Anda di halaman 1dari 46

Nama : Syafrina Yanti

Nim:

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri


Profesional dan Pedagogik

Judul Modul 1 PENDIDIKAN KHUSUS


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Paradigma pendidikan anak berkebutuhan khusus
2. Pendidikan Segregasi
3. Pendidikan inklusif
4. Pendidikan khusus sebagai ilmu dan profesi
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang KB.1 Paradigma pendidikan anak berkebutuhan
dipelajari khusus

1. Pendidikan kebutuhan khusus


Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
mengalami hambatan perkembangan, hambatan
belajar dan memiliki kebutuhan khusus dalam
pendidikan, yang diakibatkan oleh faktor internal
dan eksternal atau kombinasi dari keduanya,
sehingga diperlukan adaptasi dan modifikasi dalam
pembelajaran (tujuan, bahan, metode/media, dan
penilaian).

2. Sejarah pendidikan khusus


 Masa peradaban kuno
pada abad-abad permulaan Masyarakat
Yunani, Romawi, dan Sparta mengagungkan
kebugaran jasmani, kekuatan, kecerdasan,
kegagahan, kecantikan, dan keberanian. Hal
ini mendorong tindakan pembinasaan
penyandang cacat, karena dianggap menjadi
kendala dalam pembentukan bangsa yang
lebih kuat dan sempurna, ada dewan yang
bertugas memeriksa bayi yang lahir. Jika
ditemukan tanda-tanda kecacatan, bayi
dilemparkan ke jurang yang dalam atau
dibiarkan mati di huntan belantara.

 Masa abad pertengahan


Abad pertengahan merupakan abad yang
menyedihkan bagi penyandang cacat,
meskipun hak untuk hidup dsudah diakui
oleh masyarakat.

 Masa abad ke 18 sampai abad 21


Abad XVIII ditandai dengan perluasan
bentuk pelayanan sosial bagi penyandang
cacat dari upaya perawatan menjadi layanan
pendidikan. Meskipun telah adabeberapa
upaya mendidik penyandang cacat sejak abad
XVI, pendidikan formal bagi ALB baru
muncul pertama kali pada abad XVIII.

 Perkembanagan layanan pendidikan bagi


setiap jenis kecacatan yaitu:
 Pend. Bagi anak tuna rungu
 Pend. Bagi anak netra
 Pend. Anak tuna grahita
 Pend.bagi anak tuna laras
 Pend. Anak tuna daksa

3. Landasan penyelenggaraan pendidikan berkebutuhan


khusus yaitu:
 Landasan filosofi
Landasan filosofis pendidikan adalah nilai-
nilai dan keyakinan-keyakinan filosofis yang
menjiwai, mendasari dan memberikan
identitas suatu sistem pendidikan. Landasan
filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis
yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi
dan praktek pendidikan.

 Landasan psikologis
Psikologi adalah satu landasan pokok dari
pendidikan. Antara psikologi dengan
pendidikan merupakan satu kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek
pendidikan adalah manusia, sedangkan
psikologi menelaah gejala-gejala psikologis
dari manusia.

 Landasan sosiologis
Dalam kehidupan bermasyarakat anak
berkebutuhan khusus yang juga merupakan
warga masyarakat berhak untuk dapat terlibat
saling membantu dan memfasilitasi satu
sama lain untuk maju dan berkembang
supaya terbangun kehidupan yang
berkualitas.

 Landasan yuridis
 UUD 1945 BAB XIII pendidikan
pasal 31
1) Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pendidikan dan
pengajaran.
2) Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu system
pengajaran nasional yang diatur
dengan undang-undang.
 UU no. 20 tahun 2003
Pada BAB IV Pasal 5 Undang-
undang No. 20 Tahun 2003
disebutkan bahwa:
1) Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu.
2) Warga negara yang memiliki
kelaianan fisik, emosional,
mental, intelektual, dan/atau
sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus.
3) Warga negara di daerah
terpencil atau terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil
berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus

KB.2 Pendidikan Segregasi


1. Pendidikan segregasi yaitu suatu sistem
pendidikan dimana sekolah penyelenggara
pendidikan memisahkan peserta didik
berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan
reguler.
2. Bentuk satuan pendidikan segregasi
Bentuk satuan pendidikan khusus pada jalur
formal terdiri atas Taman Kanak – kanak Luar
Biasa/Raudatul Atfal Luar Biasa (TKLB/RALB),
Sekolah Dasar Luar Biasa/Madrasah Ibtidaiyah
Luar Biasa (SDLB/MILB), Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa /Madrasah Tsanawiyah Luar
Biasa (SMPLB/MTsLB), Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa /Madrasah Aliyah Luar Biasa
(SMALB/MALB) dan/atau bentuk lain yang
sederajat.
Bentuk satuan pendidikan segregasi bagi anak
berkebutuhan khusus di Indonesia adalah
Sekolah Luar Biasa (SLB).

3. Prinsip-prinsip pendidikan segregasi


 Prinsip individualisme: Prinsip ini meyakini
bahwa ABK memiliki kondisi dan kebutuhan
yang berbeda-beda sehingga tidak dapat
disatukan dengan peserta didik pada
umumnya.
 Prinsip fungsionalisasi: Prinsip ini
menekankan bahwa pendidikan bagi ABK
lebih mengutamakan pada pengetahuan,
sikap dan keterampilan fungsional untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan kemandiriannya.
 Prinsip fleksibilitas: rinsip ini menekankan
bahwa kurikulum yang digunakan bagi
PDBK harus bersifat fleksibel yang sewaktu-
waktu dapat diubah dan disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan PDBK.

Tujuan pendidikan segregasi adalah


1. Untuk menyediakan layanan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
peserta didik berkebutuhan khusus.
2. peserta didik berkebutuhan khudus dapat
mengembangkan potensinya secara optimal.
3. Untuk memudahkan dalam pengelolaan
pembelajaran di kelas

4. Landasan pendidikan segregasi


 Landasan yuridis yaitu
 Landasan psikologis yaitu Individu yang
memiliki hambatan intelektuan, fiksik, motoric,
sosial dan emosi secara signifikan jika
dibandingkan dengan individu pada umumnya
(normal) memiliki perbedaan yang sangat
beragam, oleh sebab itu perlu dikalsifikasikan.
 Landasan pedagogis yaitu Individu dengan
hambatan intelektual, fisik, motorik, sosial dan
emosi membutuhkan dukungan dan/atau
bantuan dari pihak lain agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.

5. Kelebihan pendidikan segregasi


 Ada rasa ketenangan pada anak luar biasa,
karena keadaan yang homogeny
 Komunikasi yang mudah dan lancar.
 Metode pembelajaran yang khusus sesuai
dengan kondisi dan kemampuan anak.
6. kekurangan pendidikan segregasi
o Perkembangan sosial dan emosi anak kurang
optimal, karena sosialisasi terbatas
o Penyelenggaraan pendidikan yang relative
mahal
o Bebas bersaing
o Egoistik, menumbuhkan kesenjangan kualitas
pendidikan
o Efektif dan efisien untuk kepentingan individu
o Menumbuhkan disintegrasi
o Tidak terikat
o Mahal dan butuh fasilitas banyak spesifik dan
spesialis
o Memperlemah persatuan nasional
o Potensial untuk pengembangan otonomi.

7. Pelaksanaan pendidikan segregasi di indonesia


 Pelaksanaan layanan pendidikan segregasi
yang disebut sekolah luar biasa atau sekolah
khusus, pada dasarnya dikembangkan
berdasarkan pada Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) No.2 tahun
1989.
 Bentuk pelaksanaannya diatur melalui pasal-
pasal dari Peraturan Pemerintah (PP) No.
72/91. Pasal 4 menyebutkan bahwa Satuan
Pendidikan Dasar berupa: Sekolah Dasar
Luar Biasa (SDLB), Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB), serta
Satuan Pendidikan Menengah adalah Sekolah
Menengah Luar Biasa (SMLB).

KB 3. Pendidikan inklusif
1. Pendidikan inklusif merupakan pendidikan
yang menghargai perbedaan peserta didik dan
memberikan layanan kepada setiap peserta
didik sesuai dengan kebutuhannya, pendidikan
yang tidak diskriminatif. Pendidikan yang
memberikan layanan terhadap semua peserta
didik tanpa memandang kondisi fisik, mental,
intelektual, sosial, emosi, ekonomi, jenis
kelamin, suku, budaya, tempat tinggal, bahasa
dan sebagainya.

2. Prinsip-prinsip pendidikan inklusif


 Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu:
merupakan strategi peningkatan mutu,
karena model pembelajaran inklusif
menggunakan metodologi pembelajaran
bervariasi yang bisa menyentuh pada semua
anak dan menghargai perbedaan.

