Anda di halaman 1dari 108

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA TALAMBAH KECAMATAN

KARANG PENANG KABUPATEN SAMPANG

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA TALAMBAH KECAMATAN


KARANG PENANG KABUPATEN SAMPANG

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktik


Stase Keperawatan Komunitas
Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja Sumenep

Pelaksana Praktik
Tempat Desa Talambah Kecamatan Karang Penang Kabupaten Sampang
Tanggal : 28 Maret – 30 April 2022

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Mengetahui
Pembimbing Akademik Kepala Desa

( ) ( )
KA Prodi Profesi Ners

(Elyk Dwi Mumpuningtias, S. Kep., Ns., M.Kep)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan atas kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan Karunia-
Nya yang telah melimpahkan Tufiq, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan judul Laporan Asuhan keperawatan Komunitas Di Desa
Talambah Kecamatan Karang Penang Kabupaten Sampang.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta dukungan yang
telah diberikan dari berbagai pihak, untuk itu ijinkan kami menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Rismawati, selaku Kepala Desa Talambah.
2. Dr. Eko Mulyadi S.Kep.,Ns.M.Kep.selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Wiraraja.
3. Mujib Hannan S.KM.S.Kep.,Ns.,M.Kes.selakuPembimbing yang telah memberikan saran
pada saat bimbingan.
4. Syaifurrahman Hidayat S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing yang telah memberikan
saran pada saat bimbingan.
5. Emdat Suprayitno, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing yang telah memberikan saran
pada saat bimbingan.
6. Cory Nelia Damayanti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing yang telah memberikan
saran pada saat bimbingan.
7. Endang Mariyana, selaku perawat Desa Talambah yang telah memberikan data
permasalahan desa.
8. Oang tua yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi
9. Teman-teman Kelompok 1 Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan ini.Untuk itu
Kami sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari segenap
pembaca.Akhir kata semoga Laporan ini dapat memerikan tambahan ilmu yang bermanfaat
bagi pembaca.
Sumenep 6 April 2020

Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas......................................................................4
BAB 3.......................................................................................................................................27
METODE PELAKSANAAN.................................................................................................27
3.1 Metode pelaksanaan.......................................................................................................27
3.2 Populasi..........................................................................................................................27
3.3 Sampel dan Tekhnik Sampling.......................................................................................27
BAB 4.......................................................................................................................................29
ANALISIS SITUASI DAN ASUHAN KEPERAWATAN.................................................29
4.1 Letak Geografis.........................................................................................................29
4.2 Kondisi Umum Demografis Daerah..........................................................................29
4.3 Kondisi Ekonomi.......................................................................................................30
4.4 Potensi Daerah...........................................................................................................30
4.5 Data Geografi............................................................................................................31
4.6 Data Demografi.........................................................................................................31
4.7 Fasilitas Umum..........................................................................................................33
4.8 Karakteristik Penduduk.............................................................................................35
Data Kualitatif......................................................................................................................55
4.9 Analisadata................................................................................................................56
4.10 Prioritas Masalah :........................................................................................................62
4.11 . Diagnosa Keperawatan............................................................................................62
4.12 Perencanaan...............................................................................................................64
BAB 5.......................................................................................................................................72
iv
PEMBAHASAN.....................................................................................................................74
BAB 6.......................................................................................................................................80
PENUTUP...............................................................................................................................80
6.1 Kesimpulan................................................................................................................80
LAMPIRAN............................................................................................................................83

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu factor yang sangat menentukan kualitas sumber
daya manusia.Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan keturunan. Faktor lingkungan termasuk keadaan pemukiman atau
perumahan, tempat kerja, sekolah, tempat umum, air, udara, teknologi, keadaan sosial,
pendidikan dan ekonomi, sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari
seperti pola makan, kebersihan keluarga dan gaya hidup. Pelayanan kesehatan mencakup
sarana kesehatan, program kesehatan, dan tenaga kesehatan (Mubarak, 2005).
Pelayanan kesehatan yang memberikan konstribusi penting dalam peningkatan
derajat kesehatan adalah keperawatan yang berwenang memberikan asuhan keperawatan
pada komunitas. Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga
diperlukan suatu kerjasama yang melibatkan secara aktif masyarakat untuk mencapai
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Asuhan keperawatan komunitas
bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat serta peran
masyarakat dalam melakukan upaya preventif, promotif, dan mempertahankan
kesehatannya. Praktik dilaksanakan secara komprehensif dan umum, tidak hanya terbatas
pada usia kelompok tertentu atau diagnosa tertentu. Tanggung jawab yang dominan
adalah terhadap komunitas secara keseluruhan dan pelayanan diberikan secara langsung,
berkelanjutan dan tidak episodic yang ditujulkan kepada individu, keluarga, dan
kelompok maupun masyarakat (Mahyuddin, 2009).
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasakan
pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat dengan pendekatan
pada risiko tinggi melaluui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak
kuratif dan rehabilitatif. Pendekatan yang digunakan yaitu pengkajian, analisis data,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam perawatan
kesehatan masyarakat memerlukan keterlibatan kader kesehatan, tokoh-tokoh masyarakat
formal dan informal dalam tahap pelayanan keperawatan secaa tepadu dan menyeluruh
sehingga masyarakat benar-benar mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan
kesehatan dan keperawatan yang diberikan (Anderson & Mc Farlane, 2000).
vi
Praktik keperawatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi
Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja sebanyak 25 orang
mahasiswa bertempat di Desa Talambah Kecamatan Karang Penang Kabupaten
Sampang. Desa Kebundadap Timur ini terdiri dari 4 dusun (Dusun Perrek, Dusun Nung
Kesan, Dusun Oloh dan Dusun Onjur), dan terdiri dari16 RT. Jumlah penduduk Desa
Talambah sebanyak ±3.020 jiwa dengan rumah tangga 1.087 Kepala Keluarga. Populasi
dalam praktik keperawatan komunitas ini yaitu sebayak 1.087 Kartu Keluarga. Menurut
hasil perhitungan rumus dalam penentuan besar sampel didapatkan 88 sampel Kartu
Keluarga. Syarat dari penetapan sampel ini yaitu representatif atau mewakili populasi
yang ada (Nursalam, 2016). Teknik sampling yang digunakan yaitu stratified random
sampling.
Pengkajian meliputi data demografi, data lingkungan fisik (perumahan, sumber
air bersih, sistem pembuangan sampah, sistem pembuangan kotoran rumah tangga,
hewan peliharaan), dan kondisi kesehatan umum (pelayanan kesehatan, ibu hamil dan
menyusui, balita, remaja, lansia). Setelah data didapatkan dengan metode windshield
survey, wawancara dengan tenaga kesehatan setempat dan masyarakat serta pengambilan
data sekunder melalui fasilitas pelayanan kesehatan seperti PONKESDES dan archival
data. Didapatkan masalah kesehatan terkait lingkungan fisik, dewasa, lansia’
Berdasarkan data yang ditemukan di Desa Talambah Kecamatan Karang Penang
Kabupaten Sampang, selanjutnya dilakukan analisis data untuk menentukan diagnosa
keperawatan, menyusun intervensi keperawatan untuk menyelesaikan masalah,
melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan telah disetujui masyarakat, dan melakukan
evaluasi keperawatan komunitas.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan keperawatan di Desa Kebundadap Timur
Kecamatan Karang Penang Kabupaten Sampang Tahun 2022.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengkaji masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat Desa Talambah
Kecamatan Karang Penang Kabupaten Sampang Tahun 2022;
b. Menyusun diagnosa keperawatan komunitas di Desa Talambah Kecamatan Karang
Penang Kabupaten Sampang Tahun 2022;
vii
c. Menyusun intervensi keperawatan komunitas di Desa Talambah Kecamatan Karang
Penang Kabupaten Sampang Tahun 2022;
d. Melakukan implementasi keperawatan komunitas di Desa Talambah Kecamatan
Karang Penang Kabupaten Sampang Tahun 2022;
e. Melakukan evaluasi keperawatan komunitas di Desa Talambah Kecamatan Karang
Penang Kabupaten Sampang Tahun 2022;
f. Menyusun rencana tindak lanjut untuk program-program dan kegiatan yang telah
dilakukan di Desa Talambah Kecamatan Karang Penang Kabupaten Sampang Tahun
2022;

viii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


2.1.1 Definisi Komunitas dan Kesehatan Masyarakat
Menurut Kontjaraningrat, komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007). Komunitas adalah
kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain,
saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas adalah
kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan di bawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama di mana mereka tinggal, kelompok
sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan
gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan
melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim
kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok
dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh
karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan
membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup
mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang
optimal (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai
subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan
dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama
diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).

9
2.1.2 Definisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari
(Efendi, 2009). Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan
untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor
melalui pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan
penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung
terhadap seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dimana
individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta mengambil tanggung jawab
terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat, mengembangkan
kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta menjadi pelaku atau
perintis kesehatan dan peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang
kesehatan berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat
dapat berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau pengetahuan, sarana,
dana yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
10
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup
sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab
serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan
komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan
peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang
berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).
2.1.3 Prinsip perawatan kesehatan masyarakat
Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip,
yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat
dan kerugian (Mubarak, 2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan
utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

11
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
2.1.4 Tujuan keperawatan kesehatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu,
keluarga dan kelompok di dalam konteks komunitas serta perhatian langsung terhadap
kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam
memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara
mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah
keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan
dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan
keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju
keadaan sehat optimal.
12
2.1.5 Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
keperawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,
tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan
kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Mubarak, 2005).
2. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat
sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu,
keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan
sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat (Elisabeth, 2007).
3. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat. Partisipasi klien/ masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan
inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat
digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal
ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan
keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan
kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).

13
4. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru,
dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada
masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan
masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Elisabeth, 2007).
2.1.6 Sasaran praktik keperawatan komunitas
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan
atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari:
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
2. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat
dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan. Yang termasuk kelompok khusus adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti:

14
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Lansia
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan
serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, yaitu:
1) Wanita tunasusila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok pekerja-pekerja tertentu, dan lain-lain
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti werdha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi
4) Penitipan balita
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung
dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam
praktekkeperawatan.Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan
menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).

15
a. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007).
b. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dalam lingkup kebutuhan
dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu
kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
aktualisasi diri (Riyadi, 2007).
c. Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama
(Riyadi, 2007).
2.1.7 Peran Perawat Komunitas (Provider of Nursing Care)
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah:
1. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang
ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
2. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
16
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase
pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran
dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.
4. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.
Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan
sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-
hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk
klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
(Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-
hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

17
6. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi,
dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien.
Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan
dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat
penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
7. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
8. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan
dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien.
Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari
banyak profesional (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada
sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk
berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan,
18
keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak,
2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider and
Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau
pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran
perawat komunitas.

2.1.8 Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan (curatif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta
memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

19
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di
rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya.,
dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita
Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai
masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
20
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau
batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

2.1.9 Konsep Masalah Kesehatan Komunitas


1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala
sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara
langsung maupun tidak langsung serta ikut mempengaruhi tingkat kehidupan
maupun kesehatan dari organisme tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannyauntuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005),
lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan
Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas
sektoral di bidang sanitasi. Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri
Kesehatan RI pada Agustus 2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan
pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
a. Tidak BAB sembarangan
b. Mencuci tangan pakai sabun
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman
d. Mengelola sampah dengan benar
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai
berikut:
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
21
d. Pengendalian vector
e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskresi manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah),
bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat
delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
a. Penyehatan air dan udara
b. Pengamanan limbah padat atau sampah
c. Pengamanan limbah cair
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengamanan vektor penyakit
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik
disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi (Wawan A & Dewi M, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan ,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan
22
stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau
practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok,
yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan
(Wawan A & Dewi M, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori
(Wawan A & Dewi M, 2010), yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja
atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan A & Dewi M, 2010).

