Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KASUS SUAP DAN GRATIFIKASI


OLEH MANTAN GUBENUR PAPUA

DISUSUN OLEH :
ANGGI DWISEPTIYANINGRUM (220101012)
ERA RUSWANTI (220101015)
PRAMESTI PUTRI YUDIYONO (220101033)
WILDAN ANTONIO (220101045)
M. RAFLI RAMADHAN (220101050)

PRODI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


STIKES PAMENANG
2023
BAB 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari/tanggal : Senin,…..September 2023


Pokok bahasan : Kasus Suap Dan Gratifikasi Oleh Mantan Gubenur Papua
Sasaran : Mahasiswa/i D3 Keperawatan Tingkat 2 STIKES Pamenang
Waktu : 07.30 - 08.00 WIB
Tempat : Ruang kelas ……. STIKES Pamenang Kediri
1. Latar Belakang
Salah satu bentuk korupsi yang paling banyak diungkap saat ini adalah
korupsi dalam bentuk gratifikasi. Gratifikasi adalah suatu pemberian, imbalan atau
hadiah oleh orang yang pernah mendapat jasa atau keuntungan atau oleh orang yang
telah atau sedang berurusan dengan suatu lembaga publik atau pemerintah dalam
misalnya untuk mendapatkan suatu kontrak.
Pelarangan atas segala bentuk pemberian hadiah atau gratifikasi kepada
seseorang terkait kapasitasnya sebagai pejabat atau penyelenggara negara bukanlah
sesuatu yang baru. Gratifikasi menjadi perhatian khusus, karena merupakan
ketentuan yang baru dalam perundang-undangan dan perlu sosialisasi yang lebih
optimal. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
mendefinisikan gratifikasi sebagai pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat atau diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma dan
fasilitas lainnya.Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Perbuatan tersebut tentunya akan membawa efek negatif
bagi masyarakat. Sebagai mahasiswa yang menjadi agen perubahan, perlu adanya
pengetahuan tentang upaya pencegahan tindakan gatifikasi perbuatan curang.
Mahasiswa yang memiliki ilmu tersebut dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
dan diharapkan mampu memberikan efek perubahan pada masyarakat yang lebih luas.
2. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan tentangkasus suap dan gratifikasi oleh mantan
gubenur papua diharapkan seluruh peserta mengerti dan memahami tentang
materi yang akan disampaikan.
3. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta dapat :
a. Peserta dapat mengetahui tentang suap dan gratifikasi
b. Peserta dapat mengetahui contoh suap dan gratifikasi
c. Peseta dapat mengetahui penyebab suap dan gratifikasi
d. Peserta dapat mengetahui dampak suap dan gratifikasi
e. Peserta dapat mengetahui apa dasar hukum suap dan gratifikasi
f. Peserta dapat mengetahui peran mahasiswa dalam upaya mencegah suap dan
gratifikasi
4. Materi
a. Pengertian suap dan gratifikasi
b. Contoh kasus suap dan gratifikasi
c. Penyebab suap dan gratifikasi
d. Dampak suap dan gratifikasi
e. Dasar hukum suap dan gratifikasi
f. peran mahasiswa dalam upaya mencegah suap dan gratifikasi

5. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab
6. Media
a. LCD
b. Laptop
c. Leafleat
d. ppt
7. Setting Tempat
Keterangan:
LCD

Perawat
Fasilitator
Observer
Penyaji
Moderator
Norulen

8. Susunan acara
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Penanggungjawab
1. 5 Menit Pembukaan
1. Menyampaikan salam pembuka Moderator
2. Perkenalan
3. Kontrak waktu, mekanisme kegiatan
4. Menjelaskan tujuan penyuluhan

2. 10 Pelaksanaan Pemateri
Menit 1. Menggali pengetahuan dan pengalaman
dari peserta penyuluhan
2. Penyampaian Materi
a.Pengertian suap dan gratifikasi
b.Contoh kasus suap dan gratifikasi
c.Penyebab suap dan gratifikasi
d.Dampak suap dan gratifikasi
e.Dasar hukum suap dan gratifikasi
f. peran mahasiswa dalam upaya mencega
h suap dan gratifikasi
10 3. Diskusi & Tanya jawab Moderator, fasilitator, penyaji
Menit
3. 5 Menit Terminasi Moderator
a. Evaluasi dengan bertanya kepada peserta
tentang Pengertian suap dan gratifikasi,
contoh suap dan gratifikasi, dsb.
b. Menyimpulkan materi penyuluhan
c. Menyampaikan salam penutup

9. Pengorganisasian Kelompok
Pemateri : pramesti
Moderator : anggi
Observer : era
Fasilitator : rafli
Notulen : wildan
Pembimbing : Bu Elfi Quyumi Rahmawati, S.Kep., Ns. M.Kep