 Prinsip kebutuhan individual : setiap anak


memiliki kemampuan dan kebutuhan yang
berbeda-beda oleh karena itu pendidikan
harus diusahakan untuk menyesuaikan
dengan kondisi anak.
 Prinsip kebermaknaan: pendidikan inklusif
harus menciptakan dan menjaga komunitas
kelas yang ramah, menerima
keanekaragaman dan menghargai
perbedaan.
 Prinsip berkelanjutan: pendidikan inklusif
diselenggarakan secara berlanjut pada
semua jenjang pendidikan.
 Prinsip keterlibatan: penyelenggaraan
pendidikan inklusif harus melibatkan
seluruh komponen pendidikan terkait.
3. Tujuan pendidikan inklusif
 Memberikan kesemp[atan yang seluas-
luasnya kepada semua peserta didik yang
memilki kelaian fisik mental dan
emosional
 Mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan yang menghargai keaneka
ragaman peserta didik.
4. Landasan pendidikan inklusif
 Landasan internasional :
 Nasional
5. Pelaksanaan pendidikan inklusif di Indonesia
Factor utama dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusif yaitu:
 Sikap dan dukungan pemerintah
 Kemauan dan komitmen sekolah
 Ketersedian saranan dan alat pendukung
 Ketersediaan sumber daya manusia
 Ketersedian system dan aturan main
 Penyesuaian kurikulum dan
pembelajaran
6. Kelebihan pendidikan inklusif
 Membuka peluang yang luas kepada
anak berkebutuhan khusus untuk
mendapatkan layanan pendidikan,
 Pendidikan inklusif memberikan
pelajaran sosial yang berharga bagi anak
berkebutuhan khusus juga bagi anak
regular, dan masyarakat umum lainnya.
Pelaksanaan pendidikan khusus yaitu
pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus akan lebih efisien karena tidak
harus mendirikan sekolah khusus yang
membutuhkan kelengkapan yang serba
khusus dengan biaya yang cukup besar.

Kekurangan pendidikan inklusif:


 Guru Pendidikan Khusus belum tersedia secara
memadai di sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif
 Sarana prasarana belum sepenuhnya sesuai
dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus
 Guru-guru belum semuanya memiliki
pemahaman dan keterampilan yang memadai
untuk menangani anak berkebutuhan khusus.
 Sikap dan perilaku masyarakat sekolah belum
sepenuhnya kondusif terhadap pelaksanaan
pendidikan inklusif.
 Terbatasnya aksesibilitas bagi peserta didik
berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.
 Standar operasional prosedur pelaksanaan
pendidikan inklusif
 Belum adanya budaya kerjasama antar tenaga
professional di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif.

KB.4 Pendidikan khusus sebagai ilmu dan profesi


1. Pendidikan khusus sebagai sebuah ilmu
 Makna pendidikan
 Pengertian pendidikan khusus
 Makna ilmu
 Pendidikan khusus sebagai ilmu
o Ortopedagogik sebagai aplikasi
teori ilmu lain
o Ortopedagogik sebagai bagian
pedagogik
o Ortopedagok sebagai ilmu yang
otonom
o Ilmu-ilmu penunjang
ortopedagogik
 Pendidikan kebutuhan khusus sebagai
disiplin ilmu memiliki fungsi:
o Fungsi prefentif
o Fungsi intervensi
o Fungsi kompensasi
2. Pendidikan khusus sebagai profesi
A. Pengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikan yaitu
1) Adanya pengetahuan khusus adanya
kaedah dan standar moral yang tinggi
2) Mengabdi pada kepentingan
masyarakat
3) Adanya izin khusus untuk menjalanu
suatu profesi
4)
B. Pendidikan khusus sebagai profesi
Seorang dapat dikatakan pendidik khusus
minimal memilki:
1) Standar kompetensi guru pendidik khusus
dikembangkan sevara khusus dari empat
kompetensi guru.
2) Standar kompetensi guru khusus
mencakupp kompetensi inti yang
dikembangkan menjadi kompetensi guru
kelas SLB.
3) Kompetensi inti guru pendidik khusus
menyesuaikan kompetensi guru umum
2 Daftar materi yang sulit 1. Landasan pendidikan inklusif
dipahami di modul ini 2. Landasan pendidikan segregasi
3 Daftar materi yang sering 1. Pendidikan khusus sebagai sebuah ilmu
mengalami miskonsepsi 2. Ilmu penunjang ortopedagogik
3. Ortopedagogik sebagai bagian ilmu pedagok

Judul Modul 2 Pendidikan Bagi Anak Dengan Hambatan


Penglihatan

Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Hambatan Penglihatan


2. Program Kebutuhan Khusus Braille Dan
Teknologi Asistif
3. Program Kebutuhan Orientasi Mobilitas,
Sosial, & Komunikasi (Omsk)
4. Pembelajaran Bagi Anak Dengan
Hambatan Penglihatan
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari KB.1
1. Hambatan Penglihatan
o Definisi Legal:
Definisi legal terutama dipergunakan oleh
profesi medis untuk menentukan apakah
seseorang berhak memperoleh akses
terhadap keuntungan-keuntungan tertentu
sebagai mana diatur oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku,
seperti jenis asuransi tertentu, bebas
bea transportasi, atau untuk menentukan
perangkat alat bantu yang sesuai dengan
kebutuhannya, dsb.
o Definisi Pendidikan
Hambatan penglihatan adalah seseorang
yang tidak dapat mempergunakan
penglihatannya untuk pendidikan, sehingga
untuk mengikuti pendidikan ia memerlukan
pendekatan dan metode khusus serta alat
bantu yang dimodifikasi ataupun alat bantu
khusus yang tidak digunakan oleh anak-anak
awas.
o Definisi social
Ditinjau dari segi sosial: hambatan
penglihatan adalah orang yang tidak sanggup
ikut serta dalam kehidupan yang dilakukan
orang-orang awas pada umumnya
2. Klasifikasi Hambatan Penglihatan
1) klasifikasi berdasarkan tingkat ketajaman
penglihatan
 Hambatan penglihatan Ringan (defective
Vision), yaitu mereka yang mengalami
kekurangan daya penglihatan ringan,
seperti: rabun senja, juling, dan myopia.
 Hambatan penglihatan Setengah Berat
(partially sighted/low vision), yaitu
mereka yang kehilangan sebagian
penglihatannya.
 Hambatan penglihatan Berat (totally
blind), yaitu mereka yang sama sekali
tidak dapat melihat atau kemampuan
melihatnya sangat parah, sehingga
masyarakat pada umumnya menyebut
buta
2) Klasifikasi berdasarkan tingkat sisa
penglihatan
 Buta Total (visus 0);
 Masih memiliki persepsi cahaya (visus
2/200 sd 5/200);
 Masih memiliki persepsi objek (visus
5/200 sd 10/200);
 Kurang lihat (low vision/partially sighted).

3) Klasifikasi berdasarkan waktu terjadinya,


yaitu hambatan penglihatanan.
Klasifikasi Berdasarkan waktu terjadinya,
yaitu hambatan penglihatanan:
a) lahir/prenatal (sejak dalam
kandungan)hambatan penglihatanan terjadi
karena kasus ibu hamil yang mengidap
penyakit menular ke janin, saat hamil terjatuh,
keracunan makanan atau obat, usaha
engguguran/aborsi, serangan virus misalnya
taxoplasma, bisa juga karena herediter.
b) Sekitar saat kelahiran (natal)
- Hambatan penglihatanan bisa terjadi pada
proses kelahiran yang sulit sehingga
menggunakan alat bantu kelahiran alat
sedot, penjepit, dll, proses kelahiran yang
lama sehingga bayi terjepit dan
kekurangan oksigen, terkena virus GO
- Masa balita
- Usia Sekolah;
- Masa Remaja;
- Masa Dewasa;
- Masa Tua
4) Klasifikasi berdasarkan lapangan penglihatan.
Klasifikasi Berdasarkan lapangan penglihatan,
terdapat tiga kategori yaitu memiliki
kemampuan melihat:
a) Ke samping (peripheral vision)
b) Ke tengah(central vision)
c) Cerobong (tunnel vision)
Klasifikasi ini menentukan bentuk pelayanan
pendidikan.
5) Klasifikasi Pedagogis
- Anak hambatan penglihatan pra sekolah,
yaitu anak-anak yang berusia kurang dari
lima tahun atau disebut anak hambatan
penglihatan balita.
- Anak hambatan penglihatan usia
sekolah, yaitu anak hambatan
penglihatan yang berusia enam
tahun sampai delapan belas tahun yang
mengikuti pendidikan formal.
- Anak hambatan penglihatan yang berusia
lima belas tahun ke atas yang sudah atau
belum pernah mengikuti pendidikan
formal serta belum bekerja.

