Oleh
Apriliani Yuva Kusuma Sari Dewi, S.Kep
NIM. PB1801012
A. Pengertian
Sepsis adalah respons inflamasi sistemik tubuh terhadap infeksi. Respon
inflmasi sistemik tersebut disebut sebagai systemic inflammatory response
syndrome (SIRS), terjadi akibat dari cedera klinis yang berat misalnya trauma,
luka bakar, pangkreatitis, infeksi dan sebagainya. Oleh karena itu, sepsis
ditegakkan bila curiga atau terbuktu bacteremia pada pasien dengan SIRS. SIRS
minimal memenuhi 2 dari 4 kriteria sebagai berikut: suhu tubuh >38°C atau
<36°C; frekuensi nadi >90 kali/menit, frekuensi napas >20kali/menit atau PaCO 2
<32mmHg; jumlah hitung leukosit >12.000/mm 3, atau <4.000/mm3, atau jumlah
neutofil batang >10% (Tanto, 2016).
Sepsis adalah respon inflamasi sistemik yang disebabkan oleh berbagai
macam organisme yang infeksius; bakteri gram negatif, bakteri gram positif,
fungi, parasit, dan virus. Tidak semua individu yang mengalami infeksi menjadi
sepsis, dan terdapat suatu rangkaian dari beratnya infeksi dari proses yang
terlokalisisir menjadi bakteriemia sampai ke sepsis dan menjadi septik syok
(Norwitz, 2010).
Sepsis adalah sindroma respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory
response syndrome) dengan etiologi mikroba yang terbukti atau dicurigai. Bukti
klinisnya berupa suhu tubuh yang abnormal (>38°C atau <36°C); takikardial
asidois metabolik; biasanya disertai dengan asidosis respiratorik terkompensasi
dan takipneu; dan peningakatan atau penurunan jumlah sel darah putih. Sepsis
juga dapat disebabkan oleh infeksi virus atau jamur (Runge MS, 2009).
Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana patogen
atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses
inflamasi (Chen et al, 2009). Dalam perjalannya sepsis dapat menjadi sepsis berat,
syok septic, hingga menjadi multiple organ dysfunction syndrome/ MODS berikut
definisi menurut Bone (1992).
Istilah Definsi
SIRS Minimal memenuhi 2 dari 4 kriteria berikut:
minimal memenuhi 2 dari 4 kriteria sebagai
berikut: suhu tubuh >38°C atau <36°C;
frekuensi nadi >90 kali/menit, frekuensi napas
>20kali/menit atau PaCO2 <32mmHg; jumlah
hitung leukosit >12.000/mm3, atau
<4.000/mm , atau jumlah neutofil batang
3
>10%
Sepsis SIRS dengan penemuan atau kecurigaan
bacteremia
Sepsis berat Sepsis dengan disfungsi organ, hipotensi atau
hipoperfusi. Kriteria ini juga mencakup sepsis
dengan asidosis laktat, oliguria (keluaran urin
<0,5 mL/KgBB/jam selama >2jam meski telah
diberi resusitasi cairan secara adekuat), acute
lung injury (ALI) dengan PaO2/FiO2 <200
(bila tidak ada pneumonia atau FiO2/PaO2
<250 (bila ada keterlibatan pneumonia),
kreatinin serum >2.0mg/dL, bilirubin >2mg,
hitung trombosit <1000.000/mm3, keagulopati
(INR >1.5).
Syok septik Sepsis dengan kelainan hipensi yang tidak
membaik dengan resusitasi cairan awal
Multiple Organ Dysfunction Adanya gangguan fungsi organ-organ tubuh
Syndrome (MODS) secara akut sehingga homeostatis yang tidak
dapat dipertahankan tanpa intervensi.
B. Etiologi
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat
disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur).
Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia. Spesies
Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering ditemukan. Umumnya,
sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik langsung dari
mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal dari
host terhadap infeksi (Caterino JM, 2012).
Sepsis disebabkan oleh respon imunitas yang dipicu oleh infeksi bakteri,
jamur, parasite atau virus. Infeksi dapat berasal dari dalam rumah sakit
(nosocomial), atau lingkungan (community acquired). Data dari beberapa studi
memperlihatkan mikroorganisme penyebab infeksi tersering adalah
Staphylococcus, diikuti oleh Streptococcus dan infeksi jamur, terutama spesis
Candida (Turner D, 2016).
Moss et al (2012) memaparkan penyebab umum sepsis pada orang sehat
sebagai berikut:
Sumber Lokasi Mikroorganisme
Kulit Syaphylococcus aureus dan gram positif bentuk cocci
lainnya
Saluran kemih Eschericia coli dan gram negative bentuk batang
lainnya
Saluran pernapasan Streptococcus pneumonia
Usus dan kantung empedu Enterococcus faecalis, E.coli dan gram negative
bentuk batang lainnya, Bacteroides fragilis
Organ pelvis Neisseria gonorrhea, anaerob
C. Manifestasi Klinis
Ikatan Dokter Anak Indonesia mempublikasikan pedoman nasional
diagnosis dan tata laksana sepsis anak pada tahun 2016, memaparkan secara klinis
respon inflamasi pada pasien dengan sepsi dapat berupa sebagai berikut: demam
(suhu inti >38,5°C atau suhu aksila >37,9°C) atau hipermia (suhu inti <36°C);
takikardia (peningkatan denyut jantung sesuai usia tanpa adanya stimulus
ekternal, obat kronis, atau nyeri, atau peningkatan denyut jantung yang tidak
dapat dijelaskan lebih dari 0,5 sampai 4 jam; bradikardia (penurunan denyut
jantung sesuai usia tanpa adanya stimulus bagal ekternal, beta-bloker, atau
penyakit jantung kongenital atau penurunan denyut jantung yang tidak dapat
dijelaksan selama lebih dari 0,5jam; takipneu (peningkatan frekuensi napas)
(Wulandari, 2017).
