Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PERIODIK UNSUR (SPU)

Kelompok 3 :
1. Enni Riyan Hasni (22104060007)
2. Rabiatul Adawiyah (22104060009)
3. Syahrozi (22104060017)

A. Perkembangan sistem periodik unsur

Sistem Periodik Unsur

Sejak lama beberapa unsur telah menjadi beberapa bagian kehidupan manuasia, seperti
tembaga, perak ,dan emas yang telah digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan maupun
sebagai perhiasan. Seiring waktu para ahli mulai mengetahui bahwa setip unsur memiliki sifat – sifat
yang khas. Namun demikian sifat unsur tersebut di tentukan oleh sifat atom-atomnya. Saat ini sudah
di temukan 115 dan masih akan di temukan lagi unsur – unsur baru lainnya. Unsur – unsur ini ada
yang sifatnya mirip ada yang sama sekali berbeda dengan yang lain. Sistem periodik unsur yang
sekarang ini adalah berdasarkan kenaikan nomor atom dan penempatan unsur – unsur dengan sifat-
sifat yang mirip di tempatkan dalam satu golongan (Petrucci, 2011).

Pengelompokkan unsur-unsur disebut juga sistem periodik Unsur-unsur tersebut di dasarkan


atas adanya kemiripan sifat-sifatnya. Pengelompokkan ini mengalami perkembangan dari mulai
pengelompokkan unsure berdasarkan Triad Dobreiner, Newlands, Mendeleev dan sistem periodik
modern yang kita gunakan sampai sekarang.

Upaya untuk mengelompokkan unsur-unsur ke dalam kelompok-kelompok tertentu


sebenarnya sudah dilakukan para ahli sejak dulu, tetapi pengelompokan masa itu masih sederhana.
Pengelompokan yang paling sederhana ialah membagi unsur ke dalam kelompok logam dan
nonlogam. Seiring perkembangan ilmu kimia, usaha pengelompokan unsur-unsur yang semakin
banyak tersebut dilakukan oleh para ahli dengan berbagai dasar pengelompokan yang berbeda-beda,
tetapi tujuan akhirnya sama, yaitu mempermudah dalam mempelajari sifat-sifat unsur.

1. Pengelompokkan unsur berdasarkan Triade Dobreiner

Pada tahun 1829 Johan Wolfgan Dobereiner (1780 – 1849) membagi unsur – unsur dalam
kelompok – kelompok yang terdiri dari tiga unsur yang di sebut Triade. Apabila unsur-unsur dalam
satu triad disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, ternyata massa atom maupun sifat-sifat
unsur yang kedua merupakan rata-rata dari massa atom relatif maupun sifat-sifat unsur pertama dan
ketiga. Sistem triad ini ternyata ada kelemahannya. Kelemahan triade Dobereiner yaitu ada beberapa
unsur lain yang tidak termasuk dalam satu triade, tetapi mempunyai sifat-sifat mirip dengan triade
tersebut dan jumlahnunsur yang memiliki kemiripan sifat ada yang lebih dari tiga unsur (Kamaludin,
2017).

Tabel Triade Dobreiner

Menurutnya, anggota triade yang berada di tengah memiliki sifat – sifat diantara kedua
nggota triade lainnya dan memiliki massa atom relative yang merupakan rata – rata dari unsur yang
mengapitnya. Sebagai contoh, kelompok unsur klor (Cl), brom (Br),dan Iod (I), di mana brom
memiliki massa atom relatif rata – rata dari massa atom Klor dan Iod. Klor berwujud gas, iod
berwujud padat, maka Brom dapat di ramalkan berwujud di antaranya, yaitu cair. Demikian pula
kelompok triade Li, Na, K dan Ca, Sr, Ba. Kreatifan unsur Na berada diantara kereaktifan unsur Li
dan K.

