Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL

TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN BAHAN MAKANAN SISWA


TATA BOGA SMK NEGERI 8 MEDAN

Mashudi1 , Riana Friska Siahaan2


Program Studi Pendidikan Tata Boga
FT Universitas Negeri Medan
Email:

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hasil belajar siswa yang
menggunakan Media Pembelajaran Audio Visual pada Pengetahuan Bahan Makanan (2)
Hasil belajar siswa yang tidak menggunakan Media Pembelajaran Audio Visual pada
Pengetahuan Bahan Makanan (3) Untuk mengetahui pengaruh Media Pembelajaran Audio
Visual terhadap hasil belajar pada Pengetahuan Bahan Makanan. Desain Penelitian ini
adalah quasi eksperimen. Lokasi penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 8 Medan.
Penentuan kelas dilakukan secara Simple Random Sampling sehingga sampel kelas terdiri
dua kelas yaitu kelas X-4 yang berjumlah 33 orang dan kelas X-5 yang berjumlah 33
orang. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan teknik analisis data menggunakan
deskripsi data, uji kecenderungan, uji normalitas menggunakan rumus chi kuadrat, uji
homogenitas, dan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kecenderungan hasil belajar
pengetahuan bahan makan yang menggunakan media pembelajaran Audio Visual kategori
cenderung tinggi dengan jumlah persentase 84,85 persen dan tingkat kecenderungan hasil
belajar pengetahuan bahan makan yang tidak menggunakan media pembelajaran Audio
Visual kategori cenderung cukup dengan jumlah persentase 99,99 persen. Hasil uji
normalitas dari kedua kelas adalah berdistribusi normal. Dengan nilai kelas eksperimen
(Xhitung = 9,015 < Xtabel = 11,07), kelas kontrol (Xhitung = 8,160 < Xtabel = 11,07).
Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh nilai > (16,13 > 1,661) pada taraf
signifikan 5%. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media
pembelajaran audio visual terhadap hasil belajar siswa Tata Boga SMK Negeri 8 Medan.
Artinya dengan penggunaan media pembelajaran Audio Visual dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada Pengetahuan Bahan Makanan.

Kata Kunci: Media Pembelajaran Audio Visual, Hasil Belajar, Pengetahuan Bahan
Makanan

PENDAHULUAN interaktif, inspiratif, menyenangkan,


menantang, memotivasi siswa untuk
Proses pembelajaran merupakan
berpartisipasi aktif, serta memberikan
aktivitas pendidik atau guru secara
ruang yang cukup bagi prakarsa,
terprogram melalui desain instruksional
kreativitas, dan kemandirian sesuai
agar peserta didik dapat belajar secara
dengan bakat, minat, dan perkembangan
aktif dan lebih menekankan pada sumber
fisik serta psikologis siswa (Peraturan
belajar yang disediakan (Dimyanti dan
Pemerintah, 2005).
Mudjiono, 2006). Peraturan Pemerintah
Agar pembelajaran menjadi kegiatan
Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
yang aktif, kreatif, efektif dan
Pasal 19 menyatakan bahwa proses
menyenangkan dapat dilakukan melalui
pembelajaran pada setiap satuan
berbagai cara. Salah satunya adalah
pendidikan diselenggarakan secara

