Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

ADAPTASI IBU DAN PROSES MENYUSUI


DAFTAR ISI
Isi
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. Menyusui Bayi Kembar/ Multiple...........................................................................6
B. Gangguan Pada Payudara Tidak Menyusui...........................................................16
C. Posisi Terapeutis Pada Menyusui.........................................................................17
D. Membangun kemampuan dan kepercayaan diri ibu dan keluarga pada proses
menyusui......................................................................................................................19
E. Memerah Mengeluarkan ASI................................................................................22
F. Praktik yang dapat Mengganggu Kesuksesan Menyusui......................................25
G. Menyusui pada Ibu Bekerja..................................................................................26
H. Pemberhentian Menyusui....................................................................................33
I. Masalah Pada Menyusui......................................................................................34
J. Menyusui Pada Kondisi Khusus............................................................................36
K. Susu Pengganti.....................................................................................................38
BAB III...............................................................................................................................39
PENUTUP..........................................................................................................................39
A. Kesimpulan...........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................40
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi kepada bayi

secara optimal. Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk menunjang

kesehatan, pertumbuhan perkembangan bayi secara optimal. Sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu

Eksklusif, ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. ASI eksklusif

adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa

menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

Berdasarkan Pasal 6 dalam peraturan pemerintah yang sama, setiap ibu yang

melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya.

Pemberian ASI eksklusif tidak berlaku jika terdapat indikasi medis, ibu tidak ada,

atau ibu terpisah dari bayinya.

Secara psikologi maupun fisiologi , pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-

gejala yang cukup mengganggu . Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak

mengalami hal ini. Agar perubahan yag dialami tidak berlebihan, ibu perlu

mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami

perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi

seorang ibu.Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian

yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan

khusus dalam masa nifasini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari

penyesuaian yang normal yang umum terjadi.


B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Menyusui Bayi Kembar/Multiple ?
2) Apa saja Gangguan pada payudara tidak menyusui ?

3) Bagaimana posisi terapeutis pada menyusui ?

4) Bagaimana membangun kemampuan dan kepercayaan diri ibu dan

keluarga pada proses menyusui?

5) Bagaimana memerah mengeluargkan ASI?

6) Bagaimana Dukungan pada terapi manual menyusui ?

7) Apa saja praktik yang dapat mengganggu kesuksesan menyusui ?

8) Bagaiamana menyusui pada ibu bekerja ?

9) Bagaimana pemberhentian menyusui ?

10) Apa saja masalah pada menyusui ?

11) Bagaimana menyusui pada kondisi khusus ?

12) Apa Susu pengganti ?

C. Tujuan
1) Mengetahui Menyusui Bayi Kembar/Multiple
2) Mengetahui Gangguan pada payudara tidak menyusui
3) Mengetahui Bagaimana posisi terapeutis pada menyusui
4) Mengetahui Bagaimana membangun kemampuan dan kepercayaan diri
ibu dan keluarga pada proses menyusui
5) Mengetahui Bagaimana memerah mengeluargkan ASI
6) Mengetahui Bagaimana Dukungan pada terapi manual menyusui
7) Mengetahui Apa saja praktik yang dapat mengganggu kesuksesan
menyusui
8) Mengetahui Bagaiamana menyusui pada ibu bekerja
9) Mengetahui Bagaimana pemberhentian menyusui
10) Mengetahui Apa saja masalah pada menyusui
11) Mengetahui Bagaimana menyusui pada kondisi khusus
12) Mengetahui Apa Susu pengganti
BAB II

PEMBAHASAN

A. Menyusui Bayi Kembar/ Multiple


Bayi kembar biasanya kembar dua, tetapi kadang-kadang mungkin lebih

(multipel), yaitu kembar tiga (triplet) atau bahkan kembar empat (quadriplet).

Bayi kembar mungkin berasal dari satu pembuahan (monozygote ) atau memang

ada dua pembuahan (dizygote). Insidensi kelahiran bayi kembar terus meningkat

hampir sebesar 65% sejak tahun 1980, dimana setiap tahunnya diperkirakan lahir

31,5 bayi kembar ganda dan 1,9 triplet per 1000 kelahiran hidup. Banyak faktor

yang mempengaruhi peningkatan kelahiran bayi multipel. Penyebab utama adalah

meningkatnya usia ibu hamil dan berkembangnya terapi untuk infertilitas dengan

hormon pada ibu. Semakin tua seorang wanita maka kesempatan untuk

mendapatkan kehamilan kembar menjadi dua kali lipat, sedangkan pada wanita

yang menjalani terapi kesuburan risiko untuk mendapatkan kehamilan kembar

menjadi sepuluh kali lipat. Pada praktek sehari-hari yang sering dijumpai adalah

bayi kembar ganda (gemelli), oleh karena itu pembahasan akan lebih menitik

beratkan pada penanganan bayi kembar ganda.

Banyak kalangan menyangka bahwa menyusui bayi kembar adalah sulit, dan air

susu ibu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua, tiga atau lebih bayi.

Dengan pengetahuan yang cukup, bantuan dari petugas medis, kesabaran ibu dan

dukungan keluarga, semua bayi multipel dapat disusui dengan baik, secara

eksklusif enam bulan dan berlangsung hingga dua tahun.


Persiapan menyusui bayi kembar harus dimulai sejak dini. Pengetahuan mengenai

anatomi-fisiologi menyusui, konseling yang mantap, teknik menyusui yang benar,

serta asupan nutrisi ibu yang baik dan cukup, sangat mempengaruhi keberhasilan

menyusui bayi kembar.

1. Persiapan saat kehamilan

Kehamilan yang kemudian diketahui ganda akan menjadi perhatian besar

pada ibu dan keluarga. Umumnya gembira, tetapi juga khawatir, takut

terjadi hal yang tidak baik pada ibu dan bayi. Kesibukan berkonsultasi ke

dokter ahli kandungan, membeli perlengkapan lebih dari satu bayi,

janganlah membuat konsultasi ke ahli laktasi menjadi terabaikan. Bila

anda seorang bidan atau ahli kandungan, ingatlah selalu untuk

mengirimkan ibu dan keluarga pada seorang konsultan laktasi. Menurut

WHO, konseling laktasi saaat antenatal ini minimal dilakukan 2 (dua) kali.

Saat konseling laktasi sampaikan hal-hal yang akan dihadapi ibu dan

keluarga, seperti:

 Bayi mungkin akan dilahirkan dengan operasi Caesar

 Inisiasi menyusu dini (IMD) tetap dapat dikerjakan pada kedua bayi,

meskipun mungkin akan lebih membutuhkan kesabaran (lihat bab Inisiasi

Menyusu Dini)

 Bayi mungkin akan lahir kecil


 Pada hari-hari pertama diperlukan usaha yang maksimal untuk menyusui

kedua bayi

 Manfaat ASI dalam mencegah risiko infeksi, alergi dan penyakit kronis.

 Posisi dan pelekatan menyusui yang baik dan benar

 Berbagai posisi menyusui kedua bayi pada saat yang bersamaan

 Dukungan dari suami dan keluarga agar ibu tidak kelelahan

 Tumbuh kembang yang akan dihadapi oleh bayi kembar

 Asupan nutrisi yang cukup dan baik untuk ibu

2. Fisiologi menyusui bayi kembar

Laktogenesis telah terjadi pada saat kehamilan. Ukuran payudara menjadi

lebih besar, karena alveolus, lobulus, dan duktus laktiferus bertambah

jumlahnya. Hormon menyusui yaitu oksitosin dan prolaktin yang berada di

hipotalamus otak, belum dapat bekerja karena dihambat oleh hormon

progesteron yang ada pada plasenta ibu. Pada saat bayi lahir, plasenta

dikeluarkan, barulah hormon prolaktin dan oksitosin mulai bekerja.

