Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada setiap makhluk hidup terutama manusia, terdapat suatu pembahasan
menarik mengenai tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhan manusia. Mulai
dari lahir, masa bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia. Pada
dasarnya tiap fase dari kehidupan manusia itu sangat unik dan menarik untuk
dipelajari. Untuk itu diperlukan suatu disiplin ilmu tertentu agar bisa mempelajari
dan memahami tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhan manusia,
khususnya studi tentang masa kelahiran awal manusia (neonatus) dan masa anak-
anak setelahnya. Perlu diketahui, masa kelahiran awal manusia (neonatus) sendiri
merupakan suatu fase penting dalam kehidupan manusia. Di mana terdiri dari
masa seorang insan manusia pertama kali tahu tentang dunia dan segala
kehidupan di dalamnya. Selain itu, ada masa kanak-kanak yaitu masa di mana
perkembangan seorang manusia lebih kompleks dan mendalam lagi. Masa di
mana seorang manusia telah melewati masa awal kelahiran (neonatus), kemudian
dapat merangkak, berdiri, berjalan, makan, bermain, dan bergaul secara social
dengan dunia luar. Dalam materi ini, disajikan pembahasan tentang tema Masa
Neonatus dan Kanak-kanak.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan masa pertumbuhan neonatus dan kanak-
kanak?
2. Apakah yang dimaksud dengan masa bayi penyusu?
3. Apakah yang dimaksud dengan tugas perkembangan pada akhir masa
menyusu?
4. Apakah yang dimaksud dengan tugas perkembangan masa 2;0-6;0?
C. Tujuan Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui hokum masa pertumbuhan neonatus dan kanak-kanak.

1
2. Untuk mengetahui hukum masa bayi penyusu.
3. Untuk mengetahui hukum tugas perkembangan pada akhir masa menyusu.
4. Untuk mengetahui hukum tugas perkembangan masa 2;0-6;0.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MASA PERTUMBUHAN NEONATUS DAN KANAK-KANAK
Arti istilah neonatus semula berasal dari bahasa Gracco-Latin.
Diperkirakan berasal dari bahasa-bahasa Italia, Prancis, Jerman, dan Inggris,
sinonim dengan neonato, nouveau-ne, Neugeborener, dan newborr. Dalam
bahasa Spanyol recien nacido mungkin sama juga. Sekarang banyak dipakai
pula istilah-istilah child, ifant, Saugliny, nourrison, eufant, bambino, lattante.
Tentang lamanya masa neonatus ada beberapa pendapat pula menurut
McCrw (1932), neonatus berlangsung dari lahir sampai umbilicus dipotong
jadi kira-kira 15 menit saja, masa ini disebut partunatus, artinya sat sesudah
partus (lahir). Sarjana-sarjana lainnya mengatakan neonatus berumur dua
minggu dan satu bulan; Vinay (1897) berpendapat sampai tiga bulan;
Gundobin (1907) menolak waktu yang mutlak, sampai terjadi proses asimilasi
sempurna pada organ-organ neonatus sebagai pertanda sudah mulai berfungsi.
Sedangkan Valentine dan Dockeray (1936) membedakan antara bayi yang
baru lahir, sepuluh hari pertama dan neonatus berumur 30 hari pertama. Yang
paling umum diterima adalah pendapat Fieldman (1930) dan Gesell (1925),
mereka mendifinisikan bahwa neonatal period (masa neonatal, neonatus) ialah
selma satu bulan penuh dari saat lahirnya fuetus. Istilah Indonesia (jawa)
Jabang bayi, artinya banyi yang baru lahir dan masih merah warnanya.

Masa neonatus dan kanak-kanak mengingat pertumbuhan jasmaniyah


dan perkembangan psikisnya dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

1. Masa bayi menyusu, dari umur 0;0 – 1;0


2. Masa kanak-kanak atau masa bermain, dari umur 1;0 – 6;0. Dalam masa
ini termasuk masa prasekolah : 4;0 – 6;0.

3
Jadi secara keseluruhan masa neonatus dan kanak-kanak berlangsung
dari umur 0;0 – 6;0.

Sebelum meneruskan uraian-uraian masa neonatus dan kanak-kanak,


ada baiknya kalau mengungkap lebih dahulu daripada gejala tangis
(menangis) pada neonatus. Mengenai tangis (pertama) pada bayi ada beberapa
penafsiran dari para ahli, antara lain yaitu :