GARNISH | Jurnal Pendidikan Tata Boga Page 21


melalui penggunaan media Sekolah Menenggah Kejuruan
pembelajaran. Guru sebagai salah satu (SMK) merupakan lembaga pendidikan
komponen penentu proses belajar kejuruan yang dalam proses belajar
mengajar dituntut mempunyai sejumlah mengajarnya melakukan banyak praktek
kemampuan. Salah satunya ialah maka dari itu guru SMK dituntut harus
menciptakan suasana belajar yang lebih kreatif dalam masalah media
kondusif, misalnya dengan jalan memilih pembelajaran, agar siswa lebih cepat
media pembelajaran yang sesuai dengan mengerti serta dapat meningkatkan
materi pelajaran (Arsyad, 2010). praktek yang dilakukannya. Pengetahuan
Penggunaan media pembelajaran Bahan Makanan merupakan mata
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pelajaran dasar yang harus dikuasi oleh
guru agar seorang siswa dapat peserta didik, agar dapat melanjutkan ke
memahami materi pelajaran, setelah mata pelajaran berikutnya. Sehingga
melakukan pembelajaran siswa akan siswa dituntut mampu menguasai materi
memiliki kompetensi sebagaimana pelajaran.
tuntutan dari materi yang dipelajari. Berdasarkan hasil observasi pada
Peningkatan kualitas pendidikan tanggal 05 Januari 2016, di SMK Negeri
ditentukan oleh banyak faktor salah satu 8 Medan, guru bidang studi Pengetahuan
adalah guru harus melihat dan Bahan Makanan dalam penyampaian
mencocokkan media pembelajaran sesuai materi masih dengan menggunakan
dengan kebutuhan siswa agar siswa lebih metode ceramah. Guru belum
termotivasi dan lebih giat mengikuti menggunakan media pembelajaran
proses belajar mengajar (Hamdani, berbasis audio visual. Bila dilihat dari
2011). fasilitas- fasilitas yang tersedia seperti
Media pembelajaran begitu banyak, komputer dan LCD sudah tersedia
salah satunya adalah media audio visual diruang belajar dan diruang kelas
yaitu jenis media yang selain laboratorium, namun belum secara
mengandung unsur suara, mengandung maksimal digunakan.
unsur gambar yang bisa di lihat, Mata pelajaran Pengetahuan Bahan
misalnya rekaman video, film, slide Makanan merupakan salah satu pelajaran
suara. Kemampuan media ini dianggap yang mempelajari tentang berbagai jenis
lebih baik dan menarik (Sanjaya, 2010). bahan makanan, sebaiknya dalam proses
Media audio visual, yang belajar mengajar guru harus
menggunakan indera penglihatan dengan menunjukkan bahan makanan yang
didukungnya keterangan-keterangan dari sebenarnya atau melalui media
pendidik (guru) untuk memperjelas pembelajaran, sehingga siswa dapat
materi yang dihubungkan dengan media langsung melihat bagaimana bahan
yang digunakan. Pengertian Media audio makanan yang sebenarnya bukan hanya
visual dalam pembelajaran dimaksudkan melalui teori atau buku. Jika
sebagai bahan yang mengandung pesan menggunakan media vidio siswa lebih
dalam bentuk visual dan auditif (tampak mudah memahami dan pembelajaran
dengar) yang dapat merangsang pikiran, lebih menarik dan tidak membosankan
perasaan, penglihatan dan kemauan
siswa sehingga proses pembelajaran KERANGKA KONSEPTUAL
dapat berlangsung. Dengan adanya 1. Media Pembelajaran
media pembelajaran audio visual Media pembelajaran yaitu alat yang
diharapkan dapat meningkatkan nilai secara fisik digunakan untuk
hasil belajar siswa (Arsyad, 2010). menyampaikan isi materi pengajaran
yang terdiri dari buku, tape recorder,

