Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

POLA UMUM PENELITIAN, MODEL DESAIN PENELITIAN


DAN POLA UMUM PROPOSAL PENELITIAN (KUANTITATIF)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu :
Prof. H. Tedi Priatna, M.Ag
Dr. Nana Nurdiansyah, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 6:


Enung Sriwahyuni (1212020069)
Fani Rahmasari (1212020074)
Pashihatul Insi Abdussalam (1212020078)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023

PEMBAHASAN

A. Pola Umum Penelitian Kuantitatif

Penelitian adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
secara seksama dan kritis memahami suatu hal atau fenomena dengan menggunakan
langkah-langkah tertentu. Motivasi untuk menjalankan penelitian ini sering muncul
karena adanya suatu permasalahan yang memerlukan jawaban yang tepat dan benar.
Secara umum, tidak ada suatu pola yang baku, standar, atau yang telah disetujui oleh
para ahli sebagai "pola umum" yang harus diikuti dalam pelaksanaan penelitian.
Sementara itu, dalam konteks penelitian kuantitatif, kita mengacu pada pendekatan
penelitian tertentu yang menggunakan metode-metode kuantitatif untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data. Penelitian kuantitatif
bertujuan untuk melakukan pengukuran atau mengidentifikasi hubungan antara
variabel-variabel dalam suatu fenomena atau populasi tertentu. Metode ini sering
melibatkan penggunaan instrumen seperti kuesioner, survei, atau pengamatan
berbasis angka dan statistik untuk menyajikan hasil-hasil penelitian.
Pola umum dalam penelitian merujuk pada pola atau rangkaian langkah-langkah dan
pendekatan yang sering digunakan oleh peneliti saat mereka merancang,
melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian mereka. Meskipun tidak ada resep
yang kaku atau satu ukuran untuk semua dalam penelitian, beberapa unsur pokok
sering diikuti dalam proses penelitian. Berikut adalah beberapa elemen umum yang
termasuk dalam pola umum penelitian:
1. Identifikasi Masalah Penelitian: Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi
masalah atau pertanyaan penelitian yang ingin dijawab. Ini melibatkan merumuskan
masalah secara jelas dan menguraikan tujuan penelitian.
2. Tinjauan Pustaka: Peneliti melakukan tinjauan literatur untuk memahami konteks
penelitian dan mengevaluasi penelitian terdahulu yang relevan dengan topik
penelitian. Tinjauan literatur membantu dalam merumuskan hipotesis atau kerangka
teoritis penelitian.
3. Perancangan Penelitian: Peneliti merancang metodologi penelitian, termasuk
pemilihan sampel, pengumpulan data, dan pemilihan alat pengukuran yang sesuai. Ini
juga mencakup pemilihan pendekatan penelitian, baik itu kuantitatif, kualitatif, atau
campuran.
4. Pengumpulan Data: Data dikumpulkan oleh peneliti sesuai dengan metodologi
yang telah dirancang. Proses ini bisa mencakup wawancara, observasi, kuesioner,
eksperimen, atau sumber data lainnya, tergantung pada jenis penelitian.
5. Analisis Data: Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode
statistik atau teknik analisis yang sesuai. Hasil analisis digunakan untuk menjawab
pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis.
6. Interpretasi Hasil: Peneliti menginterpretasikan hasil analisis data untuk membuat
kesimpulan dan mengaitkannya dengan teori atau kerangka teoritis yang relevan.
7. Penyusunan Laporan Penelitian: Peneliti menyusun laporan penelitian yang
mencakup semua aspek penelitian, mulai dari latar belakang hingga temuan dan
rekomendasi.

