PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulkus kaki diabetik adalah komplikasi kronik DM yang memiliki pengaruh besar
pada kondisi sosial dan ekonomi, berpotensi mengalami amputasi, disabilitas, dan
membutuhkan biaya yang besar terkait dengan pengobatan dan komplikasinya.pada
tahun 2015, 415 juta orang dewasa dengan diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta
di tahun 1980an. Pada tahun 2040 di perkiran jumlah akan menjadi 642 juta.
Estimilasi jumlah pasen di seluruh dunia perregional di 2015 dan 2040 (umur 20-79)
Amerika utara dan Karibia pada 2015 : 44,3 juta jiwa 2040 : 60,5 juta jiwa , Amerika
Selatan dan Tengah 2015 : 29,6 juta jiwa 2040 : 48,8 juta jiwa Afrika 2015 : 14,2 juta
jiwa 2040 : 34,2 juta jiwa. Hampir 80 % orang diabetes ada di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Pada tahun 2015, persentase orang dewasa dengan diabetes
adalah 8,5 % (1 diantara 11 orang dewasa menyandang diabetes) (IDF Atlas 2015)
Pada tahun 2014, terdapat 96 juta orang dewasa dengan diabetes di negara
anggota di wilayah regional asia tengara. Prevalensi diabetes wilayah regional asia
tenggara meningkat dari 4,1 % di tahun 1980an menjadi 8,6 % tahun 2014. Terjadi
pada negara asia antara lain Sri langka, Thailand, Nepal, Myammar, Bangladesh,
India, dan Indonesia presentase kematian akibat diabetes pada tahun 2015, indonesia
menenpati peringkat 7 dunia prevalensi penderita tertinggi diabetes miletus.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi diabetes di Sulawesi Selatan
yang didiagnosis dokter sebesar 1,6 persen dan 0,5 persen. DM yang didiagnosis
dokter atau berdasarkan gejala sebesar 3,4 persen. Prevalensi diabetes yang
didiagnosis dokter tertinggi terdapat di Kabupaten Pinrang (2,8%), Kota Makassar
(2,5%), Kabupaten Toraja Utara (2,3%) dan Kota Palopo (2,1%). Prevalensi diabetes
yang didiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi di Kabupaten Tana Toraja
(6,1%), Kota Makassar (5,3%), Kabupaten Luwu (5,2%) dan Kabupaten Luwu Utara
(4,0%). Berdasarkan data Survailans Penyakit tidak menular Bidang P2PL Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 terdapat Diabetes Melitus 27.470
kasus baru, 66.780 kasus lama dengan 747 kematian (Dinkes Sulsel, 2015, hal. 54).
Sementara angka terjadi pada ETN CENTER tentang penyakit LKD pada tahun 2017
1
berdasarkan catatan terdapat 205 orang, Sedangkan ditahun 2018 jumlah ulkus
diabetik berjumlah 118 orang.
Saat ini, Berkembang perawatan luka modrn terhadap ulkus kaki diabetik.
Perawatan luka modrn berbeda dengan perawatan luka konvensional, yang tidak
menerapkan konsep lembab. Pada perawatan luka modrn, Area luka di buat lembab
atau jaga agar kelembapan pada luka seimbang, Luka tidak basah dan kering. Pada
kondisi lembab, enzim enbolitik pada luka akan bekerja maksimal. Perawatan luka
modrn di implementasikan dalam TIME MANAGEMENT. Selain itu, perawatan luka
modrn juga menitik beratka pada penggunaan balutan luka modrn (Modrn Dressing)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara perawatan luka kaki diabtik dan kegunaan modern dressing dan
implementasi TIME MANAGEMENT.
2. Bagaimana perkembangan luka kaki diabetik setelah dilakukan TIME
MANAGEMENT
3. Apa saja jenis modern dressing digunakan dalam perawatan klien dengan luka kaki
diabetik
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah di lakukan perawatan luka modern pada pasien dengan luka kaki diabetik,
mahasiswa dapat memahami dan mengetahui konsep TIME MANAGEMENT
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menilai perkembangan pada luka pasien ulkus kaki diabetik
setelah dilakukan TIME MANAGEMENT dan penggunaan Moder Dressing
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
a. Terjadinya ulkus kaki diabetic (diabetic foot ulcers) juga dapat dijelaskan sebagai
beriku :
1) Kurangnya control diabetes melitus selama bertahun-tahun sering kali memicu
terjadinya kerusakan syaraf dan / atau masalah sirkulasi yang serius.