GARNISH | Jurnal Pendidikan Tata Boga Page 22


kaset, video camera, video recorder, video, film, slide suara, dan lain
film, slide (gambar bingkai), foto, sebagainya. Kemampuan media ini
gambar, grafik, televisi dan komputer. dianggap lebih baik dan menarik
Dengan kata lain, Media pembelajaran (Sanjaya, 2010). Media audio visual
adalah komponen sumber belajar atau terdiri atas audio visual diam, yaitu
wahana fisik yang mengandung materi media yang menampilkan suara dan
instruksional di lingkungan siswa yang gambar diam seperti film bingkai suara
dapat merangsang siswa untuk belajar (sound slide), film rangkai suara. Audio
(Arsyad, 2010). visual gerak, yaitu media yang dapat
Berdasarkan uraian di atas, maka menampilkan unsur suara dan gambar
dapat disimpulkan bahwa media yang bergerak seperti film suara dan
pembelajaran adalah media yang video cassette. Dan dilihat dari segi
digunakan dalam pembelajaran yang keadaannya, media audio visual dibagi
meliputi alat bantu guru dalam mengajar menjadi audio visual murni yaitu unsur
serta sarana pembawa pesan dari sumber suara maupun unsur gambar berasal dari
belajar kepada penerima pesan (siswa). suatu sumber seperti film audio cassette.
Sebagai penyaji dan penyalur pesan, Sedangkan audio visual tidak murni
Media belajar dalam hal-hal tertentu bisa yaitu unsur suara dan gambarnya berasal
mewakili guru menyajikan informasi dari sumber yang berbeda, misalnya film
belajar kepada siswa. Jika program bingkai suara yang unsur gambarnya
media itu didesain dan dikembangkan bersumber dari slide proyektor dan unsur
secara baik, maka fungsi itu akan dapat suaranya berasal dari tape recorder.
diperankan oleh media meskipun tanpa 3. Hasil Belajar Pengetahuan
keberadaan guru. Unggas
Hasil belajar yang diperoleh siswa
2. Media Audio Visual merupakan akibat dari proses belajar
Media audio adalah media yang yang dilakukan oleh peserta didik. Proses
mengandung pesan dalam bentuk auditif belajar merupakan penunjang hasil
(hanya dapat didengar) yang dapat belajar yang dicapai peserta didik
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, (Sudjana, 2013). Hasil belajar
dan kemampuan para siswa untuk merupakan akibat yang ditimbulkan
mempelajari bahan ajar (Hamdani, karena berlangsungnya suatu proses
2011). Media visual adalah media yang kegiatan. Sedangkan belajar adalah
hanya dapat dilihat dengan menggunakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh
indra penglihatan. Media jenis inilah perubahan tingkah laku sebagai hasil
yang sering digunakan oleh para guru pengalaman induvidu dalam intraksi
untuk membantu menyampaikan isi atau dengan lingkunganya. Hal ini sejalan
materi pelajaran. Media terdiri dari atas dengan pendapat Slameto (2010), yang
media yang dapat di proyeksikan menyatakan bahwa hasil belajar itu
(project visual) dan media yang tidak sendiri merupakan usaha yang dilakukan
bisa diproyeksikan (non-project visual). seseorang untuk memproleh tingkah laku
Media yang dapat diproyeksikan bisa yang baru secara keseluruhan, sebagai
berupa gambar diam (still pictures), dan hasil pengalamanya sendiri dalam
gambar bergerak (motion pictures) intraksi dengan lingkunganya
(Hamdani, 2011). (Slameto,2010).
Media audio visual yaitu jenis Kompetensi Dasar Pengetahuan
media yang selain mengandung unsur Unggas dan Hasil Olahanya merupakan
suara juga mengandung unsur gambar materi pelajaran yang diterima di kelas X
yang bisa dilihat, misalnya rekaman dan merupakan pelajaran dasar yang

GARNISH | Jurnal Pendidikan Tata Boga Page 23


harus dikuasi oleh peserta didik. Materi kelas eksperimen, sehingga jumlah
Pengetahuan Unggas dan Hasil olahanya sampel sebanyak 66 siswa
merupakan bahan materi yang penting .
dalam mengetahui jenis-jenis unggas dan C. Jenis dan Cara Pengumpulan
potonganya. Unggas (poultry) Data
merupakan hewan yang umumnya sudah Untuk mendapatkan data yang
didomestikasikan atau ditangkar dan diperlukan sesuai dengan tujuan
diternakkan untuk diambil daging atau penelitian digunakan test dan melakukan
teksturnya. Pada umumnya unggas yang pratek. Tes ini berbentuk pilihan
dipergunakanan dalam pengolahan berganda yang berjumlah 50 soal pada
adalah ayam itik, kalkun, angsa dan setiap orang. Sebelum tes digunakan
bermacam-macam burung (Prihastuti, terlebih dahulu diadakan uji coba untuk
2008). melihat apakah telah memenuhi
persyaratan validitas, reabilitas, daya
METODE PENELITIAN
beda dan tingkat kesukaran tes.
A. Desain, Tempat, dan Waktu Instrumen yang digunakan dalam
Desain penelitian ini adalah quasi penelitian ini adalah tes hasil belajar
eksperimen, yaitu penelitian yang siswa yakni berupa pretes dan postes.
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya Tes diujikan kepada siswa sebelum
pengaruh atau akibat dari sesuatu yang melaksanakan pengajaran untuk
ditimbulkan pada subjek (peserta didik) mengetahui kemampuan awal siswa.
(Arikunto, 2013). Lokasi penelitian Kemudian setelah materi Pengetahuan
dilakukan di SMK Negeri 8 Medan dan Bahan Makanan selesai diajarkan maka
waktu penelitian dilaksanakan pada untuk mengetahui sampai di mana hasil
bulan Mei-Juni 2016 semester genap pembelajaran yang telah dilaksanakan
Tahun Ajaran 2015-2016. sehingga dilakukan postes pada akhir
pembelajaran Pengetahuan bahan
B. Jumlah Dan Cara Penarikan makanan. Adapun pretes diberikan pada
Sampel awal untuk menghomogenkan sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti.
penelitian yang didalamnya terdapat
sejumlah objek yang dapat dijadikan D. Pengolahan dan Analisis Data
sumber data, yang diharapkan dapat Berdarkan pre test pengetahuan
memberikan data-data yang dibutuhkan bahan makanan (kelas eksperimen) data
seorang peneliti (Arikunto, 20013). yang diperoleh dengan jumlah responden
Populasi dalam penelitian ini adalah 33 siswa terdapat nilai tertinggi 74 dan
siswa kelas X Tata Boga SMK Negeri 8 nilai terendah 47 dengan rata-rata (M) =
Medan yang berjumlah 180 siswa yang 60,87 dan standart deviasi (Sd) = 5,87.
terdiri dari 5 kelas Distribusi Frekuensi Pre Test
Sampel adalah sebagian atau wakil Kelompok Yang Menggunakan Media
dari populasi (Arikunto 2013). Pembelajaran Audio Visual.
Penentuan kelas dilakukan secara Simple No Interval F (%)
Random Sampling. Berdasarkan tehnik 1 47-51 2 6,06
tersebut maka sampel yang digunakan 2 52-56 7 21,21
dalam penelitian ini sebanyak dua kelas, 3 57-61 8 24,24
yakni kelas X Tata Boga5 sebanyak 33 4 62-66 9 27,27
siswa sebagai kelas kontrol dan kelas X 5 67-71 6 18,18
Tata Boga4 sebanyak 33 siswa sebagai 6 72-76 1 3,03
Jumlah 33 100