1. Proses penelitian kuntitatif menurut beberapa ahli

Proses penelitian kuantitatif sering mengikuti serangkaian langkah yang telah


dirumuskan oleh para ahli. Berikut adalah ringkasan mengenai proses penelitian
kuantitatif menurut beberapa ahli:

a. Pandangan Borg dan Gall tentang Penelitian Kuantitatif:


 Identifikasi Permasalahan Penelitian: Langkah pertama adalah
mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan penelitian yang perlu
dijawab.
 Tinjauan Pustaka: Dilakukan untuk mengevaluasi penelitian sebelumnya
dan membangun dasar teoritis.
 Pembuatan Hipotesis: Merumuskan hipotesis atau asumsi yang akan diuji
dalam penelitian.
 Desain Penelitian: Memilih jenis desain penelitian yang sesuai, seperti
eksperimen, survei, atau studi kasus.
 Pengumpulan Data: Data dikumpulkan menggunakan metode yang telah
dirancang, seperti kuesioner atau pengukuran.
 Analisis Data: Data dianalisis dengan metode statistik yang relevan.
 Interpretasi Hasil: Hasil analisis diinterpretasikan dan diberikan arti dalam
konteks penelitian.
 Penyusunan Laporan: Menulis laporan penelitian yang merinci temuan dan
rekomendasi.

b. Perspektif Creswell tentang Penelitian Kuantitatif:

o Identifikasi Masalah Penelitian: Mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan


atau masalah penelitian yang ingin dipecahkan.
o Pemilihan Metode Penelitian: Memilih metode penelitian yang paling
cocok, seperti survei, eksperimen, atau analisis data sekunder.
o Pengumpulan Data: Data dikumpulkan sesuai dengan metode yang telah
dipilih.
o Analisis Data: Data dianalisis menggunakan teknik statistik yang sesuai.
o Interpretasi Hasil: Hasil analisis diinterpretasikan dalam konteks pertanyaan
penelitian.
o Penyusunan Laporan: Menulis laporan penelitian yang merinci temuan dan
rekomendasi.

2. Pola umum penelitian kuantitatif


Pola umum penelitian kuantitatif mencakup serangkaian langkah dan prosedur
yang digunakan dalam penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Berikut
adalah pola umum penelitian kuantitatif secara singkat:
a. Identifikasi Masalah Penelitian: Mengidentifikasi masalah penelitian yang
ingin dipecahkan atau pertanyaan yang ingin dijawab.
b. Tinjauan Pustaka: Melakukan tinjauan literatur untuk memahami konteks
penelitian, mengidentifikasi penelitian-penelitian terdahulu, dan membangun
dasar teoritis.
c. Perumusan Hipotesis: Merumuskan hipotesis penelitian atau asumsi yang
akan diuji dalam penelitian.
d. Desain Penelitian: Memilih jenis desain penelitian yang sesuai, seperti
eksperimen, survei, atau studi kohort.
e. Pengumpulan Data: Mengumpulkan data dengan metode yang telah
dirancang, seperti kuesioner, wawancara, atau pengukuran.
f. Analisis Data: Menganalisis data menggunakan metode statistik yang sesuai,
seperti regresi, analisis varians, atau uji-t.
g. Interpretasi Hasil: Menginterpretasikan hasil analisis data dan
menghubungkannya dengan hipotesis penelitian.
h. Penyusunan Laporan Penelitian: Menyusun laporan penelitian yang merinci
semua aspek penelitian, termasuk latar belakang, metodologi, temuan, dan
rekomendasi.

