Laporan Pkpa Pbf-Bella Shafira
Laporan Pkpa Pbf-Bella Shafira
Disusun oleh:
di
PT. PENTA VALENT CABANG
MEDAN
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia
Disusun oleh:
Pembimbing,
apt. Artha Yuliana Sianipar, S.Si., M. Si. apt. Sri Reny Hartati, S. Farm.
NIDN 0112078104 SIPA3177/SIP/DPMPTSP/MDN/3.1/VII/2021
Staf Pengajar Fakultas Farmasi Apoteker Penanggung
Jawab Universitas Sari Mutiara Indonesia PT. Penta Valent
Medan Medan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
Profesi Apoteker di PT. Penta Valent Cabang Medan yang beralamat di Jalan
Kapten Muslim Komplek Ruko Megacom Center Blok B No. 25-27, Medan.
Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker ini merupakan salah satu syarat
Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara Indoensia Medan untuk mencapai gelar
(PKPPA) ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Parlindungan Purba, S.H., M.M., selaku Ketua Yayasan Sari
2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes., selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Ibu Taruli Rohana, S.P, M.KM., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
4. Ibu apt. Dra. Modesta Harmoni Tarigan, M.Si. selaku Ketua Prodi Program
5. Ibu apt. Artha Yuliana Sianipar, S.Si., M.Si., selaku pembimbing mahasiswa
6. Ibu apt. Sri Reny Hartati, S. Farm., selaku Apoteker Penanggung Jawab di PT.
8. Seluruh staf dan karyawan di PT. Penta Valent Medan yang telah banyak
9. Teman-teman satu tim dalam melaksanakan praktik kerja profesi yang telah
bekerja sama dengan baik selama masa Praktik Kerja Pendidikan Profesi
10. Kepada orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan, doa serta cinta
tak terbatas.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Medan, 6 Januari
2023 Penulis
iv
RINGKASAN
(PKPPA) farmasi Pedagang Besar Farmasi (PBF) di PT. Penta Valent Cabang
Medan. PKPPA ini bertujuan agar memahami peran apoteker di PBF dalam
Kegiatan PKPPA di PBF meliputi memahami fungsi dan tugas PBF sebagai
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai mulai dari pemilihan, perencanaan,
barang keluar, meninjau kartu stok, melakukan pelaporan NAPZA, dan pemetaan
suhu.
v
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
RINGKASAN........................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................3
1.3 Manfaat...........................................................................................................4
vi
3.3 Struktur Organisasi PT. Penta Valent Cabang Medan.................................45
3.4 Job Description Masing-Masing Bagian......................................................46
3.4.1 Branch Manager (Kepala Cabang)...................................................46
3.4.2 Apoteker Penanggung Jawab............................................................47
3.4.3 Branch Chief Controller (Supervisor Administrasi)........................52
3.4.4 Sales Supervisor Penjualan
(Customer Lines dan Pharmaceuticals)............................................53
3.4.5 Administrasi Logistik.......................................................................54
3.4.6 Administrasi Sales/Penjualan...........................................................54
3.4.7 Debitur..............................................................................................55
3.4.8 Kolektor............................................................................................56
3.4.9 Kasir..................................................................................................57
3.4.10 Salesman (Pharmaceutical dan Customer Lines).............................58
3.4.11 Petugas/Staff Gudang.......................................................................59
3.4.12 Pengantar Barang..............................................................................60
3.5 Penyelenggaraan Kegiatan CDOB PT. Penta Valent Cabang Medan.........60
3.5.1 Pengadaan Produk.............................................................................60
3.5.2 Penyimpanan Produk........................................................................61
3.5.3 Penyaluran atau Pendistribusian Produk..........................................62
3.6 Penanganan Pengembalian Produk/ Retur....................................................62
3.7 Penarikan Kembali/ Recall...........................................................................63
3.8 Pemusnahan Produk.....................................................................................63
3.9 Pelaporan......................................................................................................63
4.3 Pembahasan..................................................................................................70
BAB V PENUTUP................................................................................................71
vii
5.1 Kesimpulan...................................................................................................71
5.2 Saran.............................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................72
LAMPIRAN..........................................................................................................73
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi...................................................................................73
2. Alur Pengadaan Produk............................................................................74
3. Alur Penerimaan Produk..........................................................................75
4. Alur Penyimpanan Produk.......................................................................76
5. Alur Distribusi dari Cabang ke Pelanggan..............................................77
6. Alur Penanganan Pengembalian Produk/Retur......................................78
7. Alur Penarikan Kembali/Recall................................................................79
8. Contoh Faktur Pembelian.........................................................................80
9. Contoh Kartu Stok Gudang......................................................................81
10. Sertifikat CDOB Cold Chain Product (CCP)...........................................82
11. Sertifikat CDOB Obat Lain......................................................................84
ix
BAB I
PENDAHULUA
sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan juga
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang, sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Hal ini
menuntut kita untuk memberikan perhatian dan pelayanan farmasi untuk turut
masyarakat.
Obat adalah bahan baku atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Bahan obat adalah bahan baik yang
dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi. Obat sangat erat kaitannya
2
menggunakan obat yang berkualitas, salah satunya adalah pedangan besar farmasi
(PBF).
PBF merupakan pemilik jasa distributor yang digunakan oleh industri farmasi
disingkat dengan PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai
2011).
Setiap PBF dan PBF cabang wajib memiliki apoteker penanggung jawab
4
memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
kefarmasian dimana disebutkan saat ini yang menjadi penanggung jawab fasilitas
2009).
dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan bagi calon apoteker. Salah satu
upaya yang dilakukan oleh Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) Universitas
Saei Mutiara Indonesia Medan adalah bekerjasama dengan PT. Penta Valent
pengalaman kerja agar nantinya dapat diterapkan secara nyata dalam menjalankan
1.2 Tujuan
5
1.3 Manfaat
distribusi farmasi
6
BAB II
TINJAUAN UMUM
Cara Distribusi Obat yang Baik yang selanjutnya disingkat CDOB adalah
(guideline) yaitu Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar obat dapat
Pemerintah telah membuat suatu peraturan mengenai Cara Distribusi Obat yang
mutu obat yang diterima oleh pasien sama dengan mutu obat yang dikeluarkan
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) harus diterapkan dalam setiap
Peraturan Kepala Badan POM Nomor 6 tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat yang Baik. Standar distribusi obat yang baik diterapkan untuk
b. Terlaksananya pengamanan lalu lintas obat dan penggunaan obat tepat sampai
7
kepada pihak yang membutuhkan secara sah untuk melindungi masyarakat dari
c. Menjamin keabsahan dan mutu obat, agar obat yang sampai ke tangan
konsumen adalah obat yang efektif, aman, dan dapat digunakan sesuai dengan
obat dan/bahan obat. PBF yang menerapkan CDOB secara konsisten dapat
mengamankan jalur distribusi obat untuk mencegah adanya obat palsu yang
keabsahan dan mutu obat agar obat yang sampai ke konsumen adalah obat yang
8
2.3 Perizinan PBF Menurut Peraturan yang Terbaru dari OSS
Sektor Kesehatan, proses perizinan PBF dilakukan secara elektronik melalui OSS
dapat di print out. Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
Republik Indonesia No. 34 tahun 2014 tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF),
pasal 4 ayat
9
f. Menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan perlengkapan yang
g. Memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain sesuai
CDOB.