1. Penafsiran filosofis. 1. Kant (1799) mengatakan bahwa tangis bayi yang


baru lahir, seperti apa yang dikutip oleh Preyer (1893) sebagai berikut :
“The outcry that is heard from a child scarcey born has not the tome of
lamentation, but of indignation and of aroused wrat; not because anything
gives him pain, but because something frets him; premuable because he
wonts to move, and fiels his inabilty to do it as a faktor that deprives him
of his freedom (Prayer, 1983, hlm. 213)
Kant, sebgai eksponen rasionalisme idealistis, yang menjunjung tinggi
terhadap kemampuan-kemmapuan jiwa, terutama intelek, rasio, maka ia
menafsirkan tangis pertama bayi yang baru lahir sebagai protes jiwanya
terhadap belenggu kebendaan, (dimana hal terakhir ini-belenggu
kebendaan, kejasmanian)- dirasakan mengikat kemerdekaan jiwanya.
Seperti pada kutipan diatas menyatakan, bahwa tangis yang terdengar dari
bayi yang baru lahir bukanlah nada (suara) dari ratap tangis, tetapi sebagai
penerangan (kemarahan) dan disebabkan oleh murka (rasa marah yang
menindih), bukan disebabkan oleh sesuatu yang menyakitkan; tetapi
karena sesuatu yang menimbulkan kemarahannya, mungkin karena ia
ingin bergerak, dan merasa tidak berdaya untuk melakukan sebagai
belenggu yang mengikat kemerdekaannya.
Senada dengan penafsiran Kant tersebut mengenai tangis pertama bayi
yang baru lahir, Blanton (1917) sebagai psikiater, mengatakan bahwa
angin pertama pada bayi yang baru lahir “is an expression of its
overhelming sense of inferiority on thus suddenly being confronted by

4
reality, without everhaving had 10 dela with its problems (Blanton, 1917,
hlm. 458). Pendukung-pendukung lainnya ialah Prayer dan Compayre.
2. Penafsiran biologis. Dengan teknik operasi Minkowski mengemukaan
bahwa tangis pertama pada fuetus terjadi padapartus prematur enam bulan.
Hal ini dalam pengalaman klinis disebut vagitus uterinus, atau tangis
fuetus.
Gejala ini juga dilaporkan oleh M. Groham (1919) dimana terjadi
kesukaran-kesukaran waktu bayi lahir. Sarjana-sarjana lainnya
menafsirkan tangis bilologistis ialah Fildman dan De Lee. Mereka
berpendapat, karena aktivitas otot-otot menyebabkan tekanan udara (pada
alat-alat suara) bergetar dan menimbulkan suara yang disebut tangis.
Selainmelatih vebriasi alat-alat suara, tangis pertama merupakan suatu
pertanda mulai berfungsinya paru-paru, jadi mulai kegiatan pernafasan
langsung dengan udara luar. Hal ini sekaligus merupakan tanda
kehidupan. Kalaupun pada bayi tidak segera menangis, biasanya diberi
perangsang pada rongga hidung untuk memasukkan hawa dari luar ke
dalam paru-paru.
3. Penafsiran psikologis yaitu bahwa tangis pertama manifestasi kemampuan
psikis dari bayi yang baru lahir. Sis Heyster mengemukakan, bahwa tangis
pertama sebagia pertanda mulai adanya kesadaran pada anak.
4. Menurut penulis, penafsiran tangis pertama pada bayi yang baru lahir
lebih tepat mempergunakan dasar biopsikologis. Pertama-tama, dengan
lahirnya bayi di dunia ini maka terjadilah perubahan lingkungan sekitar si
bayi, yaitu lingkungan dari sekitar uterus yang serba istimewa, pindah ke
situasi dunia luar.

Oleh karena perubahan situasi tersebut, maka bayi menghayatinya


dengan seluruh permukaan tubuhnya, yaitu terutama terhadap tekanan udara
dan temperatur yang mengenai permukaan-permukaan tubuhnya. Perangsang
ini menimbulkan kesadaran pada bayi merasa berbeda situasinya dan sebagia

5
reaksinya adalah gerak reflektis daripada alat-alat suarnya, yang berupa
tangis. Suara tangis yang tidak teratur. Vibrasi alat-alat suara itu mempunyai
arti yang penting pada pertumbuhan abilitas bahasa kelak kemudian hari
reaksi-reaksi lainnya berupa gerakan-gerakan lainnya yang masih simpel

Kalau tangis pertama pada bayi ditafsirkan secara filosofis, yaitu


dianggap sebagia protes jiwakepada belenggu kejasmanian, amat sukar untuk
dibuktikan, namun penafsiran tadi masih ada nilainya, setidak-tidaknya nilai
historis. Ada lagi penafsiran tangis pertama menurut psikologi dalam. Signum
Freud dan pendukung-pendukungnya, antara lain Rranke, Bernfld,
menganggap bahwa tangis pertama adalah ekspresi ketakutan dan keinginan
akan regresi, yaitu regresi atau kembali kedlam alam kandungan yang bersifat
sempurna, aman, enak, suhu nyaman, makanan tak perlu mengunyah,
bernapas tak perlu menghirup udara langsung, dan sebagainya. Pendek kata
situasi kehidupan dalam uterus sangat bahagia. Ketika anak itu lahir, maka
bayi harus menghadapi keadaan-keadaan, situasi-situasi yang serba tidak
enak, tekanan udara, panas temperatur, suara-suara, bunyi-bunyi, rabaan-
rabaan kasar, dan sebagainya. Oleh karena itu, kelahiran merupakan
pengalaman traumatis pertama bayi dan sebagai mala petaka yang mengakhiri
surga dalam uterus.

Sehingga bayi mennagis karena ada dorongan regresi ke alam uterus,


hal tersebut semacam kerinduan pada surga. Penafsiran tangis pertama
menurut psikologi dalam ini, sukar juga pembuktiannya. Yang dapat
disimpulkan, demikian juga dengan penafsiran filosofis, ialah adanya
perubahan situasi.