3. kriteria penelitian sosial yang baik

Kriteria untuk penelitian sosial yang efektif dapat bervariasi tergantung pada
berbagai faktor seperti tujuan, konteks, dan pendekatan penelitian yang digunakan.
Tetapi, ada beberapa kriteria umum yang dapat digunakan untuk menilai penelitian
sosial yang berkualitas:
a. Relevansi Terhadap Isu Sosial: Penelitian harus relevan dengan masalah
sosial yang penting atau pertanyaan yang memerlukan solusi dalam
masyarakat.
b. Dasar Teoritis yang Kokoh: Penelitian harus didasarkan pada kerangka kerja
teoritis yang kuat, yang mendukung hipotesis atau pertanyaan penelitian.
c. Metodologi yang Sesuai: Pemilihan metode penelitian harus tepat dan sesuai
dengan jenis pertanyaan penelitian yang diajukan. Ini dapat mencakup
metode survei, wawancara, analisis konten, atau pendekatan kualitatif
lainnya.
d. Kredibilitas dan Keandalan Data: Data yang dikumpulkan harus kredibel
(mengukur apa yang seharusnya diukur) dan andal (konsisten dan dapat
diandalkan).
e. Analisis Statistik yang Tepat: Jika menggunakan metode kuantitatif, analisis
statistik harus dilakukan dengan benar dan sesuai dengan jenis data yang
dikumpulkan.
f. Etika dalam Partisipasi: Penelitian harus mematuhi prinsip-prinsip etika
penelitian sosial, termasuk mendapatkan persetujuan dari peserta, menjaga
privasi, dan melindungi hak individu.
g. Transparansi dan Reproduksibilitas: Penelitian harus dilakukan dengan
transparansi agar orang lain dapat mengulangi penelitian tersebut dan
mendapatkan hasil yang serupa.
h. Kontribusi Ilmiah: Penelitian harus memberikan kontribusi baru atau
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu sosial yang ada.
i. Relevansi terhadap Tujuan Penelitian: Hasil penelitian harus relevan dengan
tujuan awal penelitian dan pertanyaan penelitian yang diajukan.

4. Tahapan Penelitian
Dalam konteks metodologi penelitian kuantitatif, digunakan suatu pola yang
sangat terstruktur. Pola ini menunjukkan bahwa seorang peneliti yang akan
menjalankan penelitian kuantitatif harus mengikuti urutan tahap yang terdapat dalam
keseluruhan proses penelitian. Tahap kedua hanya dapat dimulai setelah tahap
pertama diselesaikan, dan begitu seterusnya hingga mencapai tahap akhir. Pentingnya
pola ini adalah untuk mencegah pengulangan tahap sebelumnya atau melompati
tahap-tahap tertentu. Oleh karena itu, penelitian kuantitatif memiliki karakteristik
pola yang sangat terstruktur dan berurutan. Berguna untuk memahami tahapan-
tahapan yang harus dijalankan dalam penelitian kuantitatif dan alasan mengapa setiap
tahap harus diselesaikan secara berurutan.

1. Membuat Rancangan Penelitian

Pada langkah ini, terdapat elemen yang perlu diperhatikan sebagaimana berikut:

a. Permasalahan
Mengandung penjelasan mengapa suatu peristiwa menjadi subjek penelitian yang
menarik atau memiliki signifikansi untuk diteliti atau dijadikan sebagai fokus
permasalahan. Dalam konteks asumsi dasar aksiologi, pendekatan kuantitatif
berupaya untuk menemukan penjelasan-penjelasan atau hukum universal yang
relevan.

b. Teori yang digunakan


Berdasarkan prinsip-prinsip dasar dalam epistemologi, pendekatan penelitian
kuantitatif selalu menekankan penggunaan teori yang telah mapan dan memiliki
sifat universal. Misalnya, untuk mengidentifikasi penyebab perilaku kenakalan
remaja, seorang peneliti akan mengadopsi teori kriminalitas. Sementara itu, untuk
menjelaskan akar penyebab rendahnya kinerja DPR, seorang peneliti akan
merujuk pada teori birokrasi. Pendekatan deduktif yang diterapkan dalam
penelitian kuantitatif mengharuskan peneliti untuk mengikuti pola umum yang
terkait dengan teori ini. Setelahnya, teori tersebut digunakan untuk menganalisis
permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Pada tahap selanjutnya, kita akan
menjelajahi lebih lanjut bagaimana proses deduktif ini diterapkan dalam konteks
penelitian kuantitatif.

c. Hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan suatu respons awal terhadap permasalahan yang akan
diselidiki dalam penelitian. Hipotesis ini timbul setelah melakukan analisis
terhadap teori yang diterapkan. Oleh karena itu, suatu hipotesis tidak akan dapat
dibuat oleh peneliti jika proses pemeriksaan dan pemahaman terhadap teori belum
tuntas.

d. Menentukan populasi dan sampel


Setelah merumuskan permasalahan dengan selesai, langkah selanjutnya adalah
mengkaji teori terlebih dahulu. Setelah tahap ini, baru kita dapat mengidentifikasi
kelompok subjek yang akan menjadi fokus penelitian. Dalam konteks ini, kita
berbicara tentang populasi yang bisa berupa individu, kelompok, entitas
organisasi, atau institusi.