proses, dan sumber daya, serta kegiatan yang diperlukan untuk memastikan bahwa
obat dan/atau bahan obat yang dikirim tidak tercemar selama penyimpanan
efektivitasnya.
tanggung jawab, proses dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan
dan/atau bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses
distribusi. Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis dan semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang
dan partisipasi aktif serta harus didukung oleh komitmen manajemen puncak
(BPOM, 2020).
8
Manajemen mutu meliputi sistem mutu, pengelolaan kegiatan berdasarkan
kontrak, kajian dan pemantuan manjamen, dan manajemen risiko mutu. Dalam
suatu organisasi, pemastian mutu berfungsi sebagai alat manajemen. Harus ada
c. Obat dan/atau bahan obat dikirimkan ke penerima yang tepat dalam jangka
d. Kegiatan yang terkait dengan mutu dicatat pada saat kegiatan tersebut dilakukan;
diselidiki;
risiko mutu yang meliputi penilaian terhadap pihak yang ditunjuk, penetapan
tanggung jawab dan proses komunikasi, dan pemantauan dan pengkajian secara
teratur. Manajemen puncak harus memiliki proses formal untuk mengkaji sistem
9
pencapaian sasaran, penilaian indikator kinerja, peraturan, pedoman dan hal baru
yang berkaitan dengan mutu, inovasi, perubahan iklim usaha dan bisnis (BPOM,
2020).
Manajemen risiko mutu merupakan bagian akhir dari manajemen mutu yang
mengkomunikasikan dan mengkaji risiko terhadap mutu obat dan/atau bahan obat.
Hal ini dapat dilaksanakan baik secara proaktif maupun retrospektif. Fasilitas
menilai risiko yang mungkin terjadi terhadap mutu dan integritas obat dan/atau
bahan obat. Sistem mutu harus disusun dan diterapkan untuk menangani setiap
potensi risiko yang teridentifikasi. Sistem mutu harus ditinjau ulang dan direvisi
secara berkala untuk menangani risiko baru yang teridentifikasi pada saat
formalitas dan dokumentasi pengkajian risiko mutu harus setara dengan tingkat
distribusi obat dan/atau bahan obat yang benar sangat bergantung pada personil
jawab fasilitas distribusi maka harus ada personil yang cukup dan kompeten dan
jelas dan dicatat. Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus
10
menerima pelatihan dasar maupun pelatihan lanjutan yang sesuai dengan
dan teknis harus memiliki kewenangan dan sumber daya yang diperlukan untuk
Harus ada struktur organisasi untuk setiap bagian yang dilengkapi dengan
bagan organisasi yang jelas. Tanggung jawab, wewenang dan hubungan antar
semua personil harus ditetapkan dengan jelas. Tugas dan tanggung jawab harus
didefinisikan secara jelas dan dipahami oleh personil yang bersangkutan serta
personil lainnya harus kompeten dan dalam jumlah yang memadai, untuk
(BPOM, 2020).
manajemen mutu;
11
lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil yang terkait dalam
kegiatan distribusi;
pelanggan;
dalam stok obat dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual;
ketika sedang tidak berada di tempat dalam jangka waktu tertentu dan
dilakukan;
12
obat dan/atau bahan obat tertentu sesuai peraturan peraturan-undangan.
melalui pelatihan rutin berkala. Pelatihan harus mencakup aspek identifikasi dan
menghindari obat dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi. Harus
diberikan pelatihan khusus kepada personil yang menangani obat dan/atau bahan
obat yang memerlukan persyaratan penanganan yang lebih ketat seperti obat
harus disimpan, dan efektivitas pelatihan harus dievaluasi secara berkala dan
didokumentasikan.
Personil yang terkait dengan distribusi obat dan/atau bahan obat harus
memakai pakaian yang sesuai untuk kegiatan yang dilakukan. Personil yang
bahan yang sangat aktif (misalnya korosif, mudah meledak, mudah menyala
Kerja (K3).
dengan bidang yang dilatihkan. Evaluasi berkala dilakukan secara rutin, misalnya
distribusi.
13
2.4.3 Bangunan dan Peralatan
perlindungan dan distribusi obat dan/atau bahan obat meliputi gedung, gudang dan
(2020), persyaratan bangunan dan peralatan sesuai dengan CDOB antara lain:
b. Jika bangunan (termasuk sarana penunjang) bukan milik sendiri, maka harus
c. Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat dan/atau bahan obat yang
bahan obat yang diduga palsu, yang dikembalikan, yang ditolak, yang akan
dimusnahkan, yang ditarik, dan yang kedaluwarsa dari obat dan/atau bahan
pengendalian yang memadai untuk menjaga agar semua bagian terkait dengan
yang dipersyaratkan.
14
e. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat dan/atau bahan obat
f. Harus tersedia area khusus untuk penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang
dan keamanan.
kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik serta dilengkapi dengan
kontrak yang memiliki akses terhadap obat dan/atau bahan obat di area
obat dan/atau bahan obat diberikan kepada pihak yang tidak berhak.
j. Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah dan
pelaksanaan pembersihan.
k. Ruang istirahat, toilet dan kantin untuk personil harus terpisah dari area
15
Adapun persyaratan peralatan menurut CDOB diantaranya:
a. Semua peralatan untuk penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat
penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus di kalibrasi, serta kebenaran dan
yang tepat.
sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi mutu obat dan/atau bahan obat.