2.1.10 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat
melalui langkah-langkah: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
keperawatan. Dalam penerapan proses keperawatan (nursing process), terjadi proses
alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya (Herawati & Neny FS, 2012).
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas (community assessment) adalah proses pengumpulan
data yang berhubungan dengan status kesehatan komunitas dan merupakan sumber
data untuk perumusan diagnosa keperawatan. Pengkajian komunitas merupakan
suatu upaya untuk dapat mengenal masyarakat. Tujuan keperawatan dalam
mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun
negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat
mengembangkan strategi promosi kesehatan (Herawati & Neny FS, 2012).
Jenis data yang dikumpulkan pada pengkajian secara umum dapat diperoleh
dari data subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu data yang diperoleh dari
keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan
23
komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan. Data obyektif yaitu
data ayang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran.
Sedangkan sumber data dapat diperoleh dari data primer dan sekunder, dengan
pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Data primer adalah data yang
dikumpulkan oleh pengkaji berdasarkan hasil pengkajian, sedangkan data sekunder
diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya. Metode pengumpulan data yang
dapat dilakukan yaitu: wawancara informan (informan interview), analisis
sekunder, observasi atau pengamatan (windshield survey) (Herawati & Neny FS,
2012). Salah satu model pengkajian yang dapat digunakan adalah “Betty Neuman”.
Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah dengan data inti
dari masyarakat itu sendiri (community core).
a. Community Core(data inti)
1) Histori dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas.
2) Data demografi: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, ras, tipe
keluarga, status perkawinan.
3) Vital statistik: angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan.
4) Agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
1) Lingkungan fisik: perumahan yang dihuni oleh penduduk, bagaimana
penerangannya, sirkulasi dan kepadatan penduduk.
2) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan. Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah,
bahasa), fasilitas pendidikan (SD, SMP, dll) baik di dalam maupun di luar
komunitas.
3) Keamanan dan transportasi: Bagaimana keselamatan dan keamanan di
lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress. Transportasi
apa yang tersedia di komunitas.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di
berbagai bidang termasuk kesehatan, jenjang pemerintahan, kebijakan
depkes.

24
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini gangguan
atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
6) Sistem komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di
komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan
gangguan penyakit. Misalnya televisi, radio, koran atau leaflet yang
diberikan kepada komunitas.
7) Sistem ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau
diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan pada
anjuran dapat dilaksanakan, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan
sesuai status ekonomi tersebut.
8) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat
digunakan komunitas untuk membantu mengurangi stressor.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic,
antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan
imunisasi.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus
diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhi (Mubarak, 2005).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya
jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang
hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus
dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil
wawancara atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak,
2005).
25
b. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik,
psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat
dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan
yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik
yang dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosa keperawatan
dengan cara Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).
3. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan
cara sebagai berikut :
a. Klasifikasi data atau kategori data
b. Penghitungan prosentase cakupan
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
4. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah
itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).
5. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang
selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan
tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah
(Mubarak, 2005).
6. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya
adalah (Mubarak, 2005):

26
a. Perhatian masyarakat
b. Prevalensi kejadian
c. Berat ringannya masalah
d. Kemungkinan masalah untuk diatasi
e. Tersedianya sumberdaya masyarakat
f. Aspek politis
7. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada
saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin
timbul kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas,
padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi
gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan
yang mungkin terjadi (Mubarak, 2009). Diagnosa keperawatan ditegakkan
berdasarkan tingkat reaksi terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan
dalam 3 komponen: Problem, Etiologi, Simptom (Herawati & Neny FS, 2012).
Contoh : Risiko terjadinya peningkatan Hipertensi pada warga di desa X
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
peningkatan status kesehatan ditandai dengan tingginya angka kejadian Hipertensi
pada 1 tahun terakhir yaitu 25% berdasarkan data PIS PK Tahun 2020.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat dapat disampaikan dalam
pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD)
8. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien (Mubarak, 2009). Tahap berikutnya dari proses keperawatan
merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu
sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama
dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
27
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan.
Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada
dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana
tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana,
tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan
(Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara
bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan
kesehatan di wilayahnya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d. Tahap formasi kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta
memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan
lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai
berikut:
28
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
4) Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan
lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
9. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan
masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini
melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak,
2009). Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah:
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009).
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2009).
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program
yang telah disusun (Mubarak, 2009).
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten
(Mubarak, 2009).
e. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan
29
tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah :
program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan
partnership in community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat bertanggung jawab
untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu :
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi,
simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk
mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh
kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan
seperti mata, gigi, telinga, dll.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu
pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga,
Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan
kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
10. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan

30
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan
sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian:
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan pelaksanaan.
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi.
d. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi
dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap implementasi yang telah
dilakukan.
Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran
staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya
serta keuntungan program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat
puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan,
apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

31
BAB 3
METODE PELAKSANAAN

3.1 Metode pelaksanaan


Pada kegiatan ini menggunakan pendekatan eksperimental dengangan melihat
kondisi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan keperawatan, sementara itu penelitian
eksperimen one-group pra-posh test design adalah penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan satu kelompok subjek, kemudian kelompok subjek tersebut diobservasi
sebelum dilakukan intervensi dan diobservasi kembali setelah diberikan intervensi .

3.2 Populasi
Populasi Pada kegiatan ini menggunakan seluruh penduduk yang ada di Desa
Talambah yang terdiri 1087 Kepala Keluarga, Yang tersebar di 4 Dusun yang ada .
Dusun Perrek Sebanyak 242 Kepala Keluarga, Dusun Nung Kesan sebanyak 364 Kepala
Keluarga, Dusun Oloh Sebanyak 239 Kepala Keluarga dan Dusun Onjur sebanyak 242
Kepala Keluarga.

3.3 Sampel dan Tekhnik Sampling


Berdasarkan Jumlah Total keseluruhan Populasi didapatkan Jumlah sampel
sebanyak 88 Kepala keluarga,yang terdiri Dusun Perrek Sebanyak 20 Kepala Keluarga,
Dusun Nung Kesan sebanyak 29 Kepala Keluarga, Dusun Oloh Sebanyak 19 Kepala
Keluarga, dan Dusun Ketapang sebanyak 20 kepala Keluarga.
Metode penentuan jumlah Sampel menggunakan tekhnik simple Random
Sampling, dimana berdasarkan seluruh Jumlah populasi dipilih secara acak sesuai
jumlah hasil perhitungan sampel yang dilakukan.
Perhitungan Sampel menggunakan Rumus
n= N.Z2..p.q
d2(N-1)+Z2.p.q

n= 1087.(1,96)2.0,5.0,5
(0,1)2(1087-1)+(1,96)2.0,5.0,5

n= 1.043,95
10,86+0,9604

32
n = 1.043,95
11,82

n= 88,3

n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
p = proporsi Paparan
q = 1-p
Z = Nilai Distribusi Normal
Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan menggunakan instrument Kuesioner yang berisi 20


kuesioener yang diisi melalui hasil wawancara dengan penduduk yang telah dinyatakan
sebagai sampel. Dari hasil pengkajian dilakukan rekaputalasi penilaian menggunakan
system coding seta system scoring. Setelah dilakukan penilaian , hasil dari pengkajian
kemudian dilakukan analisis data sehingga menghasilkan beberapa permasalahan yang
ditemukan di Desa Talambah.

33
BAB 4
ANALISIS SITUASI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 LETAK GEOGRAFIS


Desa Talambah termasuk dalam wilayah Kecamatan Karang Penang yang
terletak sekitar 4 km dari kecamatan dan dan kurang lebih 10 km dari Kabupaten
Sampang kearah timur Laut. Secara geografis daerah pelayanan terletak disebelah
selatan laut jawa, yakni antara 113o86601” BT – 113o16`48” BT dan diantara 4o55` LS
– 4o55` LS – 7o24` LS dengan batas-batas wilayah Desa Talambah adalah sebagai
berikut :

• Sebelah Barat : Ds. Gunung Kesan

• Sebelah Timur : Ds. Kr Gayam

• Sebelah Utara : Ds. Kr Penang Oloh

• Sebelah Selatan : Ds. Blu’uran

Desa Talambah adalah salah satu desa di Kecamatan Karang Penang


Kabupaten Sumenep yang terletak di sebelah timur Desa Talambah yang berbatasan
dengan DesaTanjung Kecamatan Karang Penang dan jarak 1 km dari kabupaten.
Kehidupan masyarakatnya adalah bertani yang secara turun temurun merupakan
warisan dari para leluhurnya yang menggantungkan nasibnya pada Nelayan, ladang,
dan ternak terutama ternak sapi, kambing dan ayam.
Penduduknya dari jaman dulu tidak banyak berubah, karena tidak ada
perpindahan penduduk begitu jugadengan pertumbuhan penduduknya yang tidak
banyakmeningkat.
Pemerintahan Desa Talambah merupakan satu pemerintahan yang ada sejak
jaman penjajahan Belanda. Sesuai dengan keadaan dan kondisi alam masyarakat
Kebundadap Timur maka wilayah pemerintahan terdiri atas 4 dusun.
4.2 KONDISI UMUM DEMOGRAFIS DAERAH
Berdasarkan Data Administrasi Pemerintahan Desa, jumlah penduduk yang
tercatat secara administrasi, jumlah total 3.033 jiwa. Dengan rincian penduduk berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 1.416 jiwa, sedangkan berjenis perempuan berjumlah 1.617

34
jiwa. Survei Data Sekunder dilakukan oleh Fasilitator Pembangunan Desa, dimaksudkan
sebagai data pembanding dari data yang ada di Pemerintah Desa.
4.3 KONDISI EKONOMI
1. pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Talambah sampai saat ini menunjukkan
pertumbuhan yang sangat pesat dilihat dari perubahan dan pola hidup masyarakat
terutama kemajuan kecukupan kebutuhan pokok (sandang pangan, papan) yang
mengalami perubahan sangat tajam. Penurunan penerima raskin, RTLT sangat kecil
dan kebutuhan tambahan (kendaraan bermotor dan HP) rata-rata tiap rumah tangga
sudah memiliki.
2. Perekonomian Desa
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu desa dapat dicerminkan dari beberapa
indikator. Salah satu indikator yang sering dipakai untuk melihat keberhasilan
pembangunan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besarnya nilai
PDRB yang berhasil dicapai dan perkembangannya merupakan refleksi dari
kemampuan desa dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Kontributor sektor terbesar dalam pembentukan PDRB Desa Talambah berasal dari
sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.
4.4 POTENSI DAERAH
Beberapa potensi unggulan sebagai kontribusi secara nyata terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa Talambah adalah:
1. Peternakan, Pertanian, Perikanan.
Potensi unggulan yang ada di Desa Talambah untuk meningkatkan pendapatan
penduduk perkapita pada dasarnya adalah nelayan, petani, peternakan dikarenakan di
lingkungan sekitar dekat dengan pantai, lahan yang masih sangat luas dan subur
Potensial untuk tanaman lahan kering (jagung, singkong, dan kacang-kacangan),
tanaman buah-buahan (pisang, mangga, pepaya, dan lain-lain), budidaya perikanan
perairan darat (telaga) dan perikanan tangkap.
2. Potensi Industri
Keterampilan industri rumahan seperti keterampilan tangan berupa makanan kecil
seperti ghettas, klepon, onde-onde, rengginang jumbo dan lain-lain.
3. Pariwisata

35
Dalam bidang pariwisata, Desa Talambah memiliki potensi wisata yang berbasis alam
yaitu wisata Mangrove. Dimana wisata Mangrove sudah masuk wisata alam nasional
dan masuk ke peringkat 3 se Nasional.