2. Membuat Instrumen Penelitian


Setelah menyelesaikan tahap perencanaan penelitian, peneliti akan
mengembangkan alat penelitian yang disebut instrumen. Dalam penelitian
kuantitatif, instrumen ini umumnya berbentuk kuesioner, yang berisi daftar
pertanyaan yang telah terstandarisasi dengan pola jawaban yang telah ditetapkan.
Individu yang menerima kuesioner ini disebut responden, dan mereka
diinstruksikan untuk memberikan jawaban sesuai dengan pilihan jawaban yang
telah disediakan. Pembuatan pertanyaan dalam kuesioner didasarkan pada proses
operasionalisasi konsep yang berasal dari teori yang relevan. Jawaban yang
diperoleh juga berlandaskan pada proses operasionalisasi konsep ini.

3. Mengumpulkan Data
Setelah menyelesaikan proses pengembangan instrumen, maka langkah
selanjutnya bagi peneliti adalah memasuki tahap pengumpulan data di lapangan.
Data ini diperoleh dengan mendistribusikan kuesioner kepada sejumlah individu
responden. Data penelitian diperoleh melalui jawaban yang diberikan oleh
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner
tersebut.

4. Mengolah data
Setelah proses pengumpulan data selesai, data dapat diproses dan dianalisis.
Tahap analisis data ini tidak dapat dimulai sebelum tahap pengumpulan data
selesai sepenuhnya. Sebagai contoh, bayangkan jika Anda berencana untuk
mengumpulkan pandangan 500 orang tentang kinerja DPR. Namun, pada awalnya
Anda hanya memiliki 100 data yang telah dikumpulkan. Jika Anda langsung
melakukan analisis pada saat itu, mungkin Anda akan menemukan bahwa
mayoritas responden memiliki pandangan negatif. Kemudian, ketika data
tambahan dari 400 orang lainnya tiba, sebagian besar menunjukkan pandangan
positif. Hal ini akan mengharuskan Anda untuk mengulang proses analisis. Oleh
karena itu, analisis data tidak dapat dimulai jika tahap pengumpulan data belum
selesai sepenuhnya.

5. Membuat Laporan Penelitian


Tahapan ini dapat dijalankan dengan asumsi bahwa kita telah menyelesaikan
proses pengolahan dan analisis data. Bagaimana kita bisa menyajikan laporan jika
data tersebut belum diolah? Dalam laporan ini, akan diungkapkan apakah
hipotesis yang telah diajukan telah terbukti atau tidak. Jika hipotesis tersebut
ternyata tidak terbukti, maka perlu dicari teori alternatif yang dapat digunakan
untuk menjelaskan fenomena sosial yang sedang diteliti.

5. Jenis-Jenis penelitian kuantitatif

Berbagai jenis penelitian memiliki tujuan yang berbeda-beda dan


berkaitan dengan perancangan penelitian. Oleh karena itu, pemilihan jenis
penelitian yang cocok sesuai dengan tujuan penelitian akan berdampak
pada hasil yang akurat. Jenis penelitian kuantitatif dibagi berdasarkan
pengelompokan sebagai berikut:

1. Penelitian Eksploratif
Penelitian eksploratif adalah suatu tipe penelitian yang dilakukan dengan
tujuan untuk menemukan pengetahuan baru dalam bidang tertentu.
Pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian ini benar-benar inovatif dan
belum pernah diketahui sebelumnya. Penelitian eksploratif berfungsi
sebagai salah satu jenis penelitian yang bertujuan memberikan klarifikasi
terhadap konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini
berusaha memberikan jawaban awal terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
telah dirumuskan terkait dengan isu yang akan diutamakan dalam
penelitian berikutnya. Oleh karena itu, penelitian eksploratif dapat
dianggap sebagai tahap awal dari sebuah penelitian.