Kedua penafsiran ini psikologis dalam dan filosofis menyatakan


adanya perubahan dari situasi yang serba menyenagkan kepada situais yang
tidak menyenagkan. Penafsiran biopsikologis juga mengakui adanya
perubahan situasi, hanya saja situais baru, yaitu diluar uterus penulis tidak

6
mengartikan sebagia situais yang tidak menyenangkan dalam arti yang
wantah. Yang pokok adalah adanya perubahan situasi hidup sifuetus. Situasi
diluar uterus sungguh-sungguh situais yang baru , oleh karena itu bayi harus
menghadapi situais baru tadi. Suatu hal yang lumrah, barang-barang yang
baru sama sekali biasanya mengagumkan, mengejutkan. Demikian juga pada
bayi, dia merasa terkejut terhadap situasi yang baru, dan sebagia rekasinya
adalah menangis, karena bahasa lain belum mampu. Setelah terjadi adaptasi
dengan pemeliharaan-pemeliharaan sebagaimana mestinya bayi pun akan
diam dari menagisnya.

Mungkin ada orang akan mengatakan, bahwa tangis pertama


terdengar, adalah sudah kodratnya, sudah umunya begitu. Penulis pun akan
menunjukkan, bahwa kodrat manusia termasuk bayinya mempunyai unsur-
unsur biologis dan psikis yang terintegrasikan. Maka dasar biospychis tetap
ada, tidak dapat dielakkan lagi.

B. MASA BAYI PENYUSU: 0;0-0;6/0;7


Masa bayi penyusu, artinya makanan bayi tadi terutama dengan
minum air susu ibunya. Masa ini berlangusng dari lahir sampai kira-kira umur
enam atau tujuh bulan (0;0-0;6/0;7). Sebab pada umur 6 atau 7 bulan itu telah
tumbuh gigi susu atau gigi pertama pada bayi (dentitio 1).
Makanan terbaik pada masa anak menyusu ialah air susu dari ibunya
sendiri. Oleh karena itu, untuk menjaga kesehatan bayi, maka makanan ibu
harus teratur dan tersusun baik menu gizinya, supaya semua zat dan vitamin
yang diperlukan didalam pertumbuhan bayi terpenuhi. Air susu ibu lebih baik
daripada air susu sapi (milk), sebab dalam air susu ibu lebih banyak berisi zat
besi atur Ferum (Fe) dan vitamin-vitamin A dan C. Pada neonatus zat besi,
vitamin A dan C banyak terdapat dalam hatinya, sebagai pemberian dair ibu
ketika masih didalam kandungan. Akan tetapi lama-kelaman ibu tidak
sanggup lagi memberikan lebih banyak lagi atau tepatnya persediaan tadi
makin berkurang maka setelah bayi berumur kira-kira 4-5 bulan, dia

7
memerlukan makanan tambahan dari luar disamping air susu ibu,terutama
makanan yang berisi zat besi, misalnya pada hati, kuning telur. Hal ini
penting, mengingat bahwa zat besi sangat perlu untuk pembentukan sel-sel
darah merah.
Sementara itu patut pula diketahui, bahwa dalam air susu tidak
terdapat vitamin D yang perlu untuk pertumbuhan tulang-tulang. Namun
dalam badan manusia terdapat pro-vitamin D dalam minyak dan kelenjar
minyak pada kulit. Provitamin D ini dengan pertolongan sinar matahari pada
pagi hari, yaitu denga sinar ultraviolet dapat diubah menjadi vitamin D. Itulah
sebabnya harus ada saat-saat tertentu agar bayi kena sinar matahari, yaitu
dengan menjemur bayi pada pagi hari kira-kira jam delapan sembilan pagi.
Sifat-sifat atau kemampuan-kemampuan yang telah ada pada bayi
penyusu adalah gerakan-gerakan dan reaksi-reaksi psikis tertentu, misalnya
reaksi terhadap rasa lapar, dingin, panas, sakit, dan sebagainya. Sebagai
reaksi-reaksi terhadap situasi-situasi tadi biasanya bayi menangis dan
berteriak tetapi belum tentu menangis sebagai reaksi rasa lapar atau sakit,
mungkin karena untuk latihan-latihan membentuk dan mendengarkan suara.

Gerakan-gerakan motoris yang telah dimiliki pada bayi penyusu adalah ;

1. Refleks mengisap, kalau sesuatu ditempatkan atau dimasukkan pada


bibir mulutnya.
2. Refleks memegang, apabila sesuatu diletakkan pada telapak
tangannya.
3. Refleks-refleks lainnya yang timbul karena dicoba, misalnya jika bayi
dikurepkan maka ada usaha untuk menggeser badannya, seolah-olah
bayi akan merangkak. Jika didirikan, dia seolah-olah akan berjalan.

Suara-suara pada bayi timbul jka dia dalam situasi senang dan
gembira. Pada saat ini bayi menimbulkan gerakan-gerakan pada otot-otot
suara pada pangkal tenggorokan, lidah dan mulut (bibir) serta oto-otot bagian
lainnya.