Hisapan bayi pada areola akan merangsang nervus vagus mengirim sinyal

ke hipotalamus untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.

Hormon prolaktin dihasilkan oleh hipotalamus anterior yang akan

merangsang sel asiner di alveolus kelenjar payudara untuk membuat ASI.

Hipotalamus posterior akan merangsangmioepitel alveolus payudara

untuk berkontraksi mendorong ASI keluar dari payudara. Oksitosin juga

membuat sel otot uterus berkontraksi sehingga terjadi involusi uterus,


sehingga risiko perdarahan post partum berkurang. Mulai bekerjanya

hormon menyusui menyebabkan pada hari pertama ASI yang diproduksi

masih sedikit yaitu kurang lebih 5 ml tiap kilogram berat badan bayi

perhari. Hal ini sesuai dengan kapasitas lambung bayi baru lahir di hari

pertama. Pada bayi kembar, karena payudara distimulasi oleh dua bayi,

maka pengeluaran ASI menjadi lebih banyak, sesuai dengan kebutuhan

tiap bayi. Produksi ASI akan terus bertambah sesuai dengan bertambah

aktifnya hormon oksitosin dan prolaktin. Oleh karena itu, hisapan bayi

memiliki peran yang sangat penting dalam memproduksi ASI. Semakin

sering bayi menghisap payudara, semakin banyak jumlah bayi yang

menghisap payudara, akan semakin banyak ASI diproduksi. Oleh karena

itu, anggapan bahwa bayi kembar tidak akan mendapat cukup air susu

ibunya adalah salah. Hal ini perlu dijelaskan kepada ibu dan keluarga,

untuk mencegah kepanikan saat bayi lahir.

3. Persalinan bayi kembar

Pada masa kini lebih disukai melahirkan bayi kembar dengan operasi

Caesar untuk menghindari berbagai risiko kelahiran per vaginam.

Kerjasama yang baik antara dokter ahli kandungan, dokter spesialis anak,

dokter anestesi, dan paramedis termasuk petugas kamar bersalin menjadi

penting. Komunikasi antar anggota tim dan antara tim dengan keluarga

hendaknya terjalin dengan baik.


Setelah bayi pertama lahir dan terlihat bugar, keringkan bayi, ikat tali

pusat, dan letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk memulai melakukan

inisiasi menyusu dini (IMD). Diperlukan bantuan petugas lain untuk

mengangkat bayi ke-2, mengeringkan bayi danmengikat tali pusatnya

serta meletakkan bayi di dada ibu, pada sisi yang berbeda, bersama dengan

bayi pertama. Biarkanlah kedua bayi mendapat kontak kulit dengan kulit

di dada ibu selama minimal satu jam, seperti yang telah diberitahu pada

saat ibumelakukan konseling antenatal. Biarkan bayi mencari puting ibu

sendiri. Jangan lupa memasangkan topi dan menyelimuti punggung bayi.

Suhu pendingin ruangan hendaknya tidak kurang dari 24 0Celcius. Setelah

satu jam, ambil bayi dari ibu, berikan tetes mata, antibiotik secara

intramuscular. Kontak kulit ke kulit dini pada bayi kembar juga dapat

dilakukan satu persatu seperti yang dibahas pada bab IMD.

Sekiranya terjadi masalah seputar waktu kelahiran, usahakan bayi segera

menyusu ke ibu sebelum usia bayi 6 jam, karena semakin lama menunggu

bayi menghisap, semakin banyak kendala yang akan dihadapi.

4. Menyusui bayi kembar

American Academy of Pediatrics mengeluarkan rekomendasi pemberian

ASI eksklusif untuk bayi, baik pada kelahiran tunggal maupun pada kasus

kelahiran kembar. ASI merupakan nutrisi terbaik dan spesifik untuk bayi

manusia. Komposisinya yang unik menyediakan nutrisi yang ideal umtuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam setahun pertama kehidupan.


Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa dengan memberikan

ASI, bayi akan terlindungi dari kejadian infeksi, penyakit kronik, dan

alergi. Bayi-bayi yang mendapat ASI menunjukkan perkembangan

psikologis dan kognitif yang lebih baik.

Menyusui bayi kembar pada dasarnya sama seperti bayi tunggal walaupun

lebih berpotensi bermasalah dan banyak membutuhkan dukungan.

Kehamilan kembar sering dikaitkan dengan kelahiran dengan cara operasi

Caesar, kejadian bayi prematur, dan berat badan lahir rendah atau berat

badan lahir sangat rendah. Prematuritas sendiri sangat rentan terhadap

terjadinya komplikasi pasca bersalin, seperti episode sepsis (16-30% pada

bayi prematur dengan berat lahir kurang dari 1500 g) dan necrotizing

enterocolitis (1-12% pada bayi prematur dengan berat lahir sangat rendah).

Pemberian ASI dapat mencegah terjadinya berbagai komplikasi ini,

sehingga dibutuhkan permulaan menyusui yang baik bagi setiap ibu

dengan bayi kembar.

Ibu dengan bayi kembar merupakan kelompok unik yang terkadang tidak

mengharapkan akan menyusui bayi-bayi kembarnya.

Sebuah penelitian di California menggambarkan hanya 24% ibu yang

menyusui bayinya, dan dari jumlah tersebut sebanyak 37% hanya

menyusui kurang dari sebulan, sebanyak 20% meneruskan menyusui

sampai 4-6 bulan. Alasan memperkenalkan pengganti ASI atau susu


formula yaitu ASI tidak mencukupi sebanyak 28%, bayi mengalami gagal

tumbuh 13%, payudara bengkak 15%, ibu sakit 7%, dan bayi sakit 2%.

Semuanya menjadi alasan bagi ibu menghentikan menyusui bayinya.

Penelitian lain menggambarkan penyebab ibu dengan mudah

menghentikan proses menyusui antara lain selain kekhawatiran ASI tidak

mencukupi kebutuhan bayi, kesulitan memposisikan bayi saat menyusui,

ibu merasa kekurangan waktu dan terlalu lelah menyusui bayinya, rasa

nyeri dan kurang nyaman pasca bersalin, kecemasan akan kondisi bayi

yang tidak kondusif untuk menyusu seperti kesulitan melekat dan

menghisap payudara ibu.

Namun penelitian Rozas membantah hal ini dengan membuktikan secara

bermakna bahwa ibu-ibu dengan pengetahuan yang baik dan menjalani

konseling menyusui sebelum memulai menyusui, dapat berhasil menyusui

bayi kembarnya secara eksklusif. Adapun faktor seperti usia ibu, cara

melahirkan, berat badan lahir bayi, pendidikan ibu, tidak mempengaruhi

keberhasilan menyusui. Data ini menunjukkan bahwa dibutuhkan usaha

khusus untuk mempromosikan pemberian ASI kepada para ibu dengan

kehamilan kembar.

Penting bagi bidan atau dokter kandungan untuk menyarankan pasien

datang ke klinik laktasi setempat. ASI eksklusif pada bayi kembar adalah

hal yang dapat dilakukan walaupun ada beberapa kesulitan, sehingga


dukungan dan komitmen dari keluarga, konselor laktasi dan para dokter

sangat dibutuhkan.

Menjawab berbagai kendala diatas, penelitian Emmet dan Rogers

memperlihatkan bahwa para ibu tidak perlu khawatir bahwa jumlah ASI

yang dihasilkan tidak memcukupi kebutuhan bayi kembarnya. Karena

jumlah ASI yang diproduksi ibu secara bermakna berhubungan langsung

dengan kebutuhan bayi dan berat badan bayi, sehingga secara alami

hisapan bayi akan menstimulasi pertambahan volume ASI.