3. Identifikasi dan Asesmen Anak dengan


hambatan penglihatan
1) Identifkasi anak dengan hambatan
penglihatan dimaksudkan merupakan suatu
usaha seseorang (orang tua, dokter mata,
guru, maupun tenaga kependidikan lainnya)
2) Gejala-gejala anak dengan hambatan
Penglihatan
3) Asesmen Ketunanetraan
4) Asesmen Kemampuan Akademik Anak
dengan hambatan penglihatan
5) Asesmen Keterampilan Anak dengan
hambatan penglihatan
e. Penyebab ketunanetraan
- Faktor Internal : merupakan penyebab
ketunanetraan yang timbul dari dalam diri
individu, yang sering disebut juga faktor
keturunan. Faktor ini kemungkinan besar
terjadi pada pernikahan antar keluarga
dekat dan pernikahan antar tunanetra.
- Faktor Eksternal: merupakan faktor
penyebab ketunanetraan yang berasal dari
luar diri individu. Penyebab ketunanetraan
pada faktor ini dikelompokkan menjadi
beberapa yaitu
1. Penyakit Rubella dan Sypilis
2. Glaukoma
3. Retinopati Diabetes
4. Retinoblastoma
5. Kekurangan Vitamin A
6. Terkena virus
7. kecelakaan
Karakteristik Hambatan Penglihatan
1. Karakteristik Anak Dengan Hambatan
Penglihatan dalam Aspek Akademis Hambatan
penglihatanan secara langsung berpengaruh
pada perkembangan dan belajar dalam hal yang
bervariasi. Lowenfeld menggambarkan
dampak kebutaan dan low vision terhadap
perkembangan kognitif, dengan
mengidentifikasi keterbatasan yang mendasar
pada anak dalam tiga area berikut ini:
a) Tingkat dan keanekaragaman
pengalaman
b) Kemampuan untuk berpindah tempat.
c) Interaksi dengan lingkungan.
2. Karakteristik Anak Hambatan penglihatan
dalam Aspek Pribadi dan Sosial
- Curiga pada orang lain
- Mudah tersinggung
- Ketergantungan pada orang lain

Kebutuhan Khusus Anak Dengan Hambatan


penglihatan
Untuk memenuhi kebutuhan hambatan
penglihatan, sekolah atau lembaga pendidikan
bagi hambatan penglihatan menyiapkan program
pemenuhan kebutuhan tersebut dalam bentuk
kurikulum.

KB.2
a. Materi yang dapat dipelajari dalam kegiatan
belajar 2 meliputi:
- Sejarah Perkembangan Sistem Tulisan
bagi Tunanetra
- Simbol Braille untuk sejumlah bahasa
yang tidak menggunakan abjad Latin
dikembangkan sejak awal abad ke-20. Ini
mencakup symbol Braille bahasa Jepang,
Cina, Arab, dll.
- Perkembangan lainnya adalah penyusunan
system tulisan singkat Braille. Sejak
diciptakan, disadari bahwa salah satu
kekurangan utama system Braille adalah
ukuran hurufnya yang besar. Ukuran
standar sebuah karakter Braille adalah
sekitar 4 mm lebar dan 6 mm tinggi
dengan ketebalan sekitar 0,4 mm. Ukuran
ini ideal untuk diidentifikasi dengan ujung
jari, tetapi mengakibatkan buku Braille
menjadi sangat besar, makan tempat untuk
penyimpanannya, dan tidak nyaman untuk
dibawa-bawa. Di samping itu, pembaca
Braille yang berpengalaman pun tidak
dapat membaca Braille secepat rekan-
rekanya yang awas.

b. Braille Dasar
1) Abjad Braille
Abjad Braille dibentuk dengan pola yang
logis sehingga mudah dihafal. Sepuluh
huruf pertama ( a sampai j ) hanya
menggunakan titik 1, 2, 4, dan 5. Dengan
kata lain, sepuluh huruf pertama tersebut
hanya menggunakan “tanda atas”. Dengan
menghafal sepuluh huruf pertama ini,
huruf-huruf lainnya dapat “dikalkulasi”
dengan mudah.

2) Tanda Komposisi
- Nomor titik untuk tanda-tanda di atas
adalah sebagai berikut. Tanda titik =
titik 2-5-6
- Tanda koma = titik 2
- Tanda titik koma = titik 2-3
- Tanda titik dua = titik 2-5
- Tanda Tanya = titik 2-3-6
- Tanda seru = titik 2-3-5
- Tanda kutip buka = titik 2-3-6
- Tanda kutip tutup = titik 3-5-6

3) Tanda Baca
Secara umum, tanda-tanda ini mempunyai
fungsi yang sama dengan padanannya
dalam tulisan awas. Namun demikian,
terdapat beberapa kekhasan yang perlu
anda perhatikan sebagai berikut.
a. Tidak seperti dalam tulisan awas,
tanda kutip buka dan kutip tutup
dalam Braille mempunyai bentuk
yang berbeda
b. Di pihak lain, Braille tidak
membedakan bentuk tanda kurung
tutup dan kurung buka.
c. Dalam tulisan awas, tanda elipsis
sama dengan tiga buah tanda titik,
sedangkan dalam Braille, tanda
ellipsis sama dengan tiga buah tanda
apostrof.
4) Tanda Angka
C. Penggunaan Alat-alat Tulis Braille dan Format
Braille
1) Penggunaan Reglet
2) Penggunaan Mesin Tik Braille
3) Penggunaan Printer Braille
4) Format Braille
5) Tabel
6) Gambar
7) Catatan Kaki
8) Garis Tutup
9) Surat Resmi Braille
D. Braille Matematika
1) Bilangan Besar, Desimal, dan Pecahan
2) Tanda-tanda Operasi Hitung
3) Tanda-tanda Ukuran
4) Penggunaan Komputer untuk Data
Matematika
5) Braille Arab
6) Mengenal Huruf Arab Braille
(Hijaiyyah)

E. Huruf Lanjutan
Nomor titik-titik untuk tanda-tanda Braille
pada tabel 4.1 di atas adalah sebagai berikut:
- Tanda sama dengan = titik 2-5, 2-5.
- Tanda kali = titik 1-6.
- Tanda bagi = titik 3-4, 3-4.
- Tanda tambah = titik 2-6.
- Tanda kurang = titik 3-5.
- Tanda kurung buka = titik 2-4-6.
- Tanda kurung tutup = titik 1-3-5.
- Tanda kuadrat = titik 1-2-6.
- Tanda pangkat 3 = titik 1-4-6.

3) Tanda-tanda Harkat & Tanda Baca


4) Tata cara Penulisan Huruf Arab Braille

KB.3
Materi yang dapat dipelajari dalam kegiatan
belajar 3 meliputi:

- Adanya hambatan penglihatan pada


seorang anak akan menyebabkan adanya 3
- (tiga) keterbatasan pokok yaitu :
Keterbatasan dalam konsep dan
pengalaman baru, keterbatasan interaksi
dengan lingkungan dan keterbatasan dalam
mobilitas.
- Karena itu untuk dapat mengatasi
keterbatasan sehingga anak tunanetra
dapat akses kedalam berbagai aspek
kehidupan dibutuhkan penguasaan
keterampilan kompensatoris.
- Keterampilan yang dapat mengkompensasi
keterbatasan dasar tunanetra meliputi:
Ketrampilan komunikasi, keterampilan
sosial dalam kehidupan sehari-hari dan
keterampilan orientasi dan mobilitas.
- Keteramillan Komunikasi dan
keterampilan social hanya dapat dilakukan
dan berfungsi baik dalam kehidupan bila
anak dapat bergerak dengan bebas mandiri,
efektif dan efisien.
-
Teknik pendamping awas dan melindungi diri;

1. Teknik Dasar Untuk Pendamping Awas


anak dengan hambatan penglihatan
menggunakan pendamping awas di dalam
melakukan perpindahan tempat, serta
bagaimana hubungan yang harus ada di
antara anak dengan hambatan penglihatan
dan pendampinagnya sehingga tercipta
kemudahan di kedua belah pihak dalam
melakukan gerak (mobilitas).
a. Teknik Dasar Untuk Pendamping
Awas
- Membuat Kontak
- Cara Anak dengan hambatan
penglihatan Memegang Pendamping
Awasnya
- Posisi Anak hambatan penglihatan
dengan Pendamping
b. Teknik Melewati Jalan Sempit
 Pintu membuka menjauh dari kita ke
sebelah kanan
 Pintu membuka mendekat ke arah kita
ke sebelah kanan.
 Pintu membuka menjauh dari kita ke
sebelah kiri
 Pintu membuka mendekat dari kita ke
sebelah kiri.
Teknik jalan sempit ini digunakan apabila
pendamping melewati suatu jalan yang lebarnya
tidak memugkinkan untuk di lalui secara normal
oleh dua orang. Sikap dengan hambatan
penglihatan dan sikap pendamping dalam teknik
ini adalah sebagai berikut:
1) Pendamping menarik ke belakang
langannya yang dipegang anak dengan
hambatan
2) penglihatan ke sebelah dalam.
3) Tunaneta memberikan respons dengan
meluruskan tangannya yang memegang
4) lengan pendamping, sehingga posisi badan
dengan hambatan penglihatan berada tepat
di belakang badan pendamping dengan
jarak satu langah penuh.
5) Apabila pendamping kembali pada posisi
biasa yaitu mengembalikan posisi
lengannya seperti biasa, maka dengan
hambatan penglihatan pula kembali pada
posisi semula dan berada setengah langkah
di belakang pendamping dengan posisi di
samping pendamping.

2. Teknik Melewati Jalan Sempit


3. Teknik Melewati Pintu Tertutup
4. Teknik Memindahkan Pegangan Tangan
Mengenal langkah-langkah dari teknik
memindahkan pegangan tangan adalah
sebagai berikut:
 Tangan anak hambatan penglihatan
yang bebas memegang lengan
pendamping sehingga tangan kiri dan
kanan anak hambatan penglihatan
bersatu pada lengan pendamping.
 Tangan anak hambatan penglihatan
yang pertama memegang lengan
pendamping dilepaskan, sambil
menggeser ke arah dalam
pendamping.
5. Teknik Berbalik Arah
Teknik berbalik arah dilakukan oleh karena
berbagai sebab, antara lain:
- Situasi jalan yang tidak memungkinkan
untuk dilalui sehingga mengharuskan untuk
kembali, miisalnya karena jalan buntu.
- Karena kehendak pendamping, atau
kehendak anak hambatan penglihatan
sendiri.