8
Bayi dapat menggetarkan bibirnya. Hal ini terjadi pada usia 3-4 bulan
sampai 6 bulan. Suara-suara yang terjadi dengan menggetarkan bibirnya itu
“nggaber” diulang-ulang, bayi merasa senang. Senyum dan tertawa mulai
nyata, yaitu tertawa dengan suara.

Gerakan-gerakan bayi dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu :


1. Gerakan-gerakan motoris penguasaan tubuh;
2. Gerakan-gerakan motoris sebagai reaksi terhadap benda-benda atau
situasi-situasi, dan
3. Gerakan-gerakan motoris sebagai reaksi terhadap manusia. Reaksi
motoris dan psikis dengan manusia lain dapat dipandang sebagai
reaksi-reaksi untuk membentuk relasi-relasi sosial, artinya hubungan
pergaulan dengan orang-orang lainnya reaksi-reaksi verbal memang
belum muncul, tetapi gerakan-gerakan tangan dan senyum tertawa-
tertawa menunjukkan bahwa pada bayi telah dapat mengerti maksud-
maksud tertentu dari orang lain. Misalnya, dibelai-belai dengan suara
mainan supaya dilihat dan dipegang, diberi tetek supaya mengisap dan
sebagainya.

Perkembangan global dari gerakan-gerakan motoris adalah dari


gerakan-gerakan primitif, tak menentu, asimetris, terutama gerakan-gerakan
tangan dan kaki, makin lama makin terarah dan tertentu gerakan-gerakannya,
makin berdiferensisasi. Hal ini diikuti oleh abalitas-abalitas motoris lainnya.
Demikian juga reaksi-reaksi psikis yang semula dengan tangis dan diam,
berdiferensisasi menjadi senyum, ketawa, gerak tangan meraih kemudian
menerima dan suara-suara tertentu.

Sarjana-sarjana lainnya, misalnya Jacobsen, Jacobsen dan Yoshioka


telah mengadakan penyelidikan tentang gerakan-gerakan motoris bayi.
Mereka itu menggolong-golongkan gerakan-gerakan motoris bayi menjadi
sebagai berikut :

1. Kemajuan-kemajuan (progres) kearah gerak merangkak dengan fase-


fasenya yang berturut-turut.
a. Mengangkat kepala pada waktu mengkurep dengan leher terangkat.
b. Mengangkat kepala dengan dadanya waktu mengkurep.
c. Mendorong lutut seolah-olah mau berenang. (ngongkok)
d. Semacam mau meluncur, rolling.
e. Membuat gerakan-gerakanmaju dengan meraih-raih dan gerakan-
gerakan badan, kaki, gerak maju mengkurep.

9
f. Adakalanya gerak mundur dengan tolakan tangannya.
g. Kemudian merangkak maju dengan kepala dan badan (berut dan dada)
terangkat.
2. Kemajuan-kemajuan gerak tegak (vertikal) dengan perturutan sebagai
berikut :
a. Mengangkat kepala bila menelentang.
b. Duduk sendiri, sebentar sekali.
c. Duduk sendiri agak lama.
d. Belajar berdiri dengan rambatan.
e. Jongkok kemudian berdiri dengan rambatan.
f. Duduk kembali dari posisi kembali.
3. Kemajuan-kemajuan gerak maju berjalan, dengan fase-fase perturutan
sebagai berikut:
a. Berdiri dengan melangkah-langkah paling awal.
b. Berdiri dengan rambatan orang lain.
c. Berjalan dengan bantuan orang lain (ditetah)
d. Berdiri sendiri dan melangkah pelan-pelan.
e. Berjalan sendiri.

Pada umunya bayi penyusu berakhir dengan tumbuhnya gigi susu (gigi
pertama, dentesdecidui). Pada umur 10 bulan biasanya ibu yang sedang
menyususi menghentikan penyusuan terhadap anaknya, dan menggantikan air
susu ibu dengan air susu milk disertai makanan-makanan lunak lainnya.

Ada masa penyusu saja, bayi-bayi telah diberi makanan tambahan,


yaitu biasanya nasi yang dilumatkan dan dicampur gula, sehari sekali atau dua
kali. Penghentian penyususan dari ibu bayi disapih ketika anak pada waktu
menyusu sudah menggigit-gigit papila mamae ibunya, karena bayi merasa
gatal-gatal kepada gusinya. Hal ini suatu tanda bahwa gigi pertama akan
mulai tumbuh. Selian daripada takut (sakit) kalau digigit anak pada waktu
menyusu, penghentian penyusuan memang secara fisiologis sudah selayaknya,
sebab lama-kelamaan kasiat air susu ibu tidak lagi seperti masa-masa awal,
masa menyusui dan pada ibu telah mulai bekerja lagi hormon-hormon yang
memengaruhi reproduksi, sehingga ibu sudah menyongsong lagi datangnya
siklus menstruasi. Penghentian penyusuan sebelum waktunya jangan sampai
terjadi kecuali dengan alasan-alasan tertentu, sebab tekhnologi modern belum
dapat mengganti air susu buatan yang setara khasiatnya dengan air susu ibu
sendiri.