Ibu dengan bayi kembar dua secara konsisten akan memproduksi jumlah

ASI dua kali lebih banyak dari jumlah ASI yang diproduksi ibu dengan

bayi tunggal, bahkan ibu dengan bayi triplet dapat memproduksi 3 liter

ASI dalam 24 jam. Komposisi laktosa, protein dan lemak sangat bervariasi

namun mencukupi kebutuhan bayi.

Kegiatan menyusui membutuhkan energi yang cukup besar. Selain untuk

kebutuhan ibu, energi yang cukup juga dibutuhkan untuk memproduksi

ASI. Dalam 100 ml ASI terkandung 67-75 kilo kalori, sehingga ibu-ibu

dengan bayi kembar yang memproduksi ASI hampir 2 liter per hari

membutuhkan tambahan energi sebesar 1500 kilo kalori per hari. Kondisi

malnutrisi dan dehidrasi pada ibu akan mengakibatkan jumlah ASI yang

diproduksi berkurang secara bermakna. Penting bagi ibu menyusui untuk

makan dan minum dalam jumlah yang cukup.


Kondisi stres juga mempengaruhi produksi ASI, hal ini karena kadar

hormon oksitosin berkurang dan hormon stres meningkat. Kontak kulit

dengan kulit (skin to skin contact) antara ibu dan bayi dan terapi relaksasi

akan memperbaiki performa menyusui dan memperpanjang waktu

menyusui. Aktifkan peran ayah melalui kontak kulit dengan kulit. Pada

bayi kecil, kontak kulit dengan kulit secara bermakna menstabilkan suhu

dan pernafasannya, bayi menjadi lebih tenang dan jarang menangis. Saat

ibu memegang bayi yang satu, sang ayah dapat berperan untuk

menciptakan suasana nyaman bagi bayi kedua.

Menyusui bayi kembar membutuhan nutrisi yang cukup, dan kekurangan

istirahat bagi ibu akan berpotensi untuk menciptakan suasana penuh

tekanan yang dapat mempengaruhi proses menyusui. Selain mengatur

makan dan minum serta waktu istirahat, ibu juga harus mengatur waktu

menyusui, pergantian payudara dan posisi menyusui.

Bayi kembar dapat disusui dengan salah satu dari ketiga model berikut

yaitu secara simultan, atau terpisah sesuai kebutuhan masing-masing bayi,

atau bergantian. Menyusui secara simultan lebih menghemat waktu dan

memiliki keuntungan lain yaitu bayi yang lebih kuat hisapannya akan

merangsang refleks aliran untuk kembarannya yang daya hisapnya lebih

lemah. Masing-masing bayi tidak boleh memiliki payudara favorit, dalam

artian harus saling bertukar payudara saat menyusu. Jadi bayi A saat

menyusu sekarang dari payudara kiri , berikut dari payudara kanan dan
sebaliknya. Hal ini untuk menjaga agar ke-2 payudara ibu mendapat

stimulasi hisapan yang seimbang, sehingga asupan bayi dapat terpenuhi

dan terhindar dari besar payudara yang asimetris. Dan juga akan mencegah

mata bayi menjadi juling karena sering melihat ke satu sisi saja.

5. Tiga posisi menyusui yang biasa dipraktekkan saat bayi menyusu secara

simultan yaitu:

- Double Football Bayi dipegang seperti cara memegang bola disisi kanan dan

kiri tubuh ibu. Tangan ibu menopang kepala bayi dengan badan bayi berbaring di

bawah tangan ibu. Banyak ibu menggunakan cara ini sampai mereka benar-benar

berpengalaman.

- Double Cradle Bayi dipegang seperti menyusui bayi tunggal, dimana ke-2 badan

bayi menyilang di atas perut ibu. Posisi ini biasa digunakan pada ibu yang sudah

berpengalaman dan bayi dapat mengontrol kepalanya dengan baik.

- Kombinasi football dan cradle (Posisi sejajar)

Bayi pertama dipegang dengan cara football, sedangkan bayi yang lain dipegang

dengan posisi cradle. Posisi ini biasa digunakan oleh ibu dengan bayi triplet atau

lebih, sehingga bayi terbiasa dan mendapat asupan ASI yang cukup.

Ketiga posisi di atas dapat dengan mudah dipraktekkan, namun untuk pertama kali

tetap membutuhkan pendampingan dari tenaga kesehatan.

5. Kesulitan menyusui bayi kembar


Kesulitan yang berhubungan dengan bayi:

a. Kesulitan untuk melekat atau menghisap yang berlanjut dari satu bayi

mungkin dapat mempengaruhi proses menyusu. Hal ini dapat

ditanggulangi dengan menerapkan skin to skin contact dan konseling yang

baik.

b. Kenaikan berat badan bayi yang tidak memadai dari satu atau lebih bayi

kembar. Bila ini terjadi, jangan panik dan susui bayi lebih sering lagi.

Kesulitan yang berhubungan dengan ibu:

a. Kecukupan ASI

Biasanya ibu merasa ASI kurang. Dukungan dan konseling yang baik akan

membuat ibu lebih tenang dan yakin

b. Kesulitan memompa ASI, sehingga persediaan ASI untuk jangka panjang

tidak memadai saat ibu bayi kembar kembali bekerja. Bila bayi prematur

dan perlu dirawat, maka ibu sudah harus memompa ASI dalam 6 jam

pertama. Berikan ASI perah,

dan secara bertahap susui langsung. Diperlukan kesabaran ibu, keluarga,

dan petugas medis serta pendampingan ahli laktasi

B. Gangguan Pada Payudara Tidak Menyusui


pria atau wanita atau ibu yang tidak menyusui juga bisa terkena masalah

kesehatan ini. Kondisi ini dikenal dengan istilah medis mastitis non-laktasi. Perlu

diketahui, mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara. Penyakit ini


menyebabkan payudara sakit, bengkak, kemerahan, demam, dan badan panas

dingin. Berikut penjelasan lebih lanjut penyebab mastitis pada ibu yang tidak

menyusui berikut faktor risikonya. Baca juga: Kenali Apa itu Mastitis pada

Payudara, Ciri-ciri, dan Penyebabnya Penyebab mastitis pada ibu yang tidak

menyusui Menurut MayoClinic, penyebab mastitis pada ibu yang tidak menyusui

kebanyakan berasal dari infeksi bakteri. Bakteri tersebut dapat masuk ke puting

atau kulit sekitar payudara yang sakit atau terluka, lantas menyebabkan infeksi

pada jaringan payudara. Dikutip dari National Library of Medicine, studi

menunjukkan, bakteri penyebab mastitis kebanyakan jenis Staphylococcus aureus.

Baca juga: 5 Penyebab Mastitis pada Ibu Menyusui dan Cara Mencegahnya

Faktor risiko mastitis pada ibu yang tidak menyusui Dikutip dari

BreastCancerNow dan JohnsHopkinsMedicine, ada beberapa faktor yang

meningkatkan risiko pria, wanita, atau ibu yang tidak menyusui terkena mastitis,

antara lain: Menggunakan bra terlalu ketat sampai menekan payudara Kecapaian

atau stres tinggi Pola makan tidak sehat Merokok Punya riwayat operasi

lumpektomi dan terapi radiasi pada payudara Mengidap diabetes Daya tahan

tubuh lemah karena penyakit kronis Menggunakan tindik puting Jika Anda

tremasuk kelompok berisiko terkena penyakit ini,

Ciri-ciri mastitis pada payudara Ada beberapa gejala mastitis yang perlu

diwaspadai, antara lain: Payudara bengkak dan hangat saat disentuh Ada sebagian

jaringan payudara yang menebal, terkadang seperti benjolan Payudara terasa sakit

Demam tinggi, biasanya di atas 38,3 derajat Celsius Di beberapa kasus, ciri-ciri
mastitis yang sudah parah bisa menyebabkan cairan atau nanah keluar dari puting

payudara.