6. Teknik Duduk Di Kursi


Ada beberapa perbedaan dalam cara
mendudukan anak hambatan penglihatan di
kursi dengan meja dan kursi tanpa meja.
- Teknik duduk di kursi tanpa meja
- Teknik duduk di kursi dengan meja

7. Teknik Naik Tangga


Teknik anak hambatan penglihatan menaiki
tangga bersama pendamping awas adalah
sebagai berikut:
1) Pendamping mendekati pinggiran tangan
sambil menjelaskan pada anak hambatan
penglihatan bahwa akan naik tangga.
2) Setelah mendekati tangga dan kaki
pendamping menyentuh pinggiran tangga,
pendamping berhenti. Posisi anak
hambatan penglihatan tetap berada
setengah langkah di depan pendamping.
3) Salah satu kaki pendamping naik
menginjak anak tangga pertama, dengan
naiknya salah satu kaki pendamping pada
tangga pertama, badan dengan hambatan
penglihatan tertarik ke depan sehingga kaki
anak hambatan penglihatan maju setengah
langkah dan diharhapkan menemukan
pinggiran tangga.
4) Setelah pendamping mengetahui dan yakin
anak hambatan penglihatan telah
menyentuh pinggiran tangga pertama dan
sadar maka selanjutnya pendamping
melangkahkan kaki berikutnya (yang satu)
ke tangga berikutnya dan di ikuti oleh anak
hambatan penglihatan melangkahkan satu
kakinya ke tangga pertama. Demikian
seterusnya, dan posisi anak hambatan
penglihatan tetap berada satu tangga di
belakang pendamping.
5) Setelah pendamping berada di puncak
tangga, maka pendamping berhenti sejenak
dan mengatakan bahwa tangga sudah habis.

8. Teknik Turun Tangga


Mengenai langkah-langkah teknik menuruni
tangga adalah sebagai berikut:
1) Pendamping mendekati tangga dan
menjelaskan pada anak hambatan
penglihatan bahwa akan menuruni
tangga.
2) Setelah berhenti di pinggir tangga
pendamping menarik lengan yang
dipegang anak hambatan penglihatan ke
depan sehingga tertarik setengah
langkah dan posisinya
3) Setelah pendamping yakin bahwa
dengan hambatan penglihatan sudah
merasakan pinggiran tangga, maka
pendamping melangkah menuruni
tangga.
4) Sewaktu dalam proses menuruni tangga,
anak hambatan penglihatan tetap berada
satu tangga di belakang pendamping
5) Dengan anak hambatan penglihatan
harus menjaga posisi tegak dari badan
dengan titik pusat berat badan jatuh pada
tumit.
9. Teknik Memasuki Kendaraan
- Setelah sampai di depan pintu mobil,
pendamping menjelaskan bagaimana
posisi pintu dan ke arah mana pintu
itu akan membuka, apakah ke kiri
atau ke kanan dari posisi anak
hambatan penglihatan.
- Pendamping menunjukan pada
dengan anak hambatan penglihatan
pegangan pintu mobil.
- Dengan tangan yang memegang
pegangan pintu mobil tersebut anak
hambatan penglihatan membuka
pintu.
- Setelah pintu terbuka pendamping
mengambil tangan anak hambatan
penglihatan yang bebas dan
dipegangkan pada pinggiran pintu
(kusen) terutama bagian atas pintu
- Setelah tahu posisi masing-masing,
anak hambatan penglihatan masuk ke
mobil dan pendamping mengikutinya
dari belakang.
10. Pelaksanaan Teknik-Teknik Bergerak dan
Melawat Mandiri
o Teknik Tangan Menyilang ke Atas
o Teknik Tangan Menyilang Ke Bawah
o Teknik Merambat/Menelusuri
o Teknik Tegak Lurus Dengan Benda
o Teknik Mencari Benda Jatuh

KB. 4
A. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bagi Anak
Dengan Hambatan Penglihatan
1) Hakikat Prinsip Pembelajaran bagi Anak
dengan hambatan penglihatan
pembelajaran bagi anak dengan hambatan
penglihatan.
merupakan proses interaksi antara
peserta didik hambatan penglihatan
dengan lingkungannya, dan atau proses
penciptaan sistem lingkungan yaitu
seperangkat peristiwa yang dirancang
untuk mendorong, menggiatkan,
mendukung dan memungkinkan
terjadinya pembelajaran bagi anak
hambatan penglihatan, sehingga terjadi
perubahan perilaku anak dengan
hambatan penglihatan ke arah yang lebih
baik.
2) Prinsip Pembelajaran bagi Anak dengan
hambatan penglihatan.
- Prinsip Individual
Prinsip individual ini merupakan
prinsip umum dalam pelaksanaan
pembelajaran baik dalam konteks
pendidikan khusus maupun
pendidikan umum. Guru dituntut
untuk memperhatikan perbedaan
individu siswa atau peserta didik.
- Prinsip Kekonkritan (Pengalaman
Penginderaan)
- Prinsip Totalitas
- Prinsip Aktivitas Mandiri
B. Pengembangan Konsep Pada Anak Dengan
Hambatan Penglihatan
- Hakikat Pengembangan Konsep:
Pengembangan konsep adalah proses
penggunaan informasi sensoris
(sensory information) untuk
membentuk suatu gambaran ruang
(space) dan lingkungan
- Pengajaran Konsep pada Anak dengan
hambatan penglihatan
- Pengembangan konsep merujuk kepada
pemahaman dasar yang diperlukan
untuk memahami dunia seseorang. Hal
ini termasuk ide atau gagasan tentang
diri dan orang lain, benda-benda, serta
lingkungan.
- Pemahaman dasar ini krusial untuk
melakukan komunikasi, bepergian, dan
kemandirian. Asesmen adalah proses
mengumpulkan informasi mengenai siswa
yang akan digunakan untuk membuat
penilaian dan menentukan keputusan
mengenai siswa
- Asesmen dimaksudkan diantaranya untuk
mengetahui sejauh mana anak memiliki
kemampuan pengembangan konsep.

C. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Dengan


Hambatan Penglihatan Layanan Pendidikan
Adanya keterbatasaan di atas dapat
menghambat anak hambatan penglihatan
dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Oleh
karena itu, selain membutuhkan layanan
pendidikan umum sebagaimana halnya anak
awas, anak hambatan penglihatan
membutuhkan layanan khusus untuk
mengkompensasi hambatan yang
dimilikinya.
- Layanan Pendidikan
Layanan pendidikan bagi anak
hambatan penglihatan pada dasarnya
sama dengan layanan pendidikan bagi
anak awas, namun dalam teknik
penyampaiannya disesuaikan dengan
hambatan, kemampuan dan kebutuhan
anak dengan hambatan penglihatan.
a. Layanan umum
Latihan yang diberikan terhadap
anak hambatan penglihatan
sebagaimana terhadap anak-anak
lainnya, biasanya meliputi hal-hal
berikut:
- Keterampilan
- Kesenian
- Olahraga
b. Layanan khusus/layanan
kompensatoris
Layanan khusus/kompensatoris
yang diberikan terhadap anak
hambatan penglihatan, antara lain
sebagai berikut
 Latihan membaca dan menulis
Braille
 Latihan penggunaan tongkat
 Latihan orientasi dan mobilitas
 Latihan visual/fungsional
penglihatan
- Strategi Pembelajaran
Permasalahan strategi pembelajaran
dalam pendidikan anak hambatan
penglihatan didasarkan pada dua
pemikiran, yaitu:
a. Upaya memodifikasi lingkungan
agar sesuai dengan kondisi anak
(disatu sisi).
b. Upaya pemanfaatan secara
optimal indera-indera yang
masih berfungsi, untuk
mengimbangi kelemahan yang
disebabkan hilangnya fungsi
penglihatan

- Media Pembelajaran
Jenis-jenis alat peraga dan alat bantu
pembelajaran yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran anak dengan
hambatan penglihatan.
o Alat peragan: Objek atau situasi yang
sebenarnya.
o Benda asli yang diawetkan.
o Tiruan (model), yang terdiri dari
model tiga dimensi dan dua
dimensi.
o Model/tiruan tiga dimensi
memiliki dimensi panjang, lebar,
dan tinggi (memiliki volume)
sehingga bentuknya hampir
sama dengan objek sebenarnya,
akan tetapi sifat substansi,
permukaan, dan ukuran ada
kemungkinan tidak sama.
o Alat bantu pembelajaran : Alat bantu
pembelajaran yang dapat digunakan
oleh anak dengan hambatan
penglihatan, antara lain berikut ini.
 Alat bantu untuk baca-tulis
 Alat bantu untuk membaca (bagi
anak low vision)
 Alat bantu berhitung
 Alat bantu audio yang sering
digunakan oleh anak dengan
hambatan penglihatan
- Evaluasi Pembelajaran

