Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Distiya Iftaqul Janah (22010714006)
Rosa Nilla Nurjannah (22010714027)
Dinar Faizah (22010714038)
Ayu Dwi Zam Zam K. (22010714046)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
Rahmat-Nya berupa pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “ Desain Diklat (Silabus, Materi Diklat,
dan Session Plan)”.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah ini yaitu Ibu
Dr. Kaniati Amalia, M.Pd., Ibu Dr. Erny Roesminingsih, M.Si., dan Ibu Dr. Ima Widiyanah,
M.Pd. yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan pemahaman dalam penyusunan makalah
ini. Terima kasih juga disampaikan untuk anggota kelompok 6 yang telah membantu
penyusunan makalah ini semaksimal mungkin.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, masih
terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan masukan
berupa kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga apa yang
kami tulis dapat bermanfaat dan meningkatkan pengetahuan bagi semua yang membutuhkan.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Apa pengertian desain diklat?
2. Apa saja fungsi desain diklat?
3. Apa saja komponen dalam desain diklat?
4. Bagaimana prinsip-prinsip desain diklat?
5. Apa pengertian silabus?
6. Apa saja fungsi silabus?
7. Apa saja komponen dalam silabus?
8. Bagaimana contoh silabus desain diklat?
9. Apa pengertian materi?
10. Apa saja fungsi materi?
11. Apa saja komponen dalam materi?
12. Bagaimana contoh materi desain diklat?
13. Apa pengertian session plan?
14. Apa saja fungsi session plan?
15. Apa saja komponen dalam session plan?
16. Bagaimana contoh session plan desain diklat?
2
13. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian session plan?
14. Mahasiswa dapat memahami fungsi session plan?
15. Mahasiswa dapat mengetahui komponen dalam session plan?
16. Mahasiswa dapat memahami contoh session plan desain diklat?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Fungsi Desain Diklat
Fungsi desain diklat adalah untuk memastikan bahwa program pelatihan yang
disusun sesuai dengan kebutuhan peserta diklat dan tujuan pelatihan, serta
memperhatikan komponen-komponen yang seharusnya ada dalam desain program diklat.
Menurut (Supriyono, 2006) desain diklat dalam dunia pendidikan berfungsi untuk:
a. Menjaga segenap warga negara dari praktek pendidik dan tenaga kependidikan serta
praktek pendidikan yang tidak bermutu, dan dalam upaya membangun terbentuknya
sistem pendidikan nasional yang baik dan tangguh.
b. Untuk melatih diri menghayati perannya sebagai pendidik/pengajar yang penuh
tanggung jawab keteladanan, moralitas, empati, kesabaran dan ketelatenan. Peserta
diklat akan menghadapi pelajar yang bervariasi karakteristik pribadi, aspirasi, dan
kebudayaannya. Peserta didik adalah subjek yang masih memerlukan banyak
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman nyata. Oleh karena itu perlu
diasumsikan banyak potensi, pengalaman, dan aspirasi; namun pada sisi lain masih
pula banyak kekurangan (kebutuhan belajar) yang harus diisi dan dilengkapi melalui
pembelajaran. Untuk itu peserta diklat perlu memiliki sikap, keterampilan, dan
pengetahuan sebagai pendidik tersebut.
c. Melatih diri untuk menggunakan alat-alat pendidikan yaitu perintah dan larangan,
serta hukuman dan ganjaran beserta alat pendidikan yang lain secara tepat.
Perintah, larangan, ganjaran, dan hukuman yang diberikan pada latar pendidikan
jelas berbeda cara dan maknanya dibanding penggunaannya dalam latar yang lain.
Termasuk dalam hal ini adalah melatih menggunakan dan/atau membuat alat-alat
pelajaran dan materi belajar yang dibutuhkan.
d. Menjaga diri dari perbuatan mengajar secara salah atau mal praktek pendidikan.