GARNISH | Jurnal Pendidikan Tata Boga Page 24


Berdasarkan Tabel diatas dapat 2 72-75 4 12,12
dilihat bahwa Distribusi frekensi pre test 3 76-79 12 36,36
kelompok yang menggunakan media 4 80-83 6 18,18
pembelajaran audio visual berada pada 5 84-87 7 21,21
kelas interval 62-66 sebanyak 27,27 6 88-91 3 9,09
persen, interval kelas 57-61 sebesar Jumlah 33 100
24,24 persen, interval kelas 52-56 Berdasarkan tabel diatas dapat
sebesar 21,21 persen, interval kelas 67- dilihat bahwa distribusi frekensi
71 sebesar 18,18 persen, interval kelas kelompok hasil belajar yang
47-51 sebesar 6,06 persen dan interval menggunakan media pembelajaran audio
kelas 72-76 sebesar 3,03 persen visual berada pada kelas interval 76-79
Berdasarkan pre test pengetahuan sebesar 36,36 persen, kelas interval 84-
bahan makanan (kelas kontrol) data yang 87 sebesar 21,21 persen , kelas interval
diperoleh dengan jumlah responden 33 80-83 sebesar 18,18 persen, kelas
siswa terdapat nilai tertinggi 66 dan skor interval 72-75 sebesar 12,12 persen,
terendah 45, dengan rata-rata (M) = kelas interval 88-91 sebesar 9,09 persen,
57,09 dan standart deviasi (Sd) = 5,67. kelas interval 68-71 sebesar 3,03 persen
Berdasarkan data hasil belajar yang
Distribusi Frekuensi Pre Test diperoleh dengan jumlah responden 33
Kelompok Yang Tidak Menggunakan siswa terdapat nilai tertinggi 71 dan skor
Media Pembelajaran Audio Visual. terendah 50, dengan rata-rata (M) =
No Interval F (%) 60,93 dan standart deviasi (Sd) = 5,22
1 45-48 4 12,12 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
2 49-52 2 6,06 Kelompok Yang Tidak Menggunakan
3 53-56 7 21,21 Media Pembelajaran Audio Visual.
4 57-60 7 21,21 No Interval F (%)
5 61-64 12 36,36 1 50-53 3 9,09
6 65-68 1 3,03 2 54-57 4 12,12
Jumlah 33 100 3 58-61 12 36,36
Berdasarkan diatas dapat dilihat 4 62-65 7 21,21
bahwa distribusi frekensi pre test 5 66-69 5 15,15
kelompok yang tidak menggunakan 6 70-73 2 6,06
media pembelajaran audio visual berada Jumlah 33 100
pada kelas interval 61-64 sebesar 36,36 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat
persen, kelas interval 57-60 dan 53-56 bahwa distribusi frekuensi kelompok
sebesar 21,21 persen, kelas interval 45- hasil belajar yang tidak menggunakan
48 sebesar 12,12 persen, kelas interval media pembelajaran audio visual berada
49-52 sebesar 6,06 persen, kelas interval pada kelas interval 58-61 sebesar 36,36
65-68 sebesar 3,03 persen. persen, kelas interval 62-65 sebesar
Berdarkan data hasil belajar yang 21,21 persen, kelas interval 66-69
diperoleh dengan jumlah responden 33 sebesar 15,15 persen, kelas interval 54-
siswa terdapat nilai tertinggi 91 dan nilai 57 sebesar 12,12 persen, kelas interval
terendah 68 dengan rata-rata (M) = 80,54 50-53 sebesar 9,09 persen, kelas interval
dan standart deviasi (Sd) = 4,75. 70-73 sebesar 6,06 persen.
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan tingkat kecendrungan
Kelompok Yang Menggunakan hasil belajar pengetahuan bahan makan
Media Pembelajaran Audio Visual. dari hasil perhitungan diperoleh Mi = 19
No Interval F (%) dan Sdi = 6,33 Tingkat kecendrungan
1 68-71 1 3,03 kelompok yang menggunakan media