36
4.5 Data Geografi
4.5.1 Lokasi Wilayah
1. Propinsi : Jawa timur
2. Kabupaten : Sumenep
3. Kecamatan : Saronggi
4. Desa : Kebundadap Timur
4.5.2 Batas Wilayah
1. Sebelah Utara : Ds. Pinggir Papas Kec Kalianget
2. Sebelah Selatan : Ds. Langsar
3. Sebelah Barat :Ds. Kebundadap Barat
4. Sebelah Timur : Ds. Tanjung
4.5.3 Pembagian Wilayah
1. Dusun : 4 dusun
2. Rukun Warga : 16 RT
4.5.4 Orbitasi
1. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 4 km
2. Jarak dari kabupaten / kota :+10 km
4.6 Data Demografi
4.6.1 Jumlah Penduduk : 277 jiwa
4.6.2 Jumlah Kepala Keluarga : 88 Kepala Keluarga
4.6.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
3. Laki-laki : 136 jiwa.
4. Perempuan : 141 jiwa

37
4.6.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
JenisKel
No Umur amin
Laki- Presen Perem Presen Total Presen
Laki tase % p tase % tase %
Uan
1 0-5 7 5 8 6 15 5
2 6–12 16 12 11 8 27 10

3 13–18 10 7 12 8 22 8
4 19–35 31 23 35 25 66 24
5 36–54 29 22 30 21 59 21
6 > 55 42 31 46 32 88 32
Total 135 100 142 100 277 100

4.6.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama


No Agama Jumlah Presentase %
1 Islam 277 100
2 Kristen 0 0
3 Katolik 0 0
TOTAL 277 100

4.6.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian


No Pendidikan Jumlah Presentase %
1 Tidak Bekerja 20 7
2 Wiraswata 61 22

3 IRT 45 16
4 Petani 80 29
5 Sopir 2 1
6 Nelayan 16 6
7 Pedagang 14 5
38
8 Pelajar /Mahasiswa 36 13
9 PNS 3 1
TOTAL 277 100

4.6.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan


No Pendidikan Jumlah Presentase %
1 Tidak Sekolah 51 18
2 Belum Tamat 64 23
3 SD 90 33
4 SMP 27 10
5 SMA 36 13
6 Sarjana 9 3
TOTAL 277 100

4.7 Fasilitas Umum


4.7.1 Sarana Peribadaban
5. Masjid :5
6. Musholla :9
7. Gereja :-
8. Wihara :-
9. Pura :-
4.7.2 Sarana Pendidikan
1. Madrasah :4
2. PAUD :3
3. TK :3
4. SD :2
5. MI :1
6. SMP :1
7. SMA :-
8. Sarana Pendidikan Non Formal: -
39
4.7.3 Sarana Kesehatan
1. RSU Pemerintah :-
2. RS Swasta :-
3. Puskesmas :1
4. Polindes :1
5. Ponkesdes :-
6. Posyandu :-

4.7.4 Sarana Komunikasi


1. Telepon Umum :-
2. Wartel :-
3. Lain – lain : Sound system satu perangkat, laptop 4 perangkat
4.7.5 Sarana Transportasi
Sepeda, Sepeda Motor, Mobil, Becak, Pick Up, Viar
4.7.6 Sarana Olah Raga, Kesenian / Kebudayaan dan Sosial
1. Sarana Olah Raga : 3 Lapangan Voli
2. Sarana kesenian / kebudayaan : Hadrah 5, Saronin 2, Sri budaya 1
3. Sarana sosial : 1 Balai Desa
4.7.7 Tempat-tempat Umum
1. Pasar :1
2. Terminal :-
3. Pelanuhan : 2
4. Pariwisata : 1
4.7.8 Industri
1. Industri Rumah Tangga : ada (1, keripik/kerupuk poli)
2. Perahu : 5
3. Gettas : 5

4.8 Karakteristik Penduduk

40
4.8.1 Demografi
Berdasarkan data yang diperoleh melalui survei pada penduduk Desa
Talambah didapat data distribusi karakteristik penduduk yang disajikan
sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa
Talambah
JENIS
No Umur KELAMIN
Laki- Present Peremp Present
Laki Ase Uan Ase %
1 0-5 7 5 8 6

2 6–12 16 12 11 8

3 13–18 10 7 12 8

4 19–35 31 23 35 25

5 36–54 29 22 30 21

6 > 55 42 31 46 32

Total 136 100 142 100

Berdasarkan tabel 1. Distrbusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di


Desa Keundadap Timur diketahui bahwa sebagian besar adalah perempuan
sebanyak 142 penduduk (51,26%).

Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa


Talambah
No Pendidikan Jumlah Presentase %
1 TIDAK 51 18
SEKOLAH
2 BELUM TAMAT 64 23
3 SD 90 33
4 SMP 27 10
5 SMA 36 13
6 SARJANA 9 3
TOTAL 277 100%

41
Berdasarkan tabel 2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di
Desa Talambah diketahui bahwa kebanyakan Pendidikan SD sebanyak 90
penduduk (33%).

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Talambah


No Pendidikan Jumlah Presentase %
1 Tidak Bekerja 20 7
2 Wiraswata 61 22

3 IRT 45 16
4 Petani 80 29
5 Sopir 2 1
6 Nelayan 16 6
7 Pedagang 14 5

8 Pelajar /Mahasiswa 36 13
9 PNS 3 1
TOTAL 277 100

Berdasarkan tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di


Desa Talambah diketahui bahwa sebagian besarbekerja sebagai petani dengan
80 penduduk (29%).

Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Talambah


No Agama Jumlah Presentase %
1 Islam 277 100
2 Kristen 0 0
3 Katolik 0 0
TOTAL 277 100%

Berdasarkan tabel 4. Distirbusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa


Talambah diketahui bahwa seluruhnya beragama islam sebanyak 277
penduduk (100%).

42
4.8.2 Lingkungan Fisik
1. Perumahan
Tabel 5. Distribusi Berdasarkan Tipe Rumah
No TipeRumah Frekuensi Presentase %
1 Permanen 88 100
2 SemiPermanen 0 0
3 TidakPermanen 0 0
TOTAL 88 100

Berdasarkan Tabel 5. Distribusi Berdasarkan Tipe Rumah


seluruhnya tipe rumah yang dimiliki setiap KK yaitu sebanyak 88
permanen (100%).

Tabel 6. Distribusi Berdasarkan Kepemilikan Rumah


No Kepemilikan Frekuensi Pressentase %
1 MilikSendiri 88 100
2 Menumpang 0 0
3 Sewa 0 0
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 6. Distribusi Berdasarkan Kepemilikan Rumah


seluruhnya yang dimiliki setiap KK yaitu sebanyak 88 milik sendiri
(100%).

Tabel 7. Distribusi Berdasarkan Jenis Lantai


No Lantai Frekuensi Presentase %
1 Tanah 0 0
2 Papan 0 0
3 Tegel/keramik 69 78,4
4 Semen/plesteran 19 21,6
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 7. Distribusi Berdasarkan Jenis Lantai Sebagian


besar yang dimiliki setiap KK yaitu sebanyak 69 berlantai tegel (78,4%).

43
Tabel 8. Distribusi Berdasarkan Sistem Ventilasi Rumah
No Jendela Frekuensi Presentase %
1 Ada,dipergunakan 75 85
2 Ada,tidakdipergunakan 13 15
3 Tidakada 0 0
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 8. Distribusi Berdasarkan Sistem Ventilasi


Rumah sebagian besar yang dimiliki setiap KK yaitu sebanyak 75
ventilasi rumahnya ada, dipergunakan (85%).

Tabel 9. Distribusi Berdasarkan Sistem Pencerahan Rumah


No Pencahayaan Frekuensi Presentase %
1 Terang 60 68,4
2 Remang-remang 28 31,6
3 Gelap 0 0
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 9. Distribusi Berdasarkan Sistem Pencerahan


Rumah sebagian besar yang dimiliki setiaap KK yaitu sebanyak 60
sistem pencerahannya terang (68,4%).

Tabel 10. Distribusi Berdasarkan Jarak Rumah dengan Tetangga


No JarakRumah Frekuensi Presentase %
1 Bersatu 5 5,7
2 Dekat 79 89,8
3 Terpisah 4 4,5
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 10. Distribusi Berdasarkan Jarak Rumah dengan


Tetangga sebagian besar yang dimiliki setiaap KK yaitu sebanyak 79
dengan jarak dekat (89,8%).

Tabel 11. Distribusi Berdasarkan Halaman disekitar Rumah


44
No Halaman Frekuensi Presentase %
1 Ada,dimanfaatkan 62 70,4
2 Ada,tidak dimanfaatkan 24 27,3
3 Tidak ada 2 2,3
TOTAL 88 100

Bedasarkan tabel 11. Distribusi Berdasarkan Halaman disekitar


Rumah sebagian besar yang dimiliki setiap KK yaitu sebanyak 62
halaman rumahnya dimanfaatkan (70,4%).

Tabel 12. Distribusi Berdasarkan Pemanfaatan Pekarangan Rumah


No Pemanfaatan Frekuensi Presentase %
Pekarangan
1 Kebun 30 34,1

2 Kolam 2 2,3
3 Kandang 28 31,8
4 Tidakdimanfaatkan 28 31,8
TOTAL 88 100

Bedasarkan tabel 12. Distribusi Berdasarkan Halaman disekitar


Rumah sebagian yang dimiliki setiaap KK yaitu sebanyak 30 pekarangan
rumah dimanfaatkan untuk kebun (34,1%).

2. Sumber Air
Tabel 13. Distribusi Berdasarkan Sumber Air Bersih
No SumberAir Frekuensi Presentase %
1 PAM 12 14
2 Sumur 68 77

3 Airmineral 8 9

TOTA 88 100
L

Bedasarkan tabel 13. Distribusi Berdasarkan Sumber Air Bersih


sebagian besar yang dimiliki setiaap KK yaitu sebanyak 68 sumber
airnya memakai sumur (77%).
45
Tabel 14. Distribusi Berdasarkan Sistem Pengolahan Air Minum
No Pengelolaan Frekuensi Presentase
1 Di masak 43 49
2 Tidakdimasak 45 51
TOTA 88 100
L

Bedasarkan tabel 14.Distribusi Berdasarkan Sistem Pengolahan Air


Minum rata-rata yang dimiliki setiaap KK yaitu sebanyak 43 pengolahan
air minumnya di masak (49%) dan 45 pengolahan air minumnya tidak
dimasak (51%).

Tabel 15. Distribusi Berdasarkan Sumber Air Untuk Mandi dan


Mencuci
No. Sumber Air Jumlah Presentase
1 PAM 10 12
2 Sumur 78 88
3 Air Sungai 0 0
TOTAL 88 100

Bedasarkan tabel 15. Distribusi Berdasarkan Sumber Air Untuk


Mandi dan Mencuci hampir seluruhnya yang dimiliki setiaap KK yaitu
sebanyak 78 menggunakan air sumur untuk mandi dan mencuci (88%).

Tabel 16. Distribusi Berdasarkan Jarak Sumber Air dengan Septik


Tank
No Jarak Frekuensi Presentase
1 Kurangdari 10 meter 51 58
2 Lebihdari 10 meter 37 32
TOTA 88 100
L

Bedasarkan tabel 16. Distribusi Berdasarkan Jarak Sumber Air


dengan Septik Tank sebagian besar yang dimiliki setiaap KK yaitu

46
sebanyak 51 jarak sumber air dengan septic tank kurang dari 10 meter
(58,0%).

Tabel 17. Distribusi Berdasarkan Tempat Penampungan Air Sementara


No Penampungan Frekuensi Presentase
Sementara
1 Bak 25 28
2 Ember 32 37
3 Gentong 19 21
4 Lain-lain 12 14
TOTAL 88 100

Bedasarkan tabel 17.Distribusi Berdasarkan Tempat Penampungan


Air Sementara sebagian besar yang dimiliki setiaap KK yaitu sebanyak
32 menggunakan Ember 37 %).

Tabel 18. Distribusi Berdasarkan Kondisi Tempat Penampungan Air


No Kondisi Tempat Frekuensi Presentase
1 Tertutup 63 71
2 Terbuka 25 29
TOTA 88 100
L

Bedasarkan tabel 18. Distribusi Berdasarkan Kondisi Tempat


Penampungan Air sebagian besar yang dimiliki setiaap KK yaitu
sebanyak 63 penampungan airnya tertutup (71 %).
Tabel 19. Distribusi Berdasarkan Kondisi Tempat Penampungan Air
No KondisiAir Frekuensi Presentase
1 Berwarna 0 0
2 Berbau 0 0
3 Berasa 0 0
4 Tidak berasa / tidak 88 100
Berwarna / tidak berbau
TOTAL 88 100

47
Bedasarkan tabel 19. Distribusi Berdasarkan Kondisi Tempat
Penampungan Air seluruhnya yang dimiliki setiap KK yaitu sebanyak
88Tidak berasa, berwarna dan berbau (100%).

3. Sistem Pembuangan Sampah


Tabel 20. Distribusi Berdasarkan Pembuangan Sampah
No Sistem Pembuangan Frekuensi Presentase
%
1 Tempat pembuangan umum 0 0
2 Di sungai 12 14
3 Di timbun 11 12
4 Di bakar 64 73
5 Di sembarang tempat 1 1
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 20. Distribusi berdasarkan Pembungan Sampah


hampir seluruhnya sistem pembuangannya sebanyak 64 dibakar (73 %).

Tabel 21. Distribusi Berdasarkan Kondisi Tempat Penampungan Sampah


Sementara
No Penampungan Frekuensi Presentase %
Sementara
1 Ada 47 53
2 Tidak ada / sembarangan 41 47
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 21. Distibusi frekuensi berdasarkan kondisi


tempat penampungan sampah sementara rata-rata sebanyak 47
penampugan sementara ada (53%) dan 41 penampungan sementara tidak
ada/sembarangan (47 %).

Tabel 22. Distribusi Berdasarkan Kondisi Tempat Penampungan Sampah


Sementara

48
No Kondisi Penampungan Frekuensi Presentase
1 Terbuka 67 76
2 Tertutup 21 24
TOTA 88 100
L

Berdasarkan tabel 22. Distribusi frekuensi berdasarkan kondisi


tempat penampungan sampah sementara hampir seluruhnya sebanyak 67
terbuka (76 %).