Dengan terlebih dahulu melakukan pendidikan latihan pendahuluan (preservice
training), maka kesalahan pengajaran-pembelajaran yang mungkin dilakukan
masih bisa diperbaiki dan dibetulkan karena di situ ada pembimbing, dan siswa
yang diajarpun bukan siswa yang sebenarnya melainkan adalah teman-temannya
sendiri. Dengan melakukan praktek mengajar (termasuk dalam hal ini adalah
mengambangkan rancangan program, bahan dan material belajar, media dan alat
pelajaran, program evaluasi, dan sebagainya) maka kekeliruan pengajaran /
pembelajaran yang dilakukan peserta diklat dapat dieleminasi.
5
e. Program preservice training bagi peserta diklat juga berguna untuk menjaga
keselamatan, kemuliaan dan kehormatan diri. Bagi orang beragama, mengajar
adalah perbuatan ibadah yang berdimensi ukhrowi (akhirat), disamping juga
berdimensi duniawi. Dengan berlatih praktek mengajar maka resiko buruk yang
mungkin dilakukan dengan melakukan dosa dan kesalahan bisa dieleminasi,
misalnya mengajar dengan tidak ikhlas, mengajar dengan semaunya atau asal-
asalan, dan mengajar secara salah. Apabila seorang tenaga kependidikan
melakukan perbuatan pembelajaran secara sembarangan atau tidak sungguh-
sungguh maka ia telah tidak menghormati dirinya sendiri, amanahnya, maupun
tugasnya.
a. Mengidentifiaksi kebutuhan
1) Kebutuhan individu
Perancangan program pelatihan didahului oleh analisis kebutuhan.
Perancangan program pelatihan sebagai suatu sistem instruksional harus
dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan sistem dengan alasan bahwa cara
ini akan memberikan hasil yang efektif karena:
a) Diketahui dengan jelas apa yang akan dapat dilakukan oleh peserta setelah
mengikuti program tersebut,
b) Adanya hubungan antar komponen khususnya antara strategi instruksional
dengan keluaran yang diharapkan,
c) Merupakan suatu proses yang bersifat empirik dan dapat diulangkembali.
Untuk itu maka dalam merancang pelatihan pertama sekaliharus didaftar apa
yang menjadi masalah, kebutuhan serta keinginan praktis dari kondisi
pemuda kita, pendataan ini dapat dilakukan dengan cara mewawancarai,
mengamati atau juga angketdan lain sebagainya.
6
2) Kebutuhan organisasi
Menurut Satmoko dan Soejitno Irmim (2004), bahwa untuk melakukan
identifikasi kebutuhan pelatihan seyogyanya memang berdasarkan pada visi dan
misi corporate plan yang didalamnya terdapat carrier planning. Kegiatan
pelatihan ada yang diselenggarakan oleh organisasi, lembaga dan lain
sebagainya. Biasanya kebutuhan organisasi, atau lembaga akan menjadi yang
utama karena dari tujuan organisasi inilah dilihat apa yang menjadi kebutuhan
atau kualifikasi individu. Jadi dengan membaca visi dan misi serta tujuan
organisasi akan tampak apa yang dibutuhkan dalam kegiatan pelatihan.
3) Kebutuhan masyarakat
Pemuda adalah bagian dari masyarakat, bila ingin melakukan kegiatan
pelatihan, maka tujuan pelatihan harus terkait dengan apa yang diinginkan
masyarakat terhadap pemuda. Untuk mengetahui hal ini dapat dilakukan dengan
cara meminta pendapat para tokoh masyarakat, pemerintahan setempat atau juga
mengobservasi langsung terhadap apa yang diinginkan masyarakat tentang
dunia kepemudaan.
b. Menetapkan Tujuan Pelatihan
1) Tujuan lembaga
Pelatihan yang dilakukan oleh sebuah lembaga atau organisasi
kepemudaan maka harus menjadikan tujuan lembaga sebagai satu bagian
dalam kurikulumnya. Apa yang diinginkan oleh organisasi atau lembaga
dapat dicantumkan dalam mata ajar agar peserta dapat mencapai kualifikasi
yang diinginkan.