Massa atom relatif Stronsium (Sr) merupakan rata – rata dari massa atom relatif kalsium (Ca)
dan Barium (Ba). Massa atom relatif kalsium 40,08 dan Barium 137,3 sehingga massa atom relatif
Stronsium dapat di hitung dari rata – rata kedua unsur yang mengapitnya, yaitu : Dalam
perkembangannya pengelompokkan triade ini dirasakan tidak efesien mengingat semakin banyaknya
unsur – unsur di temukan dan anggota suatu kelompok unsur tidak hanya terdiri tiga unsur. Namun
bagaimanapun Tried Doberier merupakan pijakan awal dari pembuatan sistem periodik yang ada
sekarang (Giunita,.J dan Collge, L.M.1999).

2. Pengelompokkan Unsur Berdasarkan Hukum Newlands


Pada tahun 1864 Jhon Alexander Reina Newlands (1838–1898) mencoba mengelompokkan
unsur – unsur berdasarkan pertambahan ( kenaikan ) massa atom. Ternyata Newlands menemukakan
bahwa pengulangan sifat – sifat unsur sesuai dengan pengulangan not lagu (oktaf), artinya unsur
kesatu memiliki sifat yang sama dengan unsur kedelapan, unsur kedua memiliki sifat yang sama
dengan unsur kesembilan, dan seterusnya. Keteraturan yang ditemukan Newlands ini terkenal dengan
sebutan Hukum Oktaf Newlands. Sama halnya Dobereiner, dalam perkembangannya
pengelompokkan Newlands ini dirasakan kurang efesien dan tak mampu menampung jumlah unsur
yang semakin banyak.

Tabel Daftar Oktaf Newlands

Hokum Oktaf hanya berlaku untuk unsur – unsur ringan. Jika di teruskan, ternyata kemiripan
sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Zn mempunyai sifat yang cukup perbeda dengan Be, Mg, dan Ca.
hal itu merupakan kelemahan hukum oktaf. Anggapan akan kegagalan usaha pengelompokkan unsur
– unsur oleh Newlands memunculkan upaya baru dari para ahli kimia untuk mencari pola
pengelompokkan unsur – unsur yang lebih tepat. Hukum oktaf ini juga mempunyai kelemahan karena
hanya berlaku untuk unsur-unsur ringan. Jika diteruskan, ternyata kemiripan sifat terlalu dipaksakan.
Misalnya, Zn mempunyai sifat yang cukup berbeda dengan Be, Mg, dan Ca (Utami & Budi, 2009).

3. Pengelompokkan Unsur Berdasarkan Meyer dan Mendeleev

Pada tahun 1869, Julius Lothar Meyer di jerman dan Dmitri Ivanovich Mendeleyev di rusia,
masing – masing mengumumkan system pengelompokkan unsur – unsur yang lebih sempurna.
Mendeleev menyusun unsur – unsur menurut kenaikan massa atom relatifnya dari kiri kekanan dan
dari atas kebawah.

Unsur – unsur yang sifatnya mirip diletakkan dalam satu lajur vertikal yang di sebut perioda.
Dengan mengelompokkan tersebut, Mendeleev menyimpukan bahwa sifat unsur adalah fungsi
periodik dari massa atomnya”. Ini di sebut Hukum periodik Mendeleev. Meyer menyusun unsur –
unsur berdasarkan sifat - sifat fisika, sedangkan Mendeleev berdasarkan sifat – sifat fisika dan kimia.
Meyer dan Mendeleev menyusun system periodik unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya.

Mendeleev menempatkan unsur-unsur yang mempunyai kemiripan sifat dalam satu lajur
vertikal, yang disebut golongan. Lajur-lajur horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan kenaikan
massa atom relatifnya, disebut periode. Sistem periodik Mendeleev ini mempunyai kelemahan dan
juga keunggulan. Kelemahan sistem ini adalah penempatan beberapa unsur tidak sesuai dengan
kenaikan massa atom relatifnya. Selain itu masih banyak unsur yang belum dikenal. Sedangkan
keunggulan sistem periodik Mendeleev adalah bahwa Mendeleev berani mengosongkan beberapa
tempat dengan keyakinan bahwa masih ada unsur yang belum dikenal (Lewis & Evans, 2006).