pencatat suhu dan kelembaban, unit pengendali udara dan peralatan lain yang
2.4.4 Operasional
memastikan bahwa identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan
Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia
untuk memastikan bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal
dari industri farmasi dan/atau fasilitas distribusi lain yang memiliki izin sesuai
peraturan
16
perundang-undangan untuk meminimalkan risiko obat dan/atau bahan obat palsu
Obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima jika kedaluwarsa, atau
mendekati tanggal kedaluwarsa. Selain itu, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa
obat dan/atau bahan obat harus dicatat pada saat penerimaan, untuk
batch tersebut harus segera dipisahkan dan dilaporkan ke instansi berwenang, dan
ke pemegang izin edar. Pengiriman obat dan/ bahan obat yang diterima dari sarana
kontainer/sistem penutup, fisik dan fitur kemasan serta label kemasan (BPOM,
2020).
dan/atau bahan obat harus sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau
non farmasi yang memproduksi bahan obat standar mutu farmasi. Obat dan/atau
bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain obat dan/atau bahan obat
dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat paparan cahaya
matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal lain. Perhatian khusus harus
Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus
bahan obat dalam status karantina, diluluskan, ditolak, dikembalikan, ditarik atau
diduga palsu. Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stok sesuai
17
dengan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah First
Expired First Out (FEFO). Obat dan/atau bahan obat harus ditangani dan
dan campur- baur. Obat dan/atau bahan obat tidak boleh langsung diletakkan
fisik untuk obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan secara berkala.
Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock opname secara
dengan prosedur tertulis yang ditentukan untuk memeriksa ada tidaknya campur-
bahan obat yang tidak memenuhi syarat untuk didistribusikan. Obat dan/atau
bahan obat yang akan dimusnahkan harus diidentifikasi secara tepat, diberi label
yang jelas, disimpan secara terpisah dan terkunci serta ditangani sesuai dengan
obat dan/atau bahan obat kepada pihak yang tidak berwenang (BPOM, 2020).
Proses pengambilan obat dan/atau bahan obat harus dilakukan dengan tepat
sesuai dengan dokumen yang tersedia untuk memastikan obat dan/atau bahan obat
yang diambil benar. Obat dan/atau bahan obat yang diambil harus memiliki masa
simpan yang cukup sebelum kedaluwarsa dan berdasarkan sistem FEFO. Nomor
18
batch obat dan/atau bahan obat harus dicatat. Pengecualian dapat diizinkan jika
ada kontrol yang memadai untuk mencegah pendistribusian obat dan/atau bahan
obat kedaluwarsa. Obat dan/atau bahan obat harus dikemas sedemikian rupa
selama transportasi. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang akan dikirimkan
penyaluran obat dan/atau bahan obat ke pihak yang berwenang atau berhak untuk
keperluan khusus, seperti penelitian, special access dan uji klinik, harus
dilengkapi dengan dokumen yang mencakup tanggal, nama obat dan/atau bahan
obat, bentuk sediaan, nomor batch, jumlah, nama dan alamat pemasok, nama dan
harus sesuai dengan persyaratan obat dan/atau bahan obat dari industri farmasi.
obat dan/atau bahan obat harus disiapkan dan harus mencakup sekurang-
a. Tanggal pengiriman;
b. Nama lengkap, alamat (tanpa akronim), nomor telepon dan status dari
c. Deskripsi obat dan/atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan dan
19
e. Kuantitas obat dan/atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan kuantitas
serta tanda tangan dan nama jelas personil ekspedisi yang menerima (jika
Inspeksi diri adalah inspeksi yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap
sistem. Inspeksi diri dilakukan untuk mengukur kinerja dan mengetahui apakah
sistem yang direncanakan dan dijalankan sudah memenuhi standar. Inspeksi diri
dilembaga distribusi obat dilakukan secara periodik. Inspeksi diri harus dilakukan
(BPOM, 2020).
ditetapkan dan mencakup semua aspek CDOB serta kepatuhan terhadap peraturan
dilakukan pada bagian tertentu saja. Inspeksi diri harus dilakukan dengan cara
yang independen dan rinci oleh personil yang kompeten dan ditunjuk oleh
program inspeksi diri. Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat. Laporan
harus
20
berisi semua pengamatan yang dilakukan selama inspeksi. Salinan laporan
tersebut harus disampaikan kepada manajemen dan pihak terkait lainnya. Jika
2.4.6 Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu, dan
Penarikan Kembali
Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat yang
berpotensi rusak harus dikumpulkan, dikaji, dan diselidiki sesuai dengan prosedur
informasi lain mengenai produk yang rusak dan diduga palsu harus diteliti dan
dicatat sesuai dengan prosedur yang menjelaskan tentang tindakan yang harus
Setiap keluhan tentang obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi
syarat harus dicatat dan diselidiki secara menyeluruh untuk mengidentifikasi asal
prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau bahan obat
b. Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus dicatat
21
Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat
dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area terkunci serta
diberi label yang jelas sampai ada keputusan tindak lanjut. Penilaian yang
diperlukan dan keputusan mengenai status obat dan/atau bahan obat tersebut harus
dilakukan oleh personil yang berwenang. Persyaratan obat dan/atau bahan obat
a. Obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi
c. Obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh penanggung
obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau bahan obat untuk
memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat kembalian tersebut bukan obat
dan/atau bahan obat diduga palsu. Fasilitas distribusi harus segera melaporkan
obat dan/atau bahan obat diduga palsu kepada instansi yang berwenang, industri
farmasi dan/atau pemegang izin edar. Setiap obat dan/atau bahan obat diduga
palsu harus dikarantina di ruang terpisah, terkunci, dan diberi label yang jelas.
Penyalurannya harus dihentikan, dan menunggu tindak lanjut dari instansi yang
22
Tersedianya prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/atau bahan obat
yang ditarik kembali yaitu obat dan/atau bahan obat harus ditempatkan secara
terpisah, aman, dan terkunci serta diberi label yang jelas. Proses penyimpanan
obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus sesuai dengan persyaratan
dan/atau bahan obat harus didokumentasikan dan dilaporkan, serta dibuat laporan
akhir setelah selesai penarikan, termasuk rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim
diharuskan oleh instansi berwenang atau industri farmasi dan/atau pemegang izin
edar.
2.4.7 Transportasi
memadai. Obat dan/atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan
sesuai dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus
digunakan mencakup transportasi melalui darat, laut, udara atau kombinasi di atas.
