Anda di halaman 1dari 3

Penampang candi Siwa

Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu yang


berdasarkan kitab Wastu Sastra/Kitab Silpastra. Denah candi megikuti pola mandala,
sementara bentuk candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi Hindu.
Prambanan memiliki nama asli Siwagrha dan dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu
mengikuti bentuk gunung suci Mahameru, tempat para dewa bersemayam. Seluruh
bagian kompleks candi mengikuti model alam semesta menurut konsep kosmologi
Hindu, yakni terbagi atas beberapa lapisan ranah, alam atau Loka.
Seperti Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai dari yang
kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun berbeda nama, tiap konsep
Hindu ini memiliki sandingannya dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya hampir
sama. Baik lahan denah secara horisontal maupun vertikal terbagi atas tiga zona:[19]

 Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah terendah makhluk yang fana;
manusia, hewan, juga makhluk halus Hantu dan iblis. Di ranah ini manusia masih terikat
dengn hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci. Halaman terlar dan kaki candi
melambangkan ranah bhurloka.
 Bwahloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat orang suci, resi,
pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini manusia mulai melihat cahaya kebenaran.
Halaman tengah dan tubuh candi melambangkan ranah bwahloka.
 Swahloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah trtinggi sekaligus tersuci tempat
para dewa Hapsara Hapsari Bidadari bersemayam, juga disebut swargaloka. Halaman
dalam dan atap candi melambangkan ranah swahloka. Atap candi-candi di kompleks
Prambanan dihiasi dengan kemuncak mastaka berupa ratna (Sanskerta: permata),
bentuk ratna Prambanan merupakan modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan
atau halilintar. Dalam arsitektur Hindu Jawa kuno, ratna adalah sandingan Hindu
untuk stupa Buddha, yang berfungsi sebagai kemuncak atau mastaka candi.
Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang utama candi Siwa
terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75
meter dan peti batu pripih ini ditemukan di atas timbunan arang kayu, tanah, dan tulang
belulang hewan korban. Di dalam pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran
emas dengan aksara bertuliskan Baruna (dewa laut) dan Parwata (dewa gunung).
Dalam peti batu ini terdapat lembaran tembaga bercampur arang, abu, dan tanah, 20
keping uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas, dan lembaran perak,
cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 diantaranya berbentuk kura-kura,
ular naga (kobra), padma, altar, dan telur).[20]
Relief[sunting | sunting sumber]
Relief di Prambanan menampilkan Shinta tengah diculik Rahwana yang menunggangi raksasa
bersayap, sementara burung Jatayu di sebelah kiri atas mencoba menolong Shinta.

Panil khas Prambanan, singa di dalam relung diapit dua


pohon kalpataru yang masing-masing diapit oleh sapasang kinnara-kinnari atau sepasang
margasatwa.

Ramayana dan Krishnayana[sunting | sunting sumber]


Candi ini dihiasi relief naratif yang menceritakan epos
Hindu; Ramayana dan Krishnayana. Relif berkisah ini diukirkan pada dinding sebelah
dalam pagar langkan sepanjang lorong galeri yang mengelilingi tiga candi utama. Relief
ini dibaca dari kanan ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari candi. Hal ini
sesuai dengan ritual pradaksina, yaitu ritual mengelilingi bangunan suci searah jarum
jam oleh peziarah. Kisah Ramayana bermula di sisi timur candi Siwa dan dilanjutkan ke
candi Brahma temple. Pada pagar langkan candi Wisnu terdapat relief naratif
Krishnayana yang menceritakan kehidupan Krishna sebagai salah
satu awatara Wishnu.
Relief Ramayana menggambarkan bagaimana Shinta, istri Rama, diculik
oleh Rahwana. Panglima bangsa wanara (kera), Hanuman, datang ke Alengka untuk
membantu Rama mencari Shinta. Kisah ini juga ditampilkan dalam Sendratari
Ramayana, yaitu pagelaran wayang orang Jawa yang dipentaskan secara rutin di
panggung terbuka Trimurti setiap malam bulan purnama. Latar belakang panggung
Trimurti adalah pemandangan megah tiga candi utama yang disinari cahaya lampu.
Lokapala, Brahmana, dan Dewata[sunting | sunting sumber]
Di seberang panel naratif relief, di atas tembok tubuh candi di sepanjang galeri dihiasi
arca-arca dan relief yang menggambarkan para dewata dan resi brahmana. Arca dewa-
dewa lokapala, dewa surgawi penjaga penjuru mata angin dapat ditemukan di candi
Siwa. Sementara arca para brahmana penyusun kitab Weda terdapat di candi Brahma.
Di candi Wishnu terdapat arca dewata yang diapit oleh
dua apsara atau bidadari kahyangan.
Panil Prambanan: Singa dan Kalpataru[sunting | sunting sumber]
Di dinding luar sebelah bawah candi dihiasi oleh barisan relung (ceruk) yang
menyimpan arca singa diapit oleh dua panil yang menggambarkan pohon
hayat kalpataru. Pohon suci ini dalam mitologi Hindu-Buddha dianggap pohon yang
dapat memenuhi harapan dan kebutuhan manusia. Di kaki pohon Kalpataru ini diapit
oleh pasangan kinnara-kinnari (hewan ajaib bertubuh burung berkepala manusia), atau
pasangan hewan lainnya, seperti burung, kijang, domba, monyet, kuda, gajah, dan lain-
lain. Pola singa diapit kalpataru adalah pola khas yang hanya ditemukan di Prambanan,
karena itulah disebut "Panel Prambanan"
Museum Prambanan Jawa Tengah[sunting | sunting sumber]
Di dalam kompleks taman purbakala candi Prambanan terdapat sebuah museum yang
menyimpan berbagai temuan benda bersejarah purbakala. Museum ini terletak di sisi
utara Candi Prambanan, antara candi Prambanan dan candi Lumbung. Museum ini
dibangun dalam arsitektur tradisional Jawa, berupa rumah joglo. Koleksi yang
tersimpan di museum ini adalah berbagai batu-batu candi dan berbagai arca yang
ditemukan di sekitar lokasi candi Prambanan; misalnya arca lembu Nandi, resi Agastya,
Siwa, Wishnu, Garuda, dan arca Durga Mahisasuramardini, termasuk pula
batu Lingga Siwa, sebagai lambang kesuburan.
Replika harta karun emas temuan Wonoboyo yang terkenal itu, berupa mangkuk
berukir Ramayana, gayung, tas, uang, dan perhiasan emas, juga dipamekan di
museum ini. Temuan Wonoboyo yang asli kini disimpan di Museum Nasional
Indonesia di Jakarta. Replika model arsitektur beberapa candi seperti Prambanan,
Borobudur, dan Plaosan juga dipamerkan di museum ini. Museum ini dapat dimasuki
secara gratis oleh pengunjung taman purbakala Prambanan karena tiket masuk taman
wisata sudah termasuk museum ini. Pertunjukan audio visual mengenai candi
Prambanan juga ditampilkan disini.

Anda mungkin juga menyukai