Hukum Mendeleev disebut juga hukum periodik. Terdapat dua alasan Hukum Mendeleev
jauh lebih maju dibandingkan sistem pengelompokkan Newlands yaitu : pertama, pengelompokkan
yang dilakukan Mendeleev memiliki massa atom dan sifat – sifat yang lebih akurat . kedua,
pengelompokkan Mendeleev memungkinkan untuk memprediksi sifat – sifat beberapa unsur yang
belum di temukan hingga saat ini.

Tabel Periodik Mendeleev

Gol I Gol II Gol III Gol IV Gol V Gol VI Gol VII Gol VIII
No R2O RO R2O 3 RH4 RH3 RH2 RH RO4
Ro 2 R2O 5 RO3 R2O7

1 H=1
2 Li = 7 Be = Be = 11 C = 12 N = 14 O = 16 F = 19 FE=56,CO=59
9,4 NI=59,CU=63
3 Na = 23 Al=27,3 Si = 28 P = 31 S = 32 Cl=35,5
4 K = 39 Mg = - = 44 Ti = 48 V = 51 Cr = 52 Mn= 55 Ru=104,,Rh=104
24 Pd=106,Ag =108
5 (Cu = 63) Ca = 40 - = 68 - = 27 As = 75 Se =78 Br = 80
6 Rb = 85 Yt = 88 Zr = 90 Nb =94 Mo= 96 -= 100
Zn = 65 Os=195,Ir=197,
7 (Ag=108) Sr = 87 In=113 Sn=118 Sb=122 Te 125 J = 127 Pt=198,Au=99
8 Cs = 133 Di= 138 Ce=140 - - -
9 (-) Cd=112 - - - -
10 - Ba= Er= 178 La=180 Ta=182 W=184 -
137
11 (Au=199 - Ti = 204 Pb=207 Bi=208 -
12 - - -
- Th=231 - U=240 -
Hg200
-

System periodik Mendeleev tersusun atas delapan golongan dan dua belas periode. Dalam
tabel tampak rumus R2O, RO, dan seterusnya yang merupakan lambing oksida unsurnya. R adalah
lambang unsur pada golongan itu, sedangkan O adalah oksigen. Misalnya R2O berarti unsur- unsur
pada golongan I dapat membentuk H2O, Li2O, Na2O, dan seterusnya.mendeleev juga menyediakan
kotak kosong dalam sistem periodiknya dalam unsur – unsur yang hingga saat itu belim di temukan
(Brown, 2012).

4. Pengelompokkan Berdasarkan System Periodik Modern


Pada tahun 1914, seorang ahli fisika muda berkebangsaan Inggris Henry G.J. Moseley (Henry
Gwyn-Jeffreys Moseley ,1887-1915) menemukan bahwa urutan unsur dalam sistem periodik sesuai
dengan kenaikan nomor atom unsur. Penempatan telurium (Ar = 128) dan iodin (Ar = 127) yang tidak
sesuai dengan kenaikan massa atom relatif, ternyata sesuai dengan kenaikan nomor atomnya (nomor
atom Te = 52; I = 53). Jadi, sifat periodik lebih tepat dikatakan sebagai fungsi nomor atom. Sistem
periodik unsur modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Sistem
periodik unsur modern merupakan penyempurnaan dari sistem periodik Mendeleev.

Sistem Periodik Unsur

Penyusunan sistem periodik unsur berdasarkan nomor atom dan sifat atom dilakukan
berdasarkan kenyataan bahwa unsur – unsur yang sama berarti memiliki sifat – sifat yang sama,dapat
memiliki massa atom yang berbeda atau isotop. Dengan demikian sifat – sifat kimia suatu unsur tidak
ditentukan oleh massa atomnya, melainkan di tentukan oleh jumlah proton dalam atom tersebut. Jika
jumlah proton merupakan nomor atom unsur, unsur – unsur di susun berdasarkan kenaikan nomor
atom bukan berdasarkan nomor massanya (Chang & Overby, 2011).