Apapun moda transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat
dan/atau bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama transportasi yang
Obat dan/atau bahan obat dan kontainer pengiriman harus aman untuk
mencegah akses yang tidak sah. Kendaraan dan personil yang terlibat dalam
untuk mencegah pencurian obat dan/atau bahan obat dan penyelewengan lainnya
dan/atau bahan obat harus dipertahankan selama transportasi sesuai dengan yang
23
ditetapkan
24
pada informasi kemasan. Jika menggunakan kendaraan berpendingin, alat
pemantau suhu selama transportasi harus dipelihara dan dikalibrasi secara berkala
atau minimal sekali setahun. Persyaratan ini meliputi pemetaan suhu pada kondisi
pelanggan dapat memperoleh dokumen data suhu untuk menunjukkan bahwa obat
dan/atau bahan obat tetap dalam kondisi suhu penyimpanan yang dipersyaratkan
distribusi; dan
b. Kontrak antara fasilitas distribusi dengan pihak penyedia jasa antara lain
pemberi kontrak. Fasilitas distribusi yang ditunjuk oleh fasilitas distribusi lain
25
Di dalam persyaratan kontrak harus mencakup beberapa hal yaitu:
2.4.9 Dokumentasi
dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu. Menurut Cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB), dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem
26
b. Apabila terjadi penyelewengan sistem, maka dapat ditelusuri dengan sistem
dan data, dalam bentuk kertas maupun elektronik. Dicatat dengan jelas dan rinci
a. Tanggal;
c. Nomor batch;
d. Tanggal kedaluwarsa;
kegiatan fasilitas distribusi dan ditulis dalam bahasa yang jelas, dimengerti oleh
personil dan tidak berarti ganda. Prosedur tertulis harus disetujui, ditandatangani
dan diberi tanggal oleh personil yang berwenang. Prosedur tertulis tidak ditulis
diperlukan,
27
alasan perubahan harus dicatat dan seluruh dokumentasi harus tersedia
disimpan dan dipelihara pada tempat yang aman untuk mencegah dari perubahan
yang tidak sah, kerusakan dan/atau kehilangan dokumen. Dokumen yang dibuat
dan atau bahan obat yang disimpan harus menunjukkan kondisi penyimpanan
yang direkomendasikan, tindakan pencegahan dan tanggal uji ulang khusus untuk
bahan obat (jika ada) harus diperhatikan. Persyaratan Farmakope dan peraturan
nasional terkini tentang label dan wadah harus dipatuhi. Dokumen yang dibuat
harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to date. Jika suatu
(tiga) bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat dan/atau
bahan obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan,
b. Selain laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal
setiap saat dapat meminta laporan kegiatan penerimaan dan penyaluran obat
28
c. Setiap PBF dan PBF Cabang yang menyalurkan narkotika dan psikotropika
d. Laporan sebagaimana dimaksud pada poin (a) dan (b) dapat dilakukan secara
e. Laporan setiap saat harus dapat diperiksa oleh petugas yang berwenang.
pada pasal 7 ayat 1 pabrik obat dan pedagang besar farmasi yang menyalurkan
pengemasan ulang dan/atau pelabelan ulang adalah proses pembuatan bahan obat
harus dilakukan:
proses, pemusnahan kelebihan label yang sudah tercetak nomor batch nya;
d. Menjaga integritas batch (pencampuran batch yang berbeda dari bahan obat
29
e. Semua label yang dilepas dari wadah aslinya dan contoh label baru yang
batch;
f. Jika dalam prosesnya digunakan lebih dari satu batch label, maka contoh
pengemasan batch;
Jika pengujian ulang dilakukan, sertifikat analisis asli dari industri farmasi
asal dan sertifikat analisis baru harus disertakan. Batch pada sertifikat analisis
yang baru harus dapat tertulusur dengan sertifikat analisis asli. Pengemasan ulang
bahan obat harus dilakukan dengan kemasan primer yang spesifikasinya sama atau
Bahan obat yang tidak sesuai harus ditangani sesuai dengan prosedur yang
dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh terhadap batch lain. Jika
ditetapkan bahwa bahan obat dapat digunakan untuk maksud lain dengan tingkat
kualitas yang lebih rendah, maka harus didokumentasikan. Bahan obat yang tidak
sesuai tidak boleh dicampur dengan bahan obat yang memenuhi spesifikasi
(BPOM, 2020).
dipenuhi sebagai standar selain yang dipersyaratkan dalam CDOB, antara lain
meliputi aturan yang berkaitan dengan masalah suhu pada saat penerimaan,
30
Pelatihan dilakukan secara sistemik dan berkala bagi seluruh personil yang
a. Peraturan perundang-undangan;
b. CDOB;
c. Prosedur tertulis;
yang terjadi akibat banijr, dan/atau kondisi cuaca ekstrim dan bahaya alamiah
rusak dan penarikan kembali menunggu tindak lanjut. Bangunan yang digunakan
untuk menyimpan produk rantai dingin harus dipastikan memiliki keamanan yang
memadai untuk mencegah akses pihak yang tidak berwenang. Harus tersedia alat
pada seluruh area penyimpanan produk rantai dingin dan alat tersebut dipelihara
31
Produk rantai dingin harus dipastikan disimpan dalam ruangan dengan
suhu terjaga, cold room/chiller (+ 2 s/d + 8 oC), freezer room/ freezer (-25 oC s/d -
suhu
d. Nomor batch;
e. Tanggal kedaluwarsa;
32
f. Kondisi alat pemantauan suhu; dan
Jika pada saat penerimaan vaksin diketahui kondisi alat pemantauan suhu
a. Produk rantai dingin tetap disimpan pada tempat yang sesuai dan suhu yang
dingin untuk dilakukan proses penyelidikan dan membuat berita acara (BPOM,
2020).
a. Cold room/ chiller (+2 s/d +8 oC), untuk menyimpan vaksin dan serum dengan
b. Freezer room/ freezer (-25 s/d -15 oC), untuk menyimpan vaksin OPV
(BPOM, 2020).
Penyimpanan vaksin dalam chiller dan freezer tidak terlalu padat sehingga
sirkulasi udara dapat dijaga, jarak antara kotak vaksin 1-2 cm. Harus berjarak
dimonitor tiga kali sehari setiap pagi, siang dan sore serta harus didokumentasikan
(BPOM, 2020).
Tiap pengeluaran produk harus mematuhi kaidah FEFO, FIFO dan untuk
vaksin yang memiliki indikator, misalnya vaksin dengan VVM dan kondisi
indikator sudah mengarah atau mendekati ke batas layak pakai, maka vaksin
33
masih panjang. Untuk pengiriman vaksin harus menggunakan kontainer yang
sudah tervalidasi atau vaccine carrier yang memenuhi standar pengiriman vaksin
(BPOM, 2020).