2) Kondisi tersebut dapat menimbulkan efek pembentukan luka pada kaki.
b. Terdapat 2 tipe penyebab ulkus kaki diabetic secara umum:
1) Neuropati
a) Neuropati diabetic merupakan kelainan urat syaraf akibat diabetes melitus
(DM) karena kadar gula dalam darah yang tinggi yang bisa merusak urat
syaraf penderita dan menyebabakan hilang atau menurunnya rasa nyeri
pada kaki,sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang
tidak terasa.
b) Kerusakan syaraf menyebabkan mati rasa dan menurunnya kemampuan
merasakan sakit, panas atau dingin.
c) Titik tekanan, seperti akibat pemakaian sepatu yang terlalu sempit
menyebabkan kerusakan syaraf yang dapat mengubah cara jalan pasien.
3
d) Kaki depan yang lebih banyak menahan berat badan rentan terhadap luka
tekan.
e) Dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala neuropati meliputi : kesemutan,
rasa panas, rasa tebal, ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama
malam hari.
2) Angiopaty
a) Angiopati diabetic adalah penyempitan pembuluh darah pada penderita
diabetes.
b) Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita diabetes melitus (DM)
mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah.
c) Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/besar pada tungkai,
maka tungkai akan mudah mengalami gangrene diabetic, yaitu luka pada
kaki yang yang merah kehitaman dan berbau busuk.
d) Adapun angipati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotic
terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
e) Dengan kata lain, meningkatnya kadar gula darah dapat menyebabkan
pengerasan, bahkan kerusakan pembulih darah arteri dan kapiler
(makro/mikroangiopaty)
f) Hal yang menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen ke
jaringan sehingga timbul risiko terbentuknya nekrotik. (Maryunani , 2015).
3. Klasifikasi
Klasifikasi ulkus kaki diabetik diperlukan untuk berbagai tujuan, diantaranya
yaitu untuk mengetahui gambaran lesi agar dapat dipelajari lebih dalam tentang
bagaimana gambaran dan kondisi luka yang terjadi. Untuk tujuan klinis praktis, kaki
diabetika dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kaki diabetika neuropati, iskemia dan
neuroiskemia. Pada ulkus yang dilatar belakangi neuropati ulkus biasanya bersifat
kering, fisura, kulit hangat, kalus, warna kulit normal dan lokasi tersering adalah di
jari. Bentuk ulkus perlu digambarkan seperti tepi, dasar, ada atau tidak pus, eksudat,
edema, kalus, kedalaman ulkus perlu dinilai dengan bantuan probe steril. Probe
(penyelidikan) dapat membantu untuk menentukan adanya sinus, mengetahui ulkus
melibatkan tendon, tulang atau sendi. Diabetic iskemik pada DM dengan iskemik
terjadi vaskuler iskemik teradi penyempitan pembuluh darah karena terbentuk plak
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, asupan darah berkurang, agregat platelet
juga berkurang, proses penyembuhan luka sukar terjadi. (Arisanty,2013)
4
a. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan
pembentukan kalus “claw”
b. Derajat 1 : ulkus superfisial terbatas pada kulit
c. Derajat 2 : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
d. Derajat 3 : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
e. Derajat 4 : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis
f. Derajat 5 : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai kaki
5
5. Patofisiologi
Neuropati
pembentukan Kalus
peningkatan Tekanan
Deformitas kelainan
Fostur
Mikrovaskuler
Makrovaskuler Trauma
6
Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat
sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering
menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki.
Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki Diabetik dengan
menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain,
sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh.
Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab seperti
sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan seperti neuropati,
angiopati yang merupakan faktor endogen dan trauma serta infeksi yang merupakan
faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya kaki Diabetik.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan
faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata
mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme
karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat
menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis),
akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan oksigenasi
kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan
untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat
berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari
akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya
dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi. neuropati
juga dapat menyebabkan deformitas seperti Bunion, Hammer Toes (ibu jari martil),
dan Charcot Foot.
Sirkulasi yang buruk juga dapat menyebabkan pembengkakan dan kekeringan
pada kaki. Pencegahan komplikasi pada kaki adalah lebih kritis pada pasien diabetik
karena sirkulasi yang buruk merusak proses penyembuhan dan dapat menyebabkan
ulkus, infeksi, dan kondisi serius pada kaki.
7
B. Tinjauan Umun Tentang Perawatan Luka Modern
1. Perawatan Luka
a. Definisi Perawatan Luka Modrn
Perawatan Luka Modrn adalah teknik perawatan luka dengan menciptakan
kondisi lembab pada luka sehingga dapat menbantu proses epitalisasi dan
penyembuhan luka, menggunakan balutan semi occlusive, full occlusive dan
impermeable dreassing berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan
(comfort), keamanan (safety) (Schulitz, et al.2005., Hana, 2009., Saldy, 2010)
8
adalah kegiatan mengangkat aateu menghilangkan jaringan mati
(devaskularisasi), jaringan terinfeksi, dan benda asing dari dasar luka sehingga
dapat ditemukan dasar luka dengan vaskularisasi baik.
Metode debridement ada bebagai macam :
a) Enzimatic debridement yaitu pengangkatan jaringan mati dengan
mengunakan enzim yaitu getah papaya,lidah buaya dan nenas
b) Biological debridementyaitu pengangkatan jaringan mati dengan
mengunakan maggot (larva,belatung).
c) Mechanical debridement adalah pengangkatan jaringan mati dengan
mengunakan kasa (digosok/usap), pinset, dengan konsep wet-try
dressing, atau dengan irigasi tekanan tinggi dan hidroterapi.
d) Autolysis debridement yaitu pengangkatan jaringan mati sendiri oleh
tubuh dngan menciptakan kondisi lembab pada luka. Luka hitam dan
kuning akan melunak dan mudahdi angkat, bahkan hilang diserap oleh
absorbent dressing. Tubuh mengeluarkan enzim proteolitik endogen
yang berperan penting selama proses autolysis berlangsung. Balutan
yang melunakkan seperti gel, koloid, cream, salf dapat membantu
proses ini.
e) Conservative sharp wound debridement (CSWD)yaitu pengangkatan
jaringan mati dengan mengunakan gunting, pinset, dan bisturi hanya
pada jaringan mati sehingga tidak banyak berdarah dan tidak
menimbulkan nyeri pada pasien. (Irma P. Arisanty,2013)
2) Inflamasi dan infeksi kontrol: pemberian antibiotik dari dalam dan pilih dressing
antimikrobial untuk kontrol infeksi dari luar serta pencucian luka.
Luka kronik selalu dianggap terkontaminasi sehingga terjadi kolonisasi
bakteri yang pada akhirnya akan mengakibatkan infeksi. Sibbald (2002)
menggambarkan pentingnya mempertahankan keseimbangan bakteri ketika luka
terkontaminasi atau terkolonisasi oleh bakteri tapi tidak mengganggu proses
penyembuhan. Jika luka tidak sembuh dengan penggunaan topical therapy,
penggunaan antibiotic sistemik dapat dipertimbangkan, utamanya jika terjadi
infeksi jaringan dalam.
a) Pengertian pencucian luka
Pencucian luka merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
perawatan luka. Pencucian luka dibutuhkan untuk membersihkan luka dari
9
mikroorganisme, benda asing, jaringan mati selain itu pencucian luka dapat
memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian luka sehingga perawat
dapat dengan tepat menentukan tujuan perawatan luka dan pemilihan balutan.