Tabel 23. Distribusi Berdasarkan Jarak Tempat Penampungan Sampah


Dengan Rumah
No Jarak Dengan Rumah Frekuensi Presetase
1 Kurang dari 5 meter 53 60
2 Lebih dari 5 meter 35 40
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 23. Distribusi frekuensi berdasarkan jarak tempat


penampungan sampah dengan rumah sebagian besar sebanyak 53 kurang
dari 5 meter (60,0%).

4. Sistem Pembuangan Kotoran Rumah Tangga


Tabel 24. Distribusi Berdasarkan Kebiasaan Keluarga Buang Air Besar
No Sistem pembuangan Frekuensi Presentase
1 WC 88 100
2 Sungai 0 0
3 Sembarang tempat 0 0
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 24.Distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan


keluarga buang air besar seluruhnya sebanyak 88 di WC (100%).

Tabel 25. Distribusi Berdasarkan Jenis Jamban yang Digunakan


No Jenis jamban Frekuensi Presentase
1 Cemplung 1 1
49
2 Plengsengan 0 0
3 Leher angsa 87 99
4 Lain-lain 0 0
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 25.Distribusi frekuensi berdasarkan jenis jamban


yang digunakan hampir seluruhnya sebanyak 87 menggunakan jamban
leher angsa (99%).

Tabel 26. Distribusi Berdasarkan Sitem Pembuangan Air Limbah


No Tempat Pembuangan Frekuensi Presentase
1 Resapan 64 73
2 Got 10 11
3 Sembarang tempat 14 16
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 26. Distribusi frekuensi berdasarkan sistem


pembuangan air limbah hampir seluruhnya sebanyak 64 resapan (73%).

5. Hewan Peliharaan
Tabel 27. Distribusi Berdasarkan Kepemilikan Hewan Ternak
dirumah
No Hewan peliharaan Frekuensi Presentase %
1 Ada 70 80
2 Tidak ada 18 20
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 27.Distribusi frekuensi bersadarkan kepemiikaan


hewan ternak dirumah hampir seluruhnya sebanyak 70 ada (80 %).
Tabel 28. Distribusi Berdasarkan Letak Kandang
No Letak Kandang Frekuensi Presentase
1 Dalam rumah 0 0
2 Luar rumah 70 100
TOTAL 70 100

Berdasarkan tabel 28. Distribusi frekuensi berdasarkan letak


kandang seluruhnya sebanyak 70 diluar rumah (100%).

50
Tabel 29. Distribusi Berdasarkan Kondisi Kandang
No Kondisi Kandang Frekuensi Presentase
1 Terawat 70 100
2 Tidak terawatt 0 0
TOTAL 70 100

Berdasarkan tabel 29. Distribusi frekuensi berdasarrkan kondisi


kandang seluruhnya sebanyak 70 terawat (100%).

4.8.3 KONDISI KESEHATAN UMUM


1. Pelayanan Kesehatan
Tabel 30. Distribusi Berdasarkan Sarana Kesehatan yang Paling Dekat
No Sarana Kesehatan Frekuensi Presentase
Paling Dekat
1 Puskesmas / Ponkesdes 38 43
2 Praktik Swasta 33 38
3 Balai Pengobatan 17 19
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 30.Distribusi frekuensi berdasarkan sarana


kesehatan yang paling dekat hampir setengahnya sebanyak 38 praktik
Puskesmas / Ponkesdes (43%).

Tabel 31. Distribusi Berdasarkan Tempat Berobat Keluarga


No Tempat Berobat Frekuensi Presentase
1 Puskesmas 23 26
2 Dokter praktik swasta 5 6
3 Bidan/perawat 57 65
4 Balai Pengobatan / Poliklinik 3 3
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 31.Distribusi Berdasarkan Tempat Berobat


Keluara hampir seluruhnya sebanyak 57 berobat ke bidan atau perawat
(65%).

Tabel 32. Distribusi Berdasarkan Kebiasaan Sebelum Berobat

51
No Kebiasaan Sebelum Frekuensi Presentase
Berobat
1 Beli obat bebas 50 57
2 Jamu 10 11
3 Dibiarkan saja 5 6
4 Pijat 23 26
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 32. Distribusi Berdasarkan Kebiasaan Sebelum


Berobat sebagian besar sebanyak 50 beli obat bebas (57 %).

Tabel 33. Distribusi Berdasarkan Sumber Pendanaan Kesehatan Keluarga


No Sumber Pendanaan Frekuensi Presentase
Kesehatan
1 Askes 5 6
2 BPJS 47 52
3 Jamkesmas 17 17
4 Umum 22 25
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 34. Berdasarkan Sumber Pendanaan Kesehatan


Keluarga sebagian besar sebanyak 47 sumber pedanaannya BPJS (52 %).

Tabel 34. Berdasarkan Penyakit yang sering Diderita Keluarga Dalam 6


Bulan Terakhir
No Penyakit 6 Bulan Terakhir Frekuensi Presentase
1 Batuk Pilek 21 24
2 Asma 1 1
3 Asam urat 14 16
4 Hipertermi 2 2
5 TBC 1 1
6 Hipertensi 43 49
7 Lain-lain 1 1
8 Tidak ada 5 6
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 34.Berdasarkan Penyakit yang sering Diderita


Keluarga Dalam 6 Bulan Terakhir hampir setengahnya 43 penyakit yang di
derita yaitu Hipertensi (49%).

52
2. Ibu Hamil dan Menyusui
Tabel 35. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Pasangan Usia Subur
No PUS Frekuensi Presentase
1 21-30tahun 15 28
2 31-40tahun 24 45
3 41-50 tahun 14 26
TOTAL 53 100

Berdasarkan tabel 35. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah


Pasangan Usia Subur hampi setengahnya 24 pasangan usia subur sekiar
31-40 tahun (45 %).

Tabel 36. Distribusi Berdasarkan PUS yang Menjadi Akseptor KB


No Akseptor KB Frekuensi Presentase
1 Ya,menggunakan KB 34 65
2 Tidak menggunakan KB 19 35
TOTAL 53 100

Berdasarkan tabel 36 Distribusi berdasarkan PUS yang menjadi


akseptor KB sebagian besar yaitu sebanyak 34 menggunakan KB (65%).

Tabel 37. Distribusi Berdasarkan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan


No Jenis Kontrasepsi Frekuensi Presentase
1 IUD 1 3
2 Suntik 19 56
3 Pil 13 38
4 Susuk 1 3
TOTAL 34 100

Berdasarkan tabel 37 Distribusi Berdasarkan Jenis Kontrasepsi yang


Digunakan separuh yaitu sebanyak 19 menggunakan kontrasepsi suntik
(56 %).

Tabel 38. Distribusi Berdasarkan Jumlah Ibu Hamil


No Bumil Frekuensi Presentase
1 Hamil 1 2
53
2 Tidak hamil 52 98
TOTAL 53 100

Berdasarkan tabel 38 Distribusi Berdasarkan Jumah Ibu Hamil


hampir seluruhnya yaitu sebanyak 52 ibu tidak hamil (98%)

Tabel 39. Distribusi Berdasarkan Usia Kehamilan


No Usia Kehamilam Frekuensi Presentase
1 TrimesterI 0 0
2 TrimesterII 1 100
3 TrimeseterIII 0 0
TOTAL 1 100

Berdasarkan tabel 39 Distribusi Berdasarkan Usia Kehamilan


seluruhnya yaitu usia kehamilan trimester II (100 %).

Tabel 40. Distribusi Berdasarkan Frekuensi Kehamilan


No Frekuensi Frekuensi Presentase
Kehamilan
1 I 0 0
2 II 1 100
3 III 0 0
4 LebihdariIII 0 0
TOTAL 1 100

Berdasarkan tabel 40. Distribusi bedasarkan frekuensi kehamian


seluruhnyayaitu memiliki frekuensi pemeriksaan kehamilan II(100 %).

Tabel 41.Distribusi Berdasarkan Frekuensi Kehamilan


No Usia Bumil Frekuensi Presentase
1 20-35 tahun 1 100
2 >35 0 0
TOTAL 1 100

54
Berdasarkan tabel 41. Distribusi frekuensi kehamilan berdasarkan
populasi ibu hamilseluruhnya yaitu usia ibu hamil 20-35 tahun dan
(100%).

Tabel 42. Distribusi Tempat Periksa Kehamilan berdasarkan


populasi ibu hamil
No Tempat Periksa Frekuensi Presentase
Kehamilan
1 Puskesmas 0 0
2 Bidan 1 100
3 Lainnya 0 0
TOTAL 1 100

Berdasarkan tabel 42.Distribusi fberdasarkan tempat periksa


kehamilan seluruhnya yaitu sebanyak 1 tempat periksa kehamilan ke bidan
(100%).

Tabel 43. Distribusi Frekuensi Periksa Kehamilan Berdasarkan Populasi


Usia Ibu Hamil
No Frekuensi Periksa Frekuensi Presentase
Kehamilan
1 2kali 1 2
2 4kali 0 0
3 Lebihdari4kali 0 0
4 BukanBUMIL 52 98
TOTAL 53 100

Berdasarkan tabel 43. Distribusi frekuensi periksa kehamilan


Berdasarkan populasi usia ibu hamilseluruhnya periksa dua kali (98 %).

Tabel 44. Distribusi Berdasarkan Imunisasi TT


No ImunisasiTT Frekuensi Presentase
1 Lengkap 33 62
2 Tidaklengkap 20 38
TOTAL 53 100
55
Berdasarkan tabel 44. Distribusi Imunisasi TT berdasarkan jumlah
pasangan usia subur hampir seluruhnya sebanyak 33 lengkap (62 %).

Tabel 45. Distribusi Berdasarkan Gejala yang Diderita Ibu Hamil


No Gejala BUMIL Frekuensi Presentase
1 Hipotensi 0 0
2 Mual/muntah 1 100
3 Anemia 0 0
4 Varises 0 0
5 Bengkak 0 0
TOTAL 1 100

Berdasarkan tabel 45.Distribusi berdasarkan gejala yang di derita ibu


hamil seluruhnya mengalami mual/muntah (50%).
Tabel 46. Distribusi Jumlah Ibu Menyusui Berdasarkan Jumlah Ibu
Dengan Bayi Usia 0-2 tahun
No JumlahIbu Menyusui Frekuensi Presentase
1 Ya,menyusui 3 75
2 Tidakmenyusui 1 25
TOTAL 4 100

Berdasarkan tabel 46. Distribusi jumlah ibu menyusui berdasarkan


jumlah ibu dengan bayi usia 0-2 tahun hampir seluruhnya yaitu sebanyak 3
menyusui (75%)
Tabel 47. Distribusi Berdasarkan Lama Ibu Menyusui
No Lama BUTEKI Frekuensi Presentase
1 Kurangdari6bulan 0 0
2 1-6bulan 0 0
3 7-12bulan 3 100
4 Lebihdari12bulan 0 0
TOTAL 3 100

Berdasarkan tabel 47.Distribusi berdasarkan lama ibu menyusui


seluruhnya sebanyak 3, 7-12 bulan (100%).

3. Balita

56
Tabel 48. Distribusi Berdasarkan Jumlah Balita
No. Jumlah Balita Jumlah Presentase
1 Tergolong balita 15 6
Tidak tergolong
2 262 94
balita
TOTAL 277 100

Berdasarkan tabel 48. Distribusi Berdasarkan Jumlah Balita


seluruhnya sebanyak 15 tergolong balita (100%).

Tabel 49. Distribusi Jumlah Ibu Dengan Anak Balita Berdasarkan


Kebiasaan ke Posyandu
No Kebiasaan ke Frekuensi Presentase
Posyandu
1 Ke Posyandu 12 88
2 Tidak ke Posyandu 3 22
TOTAL 15 100

Berdasarkan tabel 49Distribusi Jumlah Ibu Dengan Anak Balita


Berdasarkan Kebiasaan ke Posyandu (100%).

Tabel 50. Distribusi Jumlah Balita Berdasarkan Hasil Imunisasi Balita


No Imunisasi Balita Frekuensi Presentase
1 Lengkap 15 100
2 Belum lengkap 0 0
3 Tidak ada balita 0 0
TOTAL 15 100

Berdasarkan tabel 50Jumlah Balita Berdasarkan Hasil Imunisasi


Balitahampir seluruhnya sebanyak 15 balita imunisasi lengkap (100%).