Hindarkan pembekuan vaksin antara lain vaksin DPT, TT, DT, Hepatitis
B, DPT-HB dan serum dengan cara menempatkan vaksin yang peka terhadap
a. Pemeliharaan harian
- Suhu chiller/cold room/ freezer harus dimonitor dan dicatat minimal setiap
3 kali sehari, pagi, siang dan sore dan harus dievaluasi serta
dan dicatat
- Jika suhu sudah stabil, posisi termostat jangan diubah dan jika mungkin
disegel.
b. Pemeliharaan mingguan
- Periksa sambungan listrik pada stop kontak, upayakan pastikan tidak longgar
c. Pemeliharaan bulanan
34
- Bersihkan karet pintu
Perlu juga dilakukan pengecekan secara berkala terhadap chiller/cold room/ freezer
b. Pindahkan vaksin ke dalam cool box/ freezer lain sesuai dengan peruntukannya
dikalibrasi sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun terhadap standar yang
35
dari jalur distribusi resmi. Penanggung jawab fasilitas distribusi merupakan
(BPOM, 2020).
prekursor farmasi dikuasai oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan personil
lain (TTK atau Kepala Gudang) yang dikuasakan sesuai dengan uraian pekerjaan
(BPOM, 2020).
fasilitas distribusi atau industri farmasi yang khusus memproduksi narkotika. Izin
distribusi lain yang memiliki izin khusus penyalur narkotika, instalasi farmasi
sistem elektronik. Jika surat pesanan dibuat secara manual, maka surat pesanan
harus asli dan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 3 serta tidak dibenarkan dalam
36
Pada saat penerimaan harus selalu dilakukan pemeriksaan, dan apabila
fasilitas distribusi. Jika terdapat ketidaksesuaian, maka obat tersebut harus segera
dikembalikan dengan disertai bukti retur dan surat pesanan asli, dan segera
farmasi dalam bentuk obat jadi dilakukan secara aman berdasarkan analisis resiko
satu area dan mudah diawasi oleh penanggung jawab fasilitas ditribusi (BPOM,
2020).
POM setempat, serta dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh
Provinsi dan atau Balai POM tempat fasilitas distribusi berada dengan tembusan
(BPOM. 2020).
memerhatikan kewajaran jumlah dan frekuensi pesanan serta hal-hal lain yang
37
berpotensi terjadinya diversi. Pesanan yang ditolak atau yang tidak dapat dilayani
prekursor farmasi harus dilaksanakan setelah menerima surat pesanan dan setiap
pengeluaran harus dicatat dalam kartu stok dan disahkan dengan paraf Kepala
prekursor farmasi yang sah, antara lain SP, surat jalan dan atau surat pengantar
pengiriman barang dan atau faktur penjualan yang dikeluarkan oleh fasilitas
distribusi yang ditandatangani oleh kepala gudang dan penaggung jawab fasilitas
distribusi dan dilengkapi dengan fotokopi Surat Persetujuan Impor (SPI) dan
dilengkapi dengan surat pesanan dan estimasi kebutuhan tahunan dari industri
untuk keperluan industri farmasi pengguna akhir harus segera disalurkan kepada
dilakukan dengan tertib dan akurat. Pencatatan mutasi dapat dilakukan dalam
38
bentuk kartu stok manual maupun elektronik. Melakukan stock opname secara
Sertifikat CDOB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa PBF
obat dan/atau bahan obat (BPOM RI, 2017). Dengan adanya sertifikat CDOB
obat. Dengan begitu, PBF mendapatkan kepercayaan dari prinsipal dan pelanggan
Permohonan Sertifikat CDOB hanya dapat diajukan oleh PBF atau PBF Cabang
(password).
http://www.sertifikasicdob.pom.go.id. ;
39
pendukung ke web http://www.sertifikasicdob.pom.go.id. ;
5) Struktur organisasi;
40
8) Quality management system; dan
syarat;
kelengkapan dokumen;
dokumen;
41
l. Direktur dapat meminta bantuan kepala balai untuk melakukan
pemeriksaan;
2) Permintaan CAPA.
Evaluasi dilakukan dalam jangka waktu paling lama hari terhitung sejak
CAPA yang dilakukan oleh kepala balai. Dalam hal pemohon tidak
ditolak;
paling lama 1 tahun terhitung sejak hasil evaluasi CAPA pertama diterima.
42
sebagai permohonan sertifikat CDOB barudengan memperhatikan alasan
penolakan. Dalam hal permohonan sertifikat CDOB ditolak, PBF dan PBF
lama 14 hari terhitung sejak hasil pemeriksaan atau hasil evaluasi CAPA
4. Perubahan Sertifikat
perubahan alamat yang tidak mengubah lokasi PBF atau PBF cabang,
sertifikat CDOB;
c. Dalam hal PBF dan PBF cabang pindah lokasi, sertifikat CDOB yang
5. Resertifikasi
43
b. Permohonan resertifikasi dilakukan secara daring melalui website
http://www.pom.go.id atau
http://www.sertifikasicdob.pom.go.id.
44
BAB III
PT. Penta Valent berdiri sejak tahun 28 September 1968 berlokasi di jalan
Kedoya Raya No. 33, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. PT. Penta Valent didirikan oleh
5 orang yaitu Nobertus Raharjo Mulyono yang menjabat sebagai Direktur Utama,
Salim Nugroho.
PT. Penta Valent telah memiliki 34 cabang yang terletak di setiap provinsi
di Indonesia, salah satunya adalah di Medan. PT. Penta Valent Cabang Medan
bertempat di Jalan Sei Musi X No. 6 dan sekarang berpindah ke alamat Jalan
Kapten Muslim Komplek Ruko Mega Com Center Blok B nomor 25-27. Kegiatan
di PBF ini berlangsung setiap harinya, dari hari Senin hingga Sabtu, dimulai
dari pukul
8.00 hingga 16.00 WIB kecuali Sabtu dimulai dari pukul 8.00 hingga 12.00 WIB.
PT. Penta Valent merupakan fasilitas distributor yang menyalurkan obat reguler,
Petunjuk CDOB. Kelengkapan dan kelayakan sarana kerja menjadi prioritas untuk
menciptakan dan mempertahankan mutu dan kualitas produk, baik dalam rangka
untuk patuh terhadap peraturan baik yang internal perusahaan maupun regulasi
45
ataupun pelatihan
46
langsung sebagai tindak lanjut atas temuan masalah pada saat bekerja ataupun
dikeluarkannya nomor izin PBF untuk izin reguler dan izin Cold Chain Product
(CCP).
