Laporan Intervensi Ddi - Dhea Assyifa C
Laporan Intervensi Ddi - Dhea Assyifa C
Disusun Oleh:
Dhea Assyifa Caesaria
20320026
Dosen Pembimbing:
Nur Pratiwi Noviati, S.Psi., M.Psi., Psi.
1. IDENTITAS KLIEN
Nama (bisa disamarkan) : NN
Usia : 21
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Anak ke- : 1 dari 3 bersaudara
Status Menikah : Belum menikah
Status Bekerja : Belum bekerja
2. KELUHAN KLIEN
2
karena beberapa faktor diantaranya jauh dari orang tua mungkin merindukan
perbincangan kecil yang biasa dilakukan dengan adiknya pula, selain itu ia memiliki
kepribadian yang introvert, dan sulit beradaptasi dengan teman-temannya. Ia juga
mengaku jauh dari kekasihnya jadi merasa tidak memiliki support system. Sejak awal
kuliah hingga sekarang ia tetap merasa sepi walaupun sedang berada di keramaian.
Kesepiannya tersebut terkadang berdampak pada kehidupan sehari-harinya sehingga ia
kurang fokus saat beraktifitas.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Kesepian atau loneliness merupakan perasaan subjektif individu pada saat berada di dekat
banyak orang, namun tetap merasa sendiri (Russell, Peplau, & Cutrona, 1980). Kesepian
merupakan perasaan subjektif yang tidak menyenangkan dan merasa sendiri, yang
disebabkan oleh tidak tercapainya hubungan sosial yang diinginkan, sehingga individu tidak
merasakan kepuasan dari hubungan sosial yang sedang ia jalani dengan orang-orang di
lingkungannya.
Munculnya perasaan kesepian pada mahasiswa perantau dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Salah satunya kelompok usia. Perasaan kesepian lebih rentan dialami oleh individu
pada kelompok usia remaja (Ladd & Ettekal, 2013; Mental Health Foundation, 2010;
Woodhouse, Dykas & Cassidy, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Goossens, Klimstra,
Luyckx, Vanhalst, dan Teppers (2014) menemukan bahwa mahasiswa pada usia remaja
memiliki perasaan kesepian yang tinggi.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh kekosongan yang terjadi saat remaja meninggalkan
hubungan yang begitu dekat dengan keluarga untuk membangun hubungan sosial dengan
teman-temannya (Cosan, 2014). Selain usia, kesepian juga dapat dipengaruhi oleh jenis
kelamin. Menurut Weiss, perempuan lebih merasakan kesepian dibanding laki-laki (dalam
Cosan, 2014).
Kesepian yang dirasakan oleh mahasiswa perantau dapat menimbulkan dampak negatif.
Dampak negatif kesepian diantaranya adalah mudah merasa bosan, merasa tidak diterima,
sulit membangun komunikasi dengan orang-orang sekitar, menutup diri, dan tidak mampu
memecahkan permasalahan yang dihadapi, dan masalah kesehatan lainnya. Selain itu,
3
permasalahan yang dialami mahasiswa perantau berpengaruh terhadap stres akademik. Jika
mahasiswa perantau mengalami stres akademik, prestasinya juga akan terpengaruh, sehingga
dapat menurunkan prestasi kampus
1. Intimate Others, merupakan perasaan individu bahwa dirinya memiliki jarak dengan orang-
orang terdekat atau merasa kehilangan orang-orang yang berarti dalam hidupnya.
2. Social Others, merupakan perasaan individu bahwa dirinya tidak memiliki jaringan sosial
sehingga tidak ada orang yang dapat menjadi tempat baginya untuk menjalin hubungan
sosial.
3. Belonging and Affiliation, individu merasa tidak ada hubungan yang dapat ia jalin dengan
orang lain.
-Skala kesepian
Skala kesepian yang digunakan merupakan adaptasi dari UCLA Loneliness Scale (Version 3)
(Russell, 1996). Pilihan respon diberikan dalam bentuk skala Likert. Untuk item favorable,
pemberian skor dimulai dari 1 (tidak pernah), 2 (jarang), 3 (kadangkadang), dan 4 (sering).
-Pengertian Mindfulness
Meditasi mindfulness dapat didefinisikan sebagai pengaturan diri yang dengan kesengajaan
dari waktu ke waktu (Goleman & Schwartz, dalam Kabat-Zinn, 1982). Kabat-Zinn
mendefinisikan mindfulness sebagai usaha memberikan perhatian melalui beberapa cara yaitu
dengan tujuan, kekinian dan tidak ada penilian terhadapnya (Cayoun, tt). Hal
tersebutdiperkuat dengan pendapat Brown (dalam Goodman, 2007) yang mengatakan bahwa
mindfulness dikenal sebagai latihan yang menjadikan seseorang memiliki kesadaran yang
penuh terhadap pengalamannya yang terjadi dari
waktu-ke waktu.
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kondisi rasa kesepian yang dialami klien sebelum
intervensi dan setelah intervensi. Berikut hasil yang didapat :
-Hasil pre-test yang telah di isi oleh klien menunjukan tingkat rasa kesepian yang tinggi.
Hal tersebut memberikan dampak negatif dari segi kesehatan psikis maupun fisik
-Saat intervensi klien telah mengikuti dengan baik dan merasa lebih lega dari
sebelumnya. Kemudian action plan yang disusun memberikan dampak positif dan
memberikan perubahan.
-Hasil post-test yang telah di isi oleh klien menunjukan tingkat penurunan. kemudian
klien memberikan feedback yang positif dan merasa lega setelah melakukan
mindfulness secara mandiri dan berkala.
E. IMPLEMENTASI PROGRAM INTERVENSI
1. Pertemuan pertama
Konseling pertama dilakukan pada hari Selasa, 6 Desember 2022, pukul 14.00 –
14.47 WIB. Konseling diawali dengan perkenalan antara konselor dan konseli, kemudian
dilanjutkan dengan building rapport dan bertanya terkait kesibukan yang sedang dijalani
dalam minggu ini. Klien menceritakan bahwa dalam minggu ini kesibukannya adalah
kuliah, mengerjakan beberapa tugas serta mengikuti organisasi. Kemudian konselor
menjelaskan terkait tujuan dari konseling. Konselor juga memberitahukan terkait
kerahasiaan data kepada klien, sehingga klien dapat menceritakan masalahnya dengan
lebih terbuka.
Pada tahap berikutnya, konselor menyimpulkan permasalahan yang dialami klien dari
hasil intake interview yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Klien
menceritakan lebih lanjut terkait permasalahannya sesuai hasil intake interview. Pada
awalnya klien merasa bahwa saat ini klien merasa mengalami rasa kesepian walaupun ia
berada dikeramaian. Klien merasa sulit meminimalisir rasa kesepiannya tersebut sehingga
terkadang mengganggu aktifitas sehari-harinya, hal tersebut pula membuat mood klien
menjadi tidak beraturan dan menjadi stress. Beberapa kali klien sudah mencoba untuk
mengatasi dengan cara menyibukan diri, tetapi hal tersebut tidak berjalan sesuai yang
didinginkan. Hal tersebut disebabkan karena klien merupakan pribadi yang introvert jadi
kurang terbuka dengan temannya dan tidak bisa meluapkan kesedihannya. Kemudian,
konselor memaparkan psikoedukasi.
Pada sesi pertama konseling ini, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang
terjadi pada klien saat ini adalah rasa kesepian yang menghantui karena kurangnya
support system di Yogyakarta tempat ia menempuh pendidikan. Rasa kesepian yang
dirasakan klien memicu adanya permasalahan lain seperti kecemasan, masalah
kesehatan, dan stress. Selama sesi konseling klien berharap agar klien mendapatkan
6
pandangan baru terkait rasa kesepian yang dialaminya saat ini, sehingga klien bisa
menerapkan pengetahuan baru tersebut untuk menurunkan rasa kesepiannya tersebut.
2. Pertemuan kedua
Konseling kedua dilakukan pada hari Jumat, 9 Desember 2022, pukul 14.00 – 14.42
WIB. Konseling diawali dengan building rapport dan bertanya terkait kesibukan yang
sedang dijalani dalam minggu ini. Kemudian konselor membahas kembali secara singkat
hasil dari konseling sesi pertama yang telah dilaksanakan dan menanyakan bagaimana
progress klien.
Konselor menanyakan beberapa pertanyaan tambahan berdasarkan hasil konseling
sesi pertama. Setelah itu, konselor memberikan beberapa tips yang dapat dilakukan klien
untuk mengurangi rasa kesepian yang dialami klien. Selanjutnya konselor memaparkan
intervensi yang akan digunakan untuk mengurangi permasalahan klien saat ini, yaitu
dengan mindfulness training. Konselor menjelaskan terkait mindfulness training beserta
tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Setelah itu, konselor juga memberikan video
terkait mindfulness training agar klien dapat mengikutinya.
3. Pertemuan ketiga
Konseling kedua dilakukan pada hari Kamis, 15 Desember 2022, pukul 20.00 – 20.45
WIB. Konseling diawali dengan building rapport dan bertanya terkait kesibukan yang
sedang dijalani dalam minggu ini. Klien menceritakan bahwa dalam minggu ini klien
disibukkan dengan beberapa tugas, dan beberapa tugas lainnya sudah berhasil
diselesaikan sesuai tenggat waktu yang diberikan. Kemudian konselor membahas kembali
secara singkat hasil dari konseling sesi sebelumnya yang telah dilaksanakan.
Klien menceritakan bahwa tips dan strategi intervensi yang diberikan oleh konselor
sudah dijalankannya setelah selesai konseling kedua. Klien mulai menerapkan teknik
mindfulness training. Klien merasa bahwa teknik ini cocok dengan klien dan lebih efektif.
Klien merasa lebih tenang, lebih bersyukur dengan keadaan, serta dapat memberikan rasa
nyaman pada diri sendiri.
Klien juga diajak untuk membuat action plan untuk merancang kegiatan yang akan
dilakukan kedepannya supaya membantu mengurangi rasa kesepian yang dialami. Kami
merancang strategi bersama, lalu klien diminta untuk mengisi post-test agar konselor
dapat meninjau apakah ada peningkatan selama konseling berlangsung.
7
F. MONITORING EVALUASI PROGRAM
Evaluasi dilakukan pada hari Kamis, 15 Desember 2022. Evaluasi dilakukan setelah tiga
kali pertemuan konseling dan klien telah diberikan intervensi. Dalam evaluasi klien diminta
untuk mengisi beberapa pertanyaan dalam bentuk checklist. Selanjutnya, klien diminta
merefleksikan peraasaannya setelah melakukan konseling dan intervensi. Berikut adalah
lembar evaluasi yang telah diisi ileh klien.
No Pertanyaan Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
Ya Tidak Ya Tidak
1 Memahami rasa kesepian yang anda
alami
2 Membuat jurnal harian
3 Melakukan meditasi
4 Bergabung dengan komunitas
5 Mengembangkan ketrampilan baru
6 Mencari relasi pada organisasi dan
lain sebagainya
7 Dapat membedakan antara kesepian
dan menyediri
Sekitar 85%
G. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil intervensi dan evaluasi, klien sudah melakukan strategi mindfulness
training dengan cukup baik. Klien sudah melakukan beberapa tips dan kegiatan yang disarankan oleh
konselor ketika intervensi. Untuk kedepannya, klien diharapkan untuk dapat terus menerapkan strategi
mindfulness training agar perilaku lainnya dapat terus berubah menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
8
Marisa, D., & Afriyeni, N. (2019). Kesepian Dan Self Compassion
Mahasiswa Perantau. Psibernetika, 12(1) 1–11.
https://doi.org/10.30813/psibernetika.v12i1.1582
Afandi, N. A. (2012). Pengaruh pelatihan mindfulness terhadap peningkatan kontrol diri siswa
SMA. Pamator Journal, 5(1), 19–27.
9
LAMPIRAN
• Informed Consent
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Kaliurang KM. 5, Kocoran, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55281
Menyatakan kesediannya dan setuju untuk terlibat dan menjadi partisipan praktik mata kuliah dasar-dasar
intervensi prodi Psikologi UII. Adapun aktivitas asesmen dan intervensi yang dilakukan, meliputi :
1. Wawancara
2. Pemberian Kuesioner (pre-test)
3. Sesi Konseling (sebanyak 3x)
4. Action Plan
5. Pemberian Kuesioner (post-test)
Pelaksanaan asesmen dan intervensi ini di bawah bimbingan Ibu Nur Pratiwi noviati, S.Psi., M.Psi.,
Psikolog
Partisipan dalam kegiatan ini bersifat sukarela, Anda berhak untuk berhenti dan tidak mengikuti kegiatan ini
kapan pun Anda inginkan. Tidak ada resiko yang berarti ketika Anda mengikuti kegiatan ini. Identitas dan
data yang didapatkan akan dirahasiakan, bukan untuk publikasi umum. Mungkin ada perasaan tidak nyaman
ketika sesi wawancara yang menggali persoalan Anda. Partisipam berhak mengetahui hasil kegiatan ini
setelah proses konseling dinyatakan telah selesai.
Praktikan Partisipan
10
• Panduan Wawancara Asesmen
1. Bagaimana cara konseli berpakaian atau berpenampilan testee saat konseling,
3. Biasanya kapan Anda merasakan hal-hal tersebut? Atau adakah stimulus tertentu?
4. Coba boleh ceritakan apa hobi Anda? Bagaimana hubungan Anda dengan lingkungan
di sekitar baik pertemanan atau adakah orang spesial bagi Anda? Lalu bagaimana
5. Apakah Anda pernah mencoba untuk menggunakan alcohol atau obat-obatan untuk
6. Boleh diceritakan apakah Anda sendiri atau ada dari keluarga yang memiliki riwayat
penyakit mental?
7. Bolehkah coba diceritakan apakah Anda pernah mengalami kekerasan fisik, seksual,
atau emosional?
8. Selama ini adakah dorongan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain?
ALTERNATIF 1
Menerapkan mindfulness training
Prosesnya mudah
ALTERNATIF 2
Membuat jurnal kegiatan harian
Kesimpulan:
Klien melakukan pemecahan masalah dengan melakukan alternatif 2. Kemudian konselor membantu
memberikan alternatif pemecahan masalah, yaitu pada alternatif 1 dan 3
18
• Action Plan
4. Rencana Aktivitas :
Kamis, 15 Desember 2022 -Mulai membuat jurnal harian guna Berhasil mengurangi rasa
menghindari rasa kesepian yang kesepian
ada
-Melakukan meditasi
18
• Logbook
18
LEMBAR PENCATATAN HASIL KONSELING
(DIISI OLEH KONSELOR)
Nama : NN Usia : 21 Thn
Jurusan/Fakultas : Keperawatan/FK NIM :-
Jenis Kelamin : Perempuan Konselor : Dhea Assyifa C
Hari/tanggal : Selasa, 6/12/22 Pertemuan ke :1
Durasi : 47 Menit Tempat : Zoom
HASIL KONSELING
Konseling pertama dilakukan pada hari Selasa, 6 Desember 2022, pukul 14.00 – 14.47 WIB. Konseling
diawali dengan perkenalan antara konselor dan konseli, kemudian dilanjutkan dengan building rapport dan
bertanya terkait kesibukan yang sedang dijalani dalam minggu ini. Klien menceritakan bahwa dalam minggu ini
kesibukannya adalah kuliah, mengerjakan beberapa tugas serta mengikuti organisasi. Kemudian konselor
menjelaskan terkait tujuan dari konseling. Konselor juga memberitahukan terkait kerahasiaan data kepada klien,
sehingga klien dapat menceritakan masalahnya dengan lebih terbuka.
Pada tahap berikutnya, konselor menyimpulkan permasalahan yang dialami klien dari hasil intake
interview yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Klien menceritakan lebih lanjut terkait
permasalahannya sesuai hasil intake interview. Pada awalnya klien merasa bahwa saat ini klien merasa
mengalami rasa kesepian walaupun ia berada dikeramaian. Klien merasa sulit meminimalisir rasa kesepiannya
tersebut sehingga terkadang mengganggu aktifitas sehari-harinya, hal tersebut pula membuat mood klien
menjadi tidak beraturan dan menjadi stress. Beberapa kali klien sudah mencoba untuk mengatasi dengan cara
menyibukan diri, tetapi hal tersebut tidak berjalan sesuai yang didinginkan. Hal tersebut disebabkan karena
klien merupakan pribadi yang introvert jadi kurang terbuka dengan temannya dan tidak bisa meluapkan
kesedihannya. Kemudian, konselor memaparkan psikoedukasi.
Pada sesi pertama konseling ini, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi pada klien saat ini
adalah rasa kesepian yang menghantui karena kurangnya support system di Yogyakarta tempat ia menempuh
pendidikan. Rasa kesepian yang dirasakan klien memicu adanya permasalahan lain seperti kecemasan, masalah
kesehatan, dan stress. Selama sesi konseling klien berharap agar klien mendapatkan pandangan baru terkait rasa
kesepian yang dialaminya saat ini, sehingga klien bisa
Konseling kedua dilakukan pada hari Jumat, 9 Desember 2022, pukul 14.00 – 14.42 WIB.
Konseling diawali dengan building rapport dan bertanya terkait kesibukan yang sedang dijalani
dalam minggu ini. Kemudian konselor membahas kembali secara singkat hasil dari konseling sesi
pertama yang telah dilaksanakan dan menanyakan bagaimana progress klien.
Konselor menanyakan beberapa pertanyaan tambahan berdasarkan hasil konseling sesi
pertama. Setelah itu, konselor memberikan beberapa tips yang dapat dilakukan klien untuk
mengurangi rasa kesepian yang dialami klien. Selanjutnya konselor memaparkan intervensi yang
akan digunakan untuk mengurangi permasalahan klien saat ini, yaitu dengan mindfulness training.
Konselor menjelaskan terkait mindfulness training beserta tahapan-tahapan yang harus dilakukan.
18
Setelah itu, konselor juga memberikan video terkait mindfulness training agar klien dapat
mengikutinya.
Konseling ketiga dilakukan pada hari Jum’at, 15 Desember 2022, pukul 20.00 – 20.45 WIB.
Konseling diawali dengan building rapport dan bertanya terkait kesibukan yang sedang dijalani
dalam minggu ini. Klien menceritakan bahwa dalam minggu ini klien disibukkan dengan beberapa
tugas, dan beberapa tugas lainnya sudah berhasil diselesaikan sesuai tenggat waktu yang
diberikan. Kemudian konselor membahas kembali secara singkat hasil dari konseling sesi
sebelumnya yang telah dilaksanakan.
Klien menceritakan bahwa tips dan strategi intervensi yang diberikan oleh konselor sudah
dijalankannya setelah selesai konseling kedua. Klien mulai menerapkan teknik mindfulness
training. Klien merasa bahwa teknik ini cocok dengan klien dan lebih efektif. Klien merasa lebih
tenang, lebih bersyukur dengan keadaan, serta dapat memberikan rasa nyaman pada diri sendiri.
Klien juga diajak untuk membuat action plan untuk merancang kegiatan yang akan dilakukan
kedepannya supaya membantu mengurangi rasa kesepian yang dialami. Kami merancang strategi
bersama, lalu klien diminta untuk mengisi post-test agar konselor dapat meninjau apakah ada
peningkatan selama konseling berlangsung.
Modul Intervensi
18
Sesi 1
Pembukaan
Tujuan:
Waktu : 47 menit
Metode : Wawancara via zoom meeting (daring)
Prosedur : .
1. Pemberian pre-test : https://forms.gle/QCAgAfsNB1U6hBUf9
18
c. Social Support Network. Jaringan dan dukungan sosial.
Meskipun partisipasi sosial yang meningkat mungkin pada akhirnya tidak menawarkan hubungan yang
langgeng, sangat pribadi, dan intim, partisipasi semacam itu mungkin saja memberikan rasa hubungan, rasa
memiliki, dan bimbingan serta nasihat yang didapat dari kenalan dan teman. Dibingkai oleh jaringan kerabat
dan teman, partisipasi dalam kegiatan dan hobi, pemberlakuan peran sosial dan sifat hubungan sosial
dibentuk dan dimodifikasi oleh pengalaman di sepanjang jalan hidup melalui interaksi dinamis waktu dan
tempat.
d. Distancing dan denial. Menjauh dan menyangkal.
Takut stigma dan kecemasan kesepian, yaitu bertahan melawan rasa takut mengalami kesepian,dapat
mengakibatkan upaya untuk menyangkal pengalaman baik secara langsung atau dengan menjauhkan diri
sendiri dari rasa sakit, perasaan gagal, dan kegelisahan serta keputusasaan itu kesepian memerlukan.
Meskipun penulis sebelumnya menekankan perlunya menghadapi dan menerima kesepian sebagai langkah
awal untuk mengatasi rasa sakitnya dengan sukses, menarik bahwa penelitian Rokach menunjukkan bahwa
penyangkalan mungkin, memang, efektif untuk waktu yang terbatas. Penyangkalan dan pelepasan mungkin
memberi kita “ruang” atau pelepasan dari orang lain untuk memproses dan memahami situasi dan perasaan
kita entah bagaimana terlindungi saat kita lagi dalam kesakitan.
e. Religion dan Faith. Agama dan Keyakinan.
Individu perlu merasa terhubung dengan dan / atau menyembah entitas ilahi, Tuhan, atau Yang Tertinggi.
Melalui berafiliasi dengan kelompok agama dan mempraktikkan keyakinan mereka, individu mendapatkan
kekuatan, kedamaian batin, dan rasa kebersamaan dan kepemilikan. Ritual, tampaknya, merupakan sumber
pelipur lara yang penting bagi manusia karena memberikan koneksi yang bermanfaat ke masa lalu dan masa
depan. Agama dan keyakinan menyediakan individu dengan keterhubungan dengan penyembah lainnya, dan
dengan demikian meningkatkan lingkaran sosialnya, tetapi juga membantu memberikan penghiburan yang
berasal dari perasaan terkait kepada entitas tertinggi yang protektif dan kuat.
f. Increased Activity. Meningkatkan aktivitas.
Termasuk strategi itu melawan imobilisasi yang terkait dengan kesepian. Daripada tenggelam dalam rasa
sakit, ketidakberdayaan, da kesedihan, orang yang kesepian mungkin tidak secara aktif mengejar hanya
tanggung jawab sehari-hari mereka, tetapi juga waktu luang dan kesenangan tersendiri atau kelompok
aktivitas juga, sehingga menciptakan peluang baru untuk aktivitas dan kontak social.
Sesi 2
Konseling
Tujuan:
1. Untuk mengetahui sejauh mana klien memahami dan melaksanakan kegiatan yang telah
18
diberikan pada sesi konseling 1
2. Pemberian intervensi terhadap klien
1. Laptop (Zoom)
2. Video mindfulness training
Waktu : 42 menit
Metode : Wawancara via zoom meeting (daring)
Prosedur : .
1. Konselor membuka sesi konseling dengan menanyakan kabar dan kondisi saat ini
2. Konselor menanyakan progress apakah ada perubahan setelah konseling pada sesi 1
3. Konselor memberikan metode mindfulness training kepada klien sebagai intervensi
4. Konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan pendapat atau bertanya
5. Konselor menutup konseling
Sesi 3
Konseling
Tujuan:
18
2. Menetapkan strategi untuk mengurangi rasa kesepian
3. Membuat action plan sebagai langkah-langkah dalam memperbaiki permasalahan yang
dihadapi klien
1. Laptop (Zoom)
2. Post-test via google form : https://forms.gle/Gtj5ZvD2nJWCv5Ao8
3. Action plan
Waktu : 45 menit
Metode : Wawancara via zoom meeting (daring)
Prosedur : .
1. Konselor membuka sesi konseling dengan menanyakan kabar dan kondisi saat ini
2. Konselor dan klien menyusun strategi untuk mengurangi rasa kesepian
3. Konselor memberikan tips pencegahan rasa kesepian
4. Konselor memberikan tugas untuk klien dan melakukan mindfulness training kembali
5. Konselor dan klien membuat action plan
6. Konselor mengisi post-test
7. Konselor menutup konseling
KESESUAIAN/
18
NO KRITER KETEPATAN SARAN
IA (coret yang tidak
dibutuhkan)
1 Melakukan pendekatan personal awal
(salam pembuka, beri info waktu, tujuan Dilakukan
melakukan konseling)
2 Mereview hasil sesi konseling
sebelumnya (membahas kesimpulan Dilakukan
yang didapatkan)
3 Tetap melakukan building rapport pada
Baik
klien
4 Kesesuaian keterampilan non verbal:
ekspresi, gesture dan postur selama
proses konseling (berupaya menjaga Cukup
kontak mata, eklamasi, relaks, tidak
bergetar suaranya, dll)
5 Kemampuan menyampaikan pertanyaan
Baik
terbuka selama proses konseling
6 Ketepatan dalam pilihan kata (mudah
Baik
dipahami, kata enak didengar)
7 Kedalaman melakukan probing
(pertanyaan lanjutan guna menggali
Cukup
informasi lebih lanjut untuk identifikasi
masalah) mendalami masalah
8 Kemampuan mendengarkan aktif dengan
Baik
melakukan refleksi isi
9 Kemampuan mendengarkan aktif dengan
Baik
melakukan refleksi perasaan
10 Kemampuan kroscek antara data yang
satu dengan yang lain Baik
11 Memfasilitasi klien dalam menentukan
Dilakukan
prioritas masalah yang akan diatasi
12 Memfasilitasi klien untuk menentukan
Dilakukan
alternatif solusi masalah
13 Memfasilitasi klien untuk menentukan
Dilakukan
action plan
14 Kemampuan menutup konseling
Baik
(kesimpulan, terima kasih, salam)
15 Performance (penampilan, sikap yang
Cukup
baik dan respon yang tepat)
18
LEMBAR FEEDBACK NARATIF DESKRIPTIF (ketik disini):
Setelah melakukan konseling, saya jauh merasa lebih lega dan rasa kesepian saya menjadi
berkurang. Saya lebih bisa mengontrol diri saya dari sebelum sebelumnya. Pada sesi
konseling selama beberapa pertemuan ini saya dapat berkeluh kesah sesuai apa yang saya
rasakan, lalu saya banyak mendapat berbagai solusi atas permasalahan yang saya alami.
Untuk rasa kesepian sejauh ini sudah berkurang dan saya merasa lebih baik dengan
metode yang sudah diberikan, strategi yang kami susun bersama, lalu membuat action plan.
Menurut saya, itu sangat berpengaruh sekali untuk perubahan yang saya rasakan.
NN
18