2) Tujuan peserta
Pelatihan dapat diterjemahkan sebagai satu pengalaman belajar
terstruktur dengan tujuan mengembangkan kemampuan menjadi
keterampilan khusus, pengetahuan atau sikap tertentu. Sementara itu menurut
James R.Davis & Adelaide B. Davis (1998). “Training is the process through
which skills are development, information is provided, and attitude are
naturade, in order to help individuals to become more effective and efficient
in their work. Dapat diterjemahkan bahwa pelatihan maksudnya adalah
proses untuk mengembangkan keterampilan peserta, menyediakan informasi,
dan membentuk sikap agar dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien.
Bagi pelatihan di kalangan pemuda juga harus ditetapkan apakah pelatihan
7
sampai sebatas penyadaran sikap, pembentukan kepribadian, atau
peningkatan keterampilan. Sebenarnyho;99a tujuan tidak perlu muluk
muluk, yang lebih utama adalah sesuai dengan kebutuhan apa paling
mendesak bagi dunia kepemudaan setempat.
c. Menetapkan tujuan pembelajaran
Dalam hal menetapkan tujuan pelatihan Jewel LN (1998) menjelaskan
bahwa pelatihan terdiri dari program program yang dirancang untuk
meningkatkan kinerja pada level individu, kelompok atau organisasi kinerja yang
menyiratkan bahwa terdapat perubahan yang dapat diukur dengan pengetahuan,
sikap atau perilaku sosial. Dengan kata lain pelatihan merupakan salah satu
pengalaman belajar terstruktur dengan tujuan mengembangkan kemampuan
menjadi keterampilan khusus, pengetahuan atau sikap tertentu.Untuk ini maka
para perancang pelatihan harus dapat membuat daftar kompetensi atau tujuan
tujuan praktis yang dapat dicapai oleh peserta khususnya dapat diperoleh secara
individual, apakah itu perubahan pada peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap,
maupun peningkatan keterampilan.
d. Menetapkan strategi dan metode pelatihan
Srinivasan (1997) memberikan empat strategi pendekatan yakni: (1)
Pendekatan informasional, yakni pelatih memberikan informasi dan keterampilan
biasanya dengan kuliah dan penggunaan latihan latihan. (2) Pendekatan
pemecahan masalah, yakni pelatih memberikan suatu rangsangan berbentuk
gambar danmenghidupkan diskusi mengenai suatu gagasan, pokok masalah atau
persoalan tertentu. (3) Pendekatan proyektif, yaitu pelatih memberikan suatu
ceritera terbuka atau ceritera bergambar dengankejadian kejadian yang mengikuti
suatu urutan tertentu. Gagasan kejadian kejadian yang terjadi dalam cerita berasal
dari penulis kurikulum. dan (4) Pendekatan ekspresif/perwujudan, dalam hal ini
pelatih memberikan bahan bahan mentah yang dapat dipergunakanoleh para
warga belajar untuk menciptakan dan menceriterakan ceritera, kejadian dan
keadaan keadan mengandung masalah. Bahan mentah ini mencakup antara lain
gambar gambar tanpa urutan tertentu dan gambar gambar tunggal yang dapat
bergerak (fleksifan).
Pamong belajar atau perancang pelatihan tentu akan menetapkan strategi
dan metode pelatihan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, bila tujuan materi
adalah agar peserta mempunyai peningkatan pengetahuan, maka ini leibh bersifat
8
penyampaikan informasi, namun bila menitik beratkan pada aspek perubahan
sikapmaka yang dilakukan adalah pendekatan proyektif dan sterusnya. Pada
prinsipnya strategi dan metode dipilih adalah sesuai dengan tujuan dari materi
yang dikembangkan.