C. Posisi Terapeutis Pada Menyusui


Kegagalan Menyusui Disebabkan Salah Posisi dan Melekatkan Bayi

Seringkali kegagalan menyusui disebabkan karena kesalahan memposisikan dan

melekatkan bayi. Puting ibu menjadi lecet sehingga ibu jadi segan menyusui,

produksi ASI berkurang dan bayi menjadi malas menyusu. Langkah menyusui

yang benar

1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.

2. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya.

Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting

susu.

3. Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung.

4. Posisikan bayi dengan benar

 Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat

lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

 Perut bayi menempel ke tubuh ibu.

 Mulut bayi berada di depan puting ibu.

 Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara

tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau

diletakkan di atas dada ibu.

 Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus.
5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar,

kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan

putting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

6. Cek apakah perlekatan sudah benar

 Dagu menempel ke payudara ibu.

 Mulut terbuka lebar.

 Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke

dalam mulut bayi.

 Bibir bayi terlipat keluar.

 Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah

ASI).

 Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunti

menelan.

 Ibu tidak kesakitan.

 Bayi tenang.

D. Membangun kemampuan dan kepercayaan diri ibu dan keluarga pada


proses menyusui
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi

memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan ASI. ASI adalah cairan yang diciptakan

khusus yang keluar dari payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan makanan bayi

yang paling sempurna, praktis, murah, bersih dan higienis ketika bayi langsung minum

dari payudara ibu. ASI dikatakan makanan paling sempurna bagi bayi karena

kandungannya lengkap terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, multivitamin, air, vitamin,
dan mineral. Pemerintah Indonesia menganjurkan pola pemberian makanan terbaik untuk

bayi baru lahir sampai usia 2 tahun sebagai berikut:

 Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi segera selama satu jam

setelah lahir;

 Memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai umur 6 bulan;

 Memberikan makanan pendamping ASI (MP ASI) yang tepat sejak genap umur 6

bulan; serta

 Meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun.

Dengan demikian, semestinya proses menyusui mendapatkan perhatian penting dalam 2

tahun pertama kelahiran seorang anak.

Pada prakteknya, belum semua ibu dapat memberikan ASI secara optimal sesuai anjuran

di atas. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 menunjukkan baru 58,2% bayi lahir di

Indonesia yang mendapatkan IMD. Kemudian pada usia 0-5 bulan sebanyak 37,3% bayi

yang diberi ASI eksklusif; 9,3% bayi diberi ASI secara parsial (ditambah dengan

makanan atau minuman lain); dan 3,3% mendapatkan cairan lain sebelum ASI keluar

(ASI predominan). Dengan kata lain, masih banyak bayi di Indonesia yang tidak

mendapatkan ASI.

Timbul berbagai dampak apabila ibu tidak menyusui bayinya. Baik ibu maupun anak

lebih rentan terhadap berbagai penyakit sehingga meningkatkan biaya kesehatan untuk

pengobatan. Orang tua juga perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli susu

formula. Dari penelitian tahun 2016 ditemukan bahwa di Indonesia, hampir 14% dari

penghasilan seseorang habis digunakan untuk membeli susu formula bayi berusia kurang

dari 6 bulan.
Selain berdampak pada keuangan rumah tangga, pemakaian susu formula ternyata

memberikan beban yang cukup berat bagi bumi. Penelitian di Inggris menunjukkan

bahwa dengan menyusui selama 6 bulan setiap bayi telah menghemat sekitar 95-153kg

gas CO2 (karbondioksida) dibandingkan dengan pemberian susu formula. Penelitian yang

sama juga menyebutkan dengan mendukung ibu menyusui kita telah melakukan

penghematan emisi karbon yaitu setara dengan mengurangi jumlah mobil antara 50.000

hingga 77.500 setiap tahunnya. Selain itu, peternakan sapi yang memproduksi susu

formula akan menghasilkan gas metana sehingga menimbulkan efek rumah kaca secara

signifikan.

Produksi susu sapi juga membutuhkan air hingga 4.700 liter per kilogram bubuk. Dalam

hal limbah, setiap tahun terdapat 550 juta kaleng susu formula bayi, yang terdiri atas

86.000 ton logam dan 364.000 ton kertas dan tentunya menambah beban tempat

pembuangan sampah. Meskipun data tersebut diperoleh dari penelitian di Inggris, dapat

dipastikan bahwa kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan Indonesia.

Sementara itu, menyusui tidak menghasilkan sampah dan gas rumah kaca yang

ditimbulkan minimal. Tidak seperti susu formula yang perlu ditambah berbagai bahan

untuk meningkatkan kandungan gizinya, ibu menyusui cukup memerlukan bahan

makanan sehat sesuai produksi daerah setempat. Dengan demikian, menyusui

berkontribusi terhadap pengurangan volume sampah, penghematan energi, kelestarian air

dan keberlangsungan pangan lokal. Dengan emisi gas rumah kaca yang minimal,

menyusui dapat membantu mencegah perubahan iklim. Tak heran jika pekan ASI

Sedunia yang diperingatai pada tanggal 1-7 Agustus tahun 2020 mengambil

tema “mendukung menyusui untuk planet yang lebih sehat” karena terbukti jelas

bagaimana proses menyusui mampu mengurangi produksi limbah, mengemat air bahkan

membantu mencegah perubahan iklim.


Oleh karenanya, proses menyusui selama dua tahun perlu mendapatkan dukungan dari

banyak pihak sebagai upaya penyehatan masyarakat dan penyelamatan lingkungan.

Dukungan diperlukan mulai dari keluarga terdekat, tenaga kesehatan, masyarakat, media

massa hingga pemerintah. Pemerintah dapat memberikan kebijakan hak cuti melahirkan,

menggalakkan penerapan kode internasional untuk pemasaran produk pengganti ASI, dan

memperkuat sistem layanan kesehatan. RS Akademik UGM sebagai bagian dari layanan

kesehatan terus berusaha mendukung ibu menyusui dengan memberikan fasilitas IMD,

rawat gabung, edukasi dan konseling menyusui, ruang laktasi yang lengkap dengan

kulkas pendingin dan komitmen seluruh tenaga kesehatan hanya memberikan pengganti

ASI apabila ada indikasi medis.

E. Memerah Mengeluarkan ASI


Beberapa keadaan dimana anda mungkin perlu memerah ASI anda. Keadaan itu

antara lain:

1. Payudara sangat bengkak

2. Bayi anda untuk sementara tidak dapat minum

3. Putting anda sangat lecet

4. Untuk merangsang pengeluaran ASI

Pertimbangkan untuk latihan memerah ASI dengan tangan walaupun anda merasa

belum terlalu perlu. Anda perlu mempersiapkan diri anda untuk kejadian yang

tidak diharapkan. Kebanyakan ibu memerah ASI secara manual daripada dengan

pompa saat bekerja. Ibu merasa lebih mudah dan lebih produktif daripada
menggunakan pompa, namun beberapa menganggap gerakan mekanik dari pompa

lebih efektif.

Cara memerah ASI dengan tangan:

1. Gunakan container / wadah yang paling bersih, bisa terbuat dari plastik

atau bahan metal (paling baik karena lemak dari ASI dapat menempel

pada sisi wadah dari kaca). Bayi membutuhkan kandungan lemak dari ASI

untuk pertumbuhannya.

2. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduklah dengan santai. Duduk dengan

sedikit mencondongkan badan ke depan. Anda dapat duduk di kursi

dengan container/ wadah di pangkuan anda. Wadah dengan mulut yang

lebar seperti mangkok akan lebih mudah.

3. Massage dengan lembut payudara dari dasar payudara kearah puting susu

untuk merangsang refleks oksitosin (let down reflex). Rangsang puting

susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda. Gunakan kompres hangat atau

mandi dengan air hangat akan membantu ASI lebih mudah keluar.

4. Letakkan ibu jari di bagian atas di bagian luar areola ( di jam 12) dan jari

telunjuk serta jari-jari lain di bagian bawah areola (di jam 6) atau

membentuk huruf C.

5. Tekan jari-jari anda kebelakang kearah dada kemudian pencet dan tekan

payudara anda diantara jari-jari anda, dan lepaskan, dorong ke arah puting

seperti mengikuti gerakan mengisap bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.

6. Hindari menarik atau memeras terlalu keras dan bersabarlah, mungkin

akan memakan waktu yang agak lama pada awalnya.


7. Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari anda di sekitar areola dan

berpindah-pindah tempat, kemudian mulai memerah lagi sampai ASI yang

tersimpan menjadi kosong.

8. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan anda merasa

telah mengosongkan payudara sebanyak yang anda bisa.

Tips memerah ASI:

1. Pompalah payudara sesuai jam bayi minum jika anda jauh darinya

2. Untuk meningkatkan jumlah ASi yang diperah, kompres payudara dengan

air hangat dan pijatlah dengan lembut sebelum memerah.

3. Jangan putus asa bila saat awal memerah jumlah ASI yang keluar sedikit.

Dengan memompa secara rutin biasanya akan meningkatkan produksi ASI

dalam 2 minggu.

4. Simpan ASI sejumlah yang diminum bayi. Coba sedikit-sedikit. Sejumlah

kecil yang dicairkan lebih cepat mencair dan lebih sedikit ASI yang

terbuang bila bayi hanya sedikit minum dari biasanya.

5. Jika anda memompa saat kerja, dinginkan (atau gunakan portable cooler

bag).

6. ASI dapat disimpan di lemari pendingin selama 72 jam. Jika anda tidak

ingin memakainya pada periode waktu tersebut, bekukan ASI. Anda dapat

menggunakan tempat penampung yang bersih. Kantong plastik atau botol.

7. Jika anda akan memompa dan menyimpan ASI secara teratur,

pertimbangkan untuk menggunakan kantong plastik yang didisain untuk


menyimpan ASI. Kemudian ujung plastik di tutup dengan menggunakan

perekat plastiknya. Kumpulan kantong plastik kecil itu dimasukkan dalam

kantong plastik besar untuk melindungi dan menghindari robek/ lubang.

Beri label berisi tanggal dan waktu memerah pada tiap kantong plastik.

8. ASI beku: Aman untuk penyimpanan jangka panjang tergantung dari suhu

freezer dimana ASI di simpan.

9. ASI yang dicairkan dapat bertahan 24 jam di lemari pendingin.

10. Berikan sedikit ruangan pada bagian atas wadah. Seperti kebanyakan

cairan lain, ASI akan mengembang bila dibekukan.

11. Untuk mencairkan ASI, tempatkan di dalam wadah berisi air hangat untuk

beberapa menit.

12. Jangan menggunakan microwave untuk mencairkan atau menghangatkan

ASI.

13. Jangan memasak ASI

14. Dengan perlahan kocoklah ASI untuk mencampur lemak yang telah

mengapung.

F. Praktik yang dapat Mengganggu Kesuksesan Menyusui


Penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam seperti pemberian

makanan prelakteal, ibu harus bekerja, bayi sakit, ibu lelah/sakit, ibu kurang

percaya diri, dan lainlain. Berbagai faktor juga telah dihubungkan dengan

rendahnya pengetahuan ibu.

Kegagalan IMD sebagian besar disebabkan karena prosedur IMD tidak dipatuhi

oleh penolong persalinan. Lima dari 7 informan ASI tidak eksklusif tidak
difasilitasi IMD oleh tenaga kesehatan. Satu karena ibu mengalami perdarahan

tetapi yang lainnya adalah karena bayi terlebih dahulu dimandikan dan dibedong.

Karena itu, sangat disayangkan IMD tidak dilakukan bukan karena kondisi yang

tidak bisa dihindari namun hanya karena tenaga kesehatan tidak melakukan

prosedur IMD dengan benar.

G. Menyusui pada Ibu Bekerja


Menyusui langsung adalah dambaan seorang ibu untuk anaknya. Karena

saat itulah terjadi kedekatan erat (bonding) antara ibu dan anaknya. Prinsip ASI

adalah keluar berdasarkan permintaan (demand) dan persediaan (supplai).

Semakin sering menyusui dan memerah semakin banyak produksi ASI ibu. Pada

ibu yang keseharian, menyusui langsung dapat dilakukan. Tapi Bagaimana pada

ibu bekerja?

Awalnya ibu bekerja dapat menyusui secara langsung saat masih cuti

melahirkan. Nah setelah masuk kerja kegiatan menyusui langsung tidak dapat

dilakukan. Akan tetapi ibu bekerja tetap menyusui dengan cara yang berbeda saat

bekerja. Untuk tetap dapat memberikan ASI, ibu harus memerah ASI. Memerah

ASI dapat menggunakan tangan langsung dengan teknik pijatan. Tapi Sekarang

sudah dipermudah dengan bantuan alat pompa ASI. Alat pompa ASI sendiri ada

yang manual dan elektrik sehingga memudahkan ibu yang bekerja.

Proses menyusui bukanlah perkara yang mudah. Butuh dedikasi, usaha

dan waktu. Baik ibu yang sehari-hari dirumah maupun ibu yang bekerja masing-

masing butuh perjuangan untuk memberikan ASI untuk anak bayinya. Makanya

ibu menyusui sering disebut “pejuang ASI”. Pada ibu bekerja tidak leluasa
menyusui langsung seperti pada ibu yang kesehariannya dirumah. Ibu bekerja

dapat menyusui dengan memberikan asi perah. Ibu bekerja harus meluangkan

waktu di sela-sela jam kerja untuk memompa ASI. Hasilnya berupa ASI perah

dapat dikemas dan disimpan sedemikian rupa sehingga dapat diberikan kepada

bayi.

Ada beberapa tantangan dalam pemberian ASI pada ibu bekerja. Antara

lain : harus menyisihkan waktu di sela-sela jam kerja untuk memompa ASI,

apakah ada dukungan dari lingkungan dan tempat kerja apakah ada ruangan

khusus untuk memompa ASI, apakah ada waktu untuk memompa ASI, apakah

ada tempat penyimpanan ASI yang sudah dipompa, apakah rekan kerja bisa

memahami dan memberikan toleransi terhadap ibu yang menyusui yang harus

meluangkan waktunya disela-sela bekerja untuk memompa ASI, apakah ada

privasi untuk melakukan tersebut.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33/2012 tentang Pemberian ASI

Eksklusif telah memberi aturan bahwa kantor pemerintah dan swasta harus

mendukung program ASI eksklusif dan memberikan fasilitas ruang laktasi

sehingga ibu menyusui bisa memerah ASI. Jadi sekarang ibu bekerja dipermudah

untuk dapat memerah ASI. Nah, ada baiknya seorang calon ibu mulai belajar

tentang menyusui dan manajemen penyimpanan ASI hingga pemberian ASI.

Sehingga untuk ibu yang keseharian di rumah maupun bekerja, akan lebih baik

persiapannya saat waktu menyusui tiba.