D. Pengembangan Perangkat Pembelajaran,


meliputi:
1) Pemetaan Kompetensi
2) Penyusunan Silabus
3) Penyusunan RPP
4) Penyusuna Bahan Ajar
5) Penyusunan Media, Metoda, dan Evaluasi
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Faktor internal yang menyebabkan
di modul ini ketunanetraan
2. Perkembangan braille di zaman modern
3. Mengenal huruf braille arab.
4. Tanda baca angka dan huruf braille
5. Pengukuran penglihatan warna
3 Daftar materi yang sering 4. Faktor internal yang menyebabkan
mengalami miskonsepsi ketunanetraan
5. Fungsi tanda baca pada tulisan braille

Judul Modul 3 PENDIDIKAN ANAK DENGAN HAMBATAN


PENDENGARAN

Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Hambatan Pendengaran


2. Pembelajaran Untuk Peserta Didik
3. Program Khusus PKPBI Untuk Peserta Didik
Hambatan Pendengaran
4. Program Khusus Bina Wicara Dan Bina Isyarat
Untuk Peserta Didik Hambatan Pendengaran

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang KB.1 Konsep Dasar Hambatan Pendengaran
dipelajari
a. Pengertian tunarungu
Tunarungu adalah suatu istilah umum yang
menunjukkan kesulitan mendengar dari yang
ringan sampai berat, digolongkan ke dalam tuli
dan kurang dengar.
b. Karakteristik tunarungu/hambatan
pendengaran
Karakteristik tunarungu/hambatan
pendengaran menurut Van Uden dan Meadow
dalam Bunawan dan Yuwati sifat atau ciri-ciri
yang sering ditemukan pada peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran sering
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
- Sifat ego-sentris yang lebih besar daripada
anak mendengar Sifat ini menunjukan
bahwa peserta didik tunarungu/hambatan
pendengaran akan lebih terarah kepada
dirinya sendiri yang membuat mereka
sukar menempatkan diri pada cara berpikir
dan perasaan orang lain, dan kurang
menyadari atau peduli efek perilakunya
terhadap orang lain.
- Memiliki sifat impulsive Sifat ini
menunjukan bahwa peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran dalam
tindakannya tidak didasarkan pada
perencanaan yang hati-hati dan jelas.
- Sifat kaku (rigidity): Sifat ini menunjuk
pada sikap kaku atau kurang luwes dalam
memandang dunia dan tugas-tugas dalam
kehidupan sehari-hari. Karena miskin
bahasa mengakibatkan suatu kekakuan
dalam menerapkan suatu suatu aturan
(yang pernah dipelajari) tanpa melihat
situasi atau kondisi yang dihadapinya.
- Sifat lekas marah dan tersinggung. Sifat
ini merujuk pada kemiskinan bahasa yang
dialami oleh tunarungu yang
mengakibatkan tidak dapat menjelaskan
maksudnya dengan baik dan sebaliknya
kurang dapat memahami apa yang
dikatakan orang lain. Keadaan ini
menyebabkan kekecewaan, ketegangan,
dan frustasi pada akhirnya menyebabkan
ledakan kemarahan.
- Perasaan ragu-ragu dan khawatir. Sifat ini
terjadi seiring dengan makin banyaknya
pengalaman yang dialami anak secara
terus-menerus. Mereka juga memiliki
keinginan untuk berinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Sehingga dibutuhkan
kemampuan bahasa agar anak dapat
termotivasi untuk berkomunikasi dengan
lingkungan sekitar sehingga kepercayaan
diri anak dapat tumbuh.

c. Klasifikasi tunarungu/hambatan pendengaran,


berdasarkan:
Pada kesempatan ini pengklasifikasian
tunarungu/hambatan pendengaran akan
dikelompokkan berdasarkan:
1) Saat terjadinya ketunarunguan,
2) Ketunarunguan/hambatan
pendengaran bawaan
3) Tingkatan Derajat Pendengaran

d. Penyebab ketunarunguan/hambatan
pendengaran
o Faktor Internal
o Faktor Eksternal
e. Permasalahan yang dihadapi akibat
ketunarunguan
o Masalah dalam persepsi auditif
o Masalah dalam bahasa dan komunikasi
o Masalah dalam kognisi dan intelektual
o Masalah dalam pendidikan
o Masalah dalam vokasional
o Masalah dalam keluarga dan masyarakat
o Masalah sosial
o Masalah emosi
f. Dampak ketunarunguan/hambatan
pendengaran terhadap perkembangan bahasa
dan komunikasi, kognisi, psikologis, serta
sosial emosi

KB.2 Pembelajaran Untuk Peserta Didik


Hambatan Pendengaran

- Konsep dasar pembelajaran dengan


pendekatan maternal reflektif (MMR),
meliputi pengertian, ciri pembelajaran
Tunarungu yang menggunakan MMR,
prinsip-prinsip pembelajaran dengan
pendekatan MMR. Metode pembelajaran
bahasa memiliki kecenderungan menjawab
pertanyaan “Bagaimana mengajar anak
Tunarungu”. Kaitannya dengan
pembelajaran bahasa adalah bagaimana
struktur atau kaidah-kaidah bahasa
diajarkan dan menjadi milik anak.
- Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan
menggunakan Pendekatan MMR
- Untuk menggunakan pendekatan MMR ini
hendaknya guru memperhatikan prinsip-
prinsip dari percakapan yang dilakukan
yaitu:
 Percakapan harus terjadi sedini
mungkin, sebelum anak
berbahasa sepatah katapun.
 Lingkungan yang mengajak
bercakap (kapan saja, dimana
saja, tentangapa saja).
 Percakapan bertolak dari
pengalaman bersama
(ibu/orangtua. guru, teman).
 Percakapan dengan Motto “apa
yang ingin kau katakan,
katakalah begini…”
 Percakapan berlangsung dengan
Metode Tangkap dan Peran
Ganda.

a. Langkah –langkah dalam pembelajaran


dengan menggunakan MMR, meliputi perdati,
percami, dan percali.
- Percakapan dari hati ke hati (Perdati)
Makna dari percakapan dari hati ke hati
ini adalah percakapan yang berlangsung
secara spontan, dalam suasana santai,
rileks dan terjadi intersubyektifitas (dua
hati memikirkan obyek yang sama).
- Percakapan ini bertujuan:
 Memperoleh dan menguasai bahasa
percakapan sehari-hari
 Mampu menggunakan perbendaharaan
kata secara kontekstual
 Mampu berkomunikasi secara oral dan
grafis
 Terampil berkomunikasi secara lisan
dan tulis
 Mampu mempelajari dan menguasai
berbagai ilmu pengetahuan
 Teknik evaluasi pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan MMR
 Implementasi pembelajaran untuk
peserta didik hambatan pedengaran
dengan menggunakan pendekatan
MMR
 Ciri-ciri Perdati adalah:
a) Motto: “Apa yang ingin kau katakan, katakan
begini …….”
b) Spontan dalam dialog.
c) Menggunakan bahasa sehari-hari.
d) Menggunakan berbagai bentuk bahasa.
e) Situasi bebas, mengembangkan empati.
f) Mengembangkan fleksibelitas bahasa.
g) Mengembangkan tangkap dan peran ganda.
h) Guru dan anak menjadi teman bicara yang
setara kedudukannya.

i) Dapat dilakukan di mana saja, kapan saja,


dengan siapa saja

KB. 3 Program Khusus Pkpbi Untuk Peserta


Didik Hambatan Pendengaran
- PKPBI merupakan pembinaan dalam
penghayatan bunyi yang dilakukan dengan
sengaja atau tidak sengaja, sehingga sisa-sisa
pendengaran dan perasaan vibrasi yang
dimiliki peserta didik tunarungu/hambatan
pendengaran-peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran tunarungu
dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk
berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang
penuh bunyi
Tujuan secara umum yaitu agar kepekaan sisa
pendengaran peserta didik tunarungu/hambatan
pendengaran dan perasaan vibrasi semakin terlatih
untuk memahami makna berbagai macam bunyi,
terutama bunyi bahasa yang sangat menentukan
keberhasilan dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya dengan menggunakan ABM atau
tanpa ABM.
Tujuan khusus dari pelaksanaan PKPBI yaitu
untuk:
- membantu perkembangan kemampuan
bicara
- membantu dalam pengembangan
kemampuan baca ujaran
- membantu dalam beradaptasi dengan
lingkungan
- membantu untuk berinteraksi dengan orang
lain
- membantu dalam pengembangan emosi

Ruang Lingkup dalam Pelaksanaan PKPBI


untuk Peserta Didik Tunarungu/Hambatan
Pendengaran
Pelaksanaan PKPBI bagi peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran ruang
lingkupnya adalah sebagai berikut:
o Sasaran dalam pelaksanaan PKPBI
adalah semua peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran
di semua jenjang sekolah luar biasa.
o Materi dalam Pelaksanaan PKPBI
meliputi:
 Bunyi primitif / latar
belakang,
 Bunyi sebagai tanda
 Bunyi bahasa merupakan
bunyi tertinggi yang
merupakan hasil interaksi
antar manusia.