B. Sifat periodik dalam tabel periodik unsur


Beberapa sifat periodik yang akan dibicarakan di sini adalah jari-jari atom, energi ionisasi,
keelektronegatifan, afinitas elektron, sifat logam, dan titik leleh serta titik didih (McMurry dan Fay,
2004)
1. Jari – jari atom
Jari – jari atom adalah jarak dari inti atom hingga kulit terluarnya. Secara umum bahwa
jari – jari atom dalam satu golongan akn semakin besar dari atas kebawah. Sementara dalam satu
periode semakin kekanan jari – jari atomnya semakin kecil. Dalam satu golongan, semakin
kebawah letak suatu unsur dalam sistem periodik, semakin bertambah periodenya.

Jari-jari atom

Unsur-unsur yang seperiode memiliki jumlah kulit yang sama. Akan tetapi, tidaklah
berarti mereka memiliki jari-jari atom yang sama pula. Semakin ke kanan letak unsur, proton dan
elektron yang dimiliki makin banyak, sehingga tarik-menarik inti dengan elektron makin kuat.
Akibatnya, elektron-elektron terluar tertarik lebih dekat ke arah inti. Jadi, bagi unsur-unsur yang
seperiode, jari-jari atom makin ke kanan makin kecil (Permana, 2009).
Dalam satu golongan, konfigurasi unsur-unsur satu golongan mempunyai jumlah
elektron valensi sama dan jumlah kulit bertambah. Akibatnya, jarak elektron valensi dengan inti
semakin jauh, sehingga jari-jari atom dalam satu golongan makin ke bawah makin besar. Jadi
dapat disimpulkan:
a) Dalam satu golongan, jari-jari atom bertambah besar dari atas ke bawah.
b) Dalam satu periode, jari-jari atom makin kecil dari kiri ke kanan.

2. Energi Ionisasi (potensial ionisasi)


Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron terluar suatu
atom. Energi ionisasi ini dinyatakan dalam satuan kJ mol–1. Unsur-unsur yang segolongan,
energi ionisasinya makin ke bawah semakin kecil karena elektron terluar makin jauh dari inti
(gaya tarik inti makin lemah), sehingga elektron terluar makin mudah dilepaskan. Sedangkan
unsur-unsur yang seperiode, gaya tarik inti makin ke kanan makin kuat, sehingga energi ionisasi
pada umumnya makin ke kanan makin besar
Apabila terdapat Na+ (g) di berikan lagi energi sehingga terbentuk Na2+(g) , energy
yang di berikan ini di sebut sebagai potensial ionisasi kedua, dan seterusnya. Elektron – electron
dalam suatu atom atau ion saling tarik menarik dengan inti atom atau ion tersebut sehingga
potensial ionisasinya berharga positif. Semakin kecil jari – jari atom, potensial ionisasinya
semakin besar. Dalam satu periode unsur – unsur memiliki jumlah kulit atom yang sama.
Semakin kekanan letak suatu unsur dalam sistem periodik, semakin bertambah jumlah elektron
pada kulit terluarnya.
Ada beberapa perkecualian yang perlu diperhatikan. Golongan IIA, VA, dan VIIIA
ternyata mempunyai energi ionisasi yang sangat besar, bahkan lebih besar daripada energi
ionisasi unsur di sebelah kanannya, yaitu IIIA dan VIA. Hal ini terjadi karena unsur-unsur
golongan IIA, VA, dan VIIIA mempunyai konfigurasi elektron yang relatif stabil, sehingga
elektron sukar dilepaskan (Chang & Raymond, 2004).

3. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energy yang di lepaskan atau di serap ketika satu elektron
ditambah ke atom atau ion dalam fase gas terisolasi. Afinitas elektron umumnya bersifat
eksotermis (melepaskan energi), karena elektron yang masuk akan mengalami gaya tarik –
menarik dengan inti atom. Variasi afinitas elektron juga di pengaruhi oleh ukuran atom. Semakin
dekat atom ke inti atom, semakin besar pula pengaruh gaya tarik inti yang di rasakan elektron
tersebut. Atom yang memiliki ukuran yang paling kecil akan memiliki muatan inti efektif yang
tinggi pada kulit terluarnya, sehingga memiliki afinitas elaktron yang tinggi.
Secara umum dalam satu golongan semakin kebawah, afinitas elektronya semakin kecil.
Sementara dalam satu periode semakin ke kana, afinitas elektronnya semakin besar. Semakin
kecil jari – jari atom afinitas elektronnya semakin besar.