GARNISH | Jurnal Pendidikan Tata Boga Page 25


pembelajaran audio visual sebesar 84,85 media pembelajaran Audio Visual dan
persen dikategorikan cenderung tinggi, hasil belajar yang tidak menggunkan
15,15 persen dikategorikan cenderung media pembelajran adalah Homogen.
cukup. Dengan demikian yang memiliki Berdasarkan hasil penelitian
persentase tertinggi adalah ada pada perhitungan uji hipotesis, diketahui
kategori tinggi, sehingga dapat bahwa ttabel= 1,661. Selanjutnya thitung =
disimpulkan bahwa hasil belajar 16,13. maka dengan demikian dapat
pengetahuan bahan makanan yang disimpulkan hasil belajar siswa yang
menggunakan media pembelajaran di diajar dengan media pembelajaran Audio
SMK Negeri 8 Medan cenderung tinggi. Visual lebih tinggi dari pada hasil
Berdasarkan hasil penelitian dapat belajar siswa yang tidak diajar dengan
dilihat bahwa tingkat kecendrungan menggunakan media pembelajaran
kelompok yang tidak menggunakan Audio Visual.
media pembelajaran audio visual sebesar KESIMPULAN
100 persen dikategorikan cenderung
cukup. Maka secara umum dapat Berdasarkan hasil analisis data
disimpulkan bahwa hasil belajar penelitian, maka kesimpulan dalam
pengetahuan bahan makanan yang tidak penelitian ini adalah sebagai berikut:
menggunakan media pembelajaran di a) Hasil belajar siswa yang
SMK Negeri 8 Medan cenderung cukup menggunakan media pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian audio visual pada pengetahuan
2 bahan makanan termasuk kategori
diperoleh nilai X untuk kelas kontrol
sebesar 8,160, kemudian dikonsultasikan cendrung tinggi dengan presentase
dengan X2 t pada dk (6-1)=5 pada taraf sebesar 84,85 persen.
signifikan 5 % sebesar 11,070 maka X2 h b) Hasil belajar siswa yang tidak
< X2 t yaitu (8,160 < 11,070) dapat menggunakan media pembelajaran
disimpulkan bahwa hasil belajar audio visual pada pengetahuan
pengetahuan bahan makan pada siswa bahan makanan termasuk kategori
yang tidak diajar denga media cendrung cukup dengan presentase
pembelajaran Audio Visual adalah sebesar 100 persen.
berdistribusi Normal sehingga dapat c) Terdapat pengaruh yang signifikan
diterima. antara media pembelajaran audio
Berdasarkan hasil penelitian visual terhadap hasil belajar
diperoleh nilai X2 untuk kelas pengetahuan bahan makanan dengan
eksperimen sebesar 9,015, kemudian nilai (16,13>1,661)
dikonsultasikan dengan X2 t pada dk (6- pada taraf signifikan 5 persen.
1)=5 pada taraf signifikan 5 % sebesar Artinya media pembelajaran audio
11,070 maka X2 h < X2 t yaitu (9,015 < visual dapat meningkatkan hasil
11,070) dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pengetahuan bahan makanan
belajar pengetahuan bahan makan pada siswa Tata Boga SMK Negeri 8
siswa yang tidak diajar denga media Medan
pembelajaran Audio Visual adalah DAFTAR PUSTAKA
berdistribusi Normal sehingga dapat
diterima Ahmad, Sabri.2010. Strategi Belajar
Setelah dilakukan pengujian Mengajar Micro Teaching. Jakarta:
diperoleh bahwa nilai = 1,21 dan PT.Ciputat Press
= 2,01, maka dapat disimpulkan Anderson, L. 2010. Kerangka Landasan
< (1,21 < 2,01 ) yang Untuk Pembelajaran, Pengajaran
berarti data hasil belajar menggunakan