e. Evaluasi dan Umpan Balik
Menurut Agus Suryana (2004) terdapat tiga fungsi utama dari evaluasi dan
umpan balik dalam kegiatan pelatihan yakni; (1) Umpan balik, untuk mengetahui
efektifitas kegiatan pelatihan, (2) Kontrol atas ketentuan pelatihan dan (3)
Intervensi kedalam proses organisasi yang mempengaruhi pelatihan. Untuk itu
maka kegiatan pelatihan akan lebih sempurna bila dilengkapi dengan evaluasi
pelatihan yang terencana sejak awal kegiatan. Menurut B.Siswanto (2003)
evaluasi dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yakni; (1)
Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh peserta dalam suatu
periode proses belajar mengajar tertentu, (2) Untuk mengetahui posisi atau
kedudukan peserta dalam kelompoknya, (3) Untuk mengetahui tingkat usaha
yang telah dilakukan para peserta dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan, (4)
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh para pesertatelah merealisasikan
kapasitasnya menjadi suatu achievement melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan, dan (5) Untuk mengetahui efisiensi metode pendidikan dan pelatihan
yang digunakan.
Dalam hal mengembangkan evaluasi ini, seorang pamong belajar atau
para pemuda yang ingin mengembangkan desain pelatihan memang harus belajar
lebih banyak tentang kegiatan evalusi. Evaluasi atau penilaian pada prinsipnya
adalah memberi makna apayang telah terjadi baik hasil akhir dari kegiatan
pelatihan maupun juga proses yang terjadi pada pelatihan.
9
pembelajaran.Adapun pendapat para ahli yang menjelaskan mengenai prinsip-prinsip
desain diklat.
1. Robert Mager
Robert Mager menekankan pentingnya tujuan yang jelas pada desain diklat.
Menurutnya, setiap program pelatihan wajib memiliki tujuan yang spesifik, terukur,
dan terfokus di sikap yang dapat diobservasi. Prinsip Mager menekankan bahwa
instruksi harus dirancang sedemikian rupa sehingga peserta pelatihan dapat mencapai
tujuan dengan menggunakan suatu hal yang bisa diukur. oleh karena itu, desain diklat
yang efektif harus dimulai menggunakan merumuskan tujuan yang sempurna (Mager,
1997).
2. Malcolm Knowles
Sebagai ahli pada andragogi, yang artinya ilmu wacana pembelajaran orang
dewasa. Prinsip desain diklat yang ditekankan oleh Knowles merupakan "self-directed
learning" atau pembelajaran yang dipandu oleh peserta sendiri. Menurutnya, acara
training yang efektif untuk orang dewasa wajib menghormati pengalaman serta
motivasi peserta serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengambil kendali
atas pembelajarannya sendiri. dalam desain diklat, ini berarti mengintegrasikan
elemen-elemen yang sama dengan pilihan pada pembelajaran, refleksi, serta
pengalaman praktis (Knowles, 2014).
3. David Kolb
Teori pembelajaran daur belajar yang melibatkan empat termin: pengalaman
konkret, refleksi, konseptualisasi, serta eksperimen aktif. Prinsip desain diklat Kolb
menekankan pentingnya membangun kesempatan bagi peserta agar mengalami dan
merenungkan materi pelatihan, memahaminya secara konseptual, dan lalu
menerapkannya dalam situasi nyata. dalam desain diklat, ini berarti menyediakan
banyak sekali jenis aktivitas yang memungkinkan peserta dalam menjalani daur
belajar ini (Kolb,D.A, 2014).
10
rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian. Salim (1987:98) mengatakan silabus adalah garis besar, ringkasan, ikhtisar,
atau pokok-pokok isi materi pelajaran. Menurut BNSP (2006) silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar(Sagala, 2008).
11
2.6 Fungsi Silabus
Menurut (Adicahya, 2020) silabus diklat memiliki beberapa fungsi yang penting,
antara lain:
Dengan adanya silabus diklat yang baik, diharapkan peserta diklat dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih efektif dan efisien. Selain itu, silabus diklat
juga dapat membantu lembaga pendidikan dalam pengembangan kurikulum yang lebih
baik.
