Anda di halaman 1dari 1

Teks Anekdot

“SDM Kolot”

Nama Kelompok:
M. Revan Kholifatullah
Amelia
Darlene Olivia Yohan
Kalifa Nathania

Manakah yang lebih penting untuk sebuah kemajuan negara. Sumber daya alam atau sumber
daya manusia?
Sumber daya manusia tentunya. Indonesia tidak menjadi negara maju melainkan masih berstatus
negara berkembang karena sumber daya manusia rendah, bahkan manusia Indonesia tidak
menganggap penting kualitas diri mereka sendiri.
Alih-alih meningkatkan value diri, mereka memilih mandi lumpur di depan kamera smartphone
atau berlenggak lenggok di zebra cross SCBD. Sementara itu yang lainnya sibuk balap liar dan
tenggelam didalam mabar game online Mobile Legends dan judi slot. Strata ekonomi diatasnya,
masih berfikir instan dengan menaruh uangnya di investasi bodong.
Orang tua mereka tidak kalah sibuknya, asyik masyuk nonton liga dangdut, infotainment, dan
live IG selebram. Jika keluarga tersebut sudah terkumpul uangnya, mereka cari cara bagaimana
caranya anak mereka bisa berseragam coklat, dan bersedia membayar nominal tertentu yang
mereka minta. Wakil rakyatnya? Saya hanya perlu quotes seorang Alm. Gus Dur. “DPR adalah
Taman kanak-kanak.”
Kita mengaku “nenek moyangku adalah seorang pelaut” tetapi ikannya dimalingi asing.
Ngakunya negara agraris tapi bahan pangan masih impor. Masyarakat negara ini tidak sedikit
yang menganggap pendidikan itu tidak penting.
Orang tua berpikir mereka menyekolahkan anaknya hanya untuk sebatas ijazah yang nantinya
akan diasong-asongkan “Pak, Bu saya mau ngelamar kerja disini.” agar anaknya mendapatkan
pekerjaan agar bisa membiayai mereka di masa tua. Bisa dibilang... investasi masa depan jalur
anak.
Masyarakat Indonesia terdoktrin pada kata-kata banyak anak banyak rezeki namun tidak
mempertimbangkan masa depan anak itu sendiri. Beranak pinak macam curut dengan kalimat
penenang yang dibumbui ideologi mereka. Setelah merasakan keresahan membesarkan anak,
berharap mendapat bantuan negara untuk membiayai hidup mereka yang melarat lalu pada
akhirnya si anak tertua yang dikorbankan untuk bekerja dengan harapan membantu
perekonomian keluarga.
Ada pengusaha besar berkata “Pak saya mau menambah modal, saya mau menambah aset dan
pinjamkan saya satu trilliun”. Rakyat kecil berkata “Pak subsidikan kami, kami minta satu
trilliun.” Pemerintah harus kasih ke siapa? Pengusaha besar, karena apa, ia akan membangun
pabrik atau perusahaan yang menghidupi dan menyerap tenaga kerja rakyat kecil fakir miskin
tadi. Tapi kalau misalkan yang dikasih tadi rakyat kecil, fakir miskin itu maka dia akan gunakan
untuk konsumsi bukan untuk aset maka akan habis. Kalau dipinjamkan tidak balik modal, kalau
dikasihkan dia langsung habis tidak terjadi apa-apa disitu.

Anda mungkin juga menyukai