Sarana dan Prasarana PKPBI


a. Ruang khusus dengan ukuran minimal 6X7
meter persegi atau samadengan dua kali
kelas biasa, ruang harus kedap suara,
terdapat panggung getar, memiliki cermin
mengelilingi seluruh dinding kelas,
memiliki medan pengantar bunyi, jauh dari
jalan raya, dan terdapat papan tulis.
b. Perlengkapan Dalam pelaksanaan PKPBI
diperlukan perlengkapan elektronik yaitu:
organ, tape recorder, microfon, monitor
LCD.

Metode Pelaksanaan PKPBI


Metode yang digunakan dalam pelaksanaan PKPBI
adalah menggabungkan beberapa metode
pembelajaran diantaranya:
a. Metode bermain,
b. Metode pemberian tugas
c. Metode demontrasi
d. Metode observasi atau pengamatan
Tahapan Pelaksanaan PKPBI
 Tahapan Deteksi Bunyi Musik/ Irama
 Tahapan Dsikriminasi Bunyi Musik/Irama
 Tahapan Identifikasi Bunyi Musik/Irama
 Tahapan Komprehensi Bunyi Musik/Irama
KB.4 Program Khusus Bina Wicara Dan Bina
Isyarat Untuk Peserta Didik Hambatan
Pendengaran

- Wicara merupakan kemampuan yang dimiliki


manusia dalam mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa untuk mengekspresikan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan,
dengan memanfaatkan nafas, alat-alat ucap,
otak, dan saraf-saraf secara terintegrasi.
- Wicara terdiri dari kemampuan bicara dan
kemampuan memahami ucapan orang lain,
namun demikian wicara lebih didasari oleh
adanya kemampuan bicara sehingga pemberian
dapat mengetahui ucapan orang lain.

- Tujuan dan Manfaat Bina Wicara untuk


Peserta Didik Tunarungu/Hambatan
Pendengaran yaitu agar peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran dapat
mengekpresikan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dimilikinya dengan baik dan
benar. Jadi tujuan khusus dari pelaksanaan bina
wicara dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1)
bidang pengetahuan, 2) bidang keterampilan,
dan 3) bidang sikap.

- Ruang Lingkup dalam Pelaksanaan Bina


Wicara untuk Peserta Didik
Tunarungu/Hambatan Pendengaran
Pelaksanaan bina wicara bagi peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran ruang
lingkupnya adalah sebagai berikut:
a. Sasaran dalam pelaksanaan bina wicara
adalah semua peserta didik
tunarungu/hambatan pendengaran di
semua jenjang sekolah luar biasa yang
memenuhi persyaratan secara organ
wicara dan dapat dikembangkan
kemampuannya dalam bahasa verbal.
b. Materi dalam Pelaksanaan bina wicara
meliputi fonologi, morfologi, sintaksis,
dan semantic.

Sarana dan Prasarana Bina Wicara


Alat-alat rangsangan visual (cermin artikulasi,
lampu, buku catatan, gambar-gambar, kartu
identifikasi, alat kontrol sengau, alat plosif dan
pias-pias kata)
 Alat-alat untuk rangsangan auditoris
(speech trainer, ABM klasikal, ABM
individual)
 Alat-alat untuk rangsangan vibrasi
(vibrator dan sikat getar)
 Alat-alat latihan pernapasan (lilin, kapas,
parfum, minyak kayu putih, gelembung air
sabun, peluit, terompet, harmonika, saluran
kayu dengan bola pingpong (tenis meja)

Pelaksanaan Bina Wicara dengan Berbagai


Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan bina
wicara adalah sebagai berikut:
 Metode Global Diferensiasi
 Metode Analisis Sintesis
 Metode Multisensori
 Metode Suara
 Metode Fonetika
 Metode Tangkap dan Peran-ganda

2 Daftar materi yang sulit 1. Tahapan Pelaksanaan PKPBI


dipahami di modul ini 2. Pelaksanaan bina icara dengan berbagai metode
3. Permasalahan yang dihadapi akibat
ketunarunguan

3 Daftar materi yang sering 1. Langkah –langkah dalam pembelajaran


mengalami miskonsepsi dengan menggunakan MMR,
2. Istilah-istilah dalam MMR
Judul Modul 4 Pendidikan Anak Dengan Hambatan
Intelektuan Dan Lambat Belajar
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep dasar anak dengan hambata inteltual
dan lambat belajar
2. Program Pengembangan Diri
3. Kurikulum pembelajaran anak dengan
hambatan intelektual
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari KB.1
- Hambatan intelektual merupakan
terminology yang diserap dari intellectual
disability. Terminology ini muncul silih
berganti dan terminology terakhir yang
digunakan adalah mentally Retarded (MR).
Terminologi retardasi mental kemudian tidak
digunakan lagi dengan alasan memunculkan
stigma.
- Lambat belajar merupakan kondisi dimana
individu membutuhkan waktu yang lebih
lama dan pembelajaran yang berbeda dari
sebaya dalam mempelajari hal-hal yane
bersifat akademik. Hal ini lah yang
membedakannya dengan disabiitas
intelektual dengan lambat belajar.
- Namun demikian jika kita kembalikan lagi
pada terminology tunagrahita maka
keseluruhan dari disabilitas intelektual dan
lambat belajar mempunyai kesamaan yakni
keduanya mempunyai dasar hambatan yang
sama yakni mempunyai tantangan dalam
proses berfikir.
- Faktor penyebab, Karakteristik,
Klasifikasi, Dampak dari Kondisi
Disabilitas Intelektual dan lambat belajar
- Faktor Penyebab internal dan eksternal
- Faktor penyebab lambat belajar disebabkan
kemampuan intelektual yang rendah.
Karakteristik gangguan intelektual dan lambat
belajar: ada tiga utama dalam karakteristik
keterbelakangan mental yaitu dalam fungsi
intelektual, keterbatasan dalam tingkah laku dan
sosial
Factor penyebabnya:
- Keterbatasan fungsi Intelektual
- Memori
- Generalisasi
- Motivasi
- Keterbatasab dalam adaptasi tingkah laku

Klasifikasi anak gangguan intelektual:


 Mild keterbatasan intelektual : IQ antara
50 sampai 69
 Moderate keterbatasan intelektual : IQ
antara 35 sampai 49
 Severe keterbatasan intelektual : IQ antara
20 sampai 34
 Profound keterbatasan intelektual : IQ
dibawah 20

KB 2 program pengembangan diri

o Pengertian Pengembangan Diri adalah


skill dan kekuatan atau kemauan untuk
mengurus sendiri secara independent
untuk menentukan kemampuan apa yang
akan dikembangkan dalam rangka
kemamdirian agar tidak tergantung
kepada orang lain.
o Tujuan pengembanagan diri : Mampu
menyesuaikan diri dalam situasi pergaulan
sosial dan dapat melakukan aktivitas yang
bermanfaat bagi dirinya dan bagi
lingkungan. Memotivasi agar mampu
menentukan pilihan keterampilan sendiri,
yaitu memotivasi bahwa mereka memilki
kemampuan untuk menentukan sendiri
aktivitas yang dinginkan atau pekerjaan
yang diminati, bukan berdasarkan pilihan
orang lain.
o Prinsip Dasar Pengembangan Diri yaitu
 Prinsip fungsional bina diri
 Prinsip supportif bina diri
 Prinsip evaluasi bina diri
 Prinsip activity of daily living

o Ruang Lingkup Pengembangan Diri


- Merawat diri
- Mengurus diri
- Menolong diri
- Komunikasi
- Sosialisasi dan adaptasi
- Keterampilan hidup
- Mengisi waktu luang
o Metode dan teknik pengembangan diri
- Peniruan
- Manipulasi
- Ketepatan
- Artikulasi
- naturalisasi
o teknik khususpembelajaran
pengembangan diri
- promting verbal
- promting tanda isyarat
- promting peragaan
- promting fisik
- reward/ penghargaan
- pujian
KB. 3 kurikulum Dan Pembelajaran Anak
dengan hambatan intelektual
1. Struktur Kurikulum SLB tunagrahita
Secara eksplisit dapat diamati bahwa
komponen kurikulum mengandung tiga
aspek, yaitu : tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode. dan evaluasi , karena
evaluasi dianggap sebagai bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kurikulum.
 Kurikulum sebagai ide,
 Kurikulum adalah (dokumen
pendidikan)
 Kurikulum sebagai proses kegiatan
belajar mengajar (PBM).
 Kurikulum sebagai hasil belajar (output,
outcome, benefit, impact).
 Kurikulum sebagai pengelaman belajar.
2. Prinsip Pengembangan Kurikulum
 Prinsip Relevansi,
 Prinsip Fleksibilitas
 Prinsip kontinuitas
 Prinsip efektivitas
 Prinsip efisiensi
 Prinsip Berorientasi Tujuan
 Prinsip dan Model Perkembangan
Kurikulum
 Prinsip Keseimbangan Penyusunan
 Prinsip Keterpaduan Perencanaan terpadu
 Prinsip Mutu
3. Teknik Pengembangan Kurikulum bagi
Anak Tunagrahita
 Duplikasi
 Modifikasi
 Substitusi
 Omisi
4. Kurikulum SLB Tunagrahita
 SDLB
 SMPLB
 SMALB
5. Media Pembelajaran Bagi Tunagrahita
Media pembelajaran memiliki enam fungsi utama
sebagai berikut:
o Fungsi atensi
o Fungsi motivasi,
o Fungsi afeksi,
o Fungsi kompensatori
o Fungsi psikomotorik
o Fungsi evaluasi,

Langkah tahapan pengembangan media yang


harus diperhatikan:

 Tahap perencanaan.
 Merumuskan Tujuan
 Mengembangkan Materi
 Mengembangkan Alat Ukur
 Penulisan Naskan Media
 Memunculkan ide dan gagasan
 Membuat Sinopsis

2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Ruang lingkup pengembangna diri bagi anak
di modul ini tunagrahita
2. kurikulum Dan Pembelajaran Anak dengan
hambatan intelektual
3. Struktur Kurikulum.

