Anda di halaman 1dari 32

TIPS MENDIRIKAN RUMAH SUNAT

dr. Rino Rachmatullah


(Owner Griya Sunat 99)
Identitas Pribadi
Nama : Rino Rachmatullah
Ttl : Sumenep, 30 Mei 1991
Alamat : Jl. Ikan Nila 2 No 99, Malang
Status : Menikah
No.HP : 0878 5019 9009

Riwayat Pendidikan
1997-2001 SD Manding Laok II
2001-2003 SD Pangarangan 1 Sumenep
2003-2006 SMPN 1 Sumenep
2006-2009 SMAN 1 Sumenep
2009-2015 Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang

Riwayat Pkerjaan
2018 – saat ini Rs Prima Husada Malang
2019-2021 Rs Prima Husada Sukorejo
2018- saat ini Owner dan operator Griya Sunat 99 Malang
2022- saat ini Operator Sunat Safubot

Riwayat Organisasi
2022- sekarang Pengurus pusat ASDOKI (Asosiasi Dokter Khitan Indonesia)
Ketika anda tidak bisa menjadi dokter Spesialis,
maka jadilah dokter yang Spesial
(dr. Anwar Indra S)
PERNAH MENDENGAR ????

Rumah Sunat Dokter Bla Bla Bla

Hanyalah Branding dari suatu layanan Rumah / Griya / Omah -> KLINIK

Rumah / Griya / Omah


dan Nama Dokter
Jenis usaha
“JASA”, sangat
berkaitan dengan
“TASTE”
Membangun Rumah Sunat itu perlu . . . .
1. Niat / tekad
2. Modal
3. Kompetensi ( Bila merangkap sebagai operator )
4. Skill
5. Target Pasar

6. Strategi marketing, peluang dan keuangan


Niat / Tekad
“ Perbedaan antara TIDAK MUNGKIN dan MUNGKIN
terletak pada TEKAD seseorang” – Tommy Lasorda
MODAL

Modal Target
Awal pasar
KOMPETENSI
▪ Sirkumsisi merupakan tindakan medis (invasif) yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien. Maka yang berwenang
melakukan tindakan sirkumsisi adalah tenaga medis/dokter
▪ Kewenangan dokter melakukan tindakan sirkumsisi didasarkan pada :
✓ Kompetensi yang diperoleh dari pendidikan kedokteran sesuai dengan
SNPPDI (SKDI+SPPDI) dan UKMPPD
✓ Legalitas yang bersifat administratif berupa STR dan SIP
✓ Atribusi dari peraturan perundang-undangan

→ Standar Kompetensi Dokter Indonesia (Kolegium) SKDI 2006/2012/2019 + SPPDI (AIPKI) >> KKI
→ Pasal 27, 29, 35 dan 36 UU Praktik Kedokteran jo. Pasal 62 UU Tenaga Kesehatan jo. Pasal 1 angka 4 jo. 10
Permenkes Persetujuan Tindakan Kedokteran jo. Permenristekdikti Standar Nasional Pendidikan Kedokteran
SKILL
Benarkah METODE SUNAT MODERN
adalah yang terbaik saat ini ???
Maybe YES , Maybe NO

Perbanyak baksos, diskon, promo


Target Pasar
Sesuaikan dengan MODAL
Sesuaikan dengan SKILL
Strategi Marketing,
peluang dan keuangan
• Media Sosial
• Mouth to mouth
• Kerja Sama
• Target sama, layanan berbeda
Strategi Peluang
Pandai membaca momentum.
Mengenali kebiasaan, budaya dan tradisi local.
Strategi Keuangan

BHP JASA OPERATOR


KEUNTUNGAN KEUNTUNGAN
KLINIK PRIBADI
Aspek Aspek Sanksi
Kewenangan Pelayanan Hukum
Aspek kewenangan
KOMPETENSI
▪ Sirkumsisi merupakan tindakan medis (invasif) yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien. Maka yang berwenang
melakukan tindakan sirkumsisi adalah tenaga medis/dokter
▪ Kewenangan dokter melakukan tindakan sirkumsisi didasarkan pada :
✓ Kompetensi yang diperoleh dari pendidikan kedokteran sesuai dengan
SNPPDI (SKDI+SPPDI) dan UKMPPD
✓ Legalitas yang bersifat administratif berupa STR dan SIP
✓ Atribusi dari peraturan perundang-undangan