10
Pada masyarakat modern, para ibu merasa segan menyusui bayinya,
oleh karena itu pembentukan konsepsi kehamilan menjadi lekas terjadi. Atau
ada maksud terus menyusui anaknya, agar menstruasi tidak terjadi. Hal inipun
bukan suatu alasan yang tepat untuk menghindari kehamilan suatu sebagai
akibat coitus. Waluapun seorang ibu terus menyusui anaknya, tetapi toh
akhirnya siklus menstruasi datang juga karena hal terakhir ini sudah suatu
hukum alam.

C. TUGAS PERKEMBANGAN PADA AKHIR MASA PENYUSU


Pada akhir masa anak penyusu ada tiga tugas perkembangan yang
harus dapat dicapai dengan sukses oleh anak-anak. Adapun ketiga tugas
perkembangan yang dimaksud adalah :

1. Belajar Berdiri dan Berjalan (0;9-1;3)


Beberapa kemampuan gerak penting yang telah dikuasai oleh anak
sebelum belajar berdiri dan berjalan adalah mengkurep, merangkak dan
duduk. Setelah anak dapat duduk dengan mantap, maka menyusul
kemampuan-kemmapuan gerak yang lain, ialah belajar berdiri, yang mula-
mula dengan pertolongan, misalnya rambatan orang lain atau benda-benda
tegak yang ada disekitarnya, umpama kursi, tiang, kaki meja, dan
sebagainya. Orang dewasa sengaja mengajar anak-anak untuk berdiri,
kemudian diajar berjalan dengan dituntun (ditetah). Lama-kelamaan anak-
anak dapat berdiri sendiri, mulai melangkah sendiri dan akhirnya dapat
berjalan sendiri, alat bantu tradisional di desa-desa untuk membantu anak
belajar berdiri adalah geritan.
a. Dasar biologis : pertumbuhan tulang-tulang dan otot-otot serta saraf,
terutama pada kaki sudah cukup masak dan kuat melakukan tugas
berdiri dan berjalan. Sebelem anak dapat berjalan sendiri, dia sudah
dapat bergerak maju dengan merangkak dan jalan duduk atau ngelesot
(bahasa jawa).
b. Dara psikologis : anak-anak makin senang karena lingkungan
geraknya makin luas. Hal ini memberi kesempatan anak untuk
memperoleh dan melakukan permainan-permainan yang lebih banyak
lagi.

11
c. Dasar sosiokultural : gerak pindah tidak tergantung lagi pada orang
dewasa, tetapi dapat berjalan sendiri kemana yang disukai dengan
pengawasan orang dewasa. Anak mempunyai kesempatan untuk
melatih diri terlepas dari orang dewasa, misalnya bermain sendiri
dengan teman-temannya. Hal ini sangat berguna untuk melatih anak-
anak mampu untuk berbuat sendiri. Selian daripada itu, dengan anak
dapat berjalan sendiri maka cara mengasuhnya menjadi ringan, dan
dapat disambi dengan kerja lainnya oleh ibu atau ayahnya. Supaya
anak-anak lekas dapat berdiri dan berjalan, biasanya disediakan alat-
alat penolongnya. Umpamanya geritan, yaitu sebuah tongkat berpalang
yang dapat berputar. Dengan alat ini anak dapat berdiri sambil
berpegangan pada palangnya dan sekaligus dapat berjalan berputar.
Geritan ini selain membantu berdiri dan berjalan, juga dapat sekaligus
untuk bermain, sehingga anak-anak bisa menjadi senang. Masih ada
lagi alat-alat lainnya untuk menolong tercapianya tugas belajra berdiri
dan berjalan bagi anak-anak kecil. Dan setelah anak-anak dapat
berjalan dengan stabil, maka mulailah ia belajar meloncat dan berlari.

2. Belajar Makan Makanan Padat


Belajar makan makanan yang padat. Setelah anak berumur satu
tahun, maka ia harus belajar makan makanan padat, misalnya nasi biasa
dengan lauknya yang lunak-lunak (telur, tahu, tempe, dan lain-lain). Jadi
anak-anak mulai belajar makanan seperti apa yang dimakan oleh orang
dewasa, tidak perlu menyediakan secara khusus, misalnya nasi bubur, nasi
tim seperti pada waktu masih bayi. Biasanya anak juga dihentikan
menetek air susu ibunya.
Dasar biologis: Susunan alat-alat pencernaan makanan pada bayi
lambat laun sudah siap untuk mencerna makanan yang padat, misalnya
nasi. Dengan tumbuhnya dentes decidui anak-anak mampu mengunyah
makanan makanan yang padat. Air susu ibu sudah tak cukup lagi untuk
memenuhi pertumbuhan anak.
Dasar psikologis:Anak-anak mulai timbul keinginannya untuk turut
serta makan makanan padat bagi orang dewasa. Keinginan-keinginan itu
tampak baik yang dinyatakán dengan bahasa atau reaksi-reaksi lainnya,

