PENDAHULUAN
dimiliki. Pendidikan sebagai proses memerdekakan peserta didik dengan cara yang
manusiawi sesuai dengan potensi atau fitrah yang dimiliki. Pendidikan harus membebaskan
manusia dari rasa takut, tertekan, harus bersifat emansipatif dan liberatif, membebaskan
manusia dari kebodohan, ketertinggalan, penindasan, dan dari berbagai hal yang
membelenggu manusia dalam meraih pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Hal ini
selaras dengan kebijakan pemerintah berkenaan dengan standar Nasional Pendidikan yang
tertuang dalam peraturan pemerintah yakni PP NO 57 tahun 2021 dan dilakukan perubahan
standart kompetensi lulusan pada pendidikan anak usia dini dan ketentuan penyusuan serta isi
kurikulum Pemahaman Pendidik Anak Usia Dini terhadap kurikulum merdeka belajar. Dalam
regulasi tersebut dikatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dan terencana untuk
dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
Namun kenyataan yang terjadi dilapangan sebagian dari pendidik masih berorientasi
pada proses belajar yang teacher oriented dengan metode ceramah atau klasikal sebagai
metode pembelajarannya. Pendidik sebagai pusat orientasi dari proses belajar yang
berlangsung dan peserta didik sebagai “pendengar setia” atau pasif. Pola belajar seperti ini
akan mengakibatkan peserta didik sulit mengembangkan potensi yang dimilikinya. Peserta
didik yang hanya dijadikan objek tersebut tidak akan menjadikan peserta didik lebih aktif,
inofatif dan kreatif di dalam proses belajar. Kemampuan minat dan bakat yang seharusnya
diapresiasikan dengan sempurna menjadi terhambat karena otoritas pendidik yang tidak
Pendidikan pola lama yang selama ini digunakan telah terbukti gagal menghantarkan
terbentuknya manusia-manusia cerdas, kritis dan kreatif. Sehingga mau tidak mau pendidikan
harus menanggalkan paradigma lama menuju paradigma baru yang berorientasi pada masa
depan, berjiwa demokrtis, serta berorientasi pada peserta didik. Implikasi yang dihasilkan
oleh paradigma pendidikan pola lama tersebut adalah output pendidikan yang dihasilkan
tidak mampu membawa ke arah perubahan yang konstruktif bagi realitas kemanusiaan.
Semua kritik tajam ini dilakukan karena pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan subtansi dari peradaban manusia.
mengembangkan potensi dan meningkatkan skill siswa dalam merespon berbagai persoalan -
persoalan yang sangat serius diantaranya adalah intoleransi, kekerasan seksual, dan
bahwa Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim,
Sudah membicarakan secara keras dan tegas tentang hal tersebut, bahkan beliau mengatakan
Makarim tersebut dibuktikan dengan realitas yang terjadi di masyarakat tentang persoalan
semakin mengutnya kasus intoleransi dan kekerassan terhadap perempuan yang meningkat
dan menjadi salah satu bentuk ketidakadilan gender. Dikutip dari KOMPAS.TV Direktur
pada Rabu (20/7/2022) dalam diskusi publik di Kedutaan Besar Prancis, Jakarta. Masih dari
sumber yang sama, pada Hari Selasa, 8 Maret 2022 menginformasikan berdasarkan data
Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPPA) Kementerian
PPPA, Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2021 terdapat 10.247
kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan. Sementara Komnas Perempuan dalam
Badilag. Terkumpul sebanyak 338.496 kasus kekerasan berbasis gender (KBG) terhadap
perempuan.
Kedua persoalan di atas juga tercermin di lingkungan Pendidikan sebagai bukti untuk
kasus intoleransi di lingkungan Pendidikan khususnya di Pendidikan Anak Usia Dini dimana
proses pembelajaran yang mengarah pada gerakan radikalisme. Hal ini bisa dilihat dari
metode pembelajaran misalnya dalam nyanyian dan Tepukan terindikasi mengajarkan anak
untuk eksklusif, menganggap agamanya atau paham yang diyakininya paling benar dan
menyalahkan agama lain atau menyalahkan paham yang tidak sejalan dengan paham
kelompok mayoritas. Selain hal tersebut, sebagian Lembaga PAUD menerapkan pola-pola
penyeragaman yang menggiring anak tidak terbiasa dengan perbedaan. Tentunya persoalan
ini sangat bertentangan dengan penguatan profil pelajar Pancasila yang menjadi tema penting
khususnya di Pendidikan Anak Usia Dini dapat dilihat dari beberapa hal Misalnya, materi
bahan ajar yang pada umumnya masih bias gender, proses pembelajaran di kelas yang belum
sepenuhnya mendorong partisipasi aktif secara seimbang antara siswa laki-laki dan
perempuan, serta lingkungan fisik sekolah yang belum menjawab kebutuhan spesifik anak
laki-laki dan perempuan. Disamping itu pengelolaan pendidikan juga pada tataran
pelaksanaannya belum berperspektif gender atau memberikan peluang yang seimbang bagi
laki-laki dan perempuan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Guru
sebagai pendidik juga masih belum mempunyai pemahaman terkait dengan kesetaraan gender
sehingga hal ini sangat berimplikasi pada proses pembelajaran yang bias gender.
nilai kebinekaan dan nilai adil gender sangatlah penting dan harus menjadi bagian dari
Pendidikan Anak Usia Dini karena pada masa inilah penyiapan anak untuk memasuki jenjang
Pendidikan dasar, pembentukan karakter serta penguatan aspek attitude. Oleh karena itu,
Kebinekaan”.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
permasalahan yang muncul berkaitan dengan ruang yang memerdekakan peserta didik
dimilikinya.
c. Paradigma pendidikan pola lama menghasilkan output pendidikan yang tidak
kemanusiaan.
2. Pembatasan Masalah
Banyaknya hal yang bisa diteliti terkait manajemen pembelajaran yang belum
memerdekakan peserta didiknya dalam proses belajar, maka peneliti akan membatasi
meningkatkan kapasitas guru terkait perspektif gender dan kebinekaan dalam perencanaan
C. Tujuan Penelitian
selalu mempunyai tujuan. Tujuan riset dapat didefinisikan sebagai usaha menemukan,
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
usia dini.
Bagi peserta didik mendapatkan stimulasi atau rangsangan serta metode dan
model pembelajaran yang tepat sesuai umur serta minat dan bakat anak dalam
bahan referensi untuk penelitian yang selanjutnya yang sejenis atau sebagai
LANDASAN TEORI