GARNISH | Jurnal Pendidikan Tata Boga Page 26


Dan Asesmen. Jakarta. Pustaka Mata Pelajaran Fiqh Di MI
Belajar. NasyrulUlum 2 BrakasKlambu
Arifin, Zainal, 2011. Evaluasi Grobogan Tahun Pelajaran
Pembelajaran Prinsip, Teknik, 2008/2009,Skripsi, (Semarang:
Prosedur, Jakarta: Remaja Fakultas Tarbiyah IAIN
Rosdakarya. Walisongo).
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Prihastuti dkk, (2008). Restorant Jilid I
Penelitian Suatu Pendekatan Untuk SMK. Direktorat Pembinaan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sekolah Menengah Kejuruan.
Arsyad, Azhar. 2010. Media Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Manajemen Pendidikan Dasar Dan
Grafindo Persada. Menengah, Departemen Pendidikan
Azhar, Arsyad. 2010. Media Nasional.
Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Sadiman, Arif, dkk. 2011. Media
Grapindo persada. Cetakan ke XIII. Pendidikan Pengertian,
Departemen Pendidikan Nasional.2005. Pengetahuan, dan
Praturan Pemerintah Nomor 19 Permanfaatannya. Jakarta: Raja
Tahun 2005,tentang Standar Grafindo Persada.
Nasional Pendidikan. Jakarta: Safriana, Rangkuti, Anisa. (2015), dalam
Depdiknas. penelitiannya tentang Pengaruh
Dimyanti, dan Mudjiono. 2006. Belajar Media Audio Visual terhadap Hasil
dan Pembelajaran. Bandung: Alfa Belajar garnish di SMK Negeri 3
Beta. Tebing Tinggi. Skripsi. Pendidikan
Dharmayanti, Laksmi. 2013. Tata Boga. Fakultas Teknik.
Pengetahuan Bahan Makanan 2. Unimed.
Jakarta : Dinas Pendidikan Sagala, 2012. Konsep Dan Makna
dan kebudayaan Pembelajaran. Bandung: Alpabet.
Fathurrohman dan Sutikno. 2010. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi
Strategi Belajar Mengajar. Pembelajaran Berorientasi Standar
Bandung: Refika Aditama. Proses Pendidikan. Jakarta:
Garlach, Ely.2011. Teaching and Media Kencana.
: a systematicapproch. Englewood Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-
Cliffs : Prentice- Hall. Faktor yang Mempengaruhinya.
Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Jakarta: Rineka Cipta
Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika. Sudjana N, 2012. Penelitian Hasil
Hamdani. 2012. Strategi Belajar Proses Belajar Mengajar.
Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Bandung: Rosdakarya.
Isma, Muhammad, A. 2015. Perbedaaan Sudjana. 2012. Metoda Statistika.
Hasil Belajar Yang Menggunakan Bandung : PT. Tarsito Bandung.
Dan Tidak Menggunakan Media Sugiyono. 2013. Statistika untuk
Pada Pengenalan Bahan Pangan di Penelitian. Bandung : Alfabeta.
SMP Negeri 7 Binjai. Skripsi. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan Tata Boga. Fakultas Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Teknik. Unimed. Bandung: CV. Alfabeta.
Koswara, Sutrisno.2009.Penggolahan Smith, Frank. 2010. Understanding
Unggas.Jakarta:E-bookpangan.com Reading Edisi Revisi . London
Mizan Taufiqurrahman (2009), Pengaruh :Lawrence Erlbaum Associate
Pemanfaatan Media Audio Visual Publisher.
terhadap Kompetensi siswa Pada

GARNISH | Jurnal Pendidikan Tata Boga Page 27


Yamin, Martinis.2010. Profesionalisme
Guru & Implementasi KTSP.
Jakarta: Gaung Persada Press
Widta, Retno.2001.Pengetahuan Dasar
Penggolahan Makanan Indonesia.
Jakarta: Grasindo.
Wina Sanjaya, 2013. Perencanaan
Pembelajaran dan Desain System
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana)

GARNISH | Jurnal Pendidikan Tata Boga Page 28

Anda mungkin juga menyukai