12
misalnya rewel kalau tidak diberi apa yang dikehendaki anak. Dasar
sosiokultural:Setelah sampai saatnya, ibu harus menyapih anaknya.
'enyapihan anak sudah menjadi kebiasaan kultural, bahkan ada yang
disertai dengan upa cara apabila anak telah sanggup makan makanan padat
maka tidak perlu lagi menyediakan makanan cair untuk anak-anak sebagai
makanan pokok.
3. Masa Anak Bermain
Setelah anak dapat berjalan, maka semakin luaslah kegiatan-
kegiatan anak, terutama kegiatan untuk bermain-main. Tidak ada lagi
kegiatan anak-anak yang demikian sibuk kecuali bermain, entah bermain
sendiri ataupun bersama teman-teman sepermainannya.
Masa anak bermain itu mempunyai dua fase, yaitu:
1. Masa bermain I atau fiihlungsperiode I, kira-kira berlangsung dari
umur 2-4 tahun keadaan anak pada masa ini adalah sebagai berikut:
a. Badannya gemuk, montok, kuat badannya selalu bertambah.
b. Sifat-sifat jiwanya mempunyai jiwa type pycnicus, perasaannya
tampak menonjol nomor satu, fantasi anak amat kuat misalnya
dalam permainan.
2. Masa bermain II atau streckungsperiode II, kira-kira berlangsung
dari umur 5-7 tahun. Keadaan badan anak sebagai berikut:
a. Pertumbuhan bertambah terus, terutama pada ukuran
memanjang, sehingga badannya kelihatan panjang dan kurus.
b. Sifat jiwanya menyerupai jiwa orang type liptosum, kehidupan
anak cenderung kepada intelek atau pikiran, yang nomor satu
bukan perasaan tetapi inteleknya. Anak mempunyai kepandaian
yang menyifatkan diri kepada orang dewasa. Bahasa bukan
sekadar dipakai sebagai alat perhubungan, tetapi dipakai untuk
menciptakan dunia perasaan dan bayangan sendiri, yaitu
kesanggupan anak untuk berfantasi.
D. TUGAS PERKEMBANGAN MASA 2;0-6;0

13
1. Belajar Bercakap dan Berbicara
Yaitu mengeluarkan suara yang berarti dan menyampaikannya
kepada orang lain dengan perantaraan suara itu, diperlukan kematangan
otot-otot dan syarat dari alat-alat bicara. Ada dua pendapat mengenai cara
permulaan anak dalam belajar berbicara, yaitu:
1. Pendapat pertama, mengemukakan bahwa bayi mulai belajar bicara
dengan jalan mengeluarkan macam-macam suara yang tidak berarti
(meraban). Kemudian orang disekitarnya mengajarkan kepadanya nama-
nama atau kata-kata tentang sesuatu secara teratur dalam situasi tertentu
sampai anak belajar mengasosiasikan (menghubung-hubungkan) suara-
suara tertentu dengan benda atau situasi (prilaku) tertentu. Misalnya, suara
“bapak” yang diucapkan anak secara kebetulan, kemudian oleh orang di
sekitarnya diulanginya apabila sang ayah hadir di dekatnya, maka
terjadilah asosiasi antara “bapak” dengan orangnya.
2. Pendapat kedua, justru sebaliknya, menurut teori ini suara bayi
tidaklah searah kebetulan tetapi mempunyai arti baginya karena suara-
suara itu mengekspresikan (menyatakan) perasaan-perasaannya.
Perkembangan selanjutnya dari belajar bahasa ini terjadi dengan jalan
meniru (imitasi).
2. Belajar Menguasai Pembuangan Kotoran Tubuh dan Memelihara
Kebersihan Tubuh
a. Hakikat tugas: Ada dua tugas yang pokok yakni:
1) Belajar buang air besar dan kecil pada waktu tempat yang telah
tersedia.
2) Memelihara kebersihan tubuh dan pakaian serta kesehatannya.
b. Dasar biologis: Saraf-saraf urinasi baru agak sempurna pada umur 2-4
tahun. Tentang buang air besar belum dapat ditentukan saat
kemasakannya secara belum tepat. Otot-otot dan rangka badan telah
cukup kuat untuk “kerja ringan”.

14
c. Dasar psikologis: Untuk melatih kebiasaan-kebiasaan kebersihan
(toilet-habits), yaitu:
1) Mengerti perlunya buang air dan dapat menguasainya secara pantas
dan beradab.
2) Melatih tanggung jawab untuk memelihara kebersihan dirinya sendiri,
dan mengenai kesehatan fisiknya.
d. Dasar sosiokultural:
1) Orang dewasa dan masyarakat menghendaki supaya anak-anak
mempunyai kebiasaan toilet yang baik dan dapat dilakukan sendiri
dengan bantuan secukupnya saja.
2) Kebiasaan toilet sebenarnya sudah awal mulainya ketika bayi pada
waktu-waktu tertentu telah “diatur” supaya buang air, dimandikan,
dibedaki, memakai pakaian, yang kesemuanya dikerjakan oleh ibu.
Setelah anak dapat berjalan, berangsur-angsur harus dapat dikerjakan
oleh anak sendiri.
Jangan terbiasa anak-anak dibiarkan buang air semaunya sendiri, badan
dan pakaiannya kumal (kotor), kulitnya mbesisik, rambutnya mawul-
mawul dan sebagainya. Akan tetapi, biasakan semuanya itu bersih dan
rapi. Bila kebersihan dan kerapian anak-anak terpelihara, sungguh-
sungguhlah anak itu sedap dipandang mata, sehingga pantaslah masa ini
disebut masa destetis.
3) Latihan toilet yang baik merupakan latihan kesusilaan yang pertama
bagi anak-anak. Hal ini akan berpengaruh kepada perkembangan
wataknya di kemudian hari. Melatih anak-anak berbuat dengan teliti,
dapat mengendalikan diri, mempunyai cita-cita hari depan dan berdiri
sendiri, pergi dan bangun tidur pun harus teratur.1
3. Belajar Mengenal Jenis Kelamin yang lain.
Melatih anak-anak untuk mempelajari perbedaan-perbedaan jenis
kelamin dan tingkah laku yang selaras dengan jenis kelaminnya. Tugas