2. Penelitian Diskriptif Kuantitatif


Penelitian diskriptif dapat melibatkan baik pendekatan kuantitatif maupun
kualitatif. Karakteristik utama dari penelitian diskriptif yang
membedakannya dari jenis penelitian lainnya adalah fokus utamanya pada
pemahaman dan penjelasan masalah yang ada saat penelitian sedang
berlangsung atau masalah/kejadian yang aktual dan memiliki signifikansi.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan situasi dengan cermat dan
akurat, bukan untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat atau untuk membandingkan dua variabel atau lebih guna
menemukan sebab dan akibat.

3. Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional, juga dikenal sebagai penelitian korelasi, adalah
suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengukur hubungan serta tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih
tanpa melakukan upaya untuk mengubah variabel-variabel tersebut.
Dalam penelitian ini, tidak ada manipulasi variabel yang dilakukan
(Faenkel dan Wallen, 2008:328). Dengan mengungkap tingkat keterkaitan
antara variabel-varibel tersebut, peneliti dapat mengembangkan penelitian
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Penelitian korelasional
menggunakan alat atau instrumen untuk menentukan apakah terdapat
hubungan antara dua variabel atau lebih, dan jika ada, sejauh mana
hubungan tersebut dapat diukur secara kuantitatif.

4. Penelitian Kausal Komparatif


Penelitian kausal komparatif, juga dikenal sebagai penelitian ex post facto,
menggunakan istilah "ex post facto" yang berasal dari bahasa Latin yang
berarti "setelah peristiwa" untuk menggambarkan pengumpulan data
setelah terjadinya fenomena atau peristiwa yang sedang diteliti. Dalam
penelitian ini, tidak ada intervensi langsung karena peristiwa tersebut
sudah terjadi. Menurut Kerlinger seperti yang dikutip oleh Emzir (2008),
penelitian kausal komparatif adalah penyelidikan empiris yang sistematis
dimana Para ilmuwan tidak melakukan kontrol langsung terhadap variabel
bebas karena variabel tersebut telah terjadi atau karena sifatnya yang tidak
dapat dimanipulasi.

5. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan dimulai dengan merencanakan, melaksanakan
tindakan, mengamati hasilnya, dan melakukan refleksi. Penelitian ini
mengambil langkah aksi langsung dengan tujuan mengatasi masalah atau
meningkatkan kualitas dalam konteks tertentu. Fokus utama penelitian
tindakan adalah menerapkan tindakan dalam upaya memperbaiki atau
menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kelompok subjek yang
diteliti. Hasil dari tindakan tersebut diamati, dan langkah-langkah
perbaikan atau penyesuaian berdasarkan kondisi dan situasi dilakukan
untuk mencapai hasil yang lebih baik.

6. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan dimulai dengan proses perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi terhadap hasilnya, dan refleksi. Penelitian ini
melibatkan tindakan yang dilakukan secara langsung dengan tujuan
mengatasi masalah atau meningkatkan kualitas dalam suatu konteks
tertentu. Fokus utama dari penelitian tindakan adalah menerapkan
tindakan untuk memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan yang ada
dalam kelompok subjek yang sedang diselidiki. Hasil dari tindakan
tersebut diamati, dan langkah-langkah perbaikan atau penyesuaian yang
sesuai dengan kondisi dan situasi kemudian dilakukan dengan tujuan
mencapai hasil yang lebih baik.
7. Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan, yang dikenal sebagai development research,
tidak hanya bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara situasi saat ini,
tetapi juga untuk menginvestigasi evolusi dan perubahan yang terjadi
seiring berjalannya waktu.