Setelah melahirkan, ibu bisa rutin memerah ASI dan menyimpannya di

kulkas, sehingga ibu tetap bisa memberikan ASI Eksklusif dengan cara

memberikan bayi ASI Perah (ASIP). Begitu mulai bekerja, ibu juga dianjurkan

untuk terus rutin memerah di tempat kerja. Memerah ASI juga bermanfaat bagi

ibu yang tidak bekerja di luar rumah. Memiliki ASIP akan membantu, misalnya

saat ibu mendadak harus bepergian, atau sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit.

Dengan rutin memerah ASI, ibu juga membantu payudara untuk menghasilkan

lebih banyak ASI. Semakin sering ASI dikeluarkan dari payudara ibu, maka

payudara akan semakin gencar memproduksi ASI. Jadi, kunci utama untuk bisa

menghasilkan ASI yang cukup adalah dengan sering mengeluarkan ASI baik

dengan menyusui bayi secara langsung atau dengan memerah ASI.

Ibu bekerja dapat membuat jadwal rutin memerah ASI. Rutinitas memerah

saat sudah bekerja inilah yang sebetulnya berperan besar dalam menjaga stok

ASIP ibu. Kalau memerah nya sudah rutin dengan jadwal dan interval rutin, maka

hasil perahan akan menjadi stabil dan cukup untuk bayi. Kalau hasil perahan

stabil, tidak perlu terjadi kejar tayang, dan ASIP selalu dalam sirkulasi yang ideal,

baik yang ada di freezer maupun di kulkas. Jangan lupa jaga mood ibu saat

memerah karena memerah bisa menjadi hal yang sangat membosankan.

Untuk penyimpanan ASI, ibu bisa menggunakan botol kaca maupun

kantong plastik yang memang khusus diperuntukkan untuk menyimpan ASI. Baik

botol kaca maupun kantong ASI mempunyai keuntungan dan kerugian masing-

masing. Akan tetapi botol kaca yang paling direkomendasikan. Botol kaca

sifatnya tahan lama sehingga ibu dapat menggunakannya berulang dan jangka
panjang. Mengisi botol dengan ASIP sebaiknya tidak lebih dari ¾ botol untuk

menghindari tutup botol terbuka atau botol pecah saat ASIP membeku. Jika tidak

mendapatkan botol kaca, ASIP dapat disimpan dalam plastik khusus ASIP

maupun botol plastik BPA free dengan tutup rapat (bukan dot terbuka). Pada

protocol 8 dari Academy of Breastfeeding Medicine (ABM) lama (sebelum

direvisi akhir 2017) ada saran bahwa penggunaan plastik penyimpanan ASI

disarankan untuk periode penyimpanan maksimum 3×24 jam atau 3 hari dan

disarankan untuk tidak dibekukan karena penyimpanan dengan plastic atau bahan

yang todak solid cenderung membuat nutrisi yang menempel atau tertinggal pada

permukaan palstik. Protokol 8 dari Academy of Breastfeeding Medicine (ABM)

2017 tidak menuliskan secara spesifik periode keamanan ASIP dalam plastik.

Namun, ada beberapa bagian dalam protocol yang menjelaskan bahwa kandungan

ASIP dinilai aman jika disimpan kurang lebih 3 bulan. Studi membuktikan bahwa

kadar lemak, protein dan kalori ASIP mulai menurun pada ASIP yang disimpan

90 hari atau lebih diabanding ASIP yang segar. Keasaman ASIP juga sudah

berubah setelah disimpan selama 3 bulan, yang berpotensi mengubah bau dan rasa

ASIP. Kadar vitamin E biasanya cukup stabil dalam ASIP beku, namun vitamin C

yang merupakan elemen antibodi biasanya berkurang setelah 1-1,5 bulan

penyimpanan.

ASIP dapat digabungkanbila ASIP yang ada pada dua botol berbeda adalah hasil

perahan dalam jarak maksimal 24 jam atau satu hari yang sama. Selain itu, kedua

botol ASIP tersebut harus sudah memiliki suhu yang sama. Jika ibu sudah

menyimpan satu botol ASIP yang diperah pada pagi hari di kulkas, maka pada
sesi memerah berikutnya sebaiknya perah ASI pada botol terpisah, untuk

disimpan juga di dalam kulkas. Beberapa jam kemudian, ASIP pada botol pertama

dapat digabungkan dengan botol kedua, yaitu setelah keduanya memiliki suhu

yang sama.

ASIP yang paling ideal adalah yang paling baru diperah atau segar, karena

kandungannya paling mendekati kebutuhan bayi dan kualitasnya lebih baik

dibandingkan yang sudah disimpan lebih lama. Namun, jika ibu memiliki cukup

banyak stok ASIP, metode LIFO (Last In First Out) dapat digabungkan dengan

metode FIFO (First In First Out). Pemberian label tanggal dan jam pada botol

ASIP penting dilakukan untuk memudahkan saat memberikan ASIP untuk bayi.
Pemberian ASIP kepada bayidilakukan setelahASIP yang ada di dalam kulkas

dikeluarkan lalu direndam dengan air hangat. Jika ASIP berada di freezer, maka

sebaiknya ASIP diturunkan ke kulkas bawah pada satu malam sebelumnya,

sehingga dapat mencair secara perlahan dan keesokan harinya pengasuh dapat

merendam botol ASIP di air hangat saat akan memberikan ASIP untuk bayi.

Hindari memanaskan ASIP di atas kompor atau dengan microwave karena akan

merusak kandungannya dan terlalu panas untuk bayi.

Media pemberian ASIP yang ideal adalah cangkir. Gunakan cangkir yang kecil

untuk bayi yang masih kecil, dan dapat menggunakan cangkir yang lebih besar

seiring dengan bertambahnya umur bayi. Selain itu sendok atau pipet juga dapat

digunakan (umumnya untuk bayi baru lahir). Penggunaan botol dot tidak

dianjurkan karena sangat berpotensi membuat bayi mengalami bingung puting.

Penggunaan dot juga meningkatkan resiko bayi terkena diare karena lebih sulit

untuk dicuci dan disterilkan. Resiko lain penggunaan dot antara lain mengganggu

kesehatan gigi dan mulut, resiko radang telinga serta menghambat perkembangan

wicara.

Ibu yang bekerja disarankan untuk mengajarkan memberikan ASIP kepada orang

yang akan mengasuh bayi selama ibu tidak bersama bayi. Waktu yang tepat

adalah saat bayi sedang tenang, tidak mengantuk dan tidak dalam kondisi terlalu

haus, sehingga bayi tidak rewel dan menangis. Posisi bayi agak ditegakkan atau

setengah duduk dan ditopang dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya

memegang cangkir. Cangkir ditempelkan ke bibir bawah mulut bayi, sehingga

bayi akan belajar menjilat dan meminum ASIP-nya dengan perlahan-lahan.


Hindari menuangkan ASIP ke mulut bayi agar bayi tidak tersedak. Mulailah

latihan sejak jauh hari, sehingga pengasuh dan bayi mendapat lebih banyak

kesempatan untuk menemukan kondisi yang nyaman dalam memberikan ASIP

dan meminum ASIP.

Berikut tips Ibu bekerja untuk tetap menyusui

 Pahami hak Anda sebagai ibu bekerja

Secara hukum, Anda memiliki hak untuk menyusui (jika Anda membawa bayi

Anda ke kantor) dan/atau memompa di tempat kerja.

 Pilih metode yang ternyaman dan tercepat untuk memerah

Sekitar dua minggu sebelum ibu berencana untuk kembali bekerja, pelajari

metode yang paling sesuai dengan ibu. Apakah akan memerah dengan tangan,

atau memerah dengan alat pompa manual atau memerah dengan alat pompa

elektrik. Untuk alat pompa elektrik pun pilih yang nyaman buat ibu.