Pencucian luka yang baik dan benar akan mengurangi waktu perawatan luka
atau mempercepat proses penyembuhan luka. (Irma P. Arisanty,2013)
10
d) Jenis cairan pencuci luka yang di rekomendasikan
Air Mineral
Clorhaxidine
11
sebagai cairan antiseptik untuk perawatan pada kritikal koloni bakteri atau
infeksi akut dan kronis luka, Mengurangi jumlah mikro-organisme pada permukaan
luka,
Extra daun siri berfungsi sebagai anti septik serta penghilang bauh, dan sirih
mengandung tamin, flavonoid, politenol, dan saponen, daun sirih salah satu tumbuhan
obat Indonesia yang mudah di budidayakan. Dapat menjadi alternatif dalam mengatasi
infeksi yang terjadi pada luka kaki DM. (Amalia, 2009)
Texaphone bahan yang menghasilkan busa berfungsi mengangkat kotoran dan
jaringan mati yang bersifat minyak, dan texaphone termasuk cairan zat kimia yang
menghasilkan busa. (Damayanti, 2008)
Nacl berfungsi sebagai pengental sabun yang masih berupa air (Roland W.Kartika)
Air sebagai pelarut universal yang melarutkan banyak zat kimia (Roland W.Kartika)
13
2. Konsep manejemen luka modern/terkini
Konsep manejeman atau penyembuhan luka dewasa ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat dengan beberapa fungsi kerja umum maupun spesifik, serat
menciptakan kelembababn pada area dan sekitar luka. Beberapa fungsi kerja
manejemen atau perawatan luka yang modern saat ini, mencakup:
a. Mengoptimalkan kerja dari neurotrofil, makrofag,fibrablast,protease (enzyme
debinder), growth factors.
b. Meminimalkan rasa sakit (mengurangi sakit pada ujung syaraf karena kondisi luka
dalam keadaan lembab)
c. Meminimalkan infeksi (sel-sel meningkatkan daya tahan tubuh, lebih sedikit
jaringan kering yang mati sehingga mengurangi timbulnya mikroorganisme).
d. Mengurangi kemungkinan adanya luka baru pada saat penggantian balutan luka.
e. Mengurangi resiko perpindahan mikroorganisme.
f. Mengurangi pencemaan udara pada saat penggantian balutan
g. Menjaga luka pada temperaturoptimum agar penyembuhan luka lebih cepat
h. Balutan dapat digunakan untuk beberapa hari sehingga mengurangi frekuensi
penggantian balutan.(Maryunani , 2015).
14
d. Mampu mengontrol kejadian infeksi/ melindungi luka dari trauma dan invasi
bakteri
e. Mencegah dan mengelola infeksi klinis pada luka
f. Mempertathankan temperature pada luka
g. Mengontrol dan mencegah perdarahan
h. Memberikan kompresi terhadap perdarahan atau statis vena
i. Menampung cairan/eksudat
j. Memobilisasi bagian tubuh yang ter-injury/mengalami trauma
.(Maryunani , 2015).
a. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka
(mengabsorbsi)
b. Kemampuan balutan untuk megangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko
terjadinya kontaminasi mikroorganisme
c. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka
d. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
15
e. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengankut atau pendistribusian antibiotic
keseluruh bagian tubuh.(Maryunani , 2015)
16
b. Hydrocolloid
Pembalut hidrokoloid adalah pembalut
buram atau transparan untuk luka, pembalut
hidrokolid bersifat biodegradasi dan
melekat pada kulit. Permukaan aktif dari
balutan dilapisi dengan massa perekat
berikatan silang yang mengandung dispersi
gelatin,pektin dan karbonsimetil selulosa
bersama dengan polimer lain dan pereket
membentuk wafer yang fleksibel jika kontak dengan luka eksudat,polisakarida
dan polimer lainnya menyerap air dan membengkak,membentuk gel. Gel dapat
dirancang untuk mengalir atau menetap berada dalam satu stuktur matriks
perekat.kondisi lembab yang dihasilkan dibawah pembalut dimaksud untuk
mempromosikan fibronalisis,angiognesis dan penyembuhan luka,tanpa
menyebabkan pelunakan dan penguraian jaringan,gel yang terbentuk sebagai
hasil darinpenyerapan eksudat luka ditempatkan pada stuktur matriks perekat
sebagian besar dressing hidroloid tahan air.
Indikasi:
1) Luka dengan sedikit eksudat – sedang
2) Luka akut atau kronik
3) Luka dangkal
4) Jaringan granulasi
5) Abses
6) Luka dengan epitalisasi luka yang terinfeksi grade 1 dan 2. . (Kartika, 2015)
c. Hydroactive gel
17
seperti pectin,sodium carboxymethyl-celulosa dalam berwarna bening dan
lembab yang berfungsi membantu memprcepat proses penyembuhan luka terbuka
dan dapat melembutkan bekas luka yang mengering sehingga cepat sembuh
Indikasi:
Metcovazin adalah
topikal therapy ( obat
luar yang dioleskan
pada kulit )yang dibuat
dalam bentuk ointment
jenis creams atau salep
dengan warna putih agak oranye kekuningan Metcovazin memiliki sifat
mempertahankan kelembapan luka sehingga permukaan luka tetap pada
lingkungan optimal. Adapun dosis dan cara pemakaian penggunaan salep ini
tergantung dari stadium luka ( derajat luka ) dan besarnya luka.
Indikasi .
18
2) Pada kasus perawatan luka dengan therapy radiasi tidak di ijinkan karena
salep ini megandung zinc yang dapat mengganggu aktivitas pengobatan
yang menggunakan terapi radiasi. (Kartika, 2015)
3) Metcovazin gold
Indikasi
a) Topical Therapy atau salep luka untuk semua jenis warna dasar luka yang
terinfeksi, karena ada kandungan iodine-cadexomer sebagai zat yang
signifikan menurunkan infeksi.
b) Bahan aktif : Metcovazin Reguler plus iodine-cadexomer.
Kontra Indikasi :
Pada kasus perawatan luka dengan terapi radiasi tidakdi ijinkan karena
salep mengandung Zinc, yang dapat menganggu aktivitas pengobatan yang
menggunakan terapi radiasi.
4) Metcovazin Red
Metcovazim red adalah
topikal terapi yang berbahan
dasar Zinc,vselin dan chitosan
efektif digunakan untuk
membantu proses penyembuhan
luka nekrotik,infeksi dan semua
jenis luka, memberikan suasana
19
lembab serta support autolysis, menghindari trauma pada saat buka balutan
dengan warna dasar merahluka untuk jaringan yang granulasi merah, karena
ada kandungan hydrocoloid.
Indikasi :
1. Berfungsi untuk support autolysis debridement ( meluruhkan jaringan
nekrosis/mempersiapkan dasar luka berwarna merah )
2. menghindari trauma saat membuka balutan
3. mengurangi bau tidak sedap
4. mempertahankan suasana lembab
5. membantu proses pembentukkan granulasi
e. Epitel Salf
Epitel Wound Salf yang
diberikan diarea sekitar luka
dimana fungsinya untuk mengikat
bakteri mencegah terjadinya
maserasi..Dan Epitel Wound Salf
mendukung luka menjadi MOIST
(Lembab) membantu mempercepat autolysis,mempercepat terjadinya proses
sintesis kolagen sehingga membentuk pembentukan jaringan granulasi sangat
cepat, mempercepat proses pembentukkan epitelisasi mengandung metronidazole
yang mampu netralisir kuman aerob, menghilangkan bau, selain itu Epitel Wound
Salf mengandung Vit A dan Vit E yang dapat mempercepat pembentukkan
epitelisasi dan membuat kulit menjadi lembut dan juga mengandung lanolin
(adeplasma) ekstrak kulit domba ini memiliki sifat pengemulsi dan bergizi dapat
menyerap beberapa kali beratnya dalam air terutama cocok untuk kondisi luka
kering dan bersisik serta kulit pecah-pecah,kemudian Zinc Oxicide membantu
pembentukan jaringan fibrolast.kandungan VCO dan Parfum mendukung proses
kelembapan,membuat kulit halus danmemberikan kesegaran pada luka. ( G
Schultz,J Lantis, 2015 ).
f. Transparent film
Kontra Indikasi:
1) Transparan film tidak akan menempel jika luka terlalu basah krna tidak akan
menempel pada kulit
2) Tidak bisa digunakan pada luka yang membutuhkan pergantian dressing yang
sering
3) Pada luka yang meiliki eksudat sedang atau berat
4) Daerah yang terkena luka bakar tingkat tiga
5) Kulit rapuh atau tipis
Masa pemakaian : rata-rata dressing ini memerlukan pergantian setiap 3
sampai 5 hari.