12
Berdasarkan kurikulum diklat yang sudah tersusun ini maka selanjutnya
pelaksanaan diklat akan menyusun rencana pelaksanaannya. Tujuan agar pelatihan
mempunyai arah yang jelas, membantu penyelenggara dan fasilitator untuk menyiapkan
materi pelatihan. Langkah-langkah:
a. Merumuskan kompetensi
Rencana pelatihan disusun berdasarkan pada hasil IKD sedangkan IKD
pada dasarnya dilakukan melalui kegiatan mengidentifikasi perbedaan
kesenjangan yang juga disebut dengan diskrepansi. Kegiatan pelatihan pada
dasarnya menjembatani Kesenjangan antara aktual kemampuan kerja (AKK)
dengan standar kemampuan kerja (SKK).
Kompetensi pada kurikulum ini diperoleh melalui kegiatan identifikasi
kebutuhan pelatihan di mana setelah hasil IKD ditabulasi kemudian dijumlahkan
dan selanjutnya dipresentasikan. Hasil presentasi ini selanjutnya dibuat peringkat
(ranking) di mana presentasi kemampuan yang belum dikuasai tinggi menjadi
materi yang akan diajarkan dalam pelatihan, sedangkan bila kemampuan yang
belum dikuasai rendah maka tidak diajarkan.
Keterangan:
DKK : Deskrepansi Kemampuan Kerja
SKK : Standar Kemampuan Kerja
AKK : Aktual Kemampuan Kerja
Bila DKK nya tinggi maka materi tersebut dijadikan sebagai materi
pelatihan bila dkknya rendah maka materi tersebut tidak perlu dijadikan materi
pelatihan.
b. Merumuskan tujuan pelatihan
Tujuan pelatihan ditentukan oleh beberapa hal yang antara lain adalah
audiens (siapa yang akan dilatih), behavior (perilaku), condition (suatu keadaan
bisa dipengaruhi oleh alat dan bahan), lokasi, degree (tingkat keterampilan yang
akan dicapai).
c. Merumuskan metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk mencapai tujuan yang
akan dicapai.
d. Menetapkan waktu yang digunakan
13
Waktu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Waktu pembelajaran
disesuaikan dengan waktu, biaya, alat, dan bahan.
e. Pelaporan
Hasil dari pengolahan data selanjutnya dibuat laporan dengan sistematika
seperti ini:
14
4 Tipografi - Arti dan peran - Praktek - Tugas
dalam desain tipografis tipografi proyek
grafis dalam desain - Diskusi
grafis
- Pemilihan
jenis huruf
15
merujuk pada segala jenis informasi yang disampaikan atau dibagikan dalam suatu
bentuk untuk tujuan tertentu, seperti pendidikan, pelatihan, atau informasi referensial.
Sedangkan diklat adalah singkatan dari "diklat" atau "pendidikan dan pelatihan".
Ini merujuk kepada serangkaian kegiatan yang diselenggarakan untuk memberikan
pendidikan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan kepada individu atau kelompok,
terutama dalam konteks organisasi, lembaga, atau instansi. Diklat bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi peserta dalam bidang
tertentu, sehingga mereka dapat lebih efektif dalam menjalankan tugas atau mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Diklat dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti
pelatihan tatap muka, pelatihan online, lokakarya, seminar, dan program pembelajaran
lainnya.
Materi diklat adalah rangkaian informasi, bahan, atau konten yang disiapkan dan
disampaikan kepada peserta pelatihan untuk membantu mereka memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang diperlukan dalam suatu pelatihan atau
program pendidikan tertentu. Materi diklat dapat berupa modul, buku panduan,
presentasi, materi audio, video, atau berbagai format pembelajaran lainnya yang
digunakan untuk mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan. Ini merupakan inti
dari proses pelatihan dan berfungsi sebagai alat untuk mentransfer pengetahuan dan
keterampilan kepada peserta.