1
Ki Fudyartanta, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 147-148.

15
perkembangan ini semata-mata bersifat sosiokultural. Oleh karena itu
mulai awal sekali anak harus mengenal jenis-jenis kelamin ini baik ciri-
ciri biologisnya maupun sosial kulturnya serta peranan-peranannya.
Pengenalan tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan
peranan dirinya serta penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik
dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda dengan dirinya. Dan hal
tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan
kepribadiannya.2
4. Mencapai Stabilitas Jasmaniah
Tugas perkembangan ini semata-mata bersifat biologis. Oleh karena
itu, sejak lahir sampai kira-kira umur 5 tahun tubuh anak-anak amat labil.
Suhu badan amat cepat berubah-ubah karena perangan-perangan yang
datang padanya. Baru setelah menginjak umur 5 tahun stabilitas jasmaniah
mulai menampak. Anak-anak sudah mulai tahan terhadap gangguan-
gangguan jasmaniah ringan.
5. Belajar pengertian-pengertian Objektif
Anak-anak harus mampu untuk membentuk pengertian-pengertian
yang sederhana mengenai realitas-realitas sosial dan alam. Tugas
perkembangan ini semata-mata psikologis, sebab pada anak-anak yang
telah dapat bercakap dengan lancar, timbulah dorongan ingin tahu
mengenai segala sesuatu disekitarnya, baik manusia lain maupun benda-
benda.Anak-anak mulai menemukan hukum-hukum dan aturan-aturan di
dunia ini. Ada nama-nama untuk manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan
benda-benda lainnya. Ada bermacam bentuk dan warna benda, yang
semua ini menjadi dasar intelek pada masa-masa pendidikannya.
6. Belajar Pergaulan Sosial
Pada tahap ini antara fase umur 2-6 tahun, menurut teori Vigotsky,
anak-anak lebih sering digambarkan sebagai makhluk social daripada

2
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/
PSIKOLOGI_PERK_ANAK.pdf. Diakses pada tanggal 24 Maret 2019.

16
dalam teori Piaget. Mereka mengembangkan cara-cara mereka dalam
berpikir dan pemahaman, terutama melalui interaksi sosial. Anak-anak
belajar bergaul dan menjalin hubungan dirinya sendiri secara emosional
dalam keluarga dengan orang tua, teman-temannya dan orang lain.
Dengan kemampuan bahasa dan sikap anak-anak dapat membagi
pengalamannya dengan orang lain, contohnya pengalaman tentang
bermain mobil-mobilan bagi anak laki-laki dan boneka bagi anak
perempuan. Selain itu anak-anak juga dapat meniru pola-pola tingkah laku
orang lain, contohnya dalam sebuah permainan sederhana “dia jadi
dokter”, “dia jadi pedagang”, dan sebagainya. Dalam tahap ini pula, anak-
anak diajarkan bagaimana berbuat sopan dan hormat terhadap orang tua,
saudara-saudaranya, tamu, demikian juga kepada teman-teman
sepermainannya. Pola pembelajaran berupa tingkah laku sosial dan
kesopanan-kesopanan ini amat besar pengaruhnya di kemudian hari bagi
anak tersebut.
7. Belajar norma-norma Sosial
Baik orang dewasa dan masyarakat menginginkan, anak-anak mulai
sanggup mengatakan hal-hal yang baik, dan menolak hal-hal yang buruk,
demikian juga dalam perbuatannya. Untuk itu, anak-anak diberi
pengenalan terhadap berbagai norma-norma, baik yang benar maupun
salah untuk dapat mengembangkan kata hatinya. Termasuk pengertian
benar-salah, indah-jelek, sopan-nista, secara dasar harus mulai diajarkan
kepada anak-anak. Mereka juga harus dilatih mengenal dan melaksanakan
kata hatinya (suara batinnya). Norma-norma kebenaran pada anak-anak
akan menjadi dasar perkembangan selanjutnya.
8. Belajar Otonomi Diri
Mempelajari suatu sikap atas dasar percaya terhadap diri sendiri,
dan perasaan otonomitas diri. Otonomitas diri yakni suatu sikap mandiri
dan menganggap anak-anak punya kebebasan atas dirinya sendiri. Sebagai
contoh, pada anak-anak mulai timbul dorongan untuk memperlihatkan