Tabel 51. Distribusi Jumlah Keluarga Dengan Baita Berdasarkan


Kepemilikan Kartu Menuju Sehat
No Ke pemilikan KMS Frekuensi Presentase
1 Ya,memiliki 15 100
2 Tidakmemiliki
TOTAL 15 100

57
Berdasarkan tabel 51Distribusi Jumlah Keluarga Dengan Baita
Berdasarkan Kepemilikan Kartu Menuju Sehatseluruhnya sebanyak 15
memiliki Kepemilikan Kartu Menuju Sehat (100%).

Tabel 52. Distribusi Jumlah Balita Berdasarkan Hasil Penimbangan Balita


No HasilPenimbangan Frekuensi Presentase
1 Hijau 14 90
2 Diatashijaukuning 1 10
3 Dibawahtitik–titik 0 0
4 dibawah merah 0 0
TOTAL 15 100

Berdasarkan tabel 52Jumlah Balita Berdasarkan Hasil Penimbangan


Balitaseluruhnya sebanyak 14 balita dari hasil penmbangan Hijau (100%).
4. Remaja
Tabel 53. Distribusi Jumlah Remaja Berdasarkan Kegiatan di Luar
Sekolah
No KegiatandiLuar Frekuensi Presentase %
Sekolah
1 Keagamaan 2 14,2
2 Karang taruna 2 14,2
3. Olah raga 4 29
4 Gamers, Nongkrong 14 42,6
TOTAL 22 100

Berdasarkan tabel 53 Berdasarkan Kegiatan Remaja di Luar Sekolah


sebagian besar sebanyak 14 remaja memiliki kegiatan diluar sekolah yaitu
kegiatan lain-lain (42,6%).

Tabel 54. Distribusi Jumlah Remaja Berdasarkan Penggunaan Waktu


Luang
No PenggunaanWaktu Frekuensi Presentase %
Luang
1 Musik/TV/HP 18 80
2 Olah raga 2 10
58
3. Rekreasi 2 10
4 Keagamaan -
TOTAL 22 100

Berdasarkan tabel 54 Berdasarkan jumlah remaja berdasarkan


Penggunaan Waktu Luang sebagian besar sebanyak 18 remaja
menggunakan waktu luang dengan kegiata music/tv/hp (80%).

Tabel 55. Distribusi Jumlah Remaja Berdasarkan Kebiasaan Remaja


No KebiasaanRemaja Frekuensi Presentase
1 Merokok 15 68,2

2 Alkohol 0 0
3 Tidakada/lainnya 7 31,80
TOTAL 22 100

Berdasarkan tabel 55 Berdasarkan Kebiasaan Remaja hampir


seluruhnya sebanyak 15 kebiasaan remaja merokok (68,2%).
5. Lansia
Tabel 56. Distribusi Jumlah Lansia Berdasarkan Keluhan Lansia
No KeluhanLanisa Frekuensi Presentase %
1 Ya 80 91
2 Tidakadakeluhan 8 9
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 56 Berdasarkan Keluhan Lansia hampir


seluruhnya 80 memiliki keluhan (91 %).

Tabel 57. Distribusi Jumlah Lansia Berdasarkan Jenis Penyakit Yang


Diderita Lansia
No JenisPenyakit Frekuensi Presentase
1 Asma 2 2
2 Hipertensi 43 49
3 Reumatik 6 7
59
4 TBC 6 7
5 DM 7 8
6 Katarak 2 2
7 Lain-lain 14 16
8 Tidak Memiliki 8 9
Keluhan
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 57 Berdasarkan Jenis Penyakit Yang Diderita


Lansia setengahnya yaitu sebanyak 43 mengalami hipertensi (49 %).

Tabel 58. Distribusi Jumlah Lnsia Berdasarkan Penanganan Penyakit


Lansia
No Penanganan Frekuensi Presentase
Penyakit
1 Saranakesehatan 57 71
2 Nonmedis 13 16
3 Diobatisendiri 10 13

TOTAL 80 100

Berdasarkan tabel 58 Berdasarkan Penanganan Penyakit Lansia


sebagian besar sebanyak 57 penanganan penyakit lansia yaitu dibawa ke
sarana kesehatan (71 %).

Tabel 59. Distribusi Jumlah Lansia Berdasarkan Penggunaan Waktu


Senggang
No Penggunaan Frekuensi Presentase
WaktuSenggan
g
1 Berkebun 47 53,50
2 Rekreasi
3 Senam
60
4 Lain-lain 41 46,70
TOTAL 88 100

Berdasarkan tabel 59 Berdasarkan Penggunaan Waktu


Senggang masing-masing lansia sebanyak 47 lansia menggunakan
waktu luangnya dengan berkebun (53,50%) dan 41 lansia
menggunakan dengan kegiatan lain (46,70).

Data Kualitatif
1. Perawat desa mengatakan bahwa Masalah kesehatan yang banyak
terjadi di Desa Talambah adalah Hipertensi, dan Perilaku merokok.
2. Perawat desa mengatakan indikator pada masalah Hipertensi adalah
Pola Makan yang tidak Sehat dan Tidak berobat atau putus obat, Untuk
perilaku merokok indikasinya diakibatkan pergaulan yang tidak baik
serta kurangnya pengawasan dari orang tua dan pihak sekolah.
3. Perawat desa mengatakan terdapat beberapa anggota keluarga yang
memiliki asam urat dari rentang usia>55th
4. Masyarakat mengatakan sebagian anggota keluarga diatas umur 55 th
memiliki keluhan nyeri di sekujur tubuh seperti kesemutan terutama
pada persendian
5. Kader Posyandu mengatakan lansia kurang aktif dalam kegiatan
Posyandu Lansia disebabkanJarak antara rumah dan Posyandu yang
jauh, serta kebanyakan waktu senggang yang dimiliki para Lansia
digunakan untuk berkebun dan mengurus hewan ternaknya.
6. Perawat desa mengatakan bahwa kebanyakan masyarakat tidak
memeriksakan kesehatannya jika tidak mengalami gejala yang serius.
7. Perawat desa mengatakan sebagian besar Remaja Laki-Laki di Desa
Talambah merupakan Perokok Aktif.
8. Perawat desa mengatakan salah satu penyebab banyaknya perokok di
Desa Talambah diakibatykan kurangnya pengawasan dari orang tua.
9. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa sebagian besar masyarakat
memiliki kebiasaan membuang sampah dengan cara dibakar atau
dibuang ke sungai.
61
10. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa sebagian besar jarak
pembuangan sampah sementara dengan rumah berkisar <5 meter
11. Dari hasil pengkajian didapatkan data jarak septic Tank dengan sumber
air dari setiap rumah adalah <10 meter
12. Dari hasil pengkajian didapatkan tempat sampah sementara sebagian
dalam kondisi terbuka.

4.9 AnalisaData
No Data Subjektif Data Objektif Masalah Kesehatan
1. Hasil wawancara dengan 1. Dari Total Manajemen Kesehatan
perawat desa didapatkan keseluruhan tidak efektif
bahwa: Lansia yang berhubungan dengan
1. Penyakit terbanyak berjumlah 88 ketidak cukupan
yang ada di Desa Orang, 43 orang petunjuk untuk bertindak
TalambahAdalah diantaranya aktivitas sehari

62
Hipertensi. menderita penyakit
2. Perawat desa Hipertensi dengan
mengatakan bahwa persentase 49%.
kebanyakan 2. Data Hasil
masyarakat tidak Program Indeks
memeriksakan Keluarga Sehat
kesehatannya jika Desa Talambah
tidak mengalami TH.2021.
gejala yang serius. Penderita
Hasil wawancara dengan Hipertensi yang
kader posyandu lansia memiliki
didapatkan bahwa: kepatuhan
(1) Lansia kurang aktif terhadap program
dalam kegiatan pengobatan hanya
Posyandu karena Sebesar 21,43%
jarak antara rumah dari Total
dan Posyandu yang keseluruhan
jauh, pergi bekerja penderita
(berkebun) dan juga Hipertensi yang
kurangnya kesadaran ada di Desa
lansia yang Talambah.
beranggapan jika
tidak disuntik mereka
enggan untuk datang
ke posyandu

2. Hasil dari wawancara ke 1.Data hasil Perilaku kesehatan


masyarakat didapatkan hasil pengkajian didapatkan cenderung beresiko
1. Perawat desa sebanyak 15 orang berhubungan dengan
mengatakan Remaja atau 68,2% ketidak adekuatan
sebagian besar dari 22 sample Remaja dukungan sosial ditandai
Remaja Laki-Laki merupakan Perokok dengan gagal melakukan

63
di Desa Talambah Aktif. tindakan pencegahan
merupakan 2. Data Hasil masalah kesehatan.
Perokok Aktif. pengkajian didapatkan
2. Sebagian besar sebanyak 64 keluarga
remaja mengatakan memilih untuk
bahwa perilaku membakar sampah
merokok yang atau sebanyak 73%
dilakukan oleh dan sebanyak 12
remaja sudah keluarga memilih
menjadi kebiasaan, untuk membuang
sehari bisa sampah di sungai atau
menghabiskan satu sebanyak 14%
bungkus atau lebih.
3. Dari hasil
pengkajian
didapatkan bahwa
sebagian besar
masyarakat
memiliki kebiasaan
membuang sampah
dengan cara
dibakar atau
dibuang ke sungai.
4. Hasil pengkajian pada 1. Hasil dari data Pemeliharaan kesehatan
kader posyandu dan pengkajian tidak efektif
perawat didapatkan data: didapatkan berhubungan dengan
1. Perawat mengatakan sebanyak 50 orang ketidakmampuan
indikator pada masalah memilih untuk mengatasi
Hipertensi adalah Pola membeli obat masalahditandai dengan
Makan yang tidak sendiri sebelum kurang menunjukan
Sehat dan Tidak memeriksakan pemahaman tentang
berobat atau putus obat. kesehatannya ke perilaku sehat

64
2. Kader Posyandu instalasi kesehtan
mengatakan lansia terdekat atau
kurang aktif dalam sebanayak 57%
kegiatan Posyandu Hasil dari data
Lansia disebabkanJarak pengkajain
antara rumah dan didapatkan
Posyandu yang jauh, sebanyak 10 orang
serta kebanyakan waktu memilih untuk
senggang yang dimiliki mengkonsumsi
para Lansia digunakan jamu sebelum
untuk berkebun dan memeriksakan
mengurus hewan kesehatannya ke
ternaknya. instalasi kesehatan
3. Perawat desa terdekat atau sekitar
mengatakan bahwa 11%
kebanyakan masyarakat 3. Hasil data
tidak memeriksakan pengkajian
kesehatannya jika tidak didapatkan bahwa
mengalami gejala yang sebanyak 47 lansia
serius. memilih berkebun
di waktu luang
daripada dataang
memeriksakan
kesehatan secara
rutin ke posyandu
lansia atau sekitar
53,50%, sedangkan
kegiatan lain-lain
yang dilakukan oleh
lansia yaitu sekitar
46,70% yaitu
diantaranya:

65
bersantai dirumah,
menjaga cucunya.

66
Kriteria Penapisan
Ketersediaan Sumber

sesuaidenganprogram pemerintah
kemungkinan untuk pendidikan
sesuai dengan peran perawat

kemungkinan yang diatasi

sumber daya peralatan

sumber daya manusia


jumlah yang beresiko

sumber daya tempat


sumber daya waktu

sumber daya dana


minat masyarakat
besarnyaresiko
Diangnosa
Keperawatan
komunitas

kesehatan

Jumlah
Komunitas

Manajemen
Kesehatan 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 50
tidak efektif

Perilaku
kesehatan
5 4 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4 48
cenderung
beresisko

Pemeliharaan
kesehatan tidak 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 49
efektif

Keterangan :
Skor : 0–5
0: Paling rendah
5: Paling tinggi

3.10 Prioritas Masalah :


67
1. Manajemen Kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidak cukupan
petunjuk untuk bertindak aktivitas sehari
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
mengatasi masalah
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan ketidak
adekuatan dukungan sosial.