16
2.10 Fungsi Materi
Dalam https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/diklat/ dijelaskan bahwa
materi diklat harus disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan dan tujuan. Materi
dalam diklat memiliki manfaat yang berbeda-beda tergantung pada jenis materi yang
dipelajari. Berikut adalah beberapa manfaat materi dalam diklat:
a. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peserta diklat pada materi tertentu,
seperti keterampilan menulis teks diskusi dan pembuatan makalah (Zunaidi, 2022).
b. Meningkatkan kualitas pendidikan di suatu lembaga, seperti evaluasi santri di Taman
Pendidikan Al Qur'an (Silvianita dan Yulianto, 2020).
c. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan peserta diklat tentang suatu topik tertentu
(Zunaidi, 2022).
a. Materi harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan latar belakang peserta pelatihan.
b. Materi dipilih secara cermat dan diorganisir dengan mempertimbangkan aspek
kemanfaatan bagi peserta.
c. Materi yang telah diberikan haruslah bermanfaat bagi peserta pelatihan.
17
- Pengenalan perangkat lunak desain grafis seperti Adobe Photoshop, Illustrator, dan
InDesign.
- Penggunaan alat dan fitur dasar dalam perangkat lunak tersebut.
3. Prinsip Warna dalam Desain Grafis
- Arti warna dalam komunikasi visual.
- Pemilihan warna yang efektif dalam desain.
- Konsep harmoni warna.
4. Tipografi dalam Desain Grafis
- Pentingnya tipografi dalam desain.
- Pemilihan jenis huruf (font) yang tepat.
- Pengaturan dan penempatan teks dalam desain.
5. Desain Identitas Visual dan Logo
- Pengenalan identitas visual.
- Desain logo: konsep, elemen, dan prinsip.
- Studi kasus desain identitas merek terkenal.
6. Desain Poster
- Tujuan dan elemen-elemen desain poster.
- Penggunaan gambar dan teks dalam poster.
- Praktik desain poster untuk berbagai keperluan.
7. Desain Brosur
- Konsep dan struktur desain brosur.
- Penggunaan teks dan gambar dalam brosur.
- Latihan desain brosur.
8. Praktik Profesional dalam Desain Grafis
- Etika dan tanggung jawab desainer grafis.
- Proses kerja dalam proyek desain.
- Komunikasi dengan klien dan tim.
9. Proyek Akhir
- Pengembangan proyek desain grafis dari awal hingga akhir.
- Penyusunan portofolio desain.
- Presentasi proyek kepada instruktur dan rekan sekelas.
10. Tren Terbaru dalam Desain Grafis
- Menyusun proyek dengan memperhatikan tren terkini.
- Studi kasus terbaru dalam desain grafis.
11. Praktik Kerja Lapangan (Opsional)
- Kesempatan untuk magang atau bekerja pada proyek nyata.
12. Evaluasi dan Penghargaan
- Penilaian tugas dan proyek.
- Pemberian sertifikat atau penghargaan kepada peserta yang berhasil menyelesaikan
program.
18
digunakan untuk merencanakan, mengorganisasi, dan memfasilitasi pelatihan dengan
tujuan agar sesi berjalan efektif dan mencapai hasil yang diinginkan. Komponen yang
umumnya terdapat dalam session plan diklat meliputi:
a. Tujuan sesi: Tujuan yang ingin dicapai dalam sesi tersebut, seperti peningkatan
pengetahuan, pengembangan keterampilan, atau pencapaian kompetensi tertentu.
b. Durasi: Berapa lama sesi akan berlangsung, termasuk jadwal awal dan akhir.
c. Materi dan metode: Deskripsi tentang materi apa yang akan disampaikan dan metode
atau strategi pembelajaran yang akan digunakan.
d. Aktivitas: Rincian tentang aktivitas atau latihan yang akan dilakukan peserta dalam
sesi.
e. Materi yang dibutuhkan: Daftar peralatan, bahan, atau sumber daya yang diperlukan,
seperti presentasi, buku panduan, atau perangkat teknologi.
f. Evaluasi: Cara sesi akan dievaluasi, baik melalui tes, penugasan, atau penilaian
lainnya untuk mengukur pemahaman peserta.
g. Pemimpin sesi: Siapa yang akan memfasilitasi atau mengajar sesi tersebut, serta
daftar peran dan tanggung jawabnya.