 Buat Jadwal Memompa ASI/menyusui

 Simpan di freezer

Sebelum berangkat kerja, pompa dan simpan persediaan kecil ASI di freezer. ASI

yang telah dibekukan kehilangan beberapa enzim pelindung dan antibodi yang

hadir dalam susu segar. Namun, ASI yang didinginkan masih memiliki lebih

banyak antibodi dan gizi lebih tepat untuk bayi daripada susu formula, sehingga

aman dan boleh-boleh saja untuk memberikan si kecil stok susu simpanan,
khususnya jika Anda tidak mampu memompa banyak dalam beberapa

hari. Pastikan untuk melabel botol susu dengan nama Anda serta tanggal dan jam

berapa Anda memompa susu.

 Kenakan pakaian yang mudah untuk dibuka

 Untuk memudahkan memompa, kenakan bra menyusui. Bra jenis ini

memungkinkan Anda untuk memompa “lepas tangan” — tanpa harus

memegangi botol — sehingga Anda masih mampu mengerjakan hal

lainnya di saat bersamaan.

 Siapkan di malam sebelumnya

Persiapkan dan kemas semua perlengkapan memompa ASI yang Anda butuhkan

di malam sebelumnya: alat pompa bersih, kotak pendingin untuk menyimpan stok

ASI perah, sikat untuk mencuci botol dan pompa, botol susu bersih, bra menyusui

cadangan, tisu basah dan kering, dan suplemen menyusui (opsional). Anda juga

ingin membawa pompa tangan manual untuk cadangan.

 Jangan lupa juga untuk menyiapkan tas bayi terpisah untuk perlengkapan

bayi Anda jika Anda membawanya ke kantor, ke tempat penitipan anak,

atau untuk bawaan pengasuhnya. Siap sedia stok ASI perah di kulkas

untuk makan bayi di rumah sementara Anda bekerja di kantor.

Penjelasan di atas cukuplah untuk pengetahuan ibu menyusui ya. Jadi

tidak ada alasan lagi bagi ibu bekerja untuk tetap menyusui. Semangat “Pejuang

ASI”.
H. Pemberhentian Menyusui
Menyapih adalah proses berhentinya masa menyusui berangsur-angsur

atau sekaligus. Proses itu dapat disebabkan oleh si anak itu sendiri untuk berhenti

menyusui atau bisa juga dari sang ibu untuk berhenti menyusui anaknya, atau

keduanya dengan berbagai alasan. Menyapih merupakan proses bertahap yaitu

mula-mula dengan mengurangi pemberian ASI (Air Susu Ibu), sampai dengan

berhentinya proses pemberian ASI (Nugroho, 2011:79). Tidak pernah ada waktu

yang pasti kapan sebaiknya anak disapih dari ibunya. Banyak orang tua menyapih

anaknya pada usia 1-2 tahun. Menurut WHO, masa pemberian ASI diberikan

secara eksklusif 6 bulan pertama, kemudian dianjurkan tetap diberikan setelah 6

bulan berdampingan dengan makanan tambahan hingga usia 2 tahun atau lebih

(Pujianto, 2004: 103).

Proses penyapihan adalah proses bertahap yang dilakukan secara perlahan,

namun terkadang ibu memilih melakukan cara-cara pintas agar bayi berhenti

menyusui dengan tenggang waktu yang singkat tanpa mengetahui efek yang

mungkin ditimbulkan. Sampai sekarang banyak ibu yang menyapih anaknya

dengan cara yang buruk, yaitu dengan mengoleskan obat merah pada putting,

memberi perban atau plester pada putting, dioleskan jamu, brotowali, atau kopi

supaya pahit; menitipkan anak ke rumah kakek-neneknya, selalu mengalihkan

perhatian anak setiap menginginkan ASI, dan selalu bersikap cuek setiap anak

menginginkan ASI (Melindacare, 2013


I. Masalah Pada Menyusui
1. Puting datar/terbenam Diperoleh hasil penelitian memperlihatkan bahwa ibu

yang pernah mengalami puting datar/terbenam sebanyak 31 dari 60 ibu

(51,7%). Menurut penelitian Nuryanti (2019) kelainan pada puting susu ibu

diantaranya adalah puting datar/terbenam dimana akan menyulitkan bayi untuk

menyusui yang disebabkan bayi kesulitan untuk menghisap puting dan juga

pada areola sehingga bayi sulit untuk menyusu dan bisa mengakibatkan

bendungan pada payudara ibu. Puting susu yang tidak menonjol dan masuk ke

dalam dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu dalam merawat payudaranya

sehingga menyebabkan ketidak lancarnya pengeluaran ASI.

2. Payudara Bengkak Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang

pernah mengalami payudara bengkak sebanyak 35 dari 60 ibu (58,3%).

Menurut penelitian Salat (2019) hampir separuh ibu yang mengalami

pembengkakan payudara dimana kondisi payudara terasa bengkak (oedem)

sebagian maupun seluruh payudara. Hal ini sering terjadi pada awal ibu

menyusui yang disebabkan ibu tidak pernah mengosongkan ASInya pada

kedua payudara ibu. Oleh sebab itu, pada saat ibu tidak mengeluarkan ASI

secara menyeluruh maka terjadilah pembengkakan payudara, apabila ibu tidak

mengeluarkan bendungan ASI segera maka ibu akan merasakan nyeri dan

tegang pada sekitar payudara.

3. Puting susu lecet/luka Berdasarkan hasil penelitian ini, ibu yang pernah

mengalami puting susu lecet/luka sebanyak 32 dari 60 ibu (53,3%). Menurut

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh


Risneni (2015), menjelaskan bahwa puting susu lecet atau nyeri dapat terjadi

karena ibu masih kurang memahami cara menyusui yang benar. Puting susu yang

lecet terjadi dikarenakan adanya trauma pada saat menyusui dan beberapa hal

penyebab lainnya seperti ibu membersihkan puting menggunakan bahan yang

mengandung zat kimia.

4. Payudara merah dan nyeri Berdasarkan hasil penelitian ibu yang pernah

mengalami payudara merah dan nyeri sebanyak 38 dari 60 ibu (63,3%). Menurut

hasil penelitian Hasanah (2017), masalah yang dapat menyebabkan terjadinya

mastitis yaitu pengosongan payudara yang tidak adekuat yang menyebabkan

pembengkakan pada payudara sehingga saluran produksi ASI tersumbat

sehingga menimbulkan kemerahan dan nyeri (mastitis) serta penurunan

frekuensi dalam menyusui.

5. ASI tidak keluar/sedikit Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ibu yang

pernah mengalami ASI tidak keluar/sedikit sebanyak 35 dari 60 ibu (58,3%).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Taqiyah (2019) cara meningkatkan

produksi ASI dan mencegah terjadinya bendungan ASI (engorgement)

diantaranya makanan dan gizi ibu pada saat menyusui, kondisi psikis ibu, waktu

istirahat dan isapan anak yang ade kuat.

J. Menyusui Pada Kondisi Khusus


1. Ibu melahirkan dengan bedah sesar

Segeralah lakukan rawat gabung antara ibu dengan bayi jika kondisi ibu dan

bayinya sudah membaik agar ibu dapat dengan segera menyusui bayinya.