Visi:
disukai di Indonesia dan membawa nilai terbaik bagi konsumen dan principal”
Misi:
“Untuk menyediakan layanan nasional kesehatan dan konsumen yang sangat baik”
PT. Penta Valent Cabang Medan dipimpin oleh seorang Kepala Cabang atau
jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi dan 1 tenaga teknis kefarmasian yang
47
3.4 Job Description Masing-Masing Bagian
terjadinya kerugian;
operasionalnya;
48
j. Melakukan kunjungan ke relasi usaha, pelanggan dengan pertemuan-
a. Umum
yang rusak;
49
b. Penerimaan Surat Pesanan dari Outlet
original; dan
benar;
sakit.
barang;
50
4) Melakukan pegesahan penerimaan barang pada faktur dengan tanda
penyimpanan.
kartu stock;
alamat outlet);
3) Memastikan nama, nomor batch, dan jumlah fisik obat telah sesuai
penyimpanan/ gudang;
51
g. Administrasi
telah ditetapkan;
h. Dokumentasi
i. Barang/Obat-obatan Rusak
sudah teridentifikasi;
52
2) Menempatkan obat-obatan yang telah rusak pada tempat tertentu
53
6) Memonitor secara khusus penanganan untuk produk-produk
hati;
operasional;
kewenangan BCC;
kondusif;
54
8. Menjalin kerjasama yang harmonis kepada semua bagian yang
eksternal lainnya.
pencairan;
55
3.4.5 Administrasi Logistik
masing principal;
salesman;
SPV dan proses administrasi penjualan lainnya terkait order yang diterima;
barang sesuai nomor batch yang tertera dalam list tersebut dalam rangka
56
barang kepada pelanggan yang tepat oleh pengantar;
status pesanannya;
dipenuhi;
diskon tambahan yang telah mendapat persetujuan dari SPV dan BM; dan
3.4.7 Debitur
penagihan;
lengkap;
57
5. Mencocokkan antara inputan yang tercetak pada register dengan yang
3.4.8 Kolektor
oleh pelanggan;
cabang;
tempo;
kegagalan penagihan;
58
penyiapan untuk pelaksanaan tagihan berikutnya;
harinya.
3.4.9 Kasir
dengan prosedur;
5. Menerima, memeriksa, dan membuat tanda terima untuk setiap uang atau
7. Membuat slip setoran ke bank atas setiap penerimaan hasil tagihan dari
pelanggan;
dalam rangka memeriksa kesesuaian antara catatan kas dengan fisik uang
59
3.4.10 Salesman (Pharmaceutical dan Costumer Lines)
sales SPV;
administrasi sales/penjualan;
tanggung jawabnya;
principal;
12. Memberikan laporan kepada atasan atas informasi dan kondisi pasar;
60
13. Memberikan informasi kepada atasan atas usaha dan strategi dari
kompetitor;
benar;
surat jalan;
keamanan lingkungan;
61
10. Melakukan tugas-tugas lainnya yang masih berhubungan dengan
gudang.
aman;
dan alat kesehatan dari PT. Penta Valent Pusat. Pengadaan dilakukan untuk
menjaga dan menjamin stok barang di gudang masih mencukupi dalam proses
dahulu melakukan perencanaan untuk mendapatkan jumlah item obat yang akan
dipesan, Ini didapat dari analisis penjualan dari data rata – rata penjualan 3 bulan
lalu dan kemudian mengkategorikan apakah item tersebut termasuk fast moving
62
atau slow
63
moving. Analisis dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab (APJ) sediaan
farmasi dan alat kesehatan. Bagian admin logistik membuat pesanan ke PT. Penta
Alur pengadaan dari PBF cabang ke PBF pusat dapat dilihat pada Lampiran 2.
dengan dokumen pengiriman. Obat yang diterima harus dalam kondisi baik secara
fisik dan sesuai dengan dipesan. Pemeriksaan barang meliputi nama barang,
jumlah barang, nomor batch, dan tanggal kedaluwarsa. Barang disusun rapi di atas
a. Produk dalam jumlah besar atau dalam dus dapat disimpan di penyimpanan
partai besar (lantai 1). Produk yang sudah dikeluarkan dari dus dapat disimpan
b. Suhu dari setiap produk (suhu kamar maksimal 25 oC dan Cold Chain Product
64
e. Penyusunan berdasarkan nama principal, secara alfabetis, bentuk sediaan
farmasi, dan sistem FEFO (First Expired First Out) dimana produk yang
f. Untuk sediaan tablet, kapsul, krim, gel diletakkan pada rak atas, sediaan injeksi
diletakkan pada rak bagian tengah dan sediaan berbentuk cairan diletakkan
dan Lampiran 4.
yang telah memesan produk di PBF. Sepanjang jalur penyaluran, harus tetap
dijaga mutu produknya. Pengiriman untuk barang CCP dapat memakai cool box
dan ice pack, dan untuk barang reguler dapat menggunakan kardus. Sebelum
sesuai faktur pesanan yang diterima dari admin sales dengan memperhatikan
Kemudian petugas gudang menyerahkan barang melalui loket serah terima barang
kepada driver atau delivery man. Alur pendistribusian produk dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Penanganan produk retur harus sesuai dengan kritera retur yang ditetapkan
65
d. Produk rusak
Penarikan dapat disebabkan karena adanya permintaan dari principal, temuan dari
barang yang akan dimusnahkan ke PT. Penta Valent Pusat. Untuk faktur dapat
3.9 Pelaporan
dibuat oleh Apoteker Penanggung Jawab (APJ) PT. Penta Valent Cabang Medan.
Laporan yang dikirimkan meliputi laporan penyaluran semua obat dan laporan
obat-obat tertentu.
66
BAB IV
PEMBAHASA
yang dilaksanakan bagi para calon apoteker sebagai pembekalan dari segi
PBF. Dalam rangka melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini,
penulis ditempatkan di PBF PT. Penta Valent Cabang Medan yang berlokasi di
Jalan Kapten Muslim Komplek Ruko Mega Com Center Blok B nomor 25-27
penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan berupa Pedagang Besar Farmasi
30 Tahun 2017, PT. Penta Valent Cabang Medan dalam pendistribusan obat,
penyimpanan, dan penyaluran obat. Selain itu, juga memiliki 1 tenaga teknis
PT. Penta Valent telah menerapkan CDOB dan telah mendapatkan sertifikat
CDOB. Sertifikat CDOB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa PBF
obat dan/atau bahan obat (BPOM RI, 2017). Dengan adanya sertifikat CDOB,
maka PBF dapat memberikan jaminan bahwa obat yang dikonsumsi oleh
masyarakat tetap aman, bermanfaat, dan bermutu seperti pada saat obat diproduksi
oleh industri farmasi. PT. Penta Valent Cabang Medan memiliki 2 sertifikat
CDOB yaitu
67
distribusi obat reguler dan distribusi produk rantai dingin (CCP), karena di PT.
