Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2022/2023
I
KATA PENGANTAR
07 September 2022
Penyusun
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan adalah kunci keberhasilan dari suatu usaha atau menjual jasa.
Dalam hal ini, pelayanan harus dilakukan dengan baik, nyaman, dan bersifat
sangat membantu bagi konsumen. Pelayanan yang baik, akan membawa respon
yang baik pula dari konsumen. Begitu pula sama dengan pelayanan darah, jika
teknisi pelayanan darah dapat memberikan pelayanan yang baik, maka para calon
pendonor pun senantiasa rutin mendonorkan darahnya.
1
registrasi, seleksi donor, pengambilan darah, hingga pegawai yang bertugas
menerima permintaan darah. Pelayanan darah termasuk ke dalam pelayanan
umum yang menyangkut banyak pihak dari berbagai usia, suku, dan gender. Oleh
karena itu, di bidang pelayanan umum atau bidang pelayanan darah harus terus-
menerus membenahi sistem dengan sungguh-sungguh agar tetap memberikan
pelayanan yang prima dan terjamin.
Dalam pelayanan darah. tak lupa pula akan terjadi interaksi antara teknisi
pelayanan darah dengan calon pendonor. Banyaknya jenis manusia, oleh karena
itu sebagai teknisi pelayanan darah harus tahu akan beberapa kriteria dari
banyaknya calon pendonor tersebut. Teknisi pelayanan darah juga harus tau
bagaimana cara untuk menyikapi setiap karakter calon pendonor yang berbeda-
beda. Dalam pelayanan darah, teknisi menemui umur dari semua kalangan, salah
satunya lansia yang membutuhkan perhatian khusus.
2
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sikap adalah posisi mental yang berkaitan dengan fakta, keadaan, perasaan
atau emosi terhadap fakta atau keadaan tertentu. Sarwono (2012) menambahkan,
sikap dapat juga diartikan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara positif
dan negatif) terhadap orang, objek, atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu
penilaian emosional/afektif (senang, benci, sedih, dan sebagainya) disamping
komponen kognitif (pengetahuan tentang objek itu) serta aspek konatif
(kecenderungan bertindak). Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya
tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari
kelompok sosialnya (Chaiklin (2011)).
Berikut adalah beberapa sikap yang harus dimiliki oleh seorang tenaga
kesehatan:
1. Ramah
2. Sopan
4
3. Sabar
Sabar merupakan hal dasar yang harus dimiliki oleh semua orang. Tak
luput pula, sabar harus menjadi sikap wajib yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan. Saat memberikan layanan, banyak pengguna layanan yang
meminta banyak hal, entah hal tersebut dibutuhkan atau tidak. Sebagai tenaga
kesehatan, kita harus menerima permintaan-permintaan tersebut selagi masih
bisa dilakukan. Dengan banyaknya permintaan ini, sikap sabar memang wajib
dimiliki, kontrol emosi menjadikan tenaga kesehatan dapat menahan diri
sehingga tidak terpancing dengan adanya banyak permintaan tersebut. Dengan
sabar pula, pengguna layanan akan merasa nyaman dan dilayani dengan baik
sehingga akan kembali untuk menggunakan layanan yang tersedia.
5. Menjadi Pendengar
5
Menjadi pendengar sama halnya seperti empati dan simpati. Tenaga
kesehatan mendengarkan apa yang diceritakan oleh pengguna layanan dan
tidak menyangkal cerita tersebut. Bercerita dapat menjadi salah satu media
untuk meluapkan perasaan yang disimpan. Setelah bercerita, tenaga kesehatan
diminta untuk memberi tanggapan atau saran. Dengan begini diharapkan
pengguna layanan kesehatan puas dan akan kembali menggunakan layanan
tersebut karena merasa dihargai dan dibantu.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hipertensi
7
tekanan darah yang tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya
risiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, serangan jantung, dan
kerusakan ginjal (Sutanto,2010). Hipertensi termasuk penyakit yang
berbahaya karena akan membebani kerja jantung sehingga
menyebabkan arteriosklerosis (pengerasan pada dinding arteri).
a. Hipertensi Primer
Artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan
jelas. Berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan
hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien 28 hipertensi diperkirakan
termasuk dalam kategori ini. Pengobatan hipertensi primer yang sering
dilakukan adalah membatasi konsumsi kalori bagi mereka yang
kegemukan (obes), membatasi konsumsi garam, dan olahraga. Obat
anti hipertensi mungkin pula digunakan tetapi kadang-kadang
menimbulkan efek samping seperti meningkatnya kadar kolesterol,
menurunnya kadar natrium (Na) dan kaliun (K) didalam tubuh dan
dehidrasi (Panjaitan, 2015).
