Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEWIRA USAHAAN PRODUK JASA PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

EMILIA

NIM : 2386208070

AGUNTARA

NIM : 2386208055

PERSYARATAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN

DOSEN PENGAMPU:

INTI PITASARI, M.Pd

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
BATURAJA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak pula
orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pula pentingnya dunia wirausaha.
Pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang oleh wirausahawan yang dapat
membuka lapangan kerja karena ksemampuan pemerintah sangat terbatas.

Wirausaha itu sendiri adalah proses menciptakan suatu nilai yang berbeda dengan
mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul resiko-resiko finansial,
psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan atau imbalan moneter
dan kepuasan pribadi.

Rakyat Indonesia yang sebagian besar beragama islam lupa, tidak banyak mengetahui
akan ajaran islam tentang pekerjaan di bidang bisnis. Pernah Rasulullah SAW ditanya
oleh para sahabat, Pekerjaan apakah yang paling baik ya Rasulullah? Rasulullah
SAW menjawab, seseorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli
yang bersih (HR.Al-Bazzar). Jual beli yang bersih berarti sebagian dari kegiatan
profesi bisnis. Selain itu para ulama telah sepakat mengenai kebaikan pekerjaan
dagang (jual beli), sebagai perkara yang telah dipraktikkan sejak zaman nabi hingga
masa kini. Dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda, Pedagang yang jujur lagi
terpercaya adalah bersama-sama para Nabi, orang shadiqin, dan para syuhada.(HR.
Tirmidzi dan Hakim).
Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan baik dalam jumlah
maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri.

Di dalam mata kuliah perkuliahan ini kami penulis akan meneliti suatu usaha yang
bergerak dalam bidang pendidikan yaitu bimbingan belajar. Menurut L D Crow dan
A Crow, Bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh
seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan
untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya.

1.2. Tujuan Diadakan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian adalah sebagai berikut.


1. Menjadi wirausaha sebagai alternatif bisnis di masa yang akan datang.
2. Dapat mengetahui seluk-beluk berwirausaha di dalam bidang pendidikan.
3. Dapat menumbuhkan jiwa pebisnis bagi penulis dan pembaca.
4. Dapat mengetahui skill-skill apa saja yang diperlukan dalam berwirausaha di
bidang pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

3.1. Sejarah Berdirinya Bimbingan Belajar AHE Sukaraya

Sejarah berdirinya Bimbingan Belajar AHE Sukaraya dimulai dari aktivitas


pendiri yang ketika itu masih menjadi mahasiswa akhir di UNBARA
(Universitas Baturaja) ketika itu untuk menambahi biaya kuliahnya pendiri
sempat berpikiran untuk menjadi tenaga honorer disebuah sekolah dasar.
Namun oleh seorang sahabatnya, pendiri disarankan untuk mengikuti jejaknya
yang sudah lebih dahulu mendirikan bimbingan belajar yang dibawah
naungan AHE seluruh Indonesia dengan sistem Frachise.

Berawal dari situ kemudian muncul ide dan keinginan untuk mendirikan
bimbingan belajar mandiri yang dikelolanya sendiri. Dan alhamdullillah
semua persyaratan dan perlengkapan dapat dipenuhi. Dan bimbingan Belajar
AHE sukaraya sudah berdiri dan berjalan satu tahun sampai dengan hari ini.
Pada saat pertama berdiri jumlah tenaga pengajar di Bimbel AHE Sukaraya
hanya 1 orang, yaitu pendiri sendiri. Saat ini jumlah tenaga pengajar ada 2
orang. Jumlah murid saat pertama kali dibuka yaitu sebanyak 7 orang. Jumlah
murid saat ini sekitar 30 orang.
3.2 Faktor Pendorong Berwirausaha

Faktor-faktor yang mendorong untuk berwirausaha dengan memilih usaha


bimbel:
a. Minat, dimana usaha bimbingan belajar sangat sesuai dengan minat pendiri
pada bidang pendidikan.
b. Pengalaman, dimana pendiri merasa sudah memiliki cukup pengalaman
dalam aktivitas mengajar yang dapat menjadi modal dasar dalam
menjalankan usaha bimbel.
c. Faktor modal, dimana untuk memulai usaha bimbel yang berskala kecil
(rumahan) tidak memerlukan modal awal yang terlalu besar.

3.3. Data Keuangan

Modal yang dikeluarkan saat pertama membuka usaha bimbel sekitar


Rp 15.000.000,- sudah termasuk biaya Frachise untuk 1 Tahun.
Biaya belajar di Bimbel AHE Sukaraya ini terdiri dari uang pendaftaran
sebesar Rp 50.000,00 dan biaya per bulan untuk 3x pertemuan sebesar Rp
150.000, 00 dan untuk 6x pertemuan sebesar Rp 250. 000, 00.

3.4. Fasilitas Bimbingan Belajar

Fasilitas yang ada di bimbel AHE Sukaraya antara lain: ruang belajar, kursi,
meja, AC, papan tulis, dan sarana penunjang lainnya..
3.5. Waktu Belajar di Bimbingan Belajar AHE Sukaraya

Jumlah ruang kelas di Bimbel AHE Sukaraya yaitu sebanyak 1 ruang kelas.
Dalam satu hari setiap ruang kelas digunakan untuk 6 shift rombongan belajar
(rombel), yaitu shif 10.00 – 11.00, shif 11.00 – 12.00, shif 13.00 – 14.00,
14.00 – 15.00, 15.00 – 16.00, 16.00 – 17.00. Sehingga setiap hari bisa
diadakan kegiatan tatap muka untuk maksimal 6 rombel. Jumlah tatap muka
setiap rombel di Bimbel AHE Sukaraya adalah 3x per minggu, dengan
pengaturan hari tatap muka Senin-Rabu-Jum’at dan Selasa-Kamis-Sabtu, dan
6x per minggu Senin – Sabtu.