Penta Valent tidak menyalurkan obat narkotika sehingga tidak memiliki sertifikat
CDOB narkotika.
kosmetik dan alat kesehatan ke outlet yang dapat berupa rumah sakit, apotek dan
toko obat, dan PBF lainnya yang ada di Sumatera Utara. Outlet harus memberikan
datanya ke PT. Penta Valent untuk bisa mendapat pasokan produk. Data yang
dimaksud berupa Surat Izin Apotek (SIA) dan Surat Izin Praktek Apoteker
(SIPA). PT. Penta Valent hanya melayani outlet yang Surat Izin Apotek (SIA) dan
Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) masih berlaku. Apabila salah satu dokumen
administrasi tersebut tidak berlaku maka produk yang dipesan outlet tidak dapat
outlet membuat akun di SIPNAP terlebih dahulu pada outlet yang belum memiliki
PT. Penta Valent memberi batasan jumlah pesanan maksimum per bulan
yang berbeda untuk tiap outlet. Hal ini didasarkan pada jumlah pesanan outlet
sebelumnya dan kelancaran outlet membayar pesanan tiap bulannya. Batas bayar
pesanan yang ditetapkan PBF Penta Valent terhadap outlet adalah selama 21 hari
68
4.2 Proses Operasional di PT. Penta Valent
memerlukan sistem manajemen yang baik dalam memastikan mutu obat mulai
dari pengadaan hingga penyaluran produk setelah diterima dari principal hingga
PT. Penta Valent Cabang Medan melakukan pengadaan dari PT. Penta
Valent Pusat. Pengadaan PT. Penta Valent Cabang Medan dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Pengadaan Rutin
ditambah dengan buffer stock kemudian dikali lead time (waktu tunggu obat
untuk sambai ke PT. Penta Valent Cabang Medan). Biasanya obat yang dipesan
dengan cara ini adalah obat-obat pareto (yang paling laku), sedangkan obat-
obat moderate tidak dikalikan dengan buffer stock. Apabila pada suatu obat
terdapat DOI (De od Inventory) yang buruk yaitu >50 hari kerja maka akan
b. Pengadaan Tambahan
kualitas barang
69
selama proses penerimaan dan mencegah terjadinya kerugian akibat
4.2.2 Penerimaan
PT. Penta Valent Cabang Medan melakukan penerimaan dari PT. Penta
Valent Pusat. Jumlah barang disesuaikan dengan surat pesanan dan disertai surat
jalan yang akan disesuaikan dengan fisik barang yang akan diterima meliputi
nama obat, nomor batch, tanggal kedaluwarsa, nomor izin edar, dan jumlah obat.
Proses penerimaan obat dan/atau bahan obat ditujukan untuk memastikan bahwa
kiriman obat dan/atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang
kedalam gudang penerimaan yang terbagi menjadi gudang parameter mutu dan
juga gudang penerimaan transit. Yang dilakukan pada gudang parameter mutu
setiap koli, dan dilakukan pengecekan fisik bisa dengan cara buka segel atau
pemeriksaan mutu yang meliputi nama obat, nomor batch, tanggal kedaluwarsa,
dan jumlah obat. Penyimpanan obat dapat dikategorikan menjadi 3 yakni ruang
partai besar, ruang retail, dan ruang karantina. Ruang partai besar dikhususkan
untuk obat yang masih dalam dus besar, ruang retail untuk obat yang sudah
70
dikeluarkan dari dus, disimpan dan disusun sampai obat tersebut dikeluarkan atas
permintaan surat pesanan dari outlet, sedangkan ruang karantina untuk obat
bentuk sediaan, juga berdasarkan alfabetis dan FEFO di rak obat. Sediaan padat
diletakkan pada rak bagian atas, sedangkan untuk injeksi dan sediaan cair
disimpan di rak bagian bawah. Obat pada ruang partai besar diletakkan di atas
disimpan di chiller dengan memantau suhu pada monitor chiller dan terdapat
alarm yang akan berbunyi bila suhu di luar dari rentang yang ditetapkan. Gudang
kelembaban ruangan dan dilakukan pencatatan setiap hari sebanyak 3 kali yakni
jelas dan jadwal kebersihan dan diadakan pest control untuk mencegah adanya
khusus dan selalu dikunci. Obat yang masuk dan keluar selalu dicatat pada kartu
71
4.2.4 Penyaluran/Pendistribusian
instalasi farmasi rumah sakit, klinik, dan toko obat pada berbagai daerah di
Sumatera Utara dan daerah sekitar Sumatera Utara yang telah mendapatkan izin.
Obat yang keluar dari gudang disesuaikan dengan faktur penjualan dan surat
pesana dari outlet. Khusus obat golongan psikotropika, prekursor, dan OOT
disiapkan dan dikemas oleh Apoteker Penanggung Jawab (APJ) itu sendiri.
Penyaluran Obat CCP menggunakan cool box dan ice pack yang diisi
dengan es batu dan diletakkan termometer untuk mengetahui dan menjaga suhu
didalam ice box. Pengemasan obat yang akan dikirimkan baik dalam kota maupun
luar kota diberikan pelabelan yang jelas meliputi nama outlet yang dituju, alamat
tujuan, dan kota tujuan disertai dengan surat jalan atau faktur penjualan.
4.2.5 Dokumentasi
pesanan yang diterima dengan surat pesanan yang ditolak pengadaannya oleh PBF
pada surat pesanan yang ditolak. Setiap bulan PT. Penta Valent Cabang Medan
melakukan kecocokan/stock opname antara kartu stok fisik dengan stok elektronik
72
4.3 Pembahasan
Penta Valent Cabang Medan telah sesuai dengan Standard Operational Procedure
(SOP) dan mengacu pada CDOB. Disamping itu, terdapat 2 hal yang belum sesuai
a. Surat pesanan dari sarana kefarmasian yang ditujukan ke PT. Penta Valent
Cabang Medan ditulis oleh pihak PBF dan bukan oleh pihak sarana
kefarmasian.
b. Adanya surat pesanan yang diterima oleh pihak PBF yang terkadang
namun apabila hal seperti itu terjadi, surat pesanan tersebut dikembalikan lagi
c. Terdapat beberapa obat di rak obat PT. Penta Valent Cabang Medan yang
Poin a dan b diatas tidak sesuai dengan pedoman CDOB, dimana surat
73
BAB V
5.1 Kesimpulan
Apoteker (PKPA) di PBF PT. Penta Valent Cabang Medan adalah sebagai
berikut:
a. Calon Apoteker harus memahami peran dan tanggung jawab Apoteker sebagai
b. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Penta Valent Cabang Medan
5.2 Saran
Penta Valent Cabang Medan ditulis langsung oleh pihak sarana bukan oleh
penyimpanan CCP.