Dari sifat ini dapat disimpulkan bahwa:


1) Dalam satu golongan, afinitas elektron cenderung berkurang dari atas ke bawah.
2) Dalam satu periode, afinitas elektron cenderung bertambah dari kiri ke kanan.
3) Kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia, semua unsur golongan utama mempunyai afinitas
elektron bertanda negatif. Afinitas elektron terbesar dimiliki oleh golongan halogen

4. Keelektronegatifan (elektronegativitas)
Keelektronegatifan merupakan ukuran kemamapuan suatu atom untuk menarik elektron
dalam ikatannya ketika atom – atomtersebut membentuk ikatan. Unsur – unsur yang memiliki
keelektronegatifan tinggi memiliki kemampuan lebih besar untuk menarik elektron ikatannya.
Dalam suatu molekul, unsur yang lebih elektronegatif bermuatan parsial negatif, sedangkan
unsur – unsur yang kurang elektronegatif akan bermuatan parsial positif. Misalnya, fluorin
memiliki kecenderungan menarik elektron lebih kuat daripada hidrogen. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa keelektronegatifan fluorin lebih besar daripada hidrogen. Konsep keelektronegatifan ini
pertama kali diajukan oleh Linus Pauling (1901 – 1994) pada tahun 1932 (Poppy et.al., 2009)
Secara umum dalam satu periode semakin kekanan, keelektronegatifan unsur – unsur
semakin meningkat seiring dengan menurunnya karakter logam. Sebaliknya, dalam satu
golongan semakin ke bawah keelektronegatifan unsur – unsur semakin menurun. Semakin kecil
jari – jari atom, keelektronegatifannya semakin besar (Scerri, 2001).
Unsur-unsur yang segolongan, keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil sebab
gaya tarik inti makin lemah. Sedangkan unsur-unsur yang seperiode, keelektronegatifan makin ke
kanan makin besar. Akan tetapi perlu diingat bahwa golongan VIIIA tidak mempunyai
keelektronegatifan. Hal ini karena sudah memiliki 8 elektron di kulit terluar. Jadi
keelektronegatifan terbesar berada pada golongan VIIA.

Keelektronegatifan

5. Unsur Logam dan Non Logam


Secara kimia, sifat logam dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan
melepas elektron membentuk ion positif. Jadi, sifat logam tergantung pada energi ionisasi.
Ditinjau dari konfigurasi elektron, unsurunsur logam cenderung melepaskan elektron (memiliki
energi ionisasi yang kecil), sedangkan unsur-unsur bukan logam cenderung menangkap elektron
(memiliki keelektronegatifan yang besar).
Sesuai dengan kecenderungan energi ionisasi dan keelektronegatifan, maka sifat logam-
nonlogam dalam periodik unsur adalah:
1) Dari kiri ke kanan dalam satu periode, sifat logam berkurang, sedangkan sifat nonlogam
bertambah.
2) Dari atas ke bawah dalam satu golongan, sifat logam bertambah, sedangkan sifat nonlogam
berkurang (Whitten dkk., 2008)
Jadi, unsur-unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah sistem periodik unsur,
sedangkan unsur-unsur nonlogam terletak pada bagian kanan-atas. Batas logam dan nonlogam
pada sistem periodik sering digambarkan dengan tangga diagonal bergaris tebal, sehingga
unsur-unsur di sekitar daerah perbatasan antara logam dan nonlogam itu mempunyai sifat
logam sekaligus sifat nonlogam. Unsur-unsur itu disebut unsur metaloid. Contohnya adalah
boron dan silikon.