→ Standar Kompetensi Dokter Indonesia (Kolegium) SKDI 2006/2012/2019 + SPPDI (AIPKI) >> KKI
→ Pasal 27, 29, 35 dan 36 UU Praktik Kedokteran jo. Pasal 62 UU Tenaga Kesehatan jo. Pasal 1 angka 4 jo. 10
Permenkes Persetujuan Tindakan Kedokteran jo. Permenristekdikti Standar Nasional Pendidikan Kedokteran
Pelimpahan Kewenangan
▪ Dokter dapat melimpahkan tindakan medis kepada tenaga Kesehatan lain dengan
ketentuan :
1. Dilakukan secara tertulis, baik delegatif maupun mandat
2. Terdapat kebutuhan pelayanan yang melebihi ketersediaan tenaga medis di FPK
3. Tindakan medis sesuai dengan kompetensi
4. Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus-menerus
5. .Delegatif: memasang infus, menyuntik, imunisasi & tindakan lain sesuai kompetensi
6. .Mandat: menjahit luka, terapi parenteral & tindakan lain sesuai kompetensi
7. Jenis tindakan lain yang dilakukan di RS ditetapkan oleh pimpinan RS atas usul
Komite Medik & Komite Keperawatan. Sedangkan tindakan lain yang dilakukan di
Puskemas/Klinik ditetapkan oleh Kadinkes Kabupaten/Kota
→ Pasal 26, 62, 65 UU Tenaga Kesehatan jo. Pasal 23 Permenkes Izin Praktik Kedokteran jo. Pasal 29, 32 UU Keperawatan jo. Pasal 28 Permenkes
Peraturan Pelaksanaan UU Keperawatan jo. Kepmenkes Standar Profesi Perawat jo. Standar Kompetensi Perawat Indonesia (PPNI)
Pelanggaran Pelimpahan Kewenangan

▪ Mendelegasikan tindakan medis kepada perawat yang tidak memiliki kompetensi


merupakan pelanggaran disiplin profesional kedokteran
▪ Jika pendelegasian tersebut menyebabkan kerugian atau luka pada pasien, maka
dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum, yaitu :
✓ Hukum perdata, jika tindakan perawat menyebabkan kerugian pasien (Pasal
1367 BW jo. Pasal 58 ayat (1) UU Kesehatan jo. Pasal 77 UU Tenaga Kesehatan
jo. Pasal 46 UU Rumah Sakit)
✓ Hukum pidana, jika tindakan perawat menyebabkan luka-luka pada pasien
(Pasal 84 UU Tenaga Kesehatan jo. Pasal 360 KUHP jo. Pasal 55, 56 KUHP)
→ Pasal 3 ayat (2) huruf c Perkonsil KI Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi jo. UU Kesehatan jo. KUHPerdata (BW) jo. KUHP
Aspek Pelayanan
OBJEK PELAYANAN SIRKUMSISI

Pas al 61 UU Tenaga Kes ehatan


Tenaga Kes ehatan yang memberikan pelayanan
langs ung kepada Penerima Pelayanan Kes ehatan
harus melaks anakan upaya terbaik untuk kepentingan
Penerima Pelayanan Kes ehatan dengan tidak
menjanjikan has il
Objek jasa pelayanan ada 2 macam :
1. Hasil (resultaats)
2. Upaya (inspannings)
Parameter Upaya Terbaik
1. Etika Profesi
2. Standar Profesi
3. Standar Pelayanan Profesi
4. Standar Prosedur Operasional
5. Kebutuhan Medis Pasien

Pasal 51 huruf a UU Praktik Kedokteran jo. Pasal 58 ayat (1) huruf a UU Tenaga Kesehatan jo. Pasal 13 ayat (3) UU Rumah Sakit
jo. Pasal 14 PMK Klinik
Iklan atau Publikasi Pelayanan FPK
▪ Penanggung jawab FPK wajib memasang papan nama sesuai dengan jenis/izin FPK
▪ Papan nama FPK memuat jenis, nama, nomor izin dan masa berlaku. Papan nama praktik
mandiri dokter memuat nama, gelar, spesialisasi, nomor izin praktik dan waktu praktik
▪ FPK dapat menyelenggarakan iklan atau publikasi pelayanan kesehatan melalui media
sesuai dengan kode etik dan peraturan perundang-undangan
▪ Iklan atau publikasi harus sesuai fakta, berbasis bukti, informatif dan edukatif
▪ Iklan atau publikasi tidak boleh memuji diri secara berlebihan, termasuk menyatakan
keunggulan, keunikan atau kecanggihan, memberikan informasi yang bersifat testimoni,
atau informasi yang bersifat mendorong penggunaan jasa tenaga kesehatannya