3.11 . Diagnosa Keperawatan


1. Manajemen Kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidak cukupan
petunjuk untuk bertindak aktivitas sehari ditandai dengn Hasil pengkajian
Menunjukkan sebanyak 88 Orang (31,7 %) tergolong usia Lansia dari
total keselurahan Sample yang berjumlah 277 Orang. Dari Total
keseluruhan Lansia yang berjumlah 88 Orang, 43 orang diantaranya
menderita penyakit Hipertensi dengan persentase 49%.Data Hasil
Program Indeks Keluarga Sehat Desa Talambah TH.2021. Penderita
Hipertensi yang memiliki kepatuhan terhadap program pengobatan hanya
Sebesar 21,43% dari Total keseluruhan penderita Hipertensi yang ada di
Desa Talambah.
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah ditandai Sebanyak 50 orang memilih
untuk membeli obat sendiri sebelum memeriksakan kesehatannya ke
instalasi kesehtan terdekat atau sebanayak 57%Hasil dari data pengkajian
didapatkan bahwa sebanyak 23 orang atau sekitar sekitar 26% dari total
sampel, Hasil dari data pengkajain didapatkan sebanyak 10 orang memilih
untuk mengkonsumsi jamu sebelum memeriksakan kesehatannya ke
instalasi kesehatan terdekat atau sekitar 11% ,Hasil data pengkajian
didapatkan bahwa sebanyak 47 lansia memilih berkebun di waktu luang
daripada dataang memeriksakan kesehatan secara rutin ke posyandu lansia
atau sekitar 53,50%.
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan ketidak
adekuatan dukungan sosial ditandai dengan gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah kesehatan.Dengan data hasil pengkajian didapatkan

68
sebanyak 15 orang Remaja atau 68,2% dari 22 sample Remaja merupakan
Perokok Aktif. Data Hasil pengkajian didapatkan sebanyak 64 keluarga
memilih untuk membakar sampah atau sebanyak 73% dan sebanyak 12
keluarga memilih untuk membuang sampah di sungai atau sebanyak 14%.

69
4.12 Perencanaan
No Diagnosis Tujuan Sasaran Strategi Rencana Kegiatan Hari, Tempat Evaluasi
Keperawatan Tangg Kriteria Standar
Komunitas al
1. Manajemen Setelah Warga, 1. a. Berikan Edukasi Rabu, Di balai Verbal, a. Mengetahui apa
Kesehatan dilakukan lansia, pemeriksaa terhadap masyarakat 13 Desa kognitif dan itu hipertensi,
tidak efektif intervensi remaja n tekanan untuk meningkatkan April Talambah psikomotor penyebabnya,
berhubungan selama 3 kali darah. kesadaran dalam 2022 saronggi, pencegahannya,
dengan ketidak seminggu Pengisian partisipasinya untuk ctatan dan cara
cukupan diharapkan kuesioner kegiatan peningkatan pekembanga meminimalisir.
petunjuk untuk lansia desa pre status kesehatan n secara b. Lansia mampu
bertindak kebun dadap implementa (dengan memberiakan berkala ke melakukan
aktivitas sehari timur mampu: si. edukasi kesehatan setiap perawatan diri
1. Mengetahui 2. KIE tentang definisi rumah secara mandiri
tentang tanda tentang hepertensi, peneyebab, responden dalam mengontrol
dan gjala penyakit tanda dan gejala, hipertensi yang
penyebab hipertensi pencegahan dan dideritanya.
dan tanda dan komplikasi. c. Tercipta
penanganan gejala b. libatkan masyarakat hubungan saling
70
faktor penyebab dalam musyawarah percaya dan
pemberat dan factor untuk mendefinisikan masyarakat dapat
hipertensi pemberat isu kesehatan dan melakukan
2. Memahami 3. kegiatan mengembangkan tindakan yang
tanda dan senam rencana kerja seperti direncanakan
gejala ergonomic diskusi bersama tentang sesuai dengan yang
penyeabab 4. pengisian tindakan yang dapat direncanakan.
dan kuesioner dilakukan lansia yang
penangan perkembang menderita hipertensi
faktor an catatan ataupun dalam
pemberat hiperensi. mencegah hipertensi
hipertensi (dengan memberikan
3. Mampu senam ergonomik).
melakukan c. pertahankan
tindakan komunikasi terbuka
yang dengan anggota
mengurangi masyarakat dan pihak-
faktor pihak yang terlibat
pemberat
71
hipertensi
2. Pemeliharaan Setelah penduduk KIE a. identifikasi perilaku Rabu Door to Verbal dan a. meningkatkan
kesehatan tidak dilakukan pentingnya upaya kesehatan 13 door kognitif perilaku hidup
efektif tindakan pemeriksaa yang dapat April sehat
berhubungan keperawatan n rutin, ditingkatkan 2022 b.partisipan siap
dengan selama 2 kali KIE bahaya b. edukasi tentang cara menerima informasi
ketidakmampu pertemuan konsumsi memeriksakan yang akan diberikan
an mengatasi diharapkan obat tanpa kesehatan yang baik c. memeriksakan
masalahditand perilaku resep dokter c. edukasi bahaya kesehatan secara
ai dengan kesehatan konsumsi obat tanpa rutin ke klinik
kurang masyarakat resep dokter kesehatan terdekat
menunjukan dapat membaik
pemahaman dengan kriteria
tentang hasil
perilaku sehat a. penerimaan
terhadap
perubahan
status
kesehatan
72
meningkat,
dan
b. kemampua
n
melakukan
tindakan
pencegahan
masalah
kesehatan
meningkat:

3. Perilaku Setelah Warga KIE tentang a. Identifikasi faktor- Rabu, Balai Desa Verbal dan a. meningkatkan
kesehatan dilakukan pengelolaan faktor yang dapat 13 Talambah kognitif motivasi perilaku
cenderung tindakan sampah dan meningkatkan dan April saronggi hidp bersih dan
beresisko keperawatan pemilahan menurunkan motivasi 2022 sehat.
berhubungan selama 2 kali sampah perilaku hidup bersih
dengan ketidak pertemuan KIE tentang dan sehat b. mengurangi
adekuatan diharapkan bahaya b. Jadwalkan pendidikan konsumsi rokok
dukungan masyarakat rokok kesehatan sesuai pada remaja
73
sosial ditandai mampu: Demonstasi kesepakatan c. memelihara
dengan gagal a. menunjukkan pengelolaan c. Lakukan edukasi lingkungan dan
melakukan pemahaman sampah perilaku hidup bersih mengetahui cara
tindakan perilaku dan sehat. pengolahan
pencegahan hidup bersih d. Berikan edukasi bahaya sampah rumah
masalah dan sehat merokok pada remaja d. mengurangi
kesehatan b. Kemampuan e. Berikan edukasi cara konsumsi rokok
menjalankan yang tepat dalam pada remaja
perilaku pengelolaan sampah e. memelihara
hidup bersih rumah tangga. lingkungan dan
dan sehat f. Berikan contoh atau mengetahui cara
c. Menunjukan demonstrasi cara pengolahan
minat pemilahan atau sampah rumah
meningkatka pengelolaan sampah. tangga
n perilaku g. Anjurkan tidak
hidup bersih merokok secara
dan sehat berlebihan pada remaja

74
4.13 Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
1. Manajemen Kamis a. Memberikan Edukasi terhadap Evaluasi Struktur :
Kesehatan tidak 14/04/2022 masyarakat untuk meningkatkan 1. Kegiatan disiapkan seminggu sebelumnya.
efektif kesadaran dalam partisipasinya 2. Materi edukasi kesehatan dan leaflet sudah disiapkan
berhubungan Jum’at, untuk kegiatan peningkatan status seminggu sebelum pelaksanaan kegiatan.
dengan ketidak 15/04/2022 kesehatan (dengan memberikan Evaluasi Proses :
cukupan petunjuk edukasi kesehatan tentang definisi 1. Kegiatan dilakukan secara door to door kerumah
untuk bertindak Rabu hepertensi, penyebab, tanda dan lansia yang menderita hipertensi
aktivitas sehari 20/04/2022 gejala, pencegahan dan 2. Kegiatan dilakukan selama 2 kali pertemuan
komplikasi) secara door to door 3. Lansia di dampingi keluarga dan juga mahasiswa
menggunakan leaflet. bersedia untuk melakukan senam ergonomic untuk
b. Melakukan pemeriksaan tekanan mengontrol tekanan darah
darah secara berkala dan door to Evaluasi hasil :
door. 1. Para lansia mengatakan senang dan antusias dengan
c. Memberikan pelatihan dan kegiatan yang diadakan, serta menunjkkan minatnya
pendampingan senam ergonomic. untuk selalu menjaga kesehatan dengan mengontrol
tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan terdekat
atau posyandu lansia.
75
2. Pemeliharaan a. KIE bahaya konsumsi obat bebas Evaluasi Struktur :
kesehatan tidak secara berkala dan tanpa 1. Rencana KIE telah dilakukan seminggu sebelum
efektif pemeriksaan terlebih dahulu serta tindakan diberikan
berhubungan tanpa resep dokter 2. Materi yang akan disampaikan telah dipersiapkan
dengan b. KIE pentingnya pemeriksaan sebelum pelaksanaan
ketidakmampuan rutin Evaluasi Proses :
mengatasi 1. KIE dilakukan secara door to door
masalahditandai 2. Sasaran KIE yaitu penduduk setempat Kebundadap
dengan kurang Timur
menunjukan 3. Kegiatan masih berjalan setengah perjalanan
pemahaman Evaluasi Hasil :
tentang perilaku 1. Masyarakat setempat dapat meamahami tentang
sehat bahaya konsumsi obat bebas secara berkala, tanpa
resep dokter serta tanpa pemeriksaan sebelumnya.
2. Masyarakat dapat memahami pentingnya
pemeriksaan rutin atau control atau rutin ke
posyandu lansia.

76
3. Perilaku a. Memberikan penyuluhan dan KIE Evaluasi Struktur :
kesehatan tentang sampah (pemilahan 1. Rencana KIE telah dilakukan seminggu sebelum
cenderung sampah, pengelolaan sampah, tindakan diberikan
beresisko cara membuang sampah yang 2. Materi dan leaflet yang akan disampaikan telah
berhubungan benar) dengan menggunakan dipersiapkan sebelum pelaksanaan
dengan ketidak media leaflet Evaluasi Proses :
adekuatan b. KIE tentang bahaya rokok pada 1. KIE dilakukan secara door to door
dukungan sosial kesehatan 2. Sasaran KIE yaitu penduduk setempat Kebundadap
ditandai dengan Timur, Remaja perokok, perokok yang mempunyai
gagal melakukan balita dan ibu hamil
tindakan 3. Kegiatan masih berjalan setengah perjalanan
pencegahan Evaluasi Hasil :
masalah 1. Masyarakat setempat dapat memahami tentang
kesehatan bahaya membuang sampah sembarangan, dapat
memilah sampah, dn mengelola sampah secara benar

77
4.14 Tabel Data Hasil Pemberian KIE
1. Manajemen kesehatan tidak efektif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa KIE dan senam
ergonomic penuruan tekanan darah. Didapatkan hasil sebanyak 43
lansia hipertensi yang telah dilakukan pemeriksaan pre senam.
Tabel Hasil pemberian KIE
No Jumlah Telah Mengerti Tidak
lansia dilakukan mengerti
hipertensi KIE
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 43 43 100 43 100 0 0
2
3

2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif


Setalah dilakukan pemberian tindakan keperawatan berupa KIE
tentang bahaya konsumsi obat yang tidak sesuai resep dokter
didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel Hasil pemberian KIE
No Jumlah Mengerti Tidak mengerti Total
Sampel
Jumlah % Jumlah %
1 Membeli obat 40 80 10 20 50
sendiri
2 Mengkonsumsi 10 100 0 0 10
jamu
3 Berkebun di waktu 35 74,4 12 25,6 47
luang
Total 85 79,05 22 20,46 107

78
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa KIE tentang
merokok dan pemilihan sampah dan cara pengolahannya
Tabel Hasil pemberian KIE
No Jumlah mengerti Tidak Total
Peroko mengerti
k aktif Jumlah % Jumla % jumlah %
h
1 15 15 100 0 0 15 100

Tabel Hasil minat perubahan merokok


No Jumlah Berminat Tidak Total
Peroko berminat
k aktif Jumlah % Jumla % jumlah %
h
1 15 3 20 12 80 15 100

Tabel Hasil pemberian KIE


No Jumlah Mengerti Tidak mengerti Total
Sampel
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Sampah dibakar 44 82,7 20 86,8 64 83,84
2
2 Dibuang 9 17,2 3 13,2 12 16,16
kesungai 8
Total 53 100 23 100 76 100

a.