19
pelatihan atau diklat, terdapat rincian mengenai materi pelatihan atau diklat, metode
pembelajaran yang digunakan, waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan, serta
evaluasi yang akan dilakukan.
b. Sebagai alat evaluasi
Session plan pelatihan atau diklat juga berfungsi sebagai alat evaluasi untuk
mengevaluasi keberhasilan pelatihan atau diklat. Dalam session plan pelatihan atau
diklat, terdapat rincian mengenai evaluasi yang akan dilakukan.
c. Sebagai alat komunikasi
Session plan pelatihan atau diklat juga berfungsi sebagai alat komunikasi
antara pelatih atau instruktur dengan peserta pelatihan atau diklat. Dalam session
plan pelatihan atau diklat, terdapat rincian mengenai tujuan pelatihan atau diklat,
materi pelatihan atau diklat, serta evaluasi yang akan dilakukan. Hal ini akan
membantu peserta pelatihan atau diklat untuk memahami tujuan dan manfaat dari
pelatihan atau diklat yang akan diikuti.
Dengan adanya session plan pelatihan atau diklat yang baik, pelaksanaan
pelatihan atau diklat dapat berjalan dengan efektif dan efisien, serta dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
a. Judul Sesi : Judul yang jelas dan deskriptif tentang apa yang akan dipelajari dalam
sesi ini.
b. Tujuan Pembelajaran : Mendefinisikan apa yang diharapkan peserta dapat capai
setelah menyelesaikan sesi ini. Tujuan harus spesifik, terukur, tercapai, relevan, dan
berbatas waktu (SMART).
c. Waktu : Menunjukkan berapa lama sesi ini akan berlangsung. Ini bisa termasuk jadwal
awal dan akhir, serta estimasi waktu untuk setiap bagian dari sesi.
20
d. Materi dan Aktivitas : Daftar dari topik atau materi yang akan dicakup dalam sesi.
Selain itu, aktifitas atau kegiatan yang akan digunakan untuk mengajarkan atau
memperkuat materi tersebut.
e. Metode Pembelajaran : Mendefinisikan cara bagaimana materi akan disampaikan.
Misalnya, presentasi, diskusi kelompok, studi kasus, demonstrasi, atau latihan praktis.
f. Sumber Daya dan Bahan : Daftar semua bahan atau sumber daya yang diperlukan
untuk melaksanakan sesi. Ini bisa termasuk slide presentasi, materi bacaan, perangkat
lunak, atau bahan fisik.
g. Evaluasi dan Penilaian : Menjelaskan bagaimana peserta akan dievaluasi untuk
memastikan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai. Ini bisa mencakup tes, tugas,
studi kasus, atau evaluasi kinerja.
h. Tantangan atau Pertanyaan : Pertanyaan atau tantangan kunci yang akan dijelaskan
atau diajukan kepada peserta untuk merangsang pemikiran dan diskusi.
i. Rencana Cadangan : Strategi atau rencana alternatif jika terjadi gangguan atau kendala
selama sesi.
j. Catatan Penting : Informasi tambahan atau instruksi khusus yang perlu diperhatikan
oleh pemimpin sesi atau peserta.
k. Pertanyaan atau Umpan Balik : Ruang untuk mencatat pertanyaan atau umpan balik
dari sesi ini untuk keperluan perbaikan di masa depan.
l. Nama Pemimpin Sesi : Nama dan kontak pemimpin sesi atau instruktur.
m. Tanggal dan Lokasi : Tanggal dan tempat di mana sesi ini akan dilaksanakan.
n. Daftar Peserta : Daftar peserta yang diharapkan menghadiri sesi.
o. Tandatangan dan Persetujuan : Bagian untuk menandai bahwa sesi telah berhasil
dilaksanakan dan peserta telah menyelesaikan atau memahami materi.