17
kemampuan-kemampuannya terhadap orang lain. Mereka juga bangga
karena berani keluar-masuk rumah dan bermain di tempat-tempat yang
jauh dari pengawasan orang tua. Serta pada tahap ini, sedikit demi sedikit
anak-anak biasanya mereka telah dapat disuruh untuk melakukan
pekerjaan tugas-tugas yang ringan baik sendiri maupun bersama-sama.
Orang dewasa dan masyarakat menuntut bahwa anak-anak menjelang
umur 6-7 tahun sudah dapat diberi tugas-tugas pekerjaan rumah tangga
yang ringan, misalnya menyapu lantai rumah dan membuang sampah
makanan ke tempat sampah.
9. Belajar Membentuk Kata Hati.
Pada tahap ini, anak-anak dilatih untuk dapat menemukan kepuasan
atas dirinya sendiri dengan bimbingan orang dewasa dan tidak ceroboh,
misalnya memilih alat-alat permainan yang sesuai dengan umurnya dan
tidak membahayakan diri sendiri. Selain itu, pikiran-pikiran mereka mulai
berkembang, timbul berbagai inisiatif, saling mengidentifikasi, ingin
berkuasa, dan sebagainya. Pada anak perempuan, dorongan imitasi kuat
terhadap suatu hal, misalnya anak perempuan dapat meniru tingkah laku
dan sikap ibunya yaitu lemah lembut, menarik dan bersikap tak langsung
bila menginginkan sesuatu. Begitu juga berlaku bagi anak laki-laki,
mereka secara tidak langsung harus mulai menirukan tingkah laku dan
sikap ayahnya yaitu menjadi anak laki-laki yang gentle, tidak mudah
cengeng, berani jika merasa benar, berlatih bertanggung jawab atas apa
yang telah dilakukannya, dan sebagainya.
Orang tua sebagai pembimbing dan pengawas bagi anak-anaknya
harus mulai membantu anak-anak dalam timbulnya inisiatif dan kata hati
mereka. Kata hati atau yang sering disebut suara hati, telah terbentuk
ketika super ego berkembang. Menurut teori psikoanalisa tentang
perkembangan moral. Super ego adalah sebuah perkembangan moral pada

18
anak yang telah memiliki sistem nilai dan juga moral3. Ada dua alternatif
orang tua sebagai tokoh utama dalam pembentukan inisiatif kata hati,
yakni:
a) Sebagai pendorong, dengan membantu anak-anak menanamkan
inisiatif dan kata hati yang positif misalnya ingin tahu, hati terbuka,
mencoba hal-hal yang baru dan sebagainya.
b) Sebagai penentang, dan menekan rasa ingin tahu dan inisiatif,
sehingga tertanamlah pada anak-anak kata hati yang kaku dan buruk,
yang tidak memberi kemungkinan untuk mempercayai apa dan
siapapun dari dorongan-dorongan psikologisnya4.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembahasan tentang masa neonatus dan kanak-kanak dibagi ke dalam 4 sub
bab pembahasan, yang satu dengan lainnya saling terkait dan berhubungan.
Pertama, pembahasan tentang masa pertumbuhan neonatus dan kanak-kanak. Masa
ini terdiri dari masa bayi menyusu, dari rentang umur 0 tahun (belum 1 bulan)
hingga umur 1 tahun. Masa kanak-kanak atau masa bermain, dari umur 1 tahun
hingga umur 6 tahun. Dalam masa ini termasuk masa prasekolah antara umur 4
sampai 6 tahun.kedua, kemudian diikuti oleh masa bayi penyusu antara rentang
umur 0 bulan sampai 6 atau 7 bulan. Masa ini adalah masa di mana bayi hanya
mendapatkan asupan makanan berupa air susu ibu (ASI). Pada masa ini makanan
3
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, PERKEMBANGAN FISIK, KOGNITIF,
DAN PSIKOSOSIAL PADA MASA KANAK-KANAK AWAL 2-6 TAHUN, (Jurnal Ar-Raniry: 2017)
Vol. III, No. 1, 31.
4
Ki Fudyartanta, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016) 150-151.

19
terbaik pada masa anak menyusu ialah air susu dari ibunya sendiri. Oleh karena
itu, untuk menjaga kesehatan bayi, maka makanan ibu harus teratur dan tersusun
baik menu gizinya, supaya semua zat dan vitamin yang diperlukan didalam
pertumbuhan bayi terpenuhi. Ketiga, tugas perkembangan pada akhir masa
menyusu. Masa ini terjadi pada akhir masa menyusu yang terdiri dari fase berdiri
dan berjalan, belajar makan makanan padat, dan masa anak bermain. Keempat,
tugas perkembangan pada masa kanak-kanak antara umur 2 – 6 tahun, yang terdiri
dari fase di mana anak-anak belajar pergaulan sosial, norma-norma sosial, otonomi
diri (mandiri) dan membentuk kata hati.

DAFTAR PUSTAKA

Fudyartanta, Ki. 2011. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry. 2017. PERKEMBANGAN


FISIK, KOGNITIF, DAN PSIKOSOSIAL PADA MASA KANAK-KANAK AWAL 2-6
TAHUN, (Jurnal Ar-Raniry) Vol. III, No. 1, 31.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-
ERNAWULAN_SYAODIH/PSIKOLOGI_PERK_ANAK.pdf. Diakses pada tanggal
24 Maret 2019.

20
21

Anda mungkin juga menyukai