10. Job Discription


1. Moderator :
a. Menyampaikan salam pembuka
b. Memperkenalkan anggota kelompok
c. Menyampaikan kontrak waktu
d. Menyampaikan tujuan dari penyuluhan
e. Menyampaikan mekanisme penyuluhan
f. Membuka sesi Tanya jawab
g. Mengevaluasi pemahaman peserta dengan bertanya kembali
h. Menyimpulkan materi penyuluhan
2. Penyaji :
a. Menggali pengetahuan dan pengalaman dari peserta tentang materi
penyuluhan
b. Menyampaikan materi penyuluhan
c. Mendemonstrasikan materi
3. Fasilitator :
a. Mengundang atau mengajak peserta untuk mengikuti penyuluhan
b. Memotivasi peserta untuk fokus pada penyampaian penyuluhan
c. Memotivasi peserta untuk mengajukan pertanyaan
d. Membantu penyaji dalam menjawab pertanyaan
4. Observer :
a. Mengobservasi jalannya penyuluhan
b. Mengevaluasi tugas dari masing-masing peran

11. Kriteria Evaluasi


a. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir di tempat penyuluhan pukul 07.30 WIB
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang kelas…… STIKES
Pamenang Pengorganisasian penyelenggaran penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
b. Evaluasi Proses
a. Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta bertanya tentang materi penyuluhan.
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan penyuluhan
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
c. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyaji tentang
pengertian Suap Dan Gratifikasi, Contoh Suap dan gratifikasi dl.
b. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan minimal 45
LEMBAR OBSERVASI
Beri tanda
No Kegiatan
check (V)
1 Pembukaan ( 5 Menit)
1. Menyampaikan salam pembuka
2. Perkenalan
3. Kontrak waktu, mekanisme kegiatan
4. Menjelaskan tujuan penyuluhan
2. Pelaksanaan (10 menit)
1) Menggali pengetahuan dan pengalaman dari peserta
penyuluhan
2) Penyampaian Materi
a. Mengetahui tentang definisi suap dan gratifikasi
b. Mengetahui contoh kasus suap dan gratifikasi
c. Mengetahui penyebab suap dan gratifikasi
d. Mengetahui dampak suap dan gratifikasi
e. Mengetahui apa dasar hukumsuap dan gratifikasi
f. Mengetahui upaya pencegahan suap dan gratifikasi
3) Diskusi (10 menit)
3. Terminasi (5 menit)
1. Evaluasi dengan bertanya kepada peserta tentang pengertian
suap dan gratifikasi, contoh suap dan gratifikasi, penyebab suap
dan gratifikasi dsb.
2. Menyimpulkan materi penyuluhan
3. Menyampaikan salam penutup

Moderator :
1. Menyampaikan salam pembuka
2. Memperkenalkan anggota kelompok
3. Menyampaikan kontrak waktu
4. Menyampaikan tujuan dari penyuluhan
5. Menyampaikan mekanisme penyuluhan
6. Membuka sesi diskusi
7. Mengevaluasi pemahaman peserta dengan bertanya kembali
8. Menyimpulkan materi penyuluhan

Penyaji :
1. Menggali pengetahuan dan pengalaman dari peserta tentang
materi penyuluhan
2. Menyampaikan materi penyuluhan

Fasilitator :
1. Mengundang atau mengajak peserta untuk mengikuti
penyuluhan
2. Memotivasi peserta untuk fokus pada penyampaian
penyuluhan
3. Memotivasi peserta untuk mengajukan pertanyaan
4. Membantu penyaji dalam menjawab pertanyaan

Observer :
1. Mengobservasi jalannya penyuluhan
2. Mengevaluasi tugas dari masing-masing peran
Kriteria evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir di tempat penyuluhan pukul 07.30 WIB
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di kelas….
STIKRES Pamenang
c. Pengorganisasian penyelenggaran penyuluhan dilakukan
sebelumnya.

2. Evaluasi Proses
a. Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta bertanya tentang materi penyuluhan.
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan penyuluhan
d. Peserta dapat berdiskusi sesuai dengan materi