21
2.17 Studi Kasus
MOTIVASI WIDYAISWARA
DALAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
(STUDI KASUS PADA PESERTA DIKLAT KARYA TULIS
ILMIAH DI LAN 8 s.d. 12 JUNI 2015)
22
beberapa orang responden yang diwawancarai penulis mengikuti diklat karya tulis ilmiah
karena hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh instansinya untuk mengikuti
diklat dimaksud. Dari kasus terebut maka dibutuhkan desain diklat untuk mengatahui
kebutuhan peserta diklat. Kegiatan penulisan karya tulis ilmiah perlu
ditumbuhkembangkan dengan cara mendorong ataupun memberikan fasilitas kepada
peserta untuk dapat menyalurkan hasil penulisan karya tulis ilmiah widyaiswara,
perlunya dibentuk forum sharing antar widyaiswara tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan kediklatan dan merupakan wadah bagi widyaiswara untuk saling memberikan
masukan dan menggali ide-ide baru yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan karya
ilmiah, perlunya pembinaan widyaiswara utamanya mengenai pengembangan
profesionalitas widyaiswara sehingga komponen pengembangan profesi ini cukup
mendapat perhatian widyaiswara dalam pelaksanaan tugasnya (Alie, 2015).
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan mengenai desain diklat (Pelatihan atau Diklat) yang mencakup
silabus, materi diklat, dan session plan dapat dirangkum sebagai berikut.Silabus yang
baik adalah panduan rinci tentang apa yang akan diajarkan dalam pelatihan. Silabus harus
mencakup tujuan, durasi, metode pengajaran, dan penilaian yang akan digunakan.Materi
diklat harus relevan dengan tujuan pelatihan dan perlu disusun dengan baik. Ini
mencakup presentasi, materi bacaan, video, dan latihan yang akan digunakan untuk
mendukung pembelajaran.Session plan adalah jadwal harian atau mingguan yang
merinci bagaimana waktu pelatihan akan digunakan. Ini mencakup alokasi waktu untuk
setiap topik, metode pengajaran, dan penilaian.Desain diklat yang efektif harus
mencerminkan kebutuhan peserta dan tujuan organisasi. Ini juga perlu fleksibel untuk
menyesuaikan perubahan yang mungkin terjadi selama pelatihan.Evaluasi terhadap
desain diklat perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan pelatihan tercapai dan
untuk mengidentifikasi area perbaikan.Kesimpulan terakhir adalah bahwa desain diklat
yang baik dapat membantu memastikan efektivitas pelatihan dan memberikan manfaat
maksimal kepada peserta.
Dalam merancang diklat, penting untuk memperhatikan aspek-aspek di atas untuk
mencapai hasil yang optimal..
3.2 Saran
Makalah ini menyoroti poin-poin kunci yang harus diperhatikan dalam desain
diklat yang efektif, termasuk silabus, materi diklat, dan session plan. Ini membantu
memastikan bahwa pelatihan memberikan manfaat maksimal kepada peserta dan
mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi berkala juga merupakan langkah penting
untuk mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan. Dengan memperhatikan aspek-aspek
ini, desain diklat dapat menjadi landasan yang kokoh untuk pengembangan peserta dan
pencapaian tujuan organisasi..
24
DAFTAR PUSTAKA
Choiriyah, S., & Riyanto, S. (2020). Studi Kasus Penerapan Metode Constructive Learning
Pada Penyampaian Pembelajaran Virtual Learning. 2(8), 488–502.
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/diklat/
25
Ramayulis & Mulyadi (2017). Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Jakarta:
Kalam Mulia Jakarta
Romadoni, F. W., & Purwito, L. (2016). Manajemen diklat penyuluh perpajakan. Jurnal
Pendidikan Nonformal, 10(2), 108–122.
http://journal2.um.ac.id/index.php/JPN/article/view/661
Sagala, H. S. (2008). Silabus Sebagai Landasan Pelaksanaan. Jurnal Tabularasa, 5(1), 11–22.
Silvianita, S., & Yulianto, E.S. (2020). WEBINAR SEBAGAI KEGIATAN PENINGKATAN
KOMPETENSI WIDYAISWARA PADA MASA PANDEMI COVID-19.
Zunaidi, A. (2022). Diklat Makalah Sebagai Implementasi Potensi Kepenulisan Dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Mahasiswa Selama Pandemi Covid19. Literasi: Jurnal
Pengabdian Masyarakat dan Inovas
26