6. Titik Leleh dan Titik cair


Berdasarkan titik leleh dan titik didih dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Dalam satu periode, titik cair dan titik didih naik dari kiri ke kanan sampai golongan IVA,
kemudian turun drastis. Titik cair dan titik didih terendah dimiliki oleh unsur golongan VIIIA.
2) Dalam satu golongan, ternyata ada dua jenis kecenderungan: unsurunsur golongan IA – IVA,
titik cair dan titik didih makin rendah dari atas ke bawah; unsur-unsur golongan VA – VIIIA,
titik cair dan titik didihnya makin tinggi (Chang & Goldsby, 2016).

7. Kereaktifan

Unsur yang paling reaktif adalah golongan Ia (alkali) dan golongan VIIA (halogen),
sedangkan unsur yang paling tidak reaktif adalah golongan VIIIA (gas mulia). Unsur logam
alkali dalam satu golonga dari atas kebawah makin reaktif, sedangkan unsur halogen dari atas
kebawah makin kurang reaktif (Kamaludin, 2017)

8. Wujud Unsur
Wujud unsur bergantung pada titik leleh dan titik didihnya. Pada suhu kamar, ada unsur yang
berwujud cair (Br, Hg), berwujud gas (H, N, O, F, Cl, He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn), berwujud
padat (Li,Na, K, Ca, Sr), dan lain-lain.
Contoh soal :
1. Unsur dengan nomor atom 32 terletak pada….
A. Periode 6 golongan III A
B. Periode 4 golongan IV A
C. Periode 5 golongan IV A
D. Peiode 3 golongan VI A

2. Berikut ini konfigurasi electron yang memiliki energi ionisasi terkecil adalah….
A. 2, 8, 3
B. 2, 5
C. 2, 8, 1
D. 2, 8, 6
E. 2, 8, 8, 1

3. Unsur yang terletak pada periode yang sama dalam system periodic mempunyai…
A. Jumlah electron yang sama
B. Jumlah electron luar yang sama
C. Nomor atom yang sama
D. Nomor massa yang sama
E. Jumlah kulit electron yang sama

4. Anion S2- memiliki konfigurasi electron 2, 8, 8, atom unsur tersebut terletak pada golongan…
A. II A Periode 8
B. III A Periode 8
C. VI Periode 3
D. VIII A Periode 3

5. Pernyataan yang benar untuk unsur A dan B yang memiliki nomor atom 10 dan 18 adalah…
A. Jari-jari atom A > B
B. Jari-jari atom A = B
C. A dan B terletak pada periode 3
D. A dan B satu golongan
E. Terletak pada golongan VII A
DAFTAR PUSTAKA

Agus Kamaludin, (2017). Super Soal Kimia 1001 Untuk SMA Kelas. X. Yogyakarta: Penerbit Andi

Brown, T. L. (Ed.). (2012). Chemistry: The central science (12th ed). Prentice Hall.

Chang, R., & Goldsby, K. (2016). Chemistry (Twelfth edition). McGraw-Hill Education.

Chang, R., & Overby, J. (2011). General chemistry: The essential concepts (6th ed). McGraw-Hill.

Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid I Edisi Ketiga, Terj. Departemen

Kimia Institut Teknologi Bandung. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Giunta, C.J, College, L.M. (1999). J. A. R. Newlands' classification of the elements:periodicity, but

no system (1).Bull. Hist. Chem. 24: 24-32.

Irvan Permana. (2009). Memahami kimia 1 : SMA/MA untuk Kelas X, Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Lewis, R., & Evans, W. (2006). Chemistry (3. ed). Palgrave Macmillan.

McMurry, J. dan R. C. Fay. 2004. McMurry Fay Chemistry 4th Edition. Belmont: Pearson

Education International.

Petrucci, R. H. (Ed.). (2011). General chemistry: Principles and modern applications (10. ed).

Pearson.

Poppy K. Devi (2009). Kimia 1: Kelas X SMA dan MA. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Scerri, E.R. dan and Worrall, J. 2001. Prediction and the periodic table.Stud. Hist. Phil. Sci., Vol. 32,

No. 3, pp. 407–452, diakses melalui www.elsevier.com/locate/shps

Utami, Budi. (2009). Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan,

Whitten, K.W., Davis R.E., & Peck L. (2008). General chemistry. (7th ed). Belmont:

Brooks Cole Pub.

Anda mungkin juga menyukai