79
BAB 5
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilaksanakan dari tanggal 30 Maret
sampai dengan 1 April 2022 didapatkan beberapa masalah yang ditemukan, serta
kebiasaan yang tidak sesuai, baik dari pola hidup maupun pola makan yang tidak
sesuai didapatkan beberapa masalah prioritas sesuai dengan kriteria penapisan
sebagaimana berikut :
1. Manajemen Kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidak cukupan
petunjuk untuk bertindak aktivitas sehari
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
mengatasi masalah
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan ketidak
adekuatan dukungan sosial.
Beberapa masalah tersebut telah disampaikan kepada masyarakat yang
diwakili oleh beberapa perwakilan dari beberapa lapisan masyarakat seperti
pemerintah desa, kader posyandu, tenaga kesehatan desa, perwakilan dari warga
setempat yang dikemas dalam acara musyawarah masyarakat desa. Pada acara
tersebut didapatkan kesepakatan mengenai masalah serta rencana intervensi yang
akan dilakukan kepada masyarakat. Berikut ini adalah pembahasan dari setiap
diagnosa yang sudah di paparkan diatas :

5.1 Manajemen Kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidak


cukupan petunjuk untuk bertindak aktivitas sehari
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 30 Maret sampai 1 April
2022 menunjukkan dari total keseluruhan lansia yang berjumlah 88 orang, 43
orang diantaranya menderita penyakit Hipertensi dengan persentase 49%.
Data hasil program indeks keluarga sehat Desa Talambah Th.2021. Penderita
Hipertensi yang memiliki kepatuhan terhadap program pengobatan hanya
Sebesar 21,43% dari Total keseluruhan penderita Hipertensi yang ada di Desa
Talambah, serta tingkat kehadiran masyarakat yang minim didasarkan angka
(12% ) kehadiran posyandu lansia yang ada didesa dari total keseluruhan
lansia yang ada di Kebundadap Timur. Setelah dilakukan tindakan

80
keperawatan berupa Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang
Hipertensi dan cara Pengelolaanya yang dilaksanakan pada hari minggu 10
April 2022 dan senam ergonomic hipertensi pada hari Jum’at 15 April 2022
dan hari rabu tanggal 20 April 2022 didapatkan hasil sebanyak 43 lansia
(100%) dapat mengerti tentang Hipertensi dan cara pengelolaan Hipertensi.
Sebanyak 30 lansia (70%) mengalami penurunan tekanan darah setelah
melakukan senam.
Manajemen kesehatan tidak efektif merupakan pola pengaturan dan
pengintegrasian kedalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk
pengobatan penyakit yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan
kesehatan spesifik (Nanda, 2017). Menurut Standard Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) 2016, manajemen kesehatan tidak efektif merupakan pola
pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan kedalam
kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status
kesehatan yang diharapkan.
Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan oleh D.Purwati dkk tahun
2014 yang berjudul Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan
perilaku hipertensi dipuskesmas Bahu Manado, menyebutka bahwa
Kurangnya pengetahuan akan memengaruhi pasien hipertensi untuk mengatasi
kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi,
sehingga pengetahuan serta sikap tentang hipertensi merupakan suatu hal yang
sangat penting dimiliki agar dapat menanggulangi penyakit hipertensi itu
sendiri.
Menurut kelompok manajemen kesehatan tidak efektif adalah
ketidakmampuan masyarakat dalam memahami, mengatur sekaligus
mengambil tindakan mengenai persepsi pemeliharaan kesehatan mereka. Hal
tersebut bisa dilihat dari keluarga yang tidak bisa untuk menanggulangi
masalah yang ada seperti pengetahuan masyarakat dengan Hipertensi dapat
dilakukan diantaranya dengan memberikan pengetahuan seputar hipertensi
seperti penyuluhan. Penyuluhan kesehatan tentang hiprtensi ini sangatlah
penting bagi masyarakat , tujuannya adalah agar lebih memahami tentang
penyakit tersebut dan dapat mengubah pola hidupnya demi mencapai hidup

81
sehat. Kegiatan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut seperti memberikan edukasi kesehatan tentang penyakit hipertensi,
baik mengenai pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan pola hidup
yang sesuai. Kegiatan ini juga dilakukan pemeriksaan tekanan darah, dan
melakukan kegiatan senam ergonomic untuk membantu mengontrol dan
meminimalisir meningkatnya tekanan darah.

5.2 Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan


ketidakmampuan mengatasi masalah.
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 30 Maret sampai 1 April 2022
didapatkan bahwa dari total sampel sebanyak 26% memilih untuk berpijat
serta 11% memilih untuk meminum jamu ketika memiliki gejala penyakit
tertentu. Hasil dari data pengkajian didapatkan sebanyak 57% memilih untuk
membeli obat sendiri sebelum memeriksakan kesehatannya ke instalasi
kesehtan terdekat. Hasil data pengkajian didapatkan bahwa sebanyak 47 lansia
memilih berkebun di waktu luang daripada datang memeriksakan kesehatan
secara rutin ke posyandu lansia atau sekitar 53,50%. Setelah dilakukan
tindakan KIE tentang penggunaan obat yang benar hari Sabtu tanggal 16
April 2022 didapatkan hasil 79,5 % dapat mengerti dan mamahami tentang
bahaya konsumsi obat yang tidak sesuai resep dokter meliputi beli obat
sendiri, minum jamu, serta tidak memeriksakan kesehatannya ke pelayanan
kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif adalah ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola, dan atau menemukan bantuan untuk
mempertahankan kesehatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia 2016.
Istiana dkk dalam penelitianya yang berjudul tingkat kepatuhan
hipertensi lansia dengan usia dewasa dengan minum obat tekanan darah tahun
2018, bahwa factor yang menghambat dalam pengendalian keperawatan
hipertensi adalah factor ketidakpatuhan yang berkaitan dengan tingkat
pendidikan, pekerjaan, ekonomi dan lain-lain. Faktor hipertensi berpengaruh
erat dengan sifat pekerjaan, pekerjaan juga menpengaruhi berat dengan status

82
ekonomi. Sedangkan, berbagai jenis penyakit yang timbul dalam keluarga
sering berkaitan dengan jenis pekerjaan
Menurut kelompok pemeliharaan kesehatan tidak efektif adalah
ketidakmampuan seseorang dalam menjaga kesehatannya dan cara
pemeliharaannya. Pekerjaan serta kurangnya pengetahuan terkait penggunaan
obat secara bebas menjadi factor yang dapat menyebabkan masyarakat
menggunakan obat secara sembarangan. Upaya yang dilakukan oleh kelompok
untuk mengatasi masalah tersebut adalah melakukan KIE tentang bayaha
penggunaan obat secara door to door selain itu kelompok juga melakukan
pemeriksaan secara gratis yang diadakan di titik bazar ramadhan desa. Hal
tersebut dilakukan untuk mempermudah masyarakat yang ingin memeriksakan
kesehatannya. Selain itu lokasi yang berada di titik keramaian serta biaya
pemeriksaan yang gratis membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan
serta keterbatasan biaya dan akses menuju fasilitas kesehatan. Selain
dilakukan di bazar pemeriksaan secara berkala juga dilakukan secara dortodor
ke rumah warga. Kegiatan tersebut dilakukan setiap 2 hari sekali agar evaluasi
dari intervensi yang dilakukan dapat terpantau secara efektif.

5.3 Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan


ketidakadekuatan dukungan sosial.
Dari data hasil pengkajian tanggal 30 Maret sampai 1 April 2022
didapatkan bahwa dari sebanyak 15 remaja atau 68,2% dari 22 sampel remaja
merupakan perokok aktif. Berdasarkan masalah pembuangan sampah dengan
system pembuangannya dibakar sebanyak 64 atau 73% sedangkan ditimbun
11 atau 12% dan dibuang kesungai sebanyak 12 dengan nilai 14%. Setelah
dilakukan tindakan KIE tentang rokok didapatkan hasil 15 remaja dapat
mengerti tentang bahaya rokok terhadap kesehatannya, 3 dari 15 remaja yang
hanya berminat untuk melakukan perubahan perilaku merokok. Setelah
dilakukan KIE tentang sampah dan cara pengelolaannya didapatkan hasil
82,72 dapat mengerti tentang cara pembuangan dan pengelolaan sampah.
Ragin (2011) mendefinisikan perilaku beresiko sebagai suatu tindakan
yang meningkatkan kemungkinan dampak yang buruk terhadap kesehatan,

83
berdasarkan skala YRBSS (Youth Risk Behaviour Surveillance System) yang
dibuat oleh CDC (2013) perilaku beresiko terhadap kesehatan adalah perilaku
yang saling berhubungan dan dapat untuk dicegah, yang memberi sumbangan
sebagai penyebab utama individu menderita sakit dan kematian yang terjadi
pada remaja, dewasa, dan lansia.
Berdasarkan hasil penelitian dari Septiana pada tahun 2016
menyebutkan bahwa keluarga memiliki pengaruh pada anak remaja, selain
sebagai tempat tinggal lingkungan ini juga bertanggung jawab pada nilai dan
norma seta pembentukan perilaku pada mereka. Bila lingkungan disekitar
anak berakomodasi, mengizinkan atau menyetujui perilaku merokok mereka
akan melakukan modelling terhadap perilak merokok yang ada disekitarnya.
Ini sesuai dengan teori social learning yang dikembangkan oleh bandura,
Diana teori ini menjelaskan bahwa perilaku itu dapat terbentuk dari observasi
seseorang teradap lingkunganya.
Menurut kelompok perilaku kesehatan cenderung berisiko merupakan
perilaku seseorang atau gaya hidup yang dapat menimbulkan risiko kesehatan
secara tidak sadar pada dirinya, keluarga, maupun lingkungan sekitar. kegiatan
yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah melakukan edukasi
kesehatan tentang pengolahan dan pemilahan sampah yang benar, dimana
masyarakat membuang sampah ke dekat sungai, dan banyak sampah di
masyarakat di bakar. Dengan dilakukannya kegiatan edukasi kesehatan
tentang pengelolaan dan pemilihan sampah yang benar agar masyarakat
paham bahwa selama ini perilakunya beresiko menimbulkan dampak
kesehatan yang negative. Selain itu juga diadakan demonstrasi ke masyarakat
dalam pemilihan sampah yang organic dan an organic, agar masyarakat
memahami mana sampah yang bisa di manfaatkan kembali atau tidak.
Perilaku kesehatan beresiko yang lain yang terjadi di masyarakat Desa
Talambah adalah perilaku merokok dimana angka tertinggi terjadi pada remaja
yang berada di Desa Talambah. Dalam mengatasi masalah tersebut diadakan
edukasi kesehatan tentang bahaya merokok. Dimana dengan adanya kegiatan
tersebut diharapkan remaja mampu memahami pentingnya bahaya merokok
dan bisa memanfaatkan waktu luang tidak hanya dengan main game saja tetapi

84
lebih melakukan yang lebih positif.

85
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 30 - 1 April 2022 umtuk
mengetahui masalah yang terjadi di Desa Talambah. Berdasarkan hasil
pengkajian yang telah dilakukan selama tiga hari didapatkan hasil atau
masalah diantaranya :
1. Manajemen Kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidak
cukupan petunjuk untuk bertindak aktivitas sehari ditandai dengan hasil
pengkajian menunjukkan sebanyak 88 Orang (31,7 %) tergolong usia
Lansia dari total keselurahan Sampel yang berjumlah 277 Orang. Dari
Total keseluruhan Lansia yang berjumlah 88 Orang, 43 orang
diantaranya menderita penyakit Hipertensi dengan persentase 49%.Data
Hasil Program Indeks Keluarga Sehat Desa Talambah TH.2021.
Penderita Hipertensi yang memiliki kepatuhan terhadap program
pengobatan hanya Sebesar 21,43% dari Total keseluruhan penderita
Hipertensi yang ada di Desa Talambah.
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah ditandai dengan sebanyak 50
orang memilih untuk membeli obat sendiri sebelum memeriksakan
kesehatannya ke instalasi kesehtan terdekat atau sebanayak 57%Hasil
dari data pengkajian didapatkan bahwa sebanyak 23 orang atau sekitar
sekitar 26% dari total sampel, Hasil dari data pengkajain didapatkan
sebanyak 10 orang memilih untuk mengkonsumsi jamu sebelum
memeriksakan kesehatannya ke instalasi kesehatan terdekat atau sekitar
11% ,Hasil data pengkajian didapatkan bahwa sebanyak 47 lansia
memilih berkebun di waktu luang daripada dataang memeriksakan
kesehatan secara rutin ke posyandu lansia atau sekitar 53,50%.
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan ketidak
adekuatan dukungan sosial ditandai dengan gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah kesehatan. Dengan data hasil pengkajian