→ Pasal 20, 22 PP Fasilitas Pelayanan Kesehatan jo. Permenkes Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan jo. Kodeki jo. SK MKEK Fatwa Etika
Dokter Beriklan dan Berjualan MLM jo. Pasal 4 dan 123 PP Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko jo. Pasal 25, 32 PMK Klinik
Pelanggaran Iklan Pelayanan FPK
▪ Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang dimiliki baik secara lisan ataupun tulisan yang tidak benar atau
menyesatkan, merupakan pelanggaran disiplin profesional kedokteran
▪ Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang benar merupakan pelanggaran etik yaitu memuji diri
▪ Menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan jasa secara tidak benar
dan/atau menggunakan kata-kata yang berlebihan dan/atau mengandung janji
yang belum pasti merupakan pelanggaran hukum pidana (Pasal 62 jo. Pasal 9 UU
Perlindungan Konsumen), juga perdata jika merugikan pasien (Pasal 1365 BW)
→ Pasal 3 ayat (2) huruf x Perkonsil KI Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi jo. Pasal 4 Kode Etik Kedokteran Indonesia
Sanksi Hukum
Sanksi Sanksi Sanksi
PERDATA PIDANA ADMINISTRASI
SANKSI PERDATA
P as al 58 ay at (1) U U K e s e h atan
S etiap orang berhak m enuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
peny elenggara kesehatan y ang m enim bulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelay anan kesehatan y ang diterim any a
Pasal 77 UU Tenaga Kesehatan
S etiap penerim a pelay anan kesehatan y ang dirugikan akibat kesalahan atau kelalaian tenaga
kesehatan dapat m em inta ganti rugi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -undangan
Pasal 46 UU Rumah Sakit
R um ah S akit bertanggung jaw ab secara hukum terhadap sem ua kerugian y ang ditim bulkan atas
kelalaian y ang dilakukan oleh tenaga kesehatan di R um ah S akit
Pasal 1365 BW
T iap perbuatan y ang m elanggar hukum dan m em baw a kerugian kepada orang lain, m ew ajibkan
orang y ang m enim bulkan kerugian itu karena kesalahanny a untuk m enggantikan kerugian tersebut
Pasal 1367 BW
Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas
kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya
SANKSI PIDANA

Pasal 84 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan


Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima Pelayanan Kesehatan luka
berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun
Pasal 360 KUHP
1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama 1 tahun
2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebahkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga
timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam
dengan pidana penjara paling lama 9 bulan atau pidana kurungan paling lama 6 bulan atau pidana denda paling
tinggi 4.500.000 rupiah (PERMA No. 2/2012)

Pasal 55 KUHP
Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan
2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat,
dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan,
sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 82 jo. 47, 58, 59, 62, 66, 68, 70, 73 UU Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan yang tidak memasang papan nama, tidak melakukan upaya terbaik, tanpa kewenangan sesuai
kompetensi, tanpa persetujuan pasien, tidak menjaga rahasia pasien, tidak melaksanakan sistem rujukan, tidak
melakukan pertolongan pertama dalam konsisi darurat, tidak membuat rekam medis, dikenai sanksi administratif
berupa teguran lisan, peringatan tertulis, denda aministratif dan/atau pencabutan izin

Pasal 69 UU Praktik Kedokteran


Dokter yang melanggar disiplin kedokteran dikenai sanksi disiplin berupa pemberian peringatan tertulis,
rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik, dan/atau kewajiban mengikuti pendidikan
atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran

Pasal 32 Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIP Dokter dalam hal:
a. Atas dasar rekomendasi MKDKI
b. STR Dokter dan Dokter Gigi dicabut oleh KKI
c. Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIP
d. Dicabut rekomendasinya oleh organisasi profesi melalui sidang yang dilakukan khusus untuk itu
Mencegah sengketa
lebih baik daripada
Menyelesaikan sengketa

Dua hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan medis :


1. Memberikan upaya terbaik saat pelaksanaan
2. Memberikan after sales service setelah pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai