex
patterns). Pola-pola yang kompleks itu disebut juga dinamisme pengalaman interpersonal
(dynamism of interpersonal experience). Perkembangan hubungan interpersonal sejak bayi
itu terekam dalam memori melalui pembelajaran sesuai dengan usianya (age-appropriate
learning).
Menurut Sullivan, pembelajaran interpersonal tentang perilaku sosial dan konsep-diri
berdasarkan pada gradien kecemasan, yang berhubungan dengan situasi-situasi
interpersonal. Semua situasi interpersonal terentang dari puas, menuju cemas, dan berakhir
sangat cemas. Disebut puas karena tingkat keamanannya tinggi, cemas karena
keamanannya menurun, dan sangat cemas karena keamanannya sangat rendah dan tidak
terbayangkan sebelumnya.
Ibu buruk dan Ibu Baik. Personifikasi ibu buruk tumbuh dari pengalaman bayi
terhadap puting buruk, puting yang tidak bisa memuaskan kebutuhan rasa lapar. Ibu buruk
ini tidak harus ibu yang sebenarnya, tetapi bisa berupa botol susu yang dipegang ayah,
kakak, atau siapapun yang sedang merawatnya. Setelah personifikasi ibu buruk terbentuk,
seorang bayi memperoleh dan membentuk personifikasi ibu yang baik. Hal ini berdasarkan
kelembutan dan tingkahlaku kooperatif dari seseorang yang keibuan.
Yang berada di antara orang-orang itu adalah interpersonal, sedangkan yang berada dalam
diri seseorang adalah intrapsikis.
Dikotomis pada kedua istilah itulah yang membedakan antara analisis kontemporer
dan analisis perkembangan. Analisis kontemporer membahas pandangan tentang pola-pola
perilaku timbal-balik orang-orang yang terlibat pemecahan-masalah, negosiasi, atau
menghancurkan situasi interpersonal; itulah interpersonal. Sebaliknya, analisis
perkembangan membahas sesuatu yang relatif stabil yang dibawa orang ke dalam setiap
situasi interpersonal baru, yang bertahan lama berada dalam orang itu, itulah intrapsikis.
Konsep dikotomi interpersonal dan intrapsikis sebagai dua rangkaian fenomena tersebut,
menyebabkan para teoretikus interpersonal lebih berfokus pada analisis kontemporer, dan
enggan berfokus pada pengaruh perkembangan.
Teori tentang perilaku interpersonal ini sebenarnya tidak bisa digolongkan sebagai
teori yang baru, sebab konsep-konsepnya dikembangkan dari konsep fungsi interpersonal
(interpersonal functioning) dari Sullivan. Para teoretikus perilaku interpersonal ini berusaha
mengembangkan model-model konseptual dan empiris yang teratur dan taat-asas, guna
menggambarkan perilaku interpersonal. Tujuannya adalah untuk memperoleh kategori-
kategori generalisasi yang meningkat (increasing generality) yang memberikan gambaran
perilaku menurut hubungan interpersonal yang natural. Dalam istilah kontemporer, sistem
tersebut disebut sebagai model struktural, yang dapat digunakan untuk secara konseptual
mensistematisasikan observasi dan kovariasi dari variabel minat.
Ada 4 (empat) frase yang menunjuk pada kecerdasan interpersonal yang dibahas
oleh Goleman, yaitu: (1) batasan kecerdasan interpersonal, (2) komponen kecerdasan
interpersonal, (3) peranan perasaan dalam pemikiran atau kehidupan batin emosional, dan
(4) penguasaan diri. Keempat komponen tersebut penulis paparkan pada bahasan berikut
ini.
50
AKADEMIKA: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume. 19, No. 2, Oktober 2020
Ahli lain menambahkan pentingnya dua hal berikut ini dalam hubungan
interpersonal. Pertama adalah SOS (Self, Other, dan Strategies). Kedua adalah trust. Salmon
dan Freedman (2002: 14) mengatakan bahwa pemahaman tentang SOS (Self, Other, dan
Strategies) guna menghadapi situasi-sosial tertentu memegang peranan penting dalam
hubungan interpersonal. Ini berarti bahwa pemahaman yang baik tentang SOS berpengaruh
terhadap keberhasilan hubungan interpersonal. Sebaliknya rendahnya pemahaman tentang
SOS berpengaruh terhadap kegagalan hubungan interpersonal.
Untuk merawat hubungan interpersonal, berikut ini ada pendapat yang sangat baik.
Dari penelitian Downie, Mageau & Koestner (2008: 523) disimpulkan bahwa hubungan
interpersonal lebih memuaskan jika individu secara konsisten merasa bebas ( autonomous),
kompeten (competent), dan tersambung (related). Kebebasan, konsistensi, dan
51
Perkembangan Teori Hubungan Interpersonal Dari Sullivan Hingga Golleman
(Kris Bawa Riyanta)
ketersambungan itu menjadi prediktor bagi kualitas hubungan, tidak peduli: (1) lamanya
hubungan, (2) diadik atau dalam kelompok, (3) berinteraksi dengan keluarga, teman, atau
kenalan baru. Partisipan lebih merasa bebas dan tersambung ketika berinteraksi dengan
anggota keluarga dan teman atau di dalam situasi berduaan.
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2012. Theory and Practice of Group Counseling. United States, et. al. :
Brook/Cole, Cengage Learning.
Downie, Michelle, Genevieve A. Mageau, dan Richard Koestner. 2008. “What Makes for a
Pleasant Social Interaction? Motivational Dynamics of Interpersonal Relations”.
http://search. proquest. com/index. The Journal of Social Psychology, 2008, 148(2),
xxx–xxx. pdf. (Diunduh 30 Desember 2012).
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2011. Teori Kepribadian (Theories of Personality).
Penerjemah: Handriatno. Jakarta: Salemba Humanika.
Kruglanski, Arie W. dan E. Tory Higgins (Ed.). 2007. Social Psychology, Handbook of Basic
52
AKADEMIKA: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume. 19, No. 2, Oktober 2020
Pervin, Lawrence A., Daniel Cervone, dan Oliver P. John. 2010. Psikologi Kepribadian, Teori
& Penelitian. Penerjemah: A. K. Anwar. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Pincus, Aaron L. and Emily B. Ansell. 2003. “Interpersonal Theory of Personality”. Dalam
Theodore Millon, Melvin J. Lerner, Irving B. Weiner (Ed.). Handbook of Psychology,
Volume 5, Personality And Social Psychology. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Reber, Arthur S. dan Emily S. Reber. 2010. Kamus Psikologi. Terjemahan Yudi Santoso.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salmon, Diane, & Ruth Ann Freedman. 2002. Facilitating Interpersonal Relationships in the
Classroom, The Relational Literacy Curriculum. Mahwah, New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates, Inc.
UNESCO. 2013. UNESCO Task Force on Education for the Twenty-first Century. http://www.
unesco. org/delors/fourpil. htm. (Diunduh 6 Januari 2013.
53
Perkembangan Teori Hubungan Interpersonal Dari Sullivan Hingga Golleman
(Kris Bawa Riyanta)
54