3 Daftar materi yang sering 1. Metode dan tenik pengembangan diri


mengalami miskonsepsi 2. teknik khususpembelajaran
pengembangan diri

Judul Modul 5 Pendidikan anak dengan hambatan motorik


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Anak Dengan Hambatan
Motorik
2. Program Khusus Pengembangan Diri Dan
Gerak Anak Dengan Hambatan Motorik
3. Pembelajaran Anak Dengan Hambatan
Motorik
4. Model Pembelajaran Anak Dengan Hambatan
Motorik
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari KB.1 Konsep Dasar Anak Dengan Hambatan
Motorik
Materi yang dapat dipelajari dalam Kegiatan
Belajar 1 meliputi:
a. Pengertian Anak Dengan Hambatan
Motorik
Anak Dengan Hambatan Motorik dapat
didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau
kecacatan pada sistem otot, tulang dan
persendian yang bersifat primer atau
sekunder yang dapat mengakibatkan
gangguan koordinasi, komunikasi,
adaptasi, mobilitasi, dan gangguan
perkembangan keutuhan pribadi.
b. Klasifikasi Anak Dengan Hambatan
Motorik
1. Kelainan pada Sistem Serebral
(Cerebral System Disorders)
 Spastik
 Athetoid
 ataxia
 Rigid
 tremor
 Jenis campuran (mixed type)
2. Kelainan pada sistem otot dan rangka
(Musculus Skeletal System).
 Poliomyelitis
 Muscle Dystrophy
 Spina Bifida

c. Karakteristik Anak Dengan Hambatan


Motorik
 Karakteristik akademik
 Karakteristik sosial/emosional

d. Faktor penyebab anak dengan hambatan


motorik
e. Identifikasi dan asesmen anak dengan
hambatan motorik
f. Dampak hambatan anak dengan hambatan
motorik
g. Kebutuhan anak dengan hambatan motorik

KB.2 Program Khusus Pengembangan Diri


Dan Gerak Anak Dengan Hambatan Motorik

A. Konsep Dasar Pengembangan Diri dan


Gerak (PDG)
Pengembangan diri dan gerak” adalah usaha
bantuan yang berupa bimbingan dan latihan
yang dilakukan secara terencana dan
terprogram yang diberikan kepada Anak
Dengan Hambatan Motorik dalam rangka
mengeliminasi hambatan yang dialami dan
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki serta
mengembangkan diri menuju ke kemandirian
baik sebagai individu maupun sebagai warga
masyarakat.
B. Karakteristik pengembangan diri dan gerak
Anak Dengan Hambatan Motorik
a. Kedudukan Pengembangan diri dan gerak
tidak sama dengan mata pelajaran,
sebagai program layanan kebutuhan
khusus Anak Dengan Hambatan Motorik.
b. Pengembangan diri dan gerak bukan
mata pelajaran, berupa rumusan
kompetensi dan indikator pencapaian
kompetensi.
c. Kompetensi dan indikator yang
dikembangkan bukan berbasis urutan,
maksudnya guru boleh memberikan
bimbingan sesuai dengan kebutuhan dan
sesuai hasil asesmen.
d. Program pengembangan diri dan gerak
berbasis kebutuhan tidak berbasis kelas.
Artinya anak kelas 2 dengan anak kelas 6
bisa memperoleh program
bimbingan/latihan yang sama sesuai
kebutuhan, misal mereka sama-sama
memperoleh program penguatan otot
yang lemah, pelemasan otot yang kaku
atau latihan berjalan menggunakan kruk,
dan lain-lain.
e. Program pengembangan diri dan gerak
tidak berbasis jenjang pendidikan,
Artinya Anak Dengan Hambatan Motorik
jenjang SD, SMP dan SMA bisa
memperoleh program yang sama,
misalnya sama-sama memperoleh
program program penyelamatan dari
benda berbahaya, program cara berjalan
dengan kursi roda, dan lain-lain.
f. Program pengembangan diri dan gerak
tidak berbasis satuan pendidikan, Artinya
Anak Dengan Hambatan Motorik yang
sekolah di sekolah khusus (SLB) ataupun
di sekolah inklusi, mereka sama-sama
memperoleh program khusus berupa
pengembangan diri dan gerak.
C. Prinsip dasar pengembangan diri Anak
Dengan Hambatan Motorik
- Prinsip fungsional
- Prinsip supportif
- Prinsip evaluasi
- Prinsip kegiatan hidup sehari-hari
D. Prinsip dasar pengembangan gerak Anak
Dengan Hambatan Motorik
a. Prinsip gerak pasif,
b. Prinsip gerak aktif,
c. Prinsip kekuatan,
d. Prinsip bertahap berkelanjutan
e. Prinsip keamanan
E. Ruang lingkup materi pengembangan diri
Anak Dengan Hambatan Motorik.
- Bidang penampilan diri dan sikap untuk
mengembangkan kepribadian yang wajar,
- bidang makanan dan minuman,
- bidang kesehatan lingkungan
- bidang tugas-tugas sederhana di rumah
dan di sekolah,
- bidang keuangan
- bidang pemeliharaan anak kecil,
- bidang pertolongan pertama pada
kecelakaan.
Menurut buku Program Kekhususan Tunadaksa
(2014), ruang lingkup pengembangan diri Anak
Dengan Hambatan Motorik adalah:
a). menolong diri sendiri, (kebersihan,
berpakaian), b). merawat, dan merias diri sendiri,
c). mengurus diri sendiri , (d). berkomunikasi
dengan orang lain, e). bersosialisasi dalam
kehidupan di lingkungannya, f). mengembangkan
keterampilan hidup sehari-hari, dan g).
menyelamatkan diri dari bahaya.
F. Ruang lingkup materi pengembangan
gerak Anak Dengan Hambatan Motorik.
Pengembangan gerak merupakan usaha yang
berupa latihan yang bertujuan untuk
mengubah, memperbaiki dan membentuk
pola gerak yang mendekati pola gerak wajar.
G. Asesmen dan Analisis Pengembangan Diri
Tujuannya untuk mengembangkan
kemampuan Anak Dengan Hambatan
Motorik, baik segi fisik, psikhis, emosi dan
sosialnya, agar anak mampu menolong
dirinya sendiri, dapat melakukan
keterampilan hidup sehari-hari, dapat hidup
bermasyarakat tanpa banyak bantuan orang
lain.

H. Metode dan Teknik Pengembangan Diri


dan Gerak
- Metode gerak persepsual. Banyak
aktivitas gerak yang ditimbulkan oleh
adanya informasi yang diterima melalui
persepsi, seperti:
- Gross motor activities (locomotor)
(berjalan, melompat, berlari, dan
sebagainya)
- Vestibular activities (meniti, papan
keseimbangan, melompat, terowong
silinder, dan sebagainya)
- Visual motor activities (Manipulative)
(menata puzzle, menggambar, berjalan di
kotak warna, dan sebagainya)
- Auditory motor activities (bernyanyi
sambil bergerak)
- Tactile activities (sentuh, raba, pijat, dan
sebagainya)
- Lateralisation activities (kesadaran sisi
badan, arah gerakan, dan lainlain)
I. Merancang Program Pengembangan Diri
dan Gerak Praktek Pelaksanaan
Pengembangan Diri dan Gerak
 Praktek Pengembangan Diri dan Gerak
 Format Program Pengembangan Diri dan
Gerak
 Rambu-rambu pelaksanaan

KB. 3 Pembelajaran Anak Dengan Hambatan


Motorik
A. Peta Kompetensi
B. Silabus dan RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau
lebih. RPP disusun dari Silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD).
Komponen RPP terdiri atas:
a. Identitas sekolah yaitu nama satuan
pendidikan;
b. Identitas mata pelajaran atau
tema/sub-tema;
c. Kelas/semester;
d. Materi pokok;
e. Alokasi waktu,
f. Tujuan pembelajaran,
g. Kompetensi Dasar dan Indikator
pencapaian kompetensi;
h. Materi Pembelajaran,
i. Metode dan model pembelajaran,
j. Media pembelajaran,
B. Langkah kegiatan pembelajaran meliputi
pendahuluan, inti, dan penutup. Langkah
pendahuluan dimaksudkan untuk
mempersiapkan peserta didik agar siap
secara fisik dan mental (psikis) untuk
belajar. Kegiatan inti dimaksudkan untuk
menyampaikan informasi (materi) baru, agar
peserta didik memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap seperti yang
dirumuskan dalam KD dan indikator
pencapaian kompetensi.
C. Pelaksanaannya menggunakan pendekatan
keilmuan (saintifik), dan/atau pendekatan
lainnya sesuai dengan konteks dan
karakteristik KD. Langkah penutup
dimaksudkan untuk mengukur daya serap
peserta didik. Bila peserta didik telah
mencapai ketuntasan minimal maka dapat
dilanjutkan pembelajaran KD berikutnya,
namun bila peserta didik belum mencapai
ketuntasan minimal maka harus dilakukan
remidi sampai mencapai ketuntasan
minimal.
D. Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau
alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan
cara mengevaluasi yang didesain secara
sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan
E. Media pembelajaran merupakan sesuatu
yang bersifat meyakinkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan
audiens (siswa) sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada dirinya.
F. Instrumen dalam lingkup evaluasi
didefinisikan sebagai perangkat untuk
mengukur hasil belajar siswa yang
mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
G. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-
tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes
uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes
pilihan ganda, jawaban singkat,
menjodohkan, benar salah, unjuk kerja
(performance test), dan portofolio.
Instrumen bentuk non-tes mencakup:
wawancara, angket, dan pengamatan
(observasi).