6. Karakteristik Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif memberikan penekanan pada pengujian teori melalui


pengukuran variabel penelitian menggunakan nilai numerik dan menjalankan
analisis data dengan metode statistik. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deduktif, dengan tujuan menguji hipotesis. Penelitian
kuantitatif juga cenderung mengikuti paradigma tradisional seperti
positivisme, eksperimental, atau empiris.
Penelitian kuantitatif bertujuan untuk mengubah fenomena menjadi sesuatu
yang dapat diukur dan dibatasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
melibatkan penggunaan pengukuran yang sudah distandardisasi atau skala
pengukuran data. Dengan demikian, secara intinya, penelitian kuantitatif
adalah upaya untuk mengumpulkan data berbentuk angka dengan tujuan
menjelaskan fenomena tertentu.

Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif memiliki ciri-ciri


sebagai berikut:

1. Penelitian kuantitatif adalah suatu jenis penelitian yang dilaksanakan


dengan tujuan untuk memberikan jawaban yang terstruktur terhadap
pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam kerangka metodologi ilmiah yang
telah ditetapkan. Rancangan penelitian kuantitatif melibatkan elemen-
elemen seperti fenomena yang diteliti, permasalahan yang hendak
dipecahkan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil
penelitian, tinjauan pustaka, penyelidikan literatur sebelumnya, alat
pengukuran yang digunakan, populasi dan sampel yang diambil, serta
jenis dan sumber data yang digunakan.

2. Penelitian kuantitatif memiliki ciri khas yang berupa cenderung


membatasi cakupan penelitian dengan membatasi variabel yang menjadi
fokus atau merinci populasi yang akan diteliti.

3. Data yang diperoleh dalam penelitian kuantitatif adalah data yang


berwujud angka atau dapat diubah menjadi bentuk kuantitatif melalui
perhitungan atau pengukuran. Oleh karena itu, data kuantitatif umumnya
terdiri dari angka, bukan kata-kata atau gambar. Jenis data dalam
penelitian kuantitatif dapat berupa skala ordinal, nominal, interval, atau
rasio.

4. Penelitian kuantitatif bisa melibatkan pengumpulan data secara


berkesinambungan (time series), pada titik waktu tertentu (cross-
sectional), atau penggabungan keduanya.

5. Penelitian kuantitatif sering kali memanfaatkan hipotesis untuk


menyajikan perkiraan atau jawaban awal terhadap pertanyaan penelitian.
Meskipun ada penelitian kuantitatif yang tidak selalu menggunakan
hipotesis, pertanyaan penelitian tetap diperlukan untuk menggambarkan
karakteristik penelitian secara deskriptif.

6. Dalam penelitian yang melibatkan hipotesis, diperlukan alat analisis


statistik yang dapat digunakan, baik itu statistik deskriptif maupun statistik
inferensial. Dengan menggunakan alat statistik, peneliti dapat
mengidentifikasi apakah terdapat hubungan atau pengaruh antara satu
variabel dengan variabel lainnya. Penelitian kuantitatif memandang angka
yang dihasilkan dari analisis statistik sebagai sarana yang dapat
memberikan pemahaman yang akurat.

7. Penelitian kuantitatif memanfaatkan sampel yang luas, dipilih secara acak,


akurat, dan mencerminkan populasi dengan baik. Pendekatan ini juga
bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. Dalam proses
pemilihan sampel, penting untuk menerapkan teknik yang sesuai dan
memastikan bahwa jumlah sampel yang digunakan mencukupi sehingga
hasil penelitian dapat diterapkan secara umum.

8. Penelitian kuantitatif mengadopsi pendekatan deduktif dalam mengkaji


data. Ini disebabkan oleh perumusan hipotesis yang didasarkan pada
kerangka teoritis yang telah ada sebelumnya.

9. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data sebaiknya memiliki


tingkat kepercayaan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) yang tinggi.
Oleh karena itu, langkah-langkah yang benar harus diikuti dalam
penyusunan instrumen.
B. Model Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu perencanaan dan serangkaian langkah penelitian


yang mencakup dari asumsi-asumsi dasar hingga metode-metode terperinci dalam
pengumpulan dan analisis data.

Penentuan desain penelitian bergantung pada permasalahan atau topik yang ingin
diselidiki, pengalaman pribadi peneliti, serta audiens atau tujuan pembaca yang
diharapkan.