2. Ibu yang menderita penyakit


a. hepatitis (HbsAg +) atau ADIS (HIV +) Pada kedua penyakit ini ditemukan

berbagai pendapat, yang pertama bahwa ibu yang menderita Hepatitis atau

AIDS tidak diperkenakan menyusui bayinya, karena dapat menularkan virus

kepada bayinya melalui ASI. Pada kondisi negara berkembang, dimana

kondisi ekonomi masyarakat dan lingkungan yang buruk, keadaan

pemberian makanan pengganti ASI akan lebih membahayakan kesehatan

dan kehidupan bayi. WHO tetap menganjurkan bagi kondisi masyarakat

yang mungkin tidak akan sangup memberikan pendamping ASI (PASI) yang

adekuat dalam jumlah dan kualitasnya, maka lebih dianjurkan kepada ibu

untuk meminta bantuan dari orang lain dengan cara mencari pendonor ASI

namun tetap harus diperhatikan kondisi pendonor tersebut harus sehat.

b. Ibu dengan TBC Kuman TBC tidak menular melalui ASI, sehingga ibu

dianjurkan untuk menyusui bayinya. Ibu yang menderita TBC perlu diobati

secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan pada bayi dengan

menggunakan masker. Bayi tidak langsung diberikan imunisasi BCG karena

efek proteksinya tidak langsung terbentuk. Walaupun sebagian obat

antituberkulosis melalui bayi, bayi tetap diberi INH dengan dosis penuh

sebagai profilaksi. Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat biasanya ibu

sudah tidak menularkan lagi virusnya dan setelah itu dapat dilakukan uji

Mantoux pada bayi, bila hasilnya negative terapi INH dihentikan dan bayi

diberi vaksinasi BCG.

c. Ibu dengan Diabetes 14 Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes sebaiknya

diberikan ASI, namun perlu dimonitor kadar gula darahnya.


3. Ibu yang memerlukan pengobatan

Biasanya ibu akan memilih untuk menghentikan pemberian ASI pada bayinya

bila meminum obat-obatan, karena takut jika obat tersebut menganggu kesehatan

bayinya. Kandungan obat dalam ASI tergantung dari masa paruh obat dan rasio

obat dalam plasma dan ASI. Padahal kebanyakan obat hanya sebagian kecil yang

dapat melalui ASI dan jarang berakibat kepada bayinya, memang ada beberapa

obat yang sebaiknya tidak diberikan kepada ibu yang sedang menyusui dan bila

ibu memerlukan obat, pilihlah obat yang mempunyai masa paruh obat pendek

dan yang mempunyai rasio ASI plasma kecil atau dicari obat alternatif yang

tidak berakibat kepada bayinya. Anjurkan kepada ibu, bila memerlukan obat

maka sebaiknya diminum segera setelah menyusui.

4. Ibu hamil

Biasanya ibu yang sudah hamil lagi tetapi masih memiliki bayi yang harus

disusui tidak memiliki bahaya baik bagi ibu ataupun janinnya bila sang ibu

masih tetap meneruskan menyusui bayinya, tetapi ibu tetap dianjurkan untuk

mengonsumsi makanan yang bergizi dan dalam porsi yang lebih banyak.

K. Susu Pengganti
Menyusui merupakan suatu kondisi terbaik antara ibu dan juga bayi karena akan

terjalin ikatan batin antara ibu dan bayi yang kuat. Namun, beberapa ibu akan

selalu ada yang memilih untuk memberikan susu artifisial atau yang lebih dikenal

dengan istilah susu formula sebagai pengganti air 6 susu ibu dengan berbagai

alasan. Padahal sebenarnya susu formula tidak dapat disejajarkan dengan ASI

karena ASI adalah yang terbaik bagi bayi. Konseling untuk menyusui tetap harus
diberikan sehingga ibu memiliki keinginan yang kuat untuk meyusui bayi minimal

sampai enam bulan (Astutik, 2017)


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
ASI merupakan nutrisi yang paling baik bagi semua bayi, termasuk

bayi kembar. Ibu dapat memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup

sesuai kebutuhan bayi kembar, asalkan ibu mempunyai motivasi dan

mendapat bimbingan strategi menyusui saat antenatal.

Ibu memerlukan bantuan praktis ketika baru melahirkan, dan

dukungan semua pihak yaitu suami, anggota keluarga lain, dan dokter

serta petugas kesehatan termasuk konsultan laktasi sangat

dibutuhkan pada periode pasca persalinan ini. Agar bayi kembar

mendapat manfaat ASI secara optimal, ibu membutuhkan nutrisi dan

kesempatan istirahat yang cukup.


DAFTAR PUSTAKA

Sekarsari, Bebby. 2016. 4 Tantangan Ibu Menyusui. www.1health.id tanggal


14 Oktober 2016

_____.2016. 5 Tantangan Ibu Menyusui. www.littlebaby.co.id tanggal 3


Februari 2016

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Berikan ASI Eksklusif Agar Anak Sehat dan
Cerdas. www.depkes.go.id tanggal 5 Agustus 2016

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Pengetahuan dan Tekad Kuat Ibu Berdampak
Pada Keberhasilan Menyusui. www.depkes.go.id tanggal 21 Agustus 2018

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Beri ASI Sampai 2 Tahun Untuk Wujudkan
Keluarga Sehat. www.depkes.go.id tanggal 10 Agustus 2016

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Rahasia Anak Berkembang Optimal dan


Tidak Mudah Sakit : beri ASI Eksklusif dan Pola Asuh yang
Tepat. www.depkes.go.id tanggal 20 Agustus 2018

Dewi, Marsia. 2016. Hari-hari Awal Menyusui. https://aimi-asi.org tanggal 6


Oktober 2016

Prawindarti, Lianita. 2017. Manajemen ASI Perahan. https://aimi-asi.org


tanggal 3 Januari 2017

Iswandiari, Yuliati. 6 Hal yang Wajib Anda Ketahui di Minggu Pertama


Menyusui. www.hellosehat.com

Rezkisari, Indira. 2015. Tantangan Ibu


Menyusui. www.republika.co.id tanggal 12 Februari 2015

Andriani, Dewi. 2018. Kualitas ASI Maksimal Jika Ibu Rileks dan Tidak
Stress Saat Menyusui. https://m.bisnis.com tanggal 1 Agustus 2018

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Menyusui Dapat Menurunkan Angka


Kematian Bayi. www.depkes.go.id tanggal 9 Agustus 2017

Amalia, Ellla, et al. "Edukasi Kandungan ASI dan Pemberian ASI Eksklusif
Pada Bayi." LOGISTA-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat 5.2
(2021): 31-36.

Aris Primadi. 2013. Buku Indonesia Menyusui


World Health Organization (2018). Breastfeeding.
American Pregnancy Association. What’s In Breast Milk?
Miles, K. Baby Center. Making breast milk: How your body produces
nature's perfect baby food.
Lucia, C.A. & Hartshorn, J. Parents (2021). The Benefits of Breastfeeding
for Mom and Baby.
Murray, D. Verywell Family (2020). The Composition of Breast Milk.
Murray, D. Verywell Family (2020). The Importance of Hindmilk for Your
Infant.
Murray, D. Verywell Family (2020). The Mature Stage of Breast Milk.
Murray, D. Verywell Family (2020). The Vitamins in Breast Milk and Your
Baby's Needs.
Pertiwi, Kartika Ratna. "Mengenal parameter penilaian pertumbuhan fisik
pada anak." Universitas Negeri Yogyakarta (2019).
Slamet, S. 2012. “Hasil Kajian Neuroscience Dan Implikasinya
DalamPendidikan.” Eprints.Uny.Ac.Id 1–22.WAHYUNINGSIH,
HENI PUJI. KEMENKES RI. 1377. “Asuhan KebidananPada
Masa Nifas Dan Menyusui.”2018 68–70
WebMD (2021). Breastfeeding vs. Formula Feeding.
WebMD (2020). Breastfeeding.

Anda mungkin juga menyukai