KB. 4 Model Pembelajaran Anak Dengan


Hambatan Motorik

- Adapun prinsip dasar program


pendidikan anak Dengan Hambatan
Motorik adalah sebagai berikut: (1).
Keseluruhan anak (all the children), (2).
Kenyataan (reality), (3). Program yang
dinamis (a dynamic program), (4).
kesempatan yang sama (equality of
oprtunity), (5). Kerjasama
(cooperative).
- Prinsip-prinsip pendidikan yang tidak
hanya berlaku untuk Anak Dengan
Motorik saja, meliputi: (1) prinsip kasih
sayang, (2) keperagaan, (3)
keterpaduan dan keserasian antar
ranah. (4) pengembangan minat. dan
bakat, (5) kemampuan anak, (6) model,
(7) pembiasaan, (8) latihan, (9)
pengulangan, dan (10) penguatan.
- \Terdapat beberapa prinsip
pembelajaran khusus Anak Dengan
Hambatan Motorik, menurut Salim dan
Rejeki (2015) di antaranya yaitu:
multisensori, individualisasi, dan
penataan lingkungan belajar.
- Prinsip-prinsip individualisasi yang
berkaitan dengan layanan pendidikan
Anak Dengan Hambatan Motorik,
akan dikemukakan ( 1). pendekatan
model Laura. Lehtinen, dan (2)
William M. Cruickshank.
- Pendekatan Model Laura LehtinenBentuk
layanan pendidikan untuk Anak Dengan
Hambatan Motorik, yaitu: (1) sekolah di
rumah sakit, (2) pengajaran di rumah,
(3) sekolah khusus (Sekolah Luar
Biasa),(4) kelas khusus, dan sekolah
'koresponden.
- Layanan pendidikan untuk Anak-anak
Dengan Hambatan Motorik, dapat tematik
Anak Dengan Hambatan Motorik
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Merancang program pengembangan diri
di modul ini dan gerak praktek pelaksanaan
pengembangan diri dan gerak
2. Model-model pembelajaran tematik Anak
Dengan Hambatan Motorik
3. Asesmen dan Analisis Pengembangan
Diri

3 Daftar materi yang sering a. Prinsip Dasar Anak Dengan Hambatan Motorik
mengalami miskonsepsi
b. Prinsip-prinsip pendidikan Anak Dengan
Hambatan Motorik
JUDUL MODUL 6 PENDIDIKAN ANAK DENGAN AUTISME
DAN KESULITAN BELAJAR SPESIFIK
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Autisme Dan Kesulitan Belajar
Spesifik
2. Pembelajaran Bagi Anak Dengan Autisme
3. Pembelajaran Bagi Anak Berkesulitan Belajar
Spesifik
4. Pembelajaran Program Kebutuhan Khusus
Bagi Anak Dengan Autisme Dan Kesulitan
Belajar

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang dipelajari KB.1 Konsep Autisme Dan Kesulitan Belajar
Spesifik

1. Konsep dasar autisme yang mencakup:


a. Ruang lingkup autisme
b. Penyebab, klasifikasi dan karakteristik
autis
c. Identifikasi dan asesmen autisme pada
individu?
d. Dampak autisme terhadap perkembangan
individu dan kebutuhan khususnya dalam
pendidikan
2. Konsep dasar kesulitan belajar spesifik yang
mencakup:
a. Ruang lingkup kesulitan belajar
b. Penyebab, klasifikasi dan karakteristik
kesulitan belajar
c. Identifikasi dan asesmen kesulitan belajar
pada individu
d. Dampak kesulitan belajar terhadap
perkembangan individu dan, kebutuhan
khususnya dalam pendidikan

KB.2 Pembelajaran Bagi Anak Dengan


Autisme

1.Prinsip-prinsip Pembelajaran bagi Anak


dengan Autisme
2.Struktur Kurikulum SLB Autis
3.Peta Kompetensi KI-KD
4.Memilih Metode dan Strategi
Pembelajaran bagi Anak dengan Autisme
5.Memilih Bahan Ajar bagi Anak dengan
Autisme
6.Rekayasa Media Pembelajaran bagi Anak
dengan Autisme
7.Menyusun Alat Evaluasi Belajar bagi
Anak dengan Autisme berbasis HOTS

KB. 3 Pembelajaran Bagi Anak Berkesulitan


Belajar Spesifik

Pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar


spesifik yang meliputi:

A. Struktur Kurikulum bagi Anak Berkesulitan


Belajar Spesifik
B. Peta Kompetensi (KI-KD SD, SMP, SMA)
1. Peta Kompetensi SD
2. Peta Kompetensi SMP 3. Peta
Kompetensi SMA
C. Modifikasi Kurikulum bagi Anak
berkesulitan Belajar Spesifik
D. Prinsip-prinsip Pembelajaran bagi Anak
Berkesulitan Belajar Spesifik
E. Memilih Metode dan Strategi Pembelajaran
bagi Anak Berkesulitan Belajar Spesifik
1.Strategi Pembelajaran bagi Anak
Berkesulitan Membaca
2.Strategi Pembelajaran bagi Anak
Berkesulitan Menulis
3.Strategi Pembelajaran bagi Anak
Berkesulitan Matematika
F. Memilih Bahan Ajar bagi Anak Berkesulitan
Belajar Spesifik
G. Rekayasa Media Pembelajaran bagi Anak
Berkesulitan Belajar Spesifik
H. Menyusun Alat Evaluasi Belajar bagi Anak
Berkesulitan Belajar Spesifik Berbasis
HOTS

KB.4 Pembelajaran Program Kebutuhan


Khusus Bagi Anak Dengan Autisme Dan
Kesulitan Belajar
A. Pembelajaran Program Kebutuhan Khusus
bagi Anak dengan Autisme
1.Konsep pengembangan interaksi dan
komunikasi anak dengan autisme
2.Metode dan teknik pengembangan
interaksi dan komunikasi bagi anak
dengan autisme
3.Merancang program pengembangan
interaksi dan komunikasi bagi anak
dengan autisme
4.Pembelajaran dan penilaian kegiatan
pengembangan interaksi dan komunikasi
bagi anak dengan autisme
B. Pembelajaran Program Kebutuhan Khusus
bagi Anak Berkesulitan Belajar
1.Konsep pengembangan program
kebutuhan khusus bagi anak berkesulitan
belajar
2.Metode dan teknik pengembangan
program kebutuhan khusus bagi anak
berkesulitan belajar
3.Merancang pembelajaran program
kebutuhan khusus bagi anak berkesulitan
belajar
- Pembelajaran program kebutuhan khusus
merupakan pembelajaran yang
memfasilitasi anak berkebutuhan khusus
untuk mendapatkan dan atau
mengembalikan keterampilan yang hilang
sebagai akibat dari kelainan yang
dimilikinya.
- Metode pembelajaran program kebutuhan
khusus bagi anak dengan autisme adalah
PECS, gawai, social story dan buddy
program. Sedangkan untuk anak
berkesulitan belajar, metode pembelajaran
dalam layanan akademik meliputi
pemberian tugas, diskusi, tanya jawab,
pengajaran remidial dan tutor sebaya.
Dalam layanan perilaku meliputi
modifikasi perilaku, penerapan jadwal
visual terstruktur, kontrak belajar,
pengelolaan kelas dan self talk.
- Merancang pembelajaran program
kebutuhan khusus bagi anak dengan
autisme dan atau anak berkesulitan belajar
sebaiknya dimulai dengan asesmen.
- Hasil asesmen yang kita dapatkan akan
dijadikan sebagai dasar dalam menentukan
target atau tujuan, metode, personil yang
akan terlibat, tempat dan penilaian
keberhasilan pembelajaran.

2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Memilih Metode dan Strategi Pembelajaran
di modul ini bagi Anak dengan Autisme
2. Rekayasa Media Pembelajaran bagi Anak
dengan Autisme

3 Daftar materi yang sering - Metode pembelajaran program kebutuhan


mengalami miskonsepsi khusus bagi anak dengan autisme adalah
PECS, gawai, social story dan buddy
program.
- Memilih Metode dan Strategi

Anda mungkin juga menyukai