Dalam pembuatan desain penelitian, kita mengenal beberapa model desain, yaitu:

a) Desain historis (sejarah): Desain ini digunakan ketika peneliti ingin menjawab
pertanyaan- pertanyaan yang terkait dengan peristiwa atau perkembangan
yang terjadi di masa lalu.
b) Desain deskriptif: Desain ini digunakan jika peneliti ingin menggambarkan
fenomena yang ada dengan menggunakan pola survei, studi kasus,
perbandingan sebab-akibat, korelasi, dan pengembangan.
c) Desain eksperimental: Desain ini digunakan untuk memeriksa sebab-akibat
dari suatu peristiwa, dan seringkali melibatkan penggunaan kelompok
eksperimental dan kelompok kontrol. Oleh karena itu, jenis desain penelitian
yang dipilih akan dipengaruhi oleh ontologi, paradigma, logika, dan strategi
penelitian yang digunakan oleh peneliti.

Dalam menyusun desain penelitian, sangat penting untuk tetap berlandaskan pada
rumusan masalah serta hipotesis yang akan diuji. Karena rumusan masalah adalah
titik awal dari penelitian, maka rancangan penelitian harus mencakup beberapa
elemen kunci, antara lain:
1. Tujuan Penelitian: Menjelaskan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai
melalui penelitian tersebut.
2. Pembatasan Masalah: Mengidentifikasi batasan-batasan atau lingkup khusus
yang akan menjadi fokus penelitian, sehingga tidak mencakup aspek yang
terlalu luas.
3. Obyek Penelitian: Menentukan objek atau subjek yang akan menjadi fokus
penelitian, apakah itu individu, kelompok, organisasi, atau fenomena tertentu.
4. Penentuan Jumlah Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel: Menggambarkan
bagaimana kita akan memilih partisipan atau elemen yang akan dijadikan
sampel penelitian, serta teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel
tersebut.
5. Analisis Data: Menjelaskan rencana untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan data yang diperoleh, termasuk alat analisis yang akan
digunakan.
6. Laporan dan Evaluasi Keseluruhan: Merinci bagaimana hasil penelitian akan
disajikan dalam laporan akhir dan bagaimana keseluruhan penelitian akan
dievaluasi.
Dengan memasukkan elemen-elemen ini dalam rancangan penelitian, kita
akan memiliki panduan yang jelas untuk menjalankan penelitian secara
keseluruhan dan memastikan bahwa penelitian kita relevan, terarah, dan dapat
memberikan jawaban yang bermakna terhadap rumusan masalah dan hipotesis
yang telah ditetapkan.

1. Desain Penelitian Kuantitatif

Asumsi filosofis dalam penelitian kuantitatif didasarkan pada pandangan


positivisme. Pandangan ini memegang bahwa filsafat deterministik berlaku, yang
berarti faktor-faktor kausal memiliki potensi besar untuk menentukan hasil atau
akibat akhir dari suatu peristiwa. Dalam konteks penelitian kuantitatif, ini berarti
bahwa peneliti meyakini bahwa fenomena dapat dijelaskan dengan menggunakan
metode ilmiah yang objektif, mengidentifikasi dan mengukur variabel-variabel yang
relevan, serta menguji hipotesis dengan data empiris untuk mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat.
Dengan demikian, penelitian kuantitatif cenderung mengadopsi pendekatan
deduktif, di mana peneliti mencoba menguji hipotesis atau teori yang telah
dirumuskan sebelumnya, dan mereka percaya bahwa data dapat menghasilkan
pemahaman yang lebih objektif dan umum tentang fenomena yang diteliti.
Pendekatan ini mengandalkan metode pengumpulan data seperti survei, eksperimen,
dan analisis statistik untuk menguji hubungan sebab-akibat yang mungkin ada antara
variabel-variabel yang diamati.
Asumsi dasar yang menjadi inti dalam paradigma penelitian positivisme, antara lain:

1) Pengetahuan bersifat konjektural / terkaan (antifondasional): Asumsi ini


menyatakan bahwa pengetahuan yang ditemukan melalui penelitian
positivistik bersifat provisional, atau sementara, dan tidak memiliki dasar
absolut. Ini berarti bahwa pengetahuan yang dihasilkan selalu tunduk pada
revisi dan pembaruan berdasarkan temuan baru.