3. Evaluasi hasil
a. Peserta dapat mengikuti diskusi yang di lakukan oleh
moderator tentang pengertian Suap dan gratifikasi,
contoh suap dan gratifikasi, penyebab suap dan
gratifikasi dll.
b. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan minimal 45
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gratifikasi dan suap

mengenai gratifikasi dapat dilihat pada Penjelasan Pasal 12 B Ayat (1) UU No. 20
Tahun 2001, yaitu : “Yang dimaksud dengan “gratifikasi” dalam ayat ini adalah
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjawalan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang
diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.”
Tidak semua gratifikasi itu bertentangan dengan hukum, melainkan hanya gratifikasi
yang memenuhi kriteria pada pasal 12 B, yaitu: “Setiap gratifikasi kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan
dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan
ketentuan sebagai berikut…”. Namun demikian, ketentuan tersebut tidak berlaku jika
penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK atau Unit Pengelola
Gratifikasi Kementerian Perindustrian selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.
Salah satu kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat adalah pemberian tanda
terima kasih atas jasa yang telah diberikan oleh petugas, baik dalam bentuk barang
atau bahkan uang. Hal ini dapat menjadi suatu kebiasaan yang bersifat negatif dan
dapat mengarah menjadi potensi perbuatan korupsi di kemudian hari. Potensi korupsi
inilah yang berusaha dicegah oleh peraturan UU.
Oleh karena itu, berapapun nilai gratifikasi yang anda terima, bila pemberian itu
patut diduga berkaitan dengan jabatan/kewenangan yang dimiliki, maka sebaiknya
segera dilaporkan ke Unit Pengelola Gratifikasi Kementerian Perindustrian untuk
dianalisa lebih lanjut.
Suap–menyuap yaitu suatu tindakan pemberian uang atau menerima uang atau
hadiah yang dilakukan oleh pejabat pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya. Contoh ; menyuap
pegawai negei yang karena jabatannya bisa menguntungkan orang yang memberikan
suap.
B. Contoh kasus suap dan gratifikasi

Mantan Gubernur Papua Lukas Enembe dituntut hukuman penjara. Jaksa penuntut
umum pada KPK meyakini Lukas Enembe menerima suap dan gratifikasi senilai
total Rp 46,8 miliar.
"Menuntut supaya majelis hakim yang mengadili perkara ini menyatakan Terdakwa
Lukas Enembe terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah menerima hadiah atau
janji," kata jaksa saat membacakan tuntutan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu
(13/9/2023)."Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Lukas Enembe dengan pidana
penjara 10 tahun dan 6 bulan," imbuhnya
Jaksa meyakini Lukas melanggar Pasal 12 huruf a Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP juncto Pasal 65 ayat (1)
KUHP dan Pasal 12B UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jaksa juga
menuntut Lukas Enembe dihukum membayar denda Rp 1 miliar.
C. Penyebab suap dan gratifikasi

Perbuatan memberikan uang pelincin, semacam gratifikasi dari masyarakat kepada


penyelenggara negara, merupakan penyebab asal terjadinya tindak pidana
korupsi.Menurut pendapat Tunggal (2000:29) organisasi menjadi korban korupsi
karena membuka peluang atau kesempatan terjadinya korupsi.Gratifikasi menjadi
perbuatan pidana, khususnya pada seorang Penyelenggara Negara atau ASN, bila
menerima suatu gratifikasi atau pemberian hadiah dari pihak manapun, sepanjang
pemberian tersebut diberikan berhubungan dengan jabatan ataupun pekerjaannya.
Dalam pemerintahan, gratifikasi menjadi potensi besar perbuatan korupsi di berbagai
kalangan, terlebih lagi diantara Penyelenggara Negara atau ASN.Maka terjadinya
gratifikasi dikalangan ASN penyebab timbulnya keinginan. Secara umum faktor
penyebab gratifikasi dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Faktor Internal dan Faktor
Eksternal. Faktor Internal terdiri dari aspek sosial dan aspek perilaku individu yaitu:

a. Aspek Sosial

dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku


koruptif.Menurut kaum bahviouris, lingkungan keluarga justru dapat menjadi
pendorong seseorang bertindak korupsi, mengalahkan sifat baik yang
sebenarnya telah menjadi karakter pribadinya. Lingkungan justru memberi
dorongan bukan hukuman atas tindakan koruptif seseorang.

b. Aspek perilaku individu

Aspek perilaku individu seperti : • Gaya hidup yang konsumtif. •


Sifat tamak/rakus. • Moral yang lemah. Faktor Eksternal terdiri dari aspek
sikap masyarakat terhadap korupsi, aspek ekonomi, aspek pilitik, dan aspek
organisasi

D. Dampak suap dan gratifikasi


ternyata pemberian gratifikasi tidak bisa lagi kita lihat sebagai sebuah hadiah
tanpa maksud. Pemberian gratifikasi menjadi strategi oleh beberapa oknum untuk
mempermudah proyek bisnisnya tanpa ingin terlihat kotor. Gratifikasi dapat
menimbulkan konflik kepentingan yang berdampak terhadap kerugian bagi
masyarakat secara luas.