3.6. Metode mengajar

Metode pengajaran di Bimbel AHE Sukaraya sama seperti metode pengajaran


di bimbel lain pada umumnya. Setiap tatap muka pada bagian pertama diisi
pemaparan materi oleh mentor, dan bagian kedua yaitu berlatih mengerjakan
soal yang disertai pembahasan.

3.7. Kendala Berwirausaha

Kendala-kendala dalam usaha Bimbel AHE Sukaraya:


[1] Masalah disiplin guru.
Hampir semua mentor di Bimbel AHE Sukaraya masih berstatus
mahasiswa, sehingga kadang terjadi jadwal mengajar mentor
berbenturan dengan kegiatan di kampus.

[2]
[3] Masalah disiplin pembayaran peserta.
Di antara peserta bimbingan ada sebagian yang tidak disiplin dalam
menunaikan kewajiban pembayaran. Bagi peserta yang demikian akan
diberi surat pemberitahuan yang ditujukan kepada orang tua peserta,
yang berfungsi untuk mengingatkan kewajibannya. Dalam masalah ini
Bimbel AHE Suakaraya memberi toleransi dengan
mempertimbangkan latar belakang pekerjaan orang tua peserta.
Namun sikap tegas juga diperlukan demi menjaga kewibawaan
lembaga dan untuk mempertahankan usaha dalam jangka panjang.

[4] Kurangnya minat belajar peserta bimbingan


Hampir 80% dari total keseluruhan peserta bimbingan mengalami
masalah yang sama yaitu kurangnya minat belajar, karena rata – rata
peserta bimbingan mengikuti bimbel karena permintaan atau perintah
dari orang tuanya, sehingga hal ini membuat mentor harus sigap dan
kreatif dalam menciftakan suasana bimbingan yang aktif dan
kondusip.

3.8. Keuntungan Mendirikan Bimbel

Keuntungan yang di rasakan dewasa ini adalah kesadaran para orang tua
untuk memberikan yang terbaik bagi pendidikan putra-putrinya sudah
semakin baik. Karena itu usaha bimbel yang bersifat memberikan layanan
pendampingan belajar untuk para siswa yang sedang menempuh pendidikan di
sekolah memiliki prospek yang cukup baik untuk terus berkembang dan
dijadikan sebagai sandaran hidup.
3.9. Cara mempromosikan Bimbel Ahe Sukaraya
Bimbel AHE Sukaraya dipromosikan dengan cara membagi brosur di
sekolah-sekolah yang menjadi target pada setiap akhir semester, yaitu pada
saat pembagian rapor. Namun promosi ini lebih bersifat kepada pengenalan
nama dan eksistensi Bimbel AHE diantara bimbel-bimbel lainnya. Selain dari
pada itu pemilik juga sering mempromosikan bimbelnya di forum – forum
jual beli medsos atau juga disebar dengan broad cast.

Berdasarkan pengalaman, promosi yang paling efektif untuk mendapatkan


murid adalah promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan sendiri oleh murid
atau orang tua murid. Promosi ini akan berjalan sangat baik jika orang tua
murid menilai bimbel yang diikuti putra/putrinya memiliki kualitas yang baik,
yang ditunjukkan oleh peningkatan prestasi akademik murid di sekolah.

3.10. Pencapaian Prestasi yang telah diraih oleh Bimbel AHE Sukaraya
Prestasi murid peserta Bimbel AHE Sukaraya alhamdulillah cukup baik. Rata-
rata nilai murid di sekolah mengalami peningkatan, dan ada sebagian yang
mendapat ranking di sekolahnya. Namun ada juga murid yang karena satu dan
lain hal dapat disebut gagal karena tidak mendapatkan kemajuan setelah
mengikuti bimbel.

Sementara untuk lulusan setiap tahun rata-rata peserta bimbel dapat diterima
disekolah – sekolah Negeri.

3.11. Cara Menjaga Kualitas Bimbel AHE Sukaraya


Kualitas bimbel diukur berdasarkan pencapaian prestasi akademik murid di
sekolah. Untuk dapat meraih prestasi itu ada beberapa faktor yang
menentukan, yaitu:
1. Kurikulum.
Kurikulum atau materi ajar sebisa mungkin disesuaikan dengan materi ajar
yang diterima murid-murid di sekolah masing-masing.

2. Tenaga pengajar.
Tenaga pengajar atau mentor diusahakan dicari yang baik. Setiap waktu
kinerja mentor selalu dipantau. Jika ada hal yang dianggap kurang maka
mentor yang bersangkutan akan diberi teguran sekaligus motivasi
untuk memperbaiki kinerjanya. Pada setiap akhir semester dilakukan
evaluasi atas kinerja setiap guru. Bagi mentor yang dinilai kinerjanya tidak
bisa diperbaiki maka kerja sama dengan yang bersangkutan tidak
dilanjutkan dan akan dicari mentor pengganti yang lebih baik.

3. Pembatasan jumlah murid setiap pertemuan


Bimbel AHE Sukaraya membatasi jumlah murid per tatap muka, yaitu
maksimal 2 murid. Pembatasan jumlah murid ini dimaksudkan agar proses
belajar mengajar di kelas dapat berjalan lebih kondusif dan mentor dapat
lebih maksimal dalam memberi perhatian kepada setiap muridnya.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai