Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

L
E
M
B
A
R

K
E
R
J
A
S
I
S
W
A

NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN


LOKAL NUSANTARA

NAMA :................................................................................

KELAS :................................................................................

SEKOLAH :.................................................................................
KEARIFAN LOKAL
DI JAWA

Kompetensi Dasar :
3.4 Menganalisis nilai-nilai Islam dan kearifan lokaldari berbagai suku di indonesia
4.4 Mengklasifikasikan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal dari berbagai suku di
Indonesia

INDIKATOR :
1. Menjelaskan kearifan lokal di Jawa
2. Menjelaskan kearifan lokal di Sumatera ( Melayu)
3. Menjelaskan kearifan lokal di Sulawesi ( Bugis)
4. Mengaplikasikan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal dari berbagai suku di Indonesia
5. Menjelaskan ibrah /hikmah mempelajari tradisi Islam Nusantara

TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Menjelaskan kearifan lokal di Jawa dengan benar
2. Menjelaskan kearifan lokal di Sumatera ( Melayu) dengan benar
3. Menjelaskan kearifan lokal di Sulawesi ( Bugis) dengan benar
4. Mengaplikasikan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal dari berbagai suku di Indonesia
5. Menjelaskan ibrah /hikmah mempelajari tradisi Islam Nusantara dengan benar

ALAT DAN BAHAN

- Buku paket
- Alat tulis
- Lkpd
- Sumber lain
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Persiapan
1. Mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa tulisan manual di
papan tulis, kertas karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca, atau
dapat juga menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
2. Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa bersama,
dilanjutkan dengan memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat
duduk disesuaikan disesuaikan dengan metode yang akan digunakan.
3. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang materi sesuai dengan
pokok bahasan.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pelaksanaan
Setelah membaca dan menelaah materi pembelajaran “ kearifan lokal di melayu ”
jawablah pertanyaan berikut:

1. Apa saja kearifan lokal yang ada pada masyarakat melayu!


2. Jelaskan yang kalian ketahui tentang tradisi balimau kasai !
3. Bagaimanakah pelaksanaan tradisi jalur pacu !
4. Apa saja nilai-nilai positif yang dapat diambil dengan adanya kearifan lokal
Barzanji !

Penutup
Setelah membaca, menelaah dan merefleksikan materi pembelajaran tentang
“Kearifan lokal masyarakat melayu ” guru dengan melibatkan siswa mengambil
kesimpulan dan siswa mencatat kesimpulan tersebut. Guru selanjutnya menutup
pembelajaran dan berdoa sejenak
PEKANBARU-Adat istiadat sangat melekat di masyarakat Indonesia. Hampir setiap provinsi
di Indonesia pasti memiliki tradisi adat tersendiri, termasuk di Provinsi Riau.

Yang pastinya adat istiadat dan budaya ini adalah suatau warisan yang diturunkan dari
generasi ke generasi, dan selalu di teruskan agar tidak hilang. Riau Online akan membahas
mengenai

1. Balimau Kasai

Balimau kasai merupakan sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Kampar
di provinsi Riau untuk menyambut kedatangan bulan suci ramadhan.

Biasanya acara ini dilakukan sekali setahun yaitu sehari sebelum masuknya bulan puasa,
upacara ini di lakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa
juga merupakan symbol penyucian diri. Kata balimau memiliki arti yakni mandi dengan
menggunakan air yang di campur jeruk atau yang sering masyarakat Kampar sendiri sebut
limau.

Dan jeruk yang biasa di gunakan yakni jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas. Sedangkan
kasai adalah wangi-wangian yang biasanya dipakai kewajah dan tangan atau semacam lulur.

Kepercayaan masyarakat Kampar pengharum badan atau kasai ini dipercayai dapat mengusir
segala macam rasa dengki yang ada dalam kepala, sebelum memasuki bulan suci ramadhan
atau bulan puasa.

2. Petang Megang

Masyarakat Pekanbaru memiliki tradisi Petang Megang untuk memanjatkan rasa syukur
dan kebahagian mereka karena bertemu dengan bulan puasa tahun itu. Petang Megang
memiliki istilah lain yaitu “Petang Belimau” yang artinya mandi air jeruk limau di sore
hari.

Tradisi Petang Megang atau Petang Belimau ini biasanya dilakukan dalam sebuah arak-
arakan warga sekitar, tokoh agama, pemimpin adat, dan pejabat daerah. Dengan iringan
kesenian Kompang atau alat musik tradisional khas Melayu Riau, arak-arakan pun
berjalan menuju lokasi upacara Petang Megang dilangsungkan.

Di tepi Sungai Siak, prosesi mandi “belimau” dilakukan pada 10 anak kecil dan remaja.
Para tokoh agama dan pejabat daerahlah yang diberi kehormatan untuk memandikan
kesepuluh anak tersebut. Campuran air dalam bak air mandi tidak hanya perasan jeruk
limau, tetapi juga harum-haruman dari bunga dan daun 7 rupa.

Kearifan Lokal Masyarakat Melayu


Kearifan lokal sendiri memiliki arti berupa budaya dari suatu masyarakat yang tidak
bisa dipisahkan dari masyarakat itu sendiri, kearifan lokal ini bersifat turun menurun dari satu
generasi ke generasi lagi melalui cerita dari mulut ke mulut. Berbagai macam kearifan lokal
yang banyak ditemukan di Indonesia salah satunya adalah “Kearifan Lokal Masyarakat
Melayu”.

Masyarakat melayu banyak tersebar di berbagai daerah di Indonesia bahkan ada juga
beberapa negara luar yang memiliki masyarakat melayu didalam negaranya. Maka dari itu
kebudayaan kebudayaan yang dimiliki masyarakat melayu tidak hilang/punah dikarenakan
penyebaran masyarakat melayu yang terdapat diberbagai macam tempat. Masyarakat melayu
mempunyai kearifan lokal baik dari segi norma, etika, kepercayaan, adat istiadat dan juga
hukum adat. Selain itu kearifan lokal sendiri memiliki ciri ciri seperti:

1. Mampu bertahan terhadap budaya luar


2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan
5. Mampu memberi arah pada perkembangan Budaya.

Selain itu kearifan lokal juga mempunyai peranan untuk pelestarian sumber daya alam
yang bekerja untuk mengembangkan sumber daya manusia seperti pengembangan
kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan
pantangan. Dalam masyarakat melayu syair, pantun dan gurindam merupakan salah satu
kearifan lokal masyarakat melayu dalam bentuk kebudayaan sastra dimana penyampaian
lantunan syair, pantun dan gurindam memiliki makna yang tersirat dalam setiap bait atau
setiap kalimat/kata yang terucap saat lantunan syair, pantun dan gurindam dibunyikan dimana
makna tersebut juga menyimpan pesan nasehat dari para orang orang terdahulu. Selain itu
salah satu ciri khas masyarakat melayu jika mempunyai sebuah acara yakni pembukaan acara
tersebut dengan menggunakan sebuah tarian yang disebut sebagai “Tari Persembahan”
dimana tari persembahan ini sudah ada sejak rakyat melayu berjaya di Indonesia yang
mempunyai arti untuk memberikan ucapan terimakasih serta memberikan rasa hormat
terhadap tamu undangan dengan membawakan se tepak kayu sirih untuk diberikan kepada
tamu undangan tersebut. Selain itu kearifan lokal masyarakat melayu yang lain seperti
menjaga hutan dan lingkungan hidup agar sumber daya alam yang berada didalam nya tetap
terjaga dikarenakan sumber daya alam yang berada disekitarnya banyak dimanfaatkan
sebagai sumber kehidupan,dimana ada sebagian masyarakat melayu yang masih hidup
dengan memanfaatkan hasil hutan dan sungai untuk menangkap ikan seperti suku Talang
Mamak. Lalu ada juga berbagai macam jenis permainan seperti gasing , layang layang dan
juga congkak yang tentunya masih ada hingga sekarang,namun permainan gasing dan
congkak sudah jarang terlihat dikarenakan zaman yang semakin maju sehingga anak anak
lebih sering bermain handphone. Suku melayu juga memiliki adat istiadat yang juga termasuk
kedalam kearifan lokal masyarakat melayu seperti:

1. Berpantun

Dalam adat dan budaya melayu, pantun sangat melekat. Pantun sebagai salah satu cara
berkomunikasi menyampaikan maksud dan tujuan dengan lebih sopan dan halus. Masyarakat
melayu akan sangat mudah merangkai kata untuk disusun menjadi sebuah tantun yang indah
dan sangat berkesan. Namun kini berpantun sudah sangat jarang bisa dilakukan oleh
masyarakat melayukhususnya kaum muda.

2. Tradisi Berkapur Sirih

Tradisi berkapur sirih adalah sebuah tradisi yang sudah cukup lama hidup dikalangan
masyarakat melayu. Berkapur sirih merupakan tradisi mengunyah sirih lengkap dengan kapur
dan pinangnya. Tradisi ini biasa dilakukan dalam upacara pernikahan ataupun upacara
pengobatan.

3. Tradisi Perkawinan

Tradisi pernikahan pada adat melayu memang terkesan sangat rumit dan terlalu sakral. Sebab
dalam pandangan masyarakat melayu ketika sesorang akan menikah maka dia harus
mendapat restu dari kedua orang tua dari dua belah pihak. Selain itu ada juga aturan – aturan
adat yang harus dijalani sebelum akad nikah berlangsung diantaranya pengantin perempuan
dilarang bepergian dan keluar dari rumah satu minggu sebelum akad nikah dilakukan.
Masyarakat melayu meyakini jika seorang calon pengantin keluar rumah ataupun bepergian
ketika mendekati hari pelaksanaan akad nikah berlangsung maka akan terjadi hal yang tidak
diharapkan yang akan membuat acara akad nikah terganggu bahkan bisa batal.

4. Memiliki Nama Panggilan Khusus

Pada masyarakat suku melayu setiap anak memiliki panggilan khusus yang panggilannya
bersifat umum. Misalnya anak paling besar akan dipanggil dengan sebutan ulong yang dalam
bahasa indonesia berarti sulung. Panggilan ini juga merupakan pembiasaan kepada semua
anak dalam keluarga agar bersikap menghormati pada yang lebih tua dan menyayangi pada
yang lebih muda.

5. Tradisi Pakaian Melayu

Menurut adat Suku Melayu, di dalam hal berpakaian hendaknya mengacu kepada asas
“sesuai” yakni sesuai pakaiannya, sesuai yang memakainya, sesuai cara memakainya, sesuai
tempat memakainya, sesuai pula menurut ketentuan adat yang diberlakukan dalam hal ini
ihwal berpakaian. Karna pada masyarakat melayu dikenal sebuah ungkapan mengatakan:
“adat memakai pada yang sesuai, adat duduk pada yang elok, adat berdiri tahukan diri”.
6. Tradisi Kematian

Seperti suku yang lain, pada adat istiadat suku Melayu juga ada tradisi terkait duka cita atau
kematian. Proses yang dilakukan oleh pihak keluarga akan menyampaikan peristiwa
kematian ini kepada tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah, serta tetangga sekitar secara
beranting. Selain itu, alat komunikasi tradisional yang bernama Bedug di langgar dan di
masjid juga dibunyikan dengan nada yang khas di telinga.

Sekian pembahasan dari Kearifan lokal Masyarakat Melayu,informasi ini berguna untuk para
pembaca yang ingin mengenal apa saja kearifan lokal masyarakat melayu.

Anda mungkin juga menyukai