E. Dasar hukum suap dan gratifikasi


Gratifikasi merupakan salah satu jenis tindak pidana korupsi baru yang diatur dalam
Pasal 12B dan 12C UU Tipikor sejak tahun 2001. Namun, jika penerima gratifikasi
melaporkan pada KPK paling lambat 30 hari kerja, maka Pn/PN dibebaskan dari
ancaman pidana gratifikasi.
Dasar hukum Gratifikasi sesuai ketentuan dibawah ini:
A. Pasal 12B ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No.20/2001
• Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, berbunyi: Setiap gratifikasi kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara dianggap memberi suap, bila berkaitan dengan
kedudukannya dan bertentangan dengan kewajiban atau tugasnya,dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima
gratifikasi
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum
• Pidana bagi Pn/PN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
B. Pasal 12C ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No.20/2001
• Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, berbunyi: Ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada KPK
• Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

C. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.06/2021


• Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal dari Barang
Rampasan Negara dan Barang Gratifikasi

D. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 227/PMK.09/2021


• Tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Keuangan

E. Pasal 16 UU No. 30/2002


• Tentang KPK juga mengatur bahwa setiap Pn/PN yang menerima gratifikasi
wajib melaporkan kepada KPK paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak tanggal
penerimaan.

F. KPK menerbitkan Peraturan KPK (Perkom) Nomor: 02 Tahun 2014 dan Perkom
Nomor: 06 Tahun 2015
• Tentang Pedoman Pelaporan dan Penetapan Status Gratifikasi. Untuk
menjelaskan lebih jauh, KPK juga menerbitkan Pedoman Pengendalian Gratifikasi
sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 16 Perkom tersebut.
F. Upaya pencegahan suap dan gratifikasi
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan pemerintah agar celah korupsi, suap dan
gratifikasi tidak terjadi lagi di ranah pendidikan.
1. Evaluasi sistem yang dianggap menjadi celah korupsi.
Tidak seharusnya sistem yang sudah baik kemudian dihapus tanpa adanya
evaluasi terlebih dahulu. "Menuding jalur seleksi mandiri sebagai biang keladi dan
sarat muatan koruptif sehingga layak untuk dihapus adalah tudingan yang gegabah,
terlalu pagi dan terburu-buru," ujarnya saat dihubungi via pesan WhatsApp, Sabtu
(27/8/2022). Thamrin berpendapat, kasus suap Rektor Unila ini sebaiknya tidak
digeneralisasi hingga dianggap semua universitas sama. Meskipun demikian, kasus
dugaan suap yang berasal dari penerimaan jalur seleksi mandiri baru-baru ini sangat
menyakitkan tak hanya bagi insan pendidikan, namun juga masyarakat luas.
2. Kaji ulang proses tata kelola agar transparan.
setelah dievaluasi, pemerintah yang bertanggung jawab saat ini dapat
melakukan kajian ulang terhadap proses tata kelola seleksi PMB di setiap PTN. Hal
ini mencegah terulangnya kasus pejabat PTN yang menerima suap dari seleksi PMB.
Tidak hanya itu, Kemendikbud Ristek seharusnya bisa mengimplemenetasikan
prinsip-prinsip transparan, adil, akuntabel, fleksibel dan efisien dalam tata kelola
seleksi PMB di PTN. "Artinya prinsip-prinsip ini tidak semata menjadi prinsip-
prinsip tertulis, melainkan harus diturunkan menjadi kriteria ataupun indikator
operasional," ujarnya.
3. Bangun sistem pencegahan secara serius
Terakhir, dalam upaya pencegahan suap dan gratifikasi terjadi, dia
menyarankan agar Kemendikbud Ristek membangun sistem pencegahan secara
serius. "Sehingga diharapkan dapat mencegah terjadinya suap yang sesungguhnya
merusak sistem pendidikan tinggi kita," ujarnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://aclc.kpk.go.id/materi-pembelajaran/hukum/website/mengenal-gratifikasi
https://bcbojonegoro.beacukai.go.id/ufaqs/apa-yang-dimaksud-dengan-suap-
menyuap/

https://news.detik.com/berita/d-6928727/lukas-enembe-dituntut-105-tahun-
penjara-di-kasus-suap-gratifikasi-rp-46-m

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230913103400-12-998365/lukas-
enembe-dituntut-105-tahun-bui-di-kasus-suap-dan-gratifikasi

https://www.bkn.go.id/unggahan/2022/06/30-Policy-Brief-April-2019.pdf

https://inspektorat.kulonprogokab.go.id/detil/1619/dampak-negatif-gratifikasi

https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/Buku%20Mengenal%20Gratifikasi
%20(KPK).pdf

https://regional.kompas.com/read/2022/08/31/231500678/3-langkah-cegah-
terjadinya-suap-dan-gratifikasi-di-ptn-menurut-pengamat?page=all

Anda mungkin juga menyukai