Sepsis dimulai dengan tanda klinis respons inflamasi sistemik (yaitu
demam, takikardia, takipnea, leukositosis) dan berkembang menjadi hipotensi
pada kondisi vasodilatasi perifer (renjatan septik hiperdinamik atau “hangat”,
dengan muka kemerahan dan hangat yang menyeluruh serta peningkatan curah
jantung) atau vasokonstriksi perifer (renjatan septik hipodinamik atau “dingin”
dengan anggota gerak yang biru atau putih dingin). Pada pasien dengan
manifestasi klinis ini dan gambaran pemeriksaan fisik yang konsisten dengan
infeksi, diagnosis mudah ditegakkan dan terapi dapat dimulai secara dini
(Caterino JM, 2012).
Pasien dalam fase awal sepsis sering mengalami cemas, demam, takikardi,
dan takipnea. Tanda-tanda dari sepsis sangat bervariasi. Berdasarkan studi,
demam (70%), syok (40%), hipotermia (4%), ruam makulopapular, petekie,
nodular, vesikular dengan nekrosis sentral (70% dengan meningococcemia), dan
artritis (8%). Infeksi menjadi keluhan utama pada pasien (Hinds et al, 2012).
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Hasil laboratorium sering ditemukan asidosis metabolik, trombositopenia,
pemanjangan waktu prothrombin dan tromboplastin parsial, penurunan kadar
fibrinogen serum dan peningkatan produk fibrin split, anemia, penurunan
PaO2 dan peningkatan PaCO2, serta perubahan morfologi dan jumlah
neutrofil. Peningkatan neutrofil serta peningkatan leukosit imatur, vakuolasi
neutrofil, granular toksik, dan badan Dohle cenderung menandakan infeksi
bakteri. Neutropenia merupakan tanda kurang baik yang menandakan
perburukan sepsis.
2. Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat menunjukkan neutrofil dan bakteri.
Pada stadium awal meningitis, bakteri dapat dideteksi dalam cairan
serebrospinal sebelum terjadi suatu respons inflamasi.
3. EKG
Pemeriksaan EKG dapat menujukkan segmen ST dan gelombang T dan
distritmia menyerupai infark miokard.
4. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi
organisme penyebab sepsis. Kultur darah positif atau apus gram dari buffy
coat serum atau lesi petekia menunjukkan mikroorganisme.
(Garna HH, 2012)
E. Patofisiologi
Sepsis menggambarkan suatu sindrom klini kompleks yang timbul saat
system imunitas penjamu teraktifasi terhadap infeksi. Molekul patogen
mengaktifan system kekebalan tubuh, melepaskan mediator inflamasi dan
memicu pelepasan sitokin yang penting dalam eliminasi patogen. Sitokin
proinflamasi, seperti TNF, IL-1, interferon gamma (IFN-γ) bekerja membantu sel
dalam menghancurkan mikroorganisme yang menginfeksi. Dengan demikian,
proses eliminasi lebih efektif, sekaligus memicu pelepasan sitokin anti inflamasi,
seperti interleukin-1 receptor antagonis (IL-1 ra), IL-4 dan IL-10. Sitokin anti
inflamasi berperan menghentikan proses inflamasi dengan memodulasi,
koordinasi, atau represi terhadap respon yang berlebihan (mekanisme umpan
balik). Sitokin pro-inflamasi juga berperan dalam perlepasan nitrogen monoksida
(nitric oxide, NO) yang penting dalam eliminasi patogen, tetapi efek NO lainnya
adalah vasodilatasi vaskuler. Pada keadaan sepsis, produksi NO yang berlebih
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan menyebabkan syok septik.
Ketika system imun tidak efektif mengeliminasi antigen, proses inflamasi
menjadi tidak terkendali dan menyebabkan kegagalan system organ. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bone yang menyatakan bahwa kerusakan
oragan multiple tidak disebabkan oleh infeksi tetapi akibat dari inflamasi sistemik
dengan sitokin sebagai mediator (Cinel I; 2009, Wulandari; 2017).
F. Pathway
Bakteri gram negative, bakteri gram positif, jamur, parasite dan virus masuk ke tubuh
↓
Infasi bakteri dan kontaminasi sistemik
↓
Infeksi
↓
Disfungsi dan kerusakan endotel dan difungsi organ multiple
↓
Sepsis → ↓Sistem imun → Resiko Infeksi
↓
Pelepasan endotoksin
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan diagnosa sepsis sebagai
berikut:
1. Hipertermia
2. Penurunan Curah Jantung
3. Ketidakefektifan Pola Napas
4. Resiko Syok
5. Resiko Infeksi
6. Resiko Cidera
(Nanda, 2018)
J. Intervensi
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Hipertermia Asuhan keperawatan yang Perawatan Demam
diberikan kepada pasien - Pantau suhu dan
selama …x24 jam untuk tanda-tanda vital
keseimbangan suhu tubuh, lainnya
dengan kriteria hasil: - Monitor warna kulit
- Hipertermia ringan dan suhu
- Tidak ada peningkatan - Monitor asupan dan
suhu tubuh keluaran
- Tidak ada dehidrasi - Berikan cairan IV
- Nadi dan tingkat - Berikan oksigen,
pernapasan tidak yang sesuai
terganggu - Kompres pada lipatan
- Tidak ada perubahan paha dan aksila
warna kulit - Kolaborasi
pemberian obat