2) Penelitian merupakan proses membuat "klaim-klaim": Penelitian


positivistik dianggap sebagai proses di mana peneliti menghasilkan klaim-
klaim atau proposisi-proposisi yang dapat diuji secara empiris. Klaim ini
merupakan hipotesis atau pernyataan yang dapat dibuktikan atau dibantah
dengan menggunakan data dan metode ilmiah.

3) Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan pertimbangan logis:


Penelitian positivistik bergantung pada pengumpulan data empiris yang dapat
diukur dan diamati. Pengetahuan diperoleh melalui interpretasi data, bukti
empiris, serta pemikiran logis yang rasional.

4) Penelitian harus mampu mengembangkan statement-statement yang


relevan dan benar yang menjelaskan situasi yang sebenarnya atau dapat
mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu persoalan: Penelitian
positivistik bertujuan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan yang dapat
diandalkan dan relevan dalam menjelaskan fenomena atau mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat. Ini mencakup pengembangan teori-teori yang
didukung oleh data empiris.

5) Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif; untuk itulah


dalam penelitian kuantitatif standar validitas dan reliabilitas menjadi
dua aspek penting: Penelitian positivistik menekankan pentingnya
objektivitas dalam pengumpulan dan analisis data. Validitas dan reliabilitas
adalah dua standar penting yang digunakan untuk memastikan bahwa data
yang diperoleh adalah akurat, dapat diandalkan, dan tidak dipengaruhi oleh
bias.
Asumsi-asumsi ini menjadi dasar bagi penelitian positivistik dalam upaya
untuk menghasilkan pengetahuan yang bersifat ilmiah, berdasarkan data
empiris, dan dapat diuji ulang untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang fenomena yang diteliti.

2. Model Desain Penelitian Kuantitatif

Model desain penelitian kuantitatif memang cenderung memiliki ciri-ciri yang


terstruktur, baku, formal, dan dirancang dengan sangat teliti sebelum pelaksanaan.
Keberhasilan penelitian kuantitatif sangat bergantung pada desainnya yang harus
memungkinkan untuk pengumpulan data yang akurat dan analisis yang valid.
Kesalahan dalam desain dapat berdampak besar pada hasil penelitian, sehingga
penting untuk merancangnya dengan cermat.

Contoh-contoh desain penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:

1) Ex Post Facto Design: Desain ini digunakan untuk mengidentifikasi hubungan


antara variabel-variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh peneliti. Ini sering
digunakan untuk studi observasional yang mengkaji korelasi atau hubungan
sebab-akibat dalam konteks alami.
2) Desain Eksperimental: Desain ini mencakup pengendalian variabel-variabel
tertentu untuk menguji pengaruh sebab-akibat. Beberapa jenis desain
eksperimental yaitu:
 One Shot Case Study: Mengukur dampak suatu perlakuan atau intervensi
pada kelompok subjek setelah perlakuan diberikan.
 One Group Pretest-Posttest Design: Mengukur variabel-variabel
sebelum dan setelah pemberian perlakuan pada satu kelompok subjek.
 Solomon Four Group Design: Kombinasi dari kelompok eksperimental
dan kelompok kontrol, serta pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan.
Semua desain ini memiliki karakteristik spesifik dan detail yang perlu
dirancang dengan cermat untuk memastikan validitas dan reliabilitas
penelitian. Kesalahan dalam desain dapat berdampak pada interpretasi
hasil dan kesimpulan yang diambil dari penelitian tersebut. Oleh karena
itu, perencanaan desain yang matang merupakan langkah penting dalam

penelitian kuantitatif.
C. Pola Usulan rencana penelitian proposal skripsi

Penelitian adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
secara seksama dan kritis memahami suatu hal atau fenomena dengan menggunakan
langkah-langkah

KESIMPULAN

REFERENCE

Anda mungkin juga menyukai