74
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2020. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
75
LAMPIRAN
76
Lampiran 2. Alur Pengadaan Produk
dan stempel
Barang pesanan dikirim ke cabang
77
Lampiran 3. Alur Penerimaan Produk
78
Lampiran 4. Alur Penyimpanan Produk
masing principal
Disimpan sesuai dengan ketentuan dan
persyaratan dari etiket
-
-
-
-
Disusun berdasarkan jenis produk, suhu
penyimpanan, bentuk sediaan, alfabetis, dan
sistem FEFO
Produk nonobat seperti suplemen dan obat
tradisional disimpan di rak terpisah dengan
produk obat
79
Lampiran 5. Alur Distribusi dari Cabang ke Pelanggan
Surat Pesanan
Piklist diberikan ke petugas gudang untuk
menyiapkan barang
Dicetak daftar hantaran barang, faktur dan
-
80
Lampiran 6. Alur Penanganan Pengembalian Produk/Retur
Outlet
diinput data dan dicetak nota retur
outlet
81
Lampiran 7. Alur Penarikan Kembali/Recall
Principal
82
Lampiran 8. Contoh Faktur Pembelian
83
Lampiran 9. Contoh Kartu Stok Gudang
84
Lampiran 10. Sertifikat CDOB Cold Chain Product (CCP)
85
86
Lampiran 11. Sertifikat CDOB Obat Lain
87
LAPORAN PRAKTIK KERJA PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
di
PT. PENTA VALENT MEDAN
TUGAS KHUSUS
"PROTAP RECALL"
Disusun Oleh:
Bella Shafira, S.Farm.
212133057
1
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir ini kasus product recall kerap ditemui untuk
berbagai produk. Penarikan kembali suatu produk atau yang lebih dikenal dengan
product recall biasa terjadi untuk produk cacat yang disebabkan kelalaian
perusahaan saat produksi. Para produsen melakukan langkah product recall untuk
produk obat atau sering disebut recall di industri farmasi ini baik sukarela maupun
Indonesia (BPOM).
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan dari satu atau
beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari rantai distribusi karena
keputusan bahwa produk tidak layak lagi diedarkan karena tidak memenuhi
merujuk pada surat BPOM dan Principal untuk mandatory, dan hanya merujuk
pada surat Principal untuk voluntary), membuat historical sales agar pelaksanaan
recall lebih efisien dan memudahkan dalam menelusuri batch yang beredar,
2
membuat form penarikan, menginstruksikan dilakukannya penarikan, yang
berkualitas dan layak digunakan serta PBF bersikap patuh terhadap regulasi yang
berlaku.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan recall adalah untuk memastikan proses penarikan obat dari
sudah ditetapkan, dengan prinsip: tepat waktu, tepat jumlah, dan dengan proses
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari pembuatan tugas khusus ini adalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
komplain dari reaksi obat pada produk. Bisa juga penarikan produk dikarenakan
adanya pemalsuan obat. Penarikan produk dapat diinisiasi oleh pabrik pembuat
obat, pedagang besar farmasi atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Recall dapat dilakukan baik seuai instruksi BPOM (penarikan wajib) atau secara
Recall atau disebut sebagai penarikan kembali produk obat adalah sebuah
kegiatan penarikan kembali produk obat yang telah beredar di pasaran akibat
obat tercantum di dalam BAB VI dalam pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB) bersamaan dengan pembahasan terkait keluhan, obat dan/atau bahan obat
1. Recall Kelas I : Untuk obat yang berakibat fatal seperti kematian, cacat
4
Contoh: obat yang tidak memenuhi persyaratan keamanan,
Contoh: tidak ada jaminan steril pada sediaan steril, informasi yang
keseragaman.
3. Recall Kelas III : Untuk obat yang tidak menimbulkan bahaya signifikan
bagi kesehatan.
5
BAB III
METODE
materi diberikan.
Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/atau bahan obat
terhadap penanganan obat dan/atau bahan obat yang ditarik dari peredaran.
Semua obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus ditempatkan secara
Proses penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus sesuai
dikembalikan.
pemberitahuan.
6
Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi penarikan yang diharuskan
oleh instansi berwenang atau industri farmasi dan/atau pemegang izin edar.
pelanggan (antara lain alamat, nomor telepon, faks) dan obat dan/atau bahan
secara berkala.
Pada kondisi tertentu, prosedur darurat penarikan obat dan/atau bahan obat
dapat dilaksanakan.
di PT. Penta Valent Medan yang berlokasi di Jalan Kapten Muslim Komplek
7
3.3 Peserta Kegiatan
Peserta yang mengikuti kegiatan PKPPA di PT. Penta Valent Medan adalah
8
BAB IV
PEMBAHASAN
produk.
berikut:
9
2. Apoteker Penanggung Jawab Pusat menginstruksikan recall dan
sales) mencakup informasi nama produk dan no batch, serta batas waktu
recall.
7. Sales melakukan penarikan stok fisik yang ada dipelanggan sesuai no batch
diperpanjang.
form TTRB (Tanda Terima Retur Barang) dan faktur. Pelanggan harus
10
membuat surat pernyataan produk recall sudah tidak ada, apabila sudah
11. Petugas Gudang Cabang menerima produk fisik yang direcall sesuai jumlah
RECALL”.
12. Petugas Gudang Cabang menyerahkan Tanda Terima Retur Barang (TTRB)
14. Bila produk recall langsung dikirim ke prinsipal, maka Pusat harus
mendapatkan tembusan.
15. Petugas Gudang Pusat menerima produk fisik recall dari cabang dengan
mencocokkan jumlah dan bets, lalu disimpan ke gudang recall dan dikunci.
konfirmasi ke prinsipal.
17. Logistik Pusat melalui sistem, melakukan receive dan mengeluarkan stok
18. Petugas Gudang Pusat mengirim hasil recall ke prinsipal disertai dengan
19. Dokumentasikan:
Cabang : Surat recall dari principal, email pemberitahuan dari pusat, data
11
dari outlet jika produk habis/kosong, Tanda Terima Retur Barang (TTRB)
BPOM.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Recall adalah proses penarikan atau penghilangan produk farmasi dari rantai
Cabang.
Penarikan kembali atau Recall Produk memiliki prosedur tetap yang dibuat
5.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14