g. Calcium alginate
Calsium alginate adalah bahan topikalyang terbuatdari rumput laut (algae)
dan sejak tahun 1984
(smith,1992). Manfaat rumput
laut telah diketahui sejak
berabad-abad yang lalu dan
rumput dikenal sebagai
penyembuh pelaut/mariner,s
cure (Jones,1999). Serat calcium
dan sodium alginate memiliki kemampuan menyerap cairan,tidak merekat pada
luka (Thomas,2000) dan rapat terjadi pertukaran udara ( Chourcair dan
Philips,1998) saat bertemu cairan,seratnya berubah bentuk menjadi hydrophilic
gel (Thomas,2000).Kelebihan bahan tropikal ini adalah mempercepat proses
21
granulasi dan setiap bercampur dengan cairan luka akan berubah menjadi gel
sehingga mudah dilepas dan tidak menimbulkan sakit saat pergantian balutan.saat
calsium alginate kontak dengan luka yang mengandung cairan luka ,terjadi
pertukaran ion sehingga dapat menghentikan perdarahan pada luka yang mudah
berdarah ( Jarvis et al,1987 : Collins et al 2002 ) calsium alginatejuga
mengandungzinc ionyang memiliki efekkoagulasi prothrombotic dan aktivitas
trombosit. Fungsi lain bahan topikal ini adalah sebagai hemostatik pada
perdarahan minor walaupun beberapa literatur masih belum mendukung secara
pasti kemampuan calsium alginate mengikat calsium ion-nya dalam reaksi
koagulasi. Calsium alginate memiliki kemampuan menyerap cairan luka (eksudat)
sedang hingga banyak.Lembaran topikal ini juga dapat berfungsi sebagai barier
yang meminimalkan kontaminasi bakteri terutama Pseudomons.Cara
penggunaanCalsium alginatemudah. Setelah luka dibersihkan, letakkan Calsium
alginate pada luka yang memiliki eksudat.disarankan untuk tidak
menggunakanCalsium alginate pada luka yang kering krna tidak akan
bermanfaatpada penyembuhan luka ( Irma P.Arisanty, 2013 )
Indikasi:
h. Foam
22
yang digunakan pada permukaannya yang kontak langsung dengan luka. Lapisan
ini memberikan tekanan adhesi yang lembut pada bagian kulit disekitar luka tetpi
tidak membasahi permukaan luka atau lapisan,epidermis pada proses
penyembuhan luka. Lapisan silicon berlubang dapat mengurangi terjadinya
trauma dan rasa sakit selama pergantian dressing dan berkemampuan daya serap
yang super maksimal sedangkan lapisan film bagian luar bersifat water-repellent
yang juga bersifat permeable bagi pertukaran oksigen maupun gas.cutimed siltec
di indikasikan sebagai secondary dressing pada penyembuhan luka dengan derajat
ekssudat yang sedang maupun banyak. Foam dressing ini dapat digunakan pada
luka ulkus vena,ulkus arteri,ganggrene diabetic pressure sore maupun skin graft.
Cutimed siltec dapat menyerap eksudat secara maksiaml dengan daya retensi
yang kuat mengurangi risiko maserasi pda kulit.
Indikasi
1) Digunakan pada luka full thickness
2) Luka yang berair
3) Luka dengan eksudat sedang-berat
Low adherentberbahan
dasar: Fleece (80%
Viscose/katun, 20%
Polyester fiber) yang
berfungsi untuk menyerap
eksudat sedikit,sedang
hingga banyak, mencegah
trauma dan tidak melengket pada luka
Indikasi
23
3) Tidak melengket pada luka
4) Bahan dasar: Fleece (80% Viscose/katun, 20% Polyester fiber)
(www.PanduanPratikumskill2.20172018)
j. Cadexomer iodine
Cadexomer Iodine, sebuah
kombinasi Iodine dan
polisakarida kompleks, seperti
Iodoflexdan Iodosorb, yang
dapat digunakan sebagai
antiseptik, khususnya di luka
berongga. Iodine jenis ini dapat
menyerap eksudat, dan melepaskan ion Iodine secara bertahap, memungkinkan
efek antiseptik Iodine bertahan lebih lama dan memerlukan lebih sedikit
penggantian balutan pada luka. Efek samping Cadexomer Iodine yaitu rasa nyeri
seperti terbakar pada area luka, kemerahan dan eczema. Studi mengenai keamanan
Iodine menunjukkan resiko minimal pada fungsi tiroid. Cadexomer