8
b. Hipertensi Sekunder
Artinya penyebabnya boleh dikatakan sudah pasti yaitu
hipertensi yang diakibatkan oleh kerusakan suatu organ. Yang
termasuk hipertensi sekunder seperti : hipertensi jantung, hipertensi
penyakit ginjal, hipertensi penyakit jantung dan ginjal, hipertensi
diabetes mellitus, dan hipertensi sekunder lain yang tidak spesifik
(Panjaitan, 2015).
b. Jenis Kelamin
c. Keturunan
9
Orang terdekat atau keluarga dekat yang memiliki riwayat
hipertensi memiliki resiko terkena hipertensi lebih tinggi.
Selain dari faktor keturunan dapat berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam (NaC1) dan renin membrane
sel.
d. Obesitas
e. Merokok
f. Mengonsumsi Alkohol
10
kafein diketahui dapat membuat jantung bekerja lebih cepat
sehingga mengalirkan darah lebih banyak setiap detiknya.
Akan tetapi dalam hal ini, kafein memiliki reaksi yang berbeda
pada setiap orang.
g. stress
h. Keseimbangan Hormonal
3. Komplikasi Hipertensi
a. Jantung
11
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban
kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan
sehingga terjadi pembesaran jantung dan semakin lama otot jantung
akan mengendur dan berkurang elastisitasnya, yang disebut 35
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa dan
menampung darah dari paru sehingga banyak cairan tertahan di paru
maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau
oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung (Panjaitan, 2015)
b. Otak
c. Ginjal
12
d. Mata
e. Stroke
4. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Terapi non farmakologi
13
1) Penurunan berat badan
3) Olahraga
14
tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan
konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
5) Berhenti merokok
15
itu Psikologi adalah ilmu jiwa. Berikut adalah beberapa pengertian psikologi
menurut para ahli :
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun yang merupakan
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan.
Masa lanjut usia (Lansia) adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup
manusia. Disebut sebagai perkembangan terakhir dalam tahap kehidupan,
16
perkembangan manusia berakhir setelah manusia beranjak menjadi dewasa.
Perkembangan fisik berhenti hingga masa remaja, tetapi berbeda dengan
perkembangan psikologis, sosial, dan spiritual tidak akan pernah berhenti.
Di Indonesia orang dengan kategori lanjut usia adalah mereka yang berusia
diatas 60 tahun. Hal ini tertulis dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 Pasal 1 ayat 2, bahwa yang
disebut dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas, baik pria maupun wanita.
Berikut beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai
beriku :
17
Perubahan psikososial berkaitan dengan keterbatasan produktivitas
kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-masa pensiun akan
mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut :
18
3.3 Pengetahuan Lansia
6 tingkat pengetahuan :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu bahwa buat tomat
banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air
besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes
Aegypti, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Misalnya orang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah,
bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup,dan
menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup,
menguras, dan sebagainya, tempat-tempat penampungan air tersebut
3. Aplikasi (application)
19
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah
paham tentang proses perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja
atau dimana saja.
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
20
3.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Umur
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
b. Sosial Budaya
21
3.3.3 Pengetahuan Lansia Terhadap Kesehatan
22
4. Jika lansia datang bersama keluarga, berikan juga edukasi kepada
anggota keluarga tersebut agar dapat memperhatikan keadaan lansia.
5. Berbicara dengan intonasi dan nada yang lembut serta ceria, agar
lansia merasa nyaman dan tidak tegang, sehingga segala informasi dapat
tersampaikan dengan baik.
A. Proses Penuaan
23
akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh
banyak distorsi meteoritik dan struktural yang disebut sebagai
penyakit degeneratif (misalnya hipertensi, aterosklerosis, diabetes
melitus dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup
dengan episode terminal yang dramatis (misalnya stroke, infark
miokard, koma asidotik, kanker metastasis dan sebagainya).
B. Perubahan Fisik Lansia
- Perubahan sel dan ekstrasel mengakibatkan penurunan
tampilan dan fungsi fisik. Lansia menjadi lebih pendek akibat
adanya pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada,
perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput,
masa tubuh berkurang dan massa lemak bertambah.
- Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi
adanya penebalan dan kaku, terjadi penurunan kemampuan
memompa darah (kontraksi dan volume) elastisitas pembuluh
darah menurun serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
- perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia
mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan
elastisitas paru, otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan
kaku, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih
berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, rambut
memutih (uban), kelenjar menurun, kuku keras dan rapuh serta
kuku kaki tumbuh seperti tanduk.
- perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan
fungsi sistem saraf. sarah panca indra mengecil sehingga
fungsi menurun serta lambat dalam merespon dan waktu
bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress,
berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks.
24
- perubahan muskuloskeletal sering terjadi pada wanita pasca
menopause yang dapat mengalami kehilangan densitas tulang
yang masih dapat mengakibatkan osteoporosis, terjadi bungkuk
(kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (Atrofi otot),
kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
- perubahan gastrointestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi
penurunan asam lambung, peristaltik menurun sehingga daya
absorpsi juga ikut menurun, ukuran lambung mengecil serta
fungsi organ aksesoris menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.
- perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran
darah ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun
dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengkonsentrasikan urine ikut menurun.
- perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat
menyebabkan otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan
terjadi retensi urine.
- Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani
atrofi yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan
tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
- Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang
menurun terhadap sinar, adaptasi terhadap penglihatan
menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan
katarak.
C. Sikap Sebagai Tenaga Kesehatan
25
dicapai dan dikembangkan dan penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi pasien lanjut usia dapat dibagi atas
dua bagian, yakni:
Sifat lansia sendiri semakin tua akan semakin memiliki sifat seperti anak
kecil karena dipengaruhi oleh faktor kognitifnya jika awalnya mereka dapat
melakukan hal - hal rumit dan akibat memasuki fase lansia hal yang sederhana
pun bisa terlupakan.
1. Aspek Emosional
26
Adanya perasaan tidak enak yang harus dihadapi oleh para lanjut usia
seperti merasa tersisih, merasa tak dibutuhkan lagi, penyakit yang tak kunjung
sembuh ataupun kematian pasangan akan menimbulkan rasa tidak percaya diri,
depresi, ketakutan sehingga lanjut usia sulit menyelesaikan suatu masalah dan
melakukan penyesuaian diri. Maksud dari penyesuaian diri pada usia lanjut
2. Aspek Kepribadian
Namun, tidak sedikit juga yang menyebutkan bahwa saat usia lanjut
seseorang biasanya akan kembali ke masa kanak-kanak. Artinya, tindakan
yang dilakukan harus diperlihatkan kepada orang lain jika tidak mereka tidak
akan memperoleh kepuasan. Masa muda seorang lansia sering diartikan
sebagai karikatur kepribadiannya di masa lansia.
27
emosional menghadapi lansia
2. Lebih memahami apa yang di inginkan oleh mereka.
3. Menggunakan tutur bahasa yang lebih sopan dan intonasi yang lebih rendah,
agar tidak menyinggung perasaan mereka, karena lansia sendiri memiliki
keadaan emosional yang tidak stabil
4. Bisa lebih memposisikan diri dalam melayani pasien lansia seperti selalu
tersenyum dan membagi kebahagiaan untuk bisa lebih dekat dengan mereka
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun yang merupakan proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. Dalam hal ini, psikologi, pendidikan, sifat, fisik, dan
pengetahuan lansia dapat menjadi faktor penghambat kegiatan medis. Oleh karena
itu, sebagai tenaga kesehatan harus memahami tindakan apa yang harus diberikan.
4.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
(Dwi, 2017)Dwi, S. (2017). Merawat Manusia Lanjut Usia. Lansia, 67(6), 14–21.
Fakhrurrazi, Mulyadi, & Ismail, N. (2015). Pengetahuan Dan Sikap Tenaga
Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya Terhadap
Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Risiko Bencana Banjir. Jurnal Ilmu
Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 2(4), 1–12.
Hipertensi, P., Puskesmas, D. I., Taman, K., & Sidoarjo, K. (2018). No Title.
Nainggolan, S. S. (2013). Perilaku Penderita Hipertensi Primer Dalam Upaya
Pencegahan Komplikasi Hipertensi. 1 no. 2(2), 291.
http://bpm.binahusada.org/userfiles/JURNAL HIPERTENSI.pdf
(Fakhrurrazi et al., 2015)
(Hipertensi et al., 2018)Dwi, S. (2017). Merawat Manusia Lanjut Usia. Lansia, 67(6),
14–21.
Fakhrurrazi, Mulyadi, & Ismail, N. (2015). Pengetahuan Dan Sikap Tenaga
Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya Terhadap
Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Risiko Bencana Banjir. Jurnal Ilmu
Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 2(4), 1–12.
Hipertensi, P., Puskesmas, D. I., Taman, K., & Sidoarjo, K. (2018). No Title.
Nainggolan, S. S. (2013). Perilaku Penderita Hipertensi Primer Dalam Upaya
Pencegahan Komplikasi Hipertensi. 1 no. 2(2), 291.
http://bpm.binahusada.org/userfiles/JURNAL HIPERTENSI.pdf
(Nainggolan, 2013)
30