86
didapatkan sebanyak 15 orang Remaja atau 68,2% dari 22 sample
Remaja merupakan Perokok Aktif. Data Hasil pengkajian didapatkan
sebanyak 64 keluarga memilih untuk membakar sampah atau sebanyak
73% dan sebanyak 12 keluarga memilih untuk membuang sampah di
sungai atau sebanyak 14%.
Berdasarkan masalah yang telah ditemukan ada kegiatan-kegiatan
yang kelompok lakukan untuk mengatasi masalah yaitu:
1. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak aktivitas sehari-hari seperti
melakukan kegiatan edukasi tentang penyakit hipertensi, tanda dan
gejala, dan komplikasi dari penyakit hipertensi. Selain melakukan
kegiatan edukasi kesehatan tentang hipertensi, kelompok juga
melakukan kegiatan salah satu penanganan Hipertensi yaitu dengan
Senam Ergonomic.
2. Pemeliharaan kesehsatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah. Kegiatan yang dilakukan pada
masalah ini yaitu KIE tentang bahaya konsumsi obat yang tidak sesuai
resep dokter meliputi membeli obat sendiri, mengkonsumsi jamu, dan
tidak rutin memeriksakan kesehatannya.
3. Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan
ketidakadekuatan dukungan sosial. Kegiatan yang kelompok lakukan
untuk mengatasi masalah ini yaitu KIE tentang merokok, KIE
pemilihan sampah dan pengelolaanya,
Dari kegiatan yang telah dilakukan didapatkan hasil :
1. Manajemen kesehatan tidak efektif
Dari 43 lansia yang sebelumnya tidak mengetahui tentang Hipertensi,
pengobatan Hipertensi, dan diet Hipertensi, setelah diberikan KIE
tentang Hipertensi didapatkan 43 lansia tersebut dapat mengerti dan
memahami tentang Hipertensi dan Pengelolaan Hipertensi.
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
Dari hasil persentase sebanyak 79,05% masyarakat dapat mengerti
dan memahami tentang bahaya konsumsi obat-obatan yang dibeli

87
secara bebas tanpa resep dokter. Sedangkan hasil presentase sebanyak
20,46% masyarakat tidak mengerti atau tidak memahami tentang
bahaya konsumsi obat-obatan yang dibeli secara bebas tanpa resep
dokter.
3. Setelah dilakukan tindakan berupa KIE tentang merokok, pemilihan
sampah dan cara pengolahannya didapatkan hasil yaitu 15 jiwa
perokok aktif yang diberikan KIE dapat mengerti dan memahami
tentang isi rokok dan bahaya merokok pada kesehatan, dan 3 jiwa
(20%) yang berminat untuk melakukan perubahan perilaku merokok,
sedangkan sebanyak 12 jiwa (80%) tidak berminat untuk melakukan
perubahan perilaku merokok, serta 53 jiwa dari 76 dapat mengerti dan
memahami tentang pembuangan sampah yang benar dan baik serta
memahami cara pengelolaan sampah.

6.2 Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan dan Perawat Desa
Perlakuan ini dapat dijadikan referensi untuk menerapkan terapi
komplementer (senam ergonomic) serta perawatan mandiri dalam
menangani manajemen kesehatan tidak efektif, perilaku kesehatan
cenderung berisiko, dan pemeliharaan kesehatan tidak efektif.
Perawat desa dapat melakukan kunjungan rumah di masyarakat
serta melakukan pembinaan yang berkelanjutan terhadap keluarga
dengan lansia agar dapat memberi wawasan pada masyarakat
khususnya masalah yang terjadi pada lansia.
2. Institusi Desa
Data ini dijadikan referensi untuk mengetahui masalah yang
terjadi pada desa serta cara untuk mengatasinya. Aparat desa dapat
menyediakan sarana dan prasarana pembuangan sampah pada
masyarakat, serta pengadaan posyandu lansia yang dilakukan secara
rutin guna mengatasi angka terjadinya masalah hipertensi pada lansia.

88
LAMPIRAN

89
DOKUMENTASI

Gambar 1. Pengkajian Awal di Desa Talambah (30 Maret – 1 April 2022)

90
Gambar 2. Kegiatan MMD 1 di Desa Talambah (8 April 2022)

91
Gambar 3. KIE Tentang Hipertensi di Desa Talambah (Minggu, 10 April 2022)

92
Gambar 4. Pemeriksaan Gratis Tensi, GDA, Dan Asam Urat Di Stand Bazar Kebundadap
Timur (Senin, 11 April 2022)

93
Gambar 5. Pemeriksaan Tekanan Darah Di Desa Talambah (Selasa, 12 - 14 April 2022)

94
Gambar 6. Implementasi dan Pendampingan Senam Ergonomic di Desa Talambah
(Jumat, 15 April 2022)

95
Gambar 7. KIE Tentang Sampah di Desa Talambah (Sabtu, 16 April 2022)

96
97
Gambar 8. Implementasi Senam Ergonomik Bersama di Desa Talambah (Rabu, 20 April
2022)

Gambar 9 Evaluasi Door to door di Desa Talambah (Kamis, 21 April 2022)

98
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERTENSI

Masalah : Hipertensi
Pokok Pembahasan : Hipertensi
Sasaran : Mbah M
Jam : 08.30 - Selesai
Waktu :30 Menit
Tanggal :14 April 2022
Tempat : Rumah Mbah M
Pemateri : Mahasiswa

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah
pada pembuluh darah vascular, tekanan yang semakin tinggi pada
pembuluh darah menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia WHO (2015)
menyatakan 1,3 Milyar orang di Dunia menderita Hipertensi data
itu mengartikan 1 dari 3 orang di Dunia terdiagnosis menderita
Hipertensi. Di Indonesia hasil Riskesdas tahun 2018 Hipertensi
mengalami kenaikan jika di bandingkan hasil riskesdas 2013 dari
25,8% menjadi 34,1%.

B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 30 menit, diharapkan Keluarga Pasien
mampu memahami dan mengerti tentang Hipertensi.

C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang Hipertensi,
diharapkan Keluarga Pasien dapat:
1. Menjelaskan pengertian
2. Menyebutkan penyebab
3. Menyebutkan tanda dan gejala
99
4. Menyebutkan upaya pencegahan
5. Menjelaskan kenapa hipertensi harus di cegah
D. Materi Penyuluhan
Terlampir

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

F. Media
Materi

G. Uraian Tugas
1. Penyaji
a. Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan
proses penyampaian materi penyuluhan.
2) Menyampaikan / menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas
dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
3) Memotivasi peserta untuk bertanya.
H. Struktur organisasi
Penanggung Jawab : Mahasiswa
a. Penyaji : Hosriyani Ningsih

100
I. Kegiatan penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 1. Mengucapkan salam 1. Menjawa Kata-
Menit 2. Memperkenalkan diri b salam kata/
3. Menyampaikan 2. Mendengarka kalimat
tentang tujuan pokok n dan
materi menyimak
4. Meyampakaikan 3. Bertanya
pokok mengenai
pembahasan perkenalan dan
5. Kontrak waktu tujuan jika ada
yang

kurang
Jelas

2. Pelaksanaan 20 Penyampaian Materi 1. Mendengarka Leaflet


Menit 1. Menjelaska n dan
n menyimak
pengertian 2. Bertanya
2. Menjelaska mengenai
n penyebab
3. Menjelaskan hal- hal yang
tanda dan gejala belum jelas
4. Menjelaskan
faktor resiko dan dimengerti
5. Menjelaskan
upaya pencegahan
3. Penutup 5 1. Tanya jawab 1. Sasaran Kata-

101
Menit 2. Memberikan kata/
kesempatan dapat kalimat
menjawab
pada tentang
peserta pertanyaan
yang diajukan
untuk bertanya 2. Mendengar
3. Melakukan evaluasi 3. Memperhatikan
4. Menyampaikan 4. Menjawa
kesimpulan b salam
materi
5. Mengakhiri
pertemuan

dan
mengucapkan salam

102
J. Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian Hipertensi
2. Menyebutkan penyebab Hipertensi
3. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4. Mengetahui klasifikasi Hipertensi
5. Menyebutkan cara pencegahan /Pengobatan Hipertensi
6. Menjelaskan Kenapa hipertensi harus di cegah

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin & Hardhi 2015)
B. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Factor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan,
hiperaktivitas saraf simpatis system rennin. Antigiotensin dan peningkatan
Na + Ca intraseluler. Factor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas,
merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
103
C. Tanda dan gejala
Menurut Dalyoko (2010), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
1. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
4. Tengkuk terasa pegal
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
9. Rasa berat ditengkuk
10. Mudah lelah
11. Mata berkunang-kunang/ penglihatan kabur
12. Mimisan ( keluar darah dari hidung).

D. Klasifikasi
KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK
mmHg mmHg
Optimal < 120 < 80

Normal <130 < 85

High Normal 130 – 139 85 – 89

Hipertensi

Derajat 1 140 – 159 90 – 99

Derajat 2 160 – 179 100 – 109

Derajat 3 > 180 > 110

E. Faktor resiko
1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
a. Jenis kelamin
104
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Harrison, Wilson dan Kasper mengatakan bahwa wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan
estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari
setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa
muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun,
sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita.Hal ini sering dikaitkan
dengan perubahan hormon setelah menopause (Aisyah, 2009).
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang
tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Peningkatan kasus
hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam
puluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko
hipertensi (Suzanne & Brenda, 2001).
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi.Selain itu didapatkan 70-80% kasus
hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Aisyah,
2009).
2. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
a. Obesitas
Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya
105
aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.Obesitas dapat
memperburuk kondisi lansia.Kelompok lansia karena dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh
darah, hipertensi. (Aisyah, 2009)
b. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.Merokok menyebabkan hipertensi karena nikotin yg
terkandung di dalam rokok memiliki kecenderungan untuk
menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebabkan
plak.Plak menyempitkan pembuluh darah.Nikotin juga memiliki
kemampuan untuk merangsang produksi hormon epinefrin juga dikenal
sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah mengerut
(Aisyah, 2009).
c. Mengkonsumsi garam berlebih
Dalam diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hipertensi)
kita di wajibkan untuk membatasi asupan natrium ( garam) hanya
2/3 sendok teh atau setara dengan 1500 mg natrium

d. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu).Stres yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota. Menurut Aisyah (2009) mengatakan
stresakan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun
stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,
dan karakteristik personal.
e. Penyakit jasmani
Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat menyebabkan
meningkatkan hipertensi yaitu asam urat, arterosklerosis,
hiperkolesterol dan hiperuresemi. Asam urat dapat menyebabkan

106
peningkatan hipertensi karena asam urat akan menyumbat aliran darah
ke jantung sehingga jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa
jantung. Dengan demikian tekanan darah akan meningkat (Suzanne &
Brenda, 2001).

F. Upaya Pencegahan
1. Cek Kesehatan secara berkala
2. Hindari Kegemukan
3. Hindari rokok dan alkohol.
4. Hindari stress
5. Olah raga teratur / Aktifitas fisik
6. Batasi pemakaian garam
7. Istirahat cukup
G. Diet Hipertensi.
1. Pengertian.
Diet Hipertensi adalah diet bagi penderita hipertensi yang bertujuan
untuk membatu menurunkan takanan darah dan mempertahankan tekanan
darah menuju normal, selain itu diet hipertensi juga bertujuan untuk
menurunkan factor resiko hipertensi lainnya seperti berat badan berlebih,
tinggi kolestrol dan Asam Urat dalam darah.
2. Tujuan.
Membantu Menghilangkan Nutrisi garam / mengurangi air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekaan darah pada hipertensi.
3. Syarat- Syarat Diet.
1. Cukup energy, Protein, Mineral dan Vitamin
2. Bentuk makanan di sesuaikan dengan keadaan penyakit
3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat ringannya Hipertensi
4. Makanan yang dianjurkan / Boleh di konsumsi :
1. Pisang
2. Sayuran Hijau kecuali daun singkong , daun melinjo dan bijinya
3. Buah- buahan kecuali buah durian
4. Yogurt dan olahan susu lainnya yang rendah lemak
5. Susu Skim

107
6. Oatmeal
7. Ikan
4. Makanan yang di Hindari /Dibatasi
1. Makanan yang mengandung garam, seperti makanan cepat saji,
makanan kemasan.
2. Makanan yang banyak mengandung Gula
3. Makanan Berlemak
4. Makanan dan Minuman mengandung Alkohol
5. Contoh jus Penurun Hipertensi yang mudah di buat dan di
peroleh bahan – bahan nya :
1. Jus Apel dan Seledri
1 buah apel ukuran sedang di tambah 2-3 sendok irisan seledri
2. Jus belimbing dan Timun
3- 4 iris belimbing buah di tambah 5-7 iris mentimun segar bisa di
tambah perasan jeruk nipis sesuai selera
3. Jus timun Seledri
5-7 iris mentimun segar ditambah 2-3 sendok irisan seledri.

108

Anda mungkin juga menyukai