Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERENCANAAN INTERVENSI METODE COACHING UNTUK SISWA REMAJA

YANG MEMILIKI SOCIAL SKILLS ACQUISITION DEFICITS

Disusun dalam rangka memenuhi tugas-tugas pada Program Psikologi Jenjang


Magister Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Dosen Pembimbing:
Nur Widiasmara, S.Psi., M.Psi.,Psikolog

Disusun Oleh:
Kinanti Dartanyan, S.Psi
15915050

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017

A. Rumusan Masalah
A. Rumusan Masalah
Remaja merupakan bagian yang cukup penting sebagai anggota masyarakat atau
warga negara. Nasib suatu bangsa di masa depan banyak ditentukan oleh kondisi,
kemampuan, dan aktivitas remaja saat ini. Untuk dapat menjalankan peran sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya remaja perlu memiliki keterampilan sosial, sehingga dapat
mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Keberhasilan seseorang pada berbagai bidang
kehidupan dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengelola hubungan pribadi dengan orang
lain. Remaja yang kurang memiliki keterampilan sosial sangat memungkinkan untuk ditolak
oleh temannya. Remaja yang tidak mampu bekerjasama, tidak mampu menyesuaikan diri,
tidak mampu berinteraksi dengan baik, tidak dapat mengontrol diri, tidak mampu berempati,
serta tidak mampu menghargai orang lain akan sangat mempengaruhi perkembangan anak
lainnya. Sebaliknya, terbinanya keterampilan sosial pada diri seseorang akan memunculkan
penerimaan dari teman sebaya, penerimaan dari orang lain maupun masyarakat. Hal ini
dikarenakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari keterampilan
sosial.
Havighurst (dalam Hurlock,1999) menyatakan bahwa untuk melakukan penyesuaian
dalam kehidupan sehari-hari, remaja harus mampu mencapai kemampuan sosial.
Kemampuan sosial dapat dikuasai dengan baik oleh remaja apabila mereka memiliki
keterampilan sosial. Keterampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk
berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana keterampilan ini merupakan
perilaku yang dipelajari. Remaja dengan keterampilan sosial akan mampu mengungkapkan
perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai
orang lain (Hargie, Saunders, & Dickso dalam Gimpel & Merrell, 1998).
Keterampilan sosial membantu remaja untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar
harapan masyarakat dalam norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Elliot &Busse (1991) bahwa keterampilan sosial dapat dipergunakan untuk
memperkirakan beberapa bentuk perilaku sosial anatara lain penerimaan kelompok atau
popularitas, penialian dari orang lain yang berpengaruh, bentuk perilaku sosial lain yang
diketahui berkorelasi secara konsisten dengan penerimaan individu terhadap teman sebaya.
Keterampilan sosial tersebut meliputi keterampilan-keterampilan memberikan pujian,
mengeluh karena tidak setuju terhadap sesuatu hal, menolak permintaan orang lain, tukar
pengalaman, menuntut hak pribadi, memberi saran kepada orang lain, pemecahan konflik
atau masalah, berhubungan atau bekerja sama dengan orang lain yang berlainan jenis
kelamin, berhubungan dengan orang yang lebih tua dan lebih tinggi statusnya, dan beberapa
tingkah laku lain sesuai dengan keterampilan yang tidak dimiliki oleh klien (Ramdhani, 2002)
Berdasarkan kasus yang ditemui di salah satu SMK Negeri di Yogyakarta, diketahui
bahwa salah satu siswi berinisial E memiliki kesulitan dalam melakukan interaksi dan
komunikasi dengan orang lain seperti dengan teman sebaya, lawan jenis, lingkungan dan
orang yang baru ditemui serta berhubungan dengan orang yang lebih tua. Klien cenderung
berpikiran negatif dalam memberikan respon terhadap situasi sosial, sehingga berdampak
pada ketidakmampuan klien dalam berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, klien juga
kesiltan dalam mengekspresikan perasaannya. Hal tersebut yang mempengaruhi dalam
menempatkan diri pada lingkungan sosial dan melakukan interaksi dengan orang lain.
Namun, klien memiliki minat sosial dalam melakukan interaksi, walaupun berusaha untuk
memaksakan diri agar dapat diterima dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraia-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa memiliki keterampilan
sosial adalah hal yang sangat dibutuhkan klien agar dapat melakukan interaksi dan
komunikasi dengan lancar terhadap l;ingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, salah satu
intervensi yang akan digunakan dengan metode coaching.

B. Tujuan Intervensi
Tujuan dari pemberian intervensi kepada klien untuk meningkatkan keterampilan sosial
klien dalam berinteraksi dengan teman maupun lingkungan baru. Membantu perubahan
pikiran negatif ketika bertemu dengan orang baru serta mampu mengungkapkan ide dan
pendapat tanpa harus tergantung dengan situasi.

C. Teori
1. Kondisi yang akan dirubah
Penetapan baseline dilakukan berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dapat diformulasikan sebagai berikut melalui analisa fungsi permasalahan dengan model
ABC menurut Kahn (1999), yakni:

Antecedent Behavior Consequences


(A) (B) (C)
 Saat klien berada  Klien memberikan penilaian  Hanya diam dan
dilingkungan dan negatif ketika akan memperhatikan
orang baru berinteraksi dengan orang lingkungan sekitar
baru  Ragu-ragu dalam
 Klien kesulitan untuk berinteraksi
memulai pembicaraan  Cemas
 Saat klien mengikuti  Klien berpikiran buruk dan  Hanya diam di kelas jika
kegiatan belajar memberikan penilaian tidak ada yang mengajak
mengajar dikelas negatif ketika akan klien berbicara
 Saat klien mengikuti melakukan komunikasi  Saat kerja kelompok
dengan teman-teman lebih banyak mengambil
ekstrakurikuler dan sekelasnya. bagian mengerjakan
kerja kelompok  Klien merasa sensitif tugas
terhadap perasaannya  Cenderung pendiam
sehingga kesulitan ketika berkumpul
mengekspresikannya dengan kelompok
 Klien merasa kesulitan maupun teman dan
mengungkapkan dan anggota ekstrakurikuler
menyampaikan pendapat
sehingga takut salah
berbicara
 Klien takut menyakiti
perasaan teman-teman dan
orang lain ketika
berinteraksi

2. Pengertian Jenis Intervensi


Menurut Bent dan Cox (Supratiknya, 2008) bahwa intervensi adalah suatu tindakan
dengan tujuan mempromosikan fungsi positiif dan rasa sejahtera klien melalui bentuk-
bentuk layanan yang bersifat prevenstif, development, dan remedial. Serupa dengan
pendapat HIMPSI bahwa intervensi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sistematis dan terencana yang berdasarkan atas hasil asesmen untuk mengubah
keadaan seseorang, kelompok orang atau masyarakat menuju perbaikan atau mencegah
suatu keadaan yang memburuk atau sebagai usaha preventif maupun kuratif. Metode
yang digunakan dalam intervensi dapat berbentuk psikoedukasi, konseling dan terapi.
Rancangan intervensi yang akan digunakan ialah dengan menggunakan psikoedukasi
kepada orang tua dan guru serta menggunakan jenis therapist directed pendekatan
cognitive behavioral.
Elliott dan Busse (1991) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis intervensi yang
efektif dalam melatih keterampilan sosial, yaitu therapist directed, therapist and peer
directed, dan peer directed. Namun, dari intervensi tersebut terdapat tiga pendekatan
yang dapat digunakan, yaitu operant, social learning, dan cognitive-behavioral.
Berdasarkan data hasil asesmen yang dilakukan sebelumnya, intervensi yang akan
dilakukan oleh praktikan sesuai dengan masalah yang ada pada diri klien adalah
pendekatan cognitive behavioral. Pendekatan cognitive behavioral merupakan
pendekatan untuk melatih keterampilan sosial yang menekankan pada kemampuan
seseorang untuk memecahkan masalah dan perilaku dalam mengatur diri. Menurut Beck
(2011) cognitive behavior berasal dari model Aaron Beck, yaitu treatment yang
berdasarkan pada formulasi kognitif, keyakinan dan perilaku yang membentuk gangguan
spesifik. Selain itu, cognitive behavioral mencoba menguraikan penyebab sebagai akibat
dari adanya pikiran dan asumsi irasional serta adanya distorsi dalam proses pemikiran
manusia (Oemarjoedi, 2003). Salah satu metode yang digunakan dalam pendekatan
cognitive behavioral adalah dengan metode coaching. Metode coaching adalah suatu
teknik instruksi secara verbal dan langsung yang melibatkan “coach” (guru atau psikolog,
atau teman-teman sebaya) yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana melakukan
perilaku yang diinginkan dan mengetahui kebutuhan klien dalam memunculkan perilaku
yang diinginkan tersebut. Oden dan Asher (Elliott dan Busse, 1991) mengatakan bahwa
metode coaching digunakan untuk melatih partisipasi, komunikasi, kerjasama serta dapat
menjadi reinforcement teman sebaya bagi siswa. Selain itu, metode coaching juga
memberikan dukungan empiris sebagai salah satu prosedur pelatihan keterampilan sosial.
Berikut, tahapan dalam metode coaching, yaitu :

The main stage of coaching


Guidelines for coaching procedures
intervention
The fisrt main stage 1. Penjelasan mengenai konsep dasar
Menjelaskan kepada klien keterampilan sosial berdasarkan skill yang
mengenai standart perilaku yang ingin dipelajari
mencerminkan keterampilan sosial 2. Pembahasan mengenai definisi keterampilan
sosial
3. Mengklarifikasi definisi keterampilan sosial
dengan permasalahan yang dialami klien
4. Menanyakan secara spesifik mengenai
konsep perilaku yang ingin dikembangkan
a. Bagaimana anda bisa bergabung dan
terlibat pembicaraan dengan teman?
b. Bagaimana cara anda untuk meminta dan
memberikan pertolonngan dengan orang
lain?
c. Bagaimana cara anda menunjukkan
bahwa anda tidak setuju dengan
seseorang tanpa harus terlibat argument
atau perkelahian dengan orang lain?
5. Menanyakan secara spesifik mengenai
konsep perilaku negative yang dimiliki klien
saat ini
The second main stage 1. Mendiskusikan dan merancang setting serta
Melatih perilaku-perilaku yang ingin situasi dimana perilaku akan dilakukan
dikembangkan dengan bantuan 2. Berlatih atau role play
coach
The third main stage 1. Feedback dan pengulangan kembali
Coach memberikan feedback yang
spesifik selama klien berlatih dan
memberikan masukan untuk kinerja
atau kemampuan klien selanjutnya

D. Daftar Pustaka
Beck, Judith S. 2011. Cognitive Behavior Therapy Basics And Beyond 2nd Edition. New York:
The Guilford Press
Elliott, S N & Busse, R T. 1991. Social Skills Assessment and Intervention with Children and
Adolescents. School Psychology International, 12, 63-83
Gimpel, G.A. & Merrell, K.W. 1998. Social Skill of Children and Adolescents:
Conceptualization, Assessment, Treatment. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Publisher
Hurlock, Elizabeth B. 1999. Child development. New York: Mc Graw Hill.
Miltenberger, G Raymond. 2004. Behavior Modification: Principles and Procedures. United
States of America. Thomson Learning Academic Resource Center.
Oemarjoedi, Kasandra A. 2003. Pendekatan Cognitive Behavior Dalam Psikoterapi. Kreativ
Media: Jakarta
Ramdhani, Niela. 2002. Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta
Tim Penyusun HIMPSI. 2010. Kode Etik Psikologi Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat
Himpunan Psikologi Indonesia.

E. Jadwal Intervensi

Sesi Tanggal Durasi Kegiatan


I 22 Januari 2017 40 menit 1. Building Rapport
2. Informed Consent dan pre-test
II 24 Januari 2017 60 menit The first main stage
Menjelaskan kepad aklien mengenai
standart perilaku yang mencerminkan
keterampilan sosial
III 26 Januari 2017 60 menit Continue of the first main stage
Menjelaskan kepada klien mengenai
standart perilaku yang mencerminkan
keterampilan sosial
IV 28Januari 2017 60 menit The second main stage
Melatih perilaku-perilaku yang ingin
dikembangkan dengan bantuan coach
V 09 Februari 2017 45 menit 1. The third main stage
Coach memberikan feedback yang
spesifik selama klien berlatih dan
memberikan masukan untuk kinerja
atau kemampuan klien selanjutnya
2. Terminasi dan post-test
VI 23 Februari 2017 30 menit Follow up

F. Prosedur dan Langkah-Langkah Intervensi

Sesi Kegiatan Uraian Waktu


I Building rapport Menciptakan suasana nyaman sehingga 10 menit
mampu menjalin hubungan yang baik antara
klien dan praktikan
Informed consent - Menjelaskan kontrak dan tahapan 30 menit
dan pre-test intervensi yang akan dilakukan oleh klien
- Menjelaskan apa saja yang harus
dilaksanakan selama proses intervensi
sehingga praktikan mengetahui sejauh
mana dan bagaimana perkembangan yang
dialami
- Menciptakan komitmen dan tanggungjawab
klien terhadap proses intervensi
- Praktikan meminta klien untuk mengisi
angket mengenai kegiatan klien yang
berhubungan dengan keterampilan sosial
II The first main stage - Memaparkan hasil asesmen yang telah 60 menit
Menjelaskan kepada dilakukan serta permasalahan yang
klien mengenai dihadapi klien
standart perilaku - Menjelaskan secara umum mengenai
yang mencerminkan konsep dasar keterampilan sosial
keterampilan sosial - Menghubungkan definisi keterampilan
sosial dengan perilaku-perilaku yang
ditunjukkan oleh klien
III Continue of the first - Menanyakan secara spesifik konsep 60 menit
main stage perilaku yang ingin dikembangkan
Menjelaskan kepada berdasarkan pengalaman-pengalaman
klien mengenai klien berdasarkan poin-poin berikut
standart perilaku  Apakah yang dilakukan klien ketika akan
yang mencerminkan bergabung dan melakukan komunikasi
keterampilan sosial dengan teman-teman dikelas?
 Bagaimana cara klien untuk meminta
tolong dan memberikan pertolongan
kepada teman atau orang lain?
 Bagaimana cara klien dalam
menyampaikan pendapat kepada guru
ataupun teman tanpa takut dianggap
salah?
- Mendiskusikan dengan klien mengenai
perilaku dan pemikiran negative yang
dimiliki dan telah dilakukannya dalam
berinteraksi dengan teman maupun orang
lain
IV The second main - Mendiskusikan dengan klien mengenai cara 60 menit
stage untuk memunculkan perilaku yang akan
Melatih perilaku- ditingkatkan dalam melakukan interaksi
perilaku yang ingin sosial
dikembangkan - Mengajak klien merancang setting dan
dengan bantuan situasi dimana perilaku yang akan
coach dilakukan
- Berlatih dan melakukan role play dengan
praktikan
V The third main stage - Klien merangkum mengenai hasil yang 30 menit
Coach memberikan didapat dari sesi awal kegiatan intervensi
feedback yang menjadi gambaran yang jelas.
spesifik selama klien - Memberikan waktu bagi klien untuk
berlatih dan bertanya mengenai proses intervensi dan
memberikan hasil yang telah dicapai.
masukan untuk
kinerja atau
kemampuan klien
selanjutnya
Terminasi dan post- - Praktikan memberikan pujian yang produktif 15 menit
test dan tulus untuk klien pada perubahan
dirinya.
- Praktikan meminta klien untuk mengisi
angket mengenai kegiatan klien yang
berhubungan dengan keterampilan sosial
VI Follow up Praktikan dan klien mengevaluasi tindakan 30 menit
apa saja yang telah dilakukan setelah
intervensi sudah selesai diberikan
G. Lampiran
Sesi I

Kegiatan Building rapport


Metode Wawancara
Alat dan bahan Alat tulis
Waktu 10 menit
Tujuan Menciptakan suasana nyaman sehingga mampu menjalin hubungan
yang baik antara klien dan praktikan
Tahapan 1. Pratikan membuka kegiatan
2. Pratikan meminta klien untuk duduk dan mencari posisi duduk
yang nyaman
3. Pratikan menjelaskan tentang tujuan dari kegiatan yang akan
dilakukan pada hari ini dan meminta kerjasama dari klien agar
dapat mengikuti kegiatan hingga akhir.
Kegiatan Informed consent dan pre-test
Metode Ceramah dan diskusi
Alatdanbahan Alat tulis, lembar kerja dan informed concent
Waktu 30 menit
Tujuan 1. Menjelaskan dengan kontrak intervensiyang akan dilakukan klien
2. Menjelaskan apa saja yang harus dilakukan selama proses
intervensi sehingga praktikan mengetahui sejauh mana dan
bagaimana perkembangan yang dialami.
3. Menciptakan komitmen dan tanggungjawab klien terhadap proses
intervensi
Tahapan 1. Pratikan menjelaskan kontrak intervensi yang akan dilakukan
terhadap klien serta menyepakati pertemuan yang harus diikuti oleh
klien.
2. Pratikan akan memberikan lembar informed concent kepada klien
3. Pratikan menginstruksikan agar klien membaca isi dari lembar
informed concent, lalu klien mengisi data yang terdapat didalamnya
dan memberikan tanda tangan.
4. Praktikan meminta klien untuk mengisi angket mengenai kegiatan
klien yang berhubungan dengan keterampilan sosial
Sesi II

Kegiatan The first main stage


Menjelaskan kepada klien mengenai standart perilaku yang
mencerminkan keterampilan sosial
Metode Diskusi & ceramah
Alat dan bahan Alat tulis, materi, HPP dan lembar kerja
Waktu 60 menit
Tujuan 1. Memaparkan hasil asesmen yang telah dilakukan serta
permasalahan yang dihadapi klien
2. Menjelaskan secara umum mengenai konsep dasar keterampilan
sosial
3. Menghubungkan definisi keterampilan sosial dengan perilaku-
perilaku yang ditunjukkan oleh klien

Tahapan 1. Praktikan memberikan pemaparan hasil asesmen dan pemahaman


atas permasalahan yang dihadapi klien
2. Praktikan menjelaskan kepada klien mengenai teori keterampilan
sosial secara umum
3. Praktikan menjelaskan kepada klien mengenai standart perilaku
yang mencerminkan keterampilan sosial yang baik
4. Praktikan mendiskusikan dengan klien dalam menghubungkan
perilaku yang ditunjukkan klien dengan teori keterampilan sosial
sesuai dengan materi yang terlampir
5. Praktikan meminta klien untuk mengisi lembar kerja agar dapat
memahami mengenai masalah yang dialami dan berbagai respon
yang muncul

Sesi III

Kegiatan Continue of the first main stage


Menjelaskan kepada klien mengenai standart perilaku yang
mencerminkan keterampilan sosial
Metode Diskusi & ceramah
Alat dan bahan Alat tulis, materi dan lembar kerja
Waktu 45 menit
Tujuan 1. Menanyakan secara spesifik tentang konsep perilaku dan pemikiran
yang ingin dikembangkan
2. Menanyakan secara spesifik perilaku dan pemikiran negatif yang
saat ini dimiliki oleh klien

Tahapan 1. Praktikan menanyakan kepada klien mengenai pengalaman-


pengalaman berdasarkan konsep perilaku yang berdasarkan poin-
poin berikut
 Apakah yang dilakukan klien ketika akan bergabung dan
melakukan komunikasi dengan teman-teman dikelas?
 Bagaimana cara klien untuk meminta tolong dan memberikan
pertolongan kepada teman atau orang lain?
 Bagaimana cara klien dalam menyampaikan pendapat kepada
guru ataupun teman tanpa takut dianggap salah?
2. Praktikan meminta klien bercerita dan menuliskan berdasarkan
pengalamannya mengenai apa yang biasanya dilakukan
berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh praktikan
3. Praktikan berdiskusi dengan klien mengenai perilaku dan pemikiran
negatif yang telah dilakukannya berdasarkan dari cerita dan tulisan
yang diungkapkan klien dalam berinteraksi dengan teman maupun
orang lain

Sesi IV

Kegiatan The second main stage


Melatih perilaku-perilaku yang ingin dikembangkan dengan bantuan
coach
Metode Diskusi & ceramah
Alat dan bahan Alat tulis & lembar kerja
Waktu 60 menit dan 6 kali pertemuan
Tujuan 1. Mendiskusikan dengan klien mengenai cara untuk memunculkan
perilaku yang akan ditingkatkan dalam melakukan interaksi social
2. Menanyakan dengan klien untuk seting dan situasi dimana perilaku
akan dilakukan

Tahapan 1. Mendiskusikan bersama klien tentang cara dalam berinteraksi sosial


2. Mengaplikasikan cara-cara tersebut bersama klien dan praktikan
membantu mengarahkan klien dalam melakukannya.
3. Praktikan membantu klien dalam memilih lingkungan yang mana
perilaku akan dilakukan.

Sesi V

Kegiatan The third main stage


Coach memberikan feedback yang spesifik selama klien berlatih dan
memberikan masukan untuk kinerja atau kemampuan klien selanjutnya
Metode Diskusi & ceramah
Alat dan bahan Alat tulis dan kumpulan lembar kerja
Waktu 30 menit
Tujuan 1. Klien merangkum mengenai hasil yang didapat dari sesi awal
kegiatan intervensi menjadi gambaran yang jelas.
2. Memberikan waktu bagi klien untuk bertanya mengenai proses
intervensi dan hasil yang telah dicapai.

Tahapan 1. Praktikan menanyakan apa yang klien rasakan dan pikirkan selama
terapi
2. Praktikan menanyakan hasil yang klien dapatkan setelah intervensi
selesa
Kegiatan Terminasi dan post-test

Metode Ceramah
Alat dan bahan Materi
Waktu 15 menit
Tujuan Klien termotivasi untuk mempraktekan apa yang dikerjakan selama
proses intervensi ke dalam kesehariannya

Tahapan 1. Praktikan memberikan pujian yang produktif dan tulus untuk klien
pada perubahan dirinya yang dapat meningkatkan keterampilan
sosial
2. Praktikan meminta klien untuk mengisi angket mengenai kegiatan
klien yang berhubungan dengan keterampilan sosial

Sesi VI

Kegiatan Follow up
Metode Diskusi & ceramah
Alat dan bahan Alat tulis
Waktu 30 menit
Tujuan Praktikan dan klien mengevaluasi tindakan apa saja yang telah
dilakukan setelah intervensi sudah selesai diberikan

Tahapan Melakukan evaluasi tindakan apa saja yang telah dilakukan setelah
intervensi dihentikan
Worksheet II

PENGALAMAN PIKIRAN / EMOSI / PERASAAN


Worksheet III

RESPON
Perkiraan Aktivitas

Prediksi dan tindakan saya

Perkiraan tempat terjadi


Worksheet I

KEJADIAN

PIKIRAN

PERILAKU

REFLECTION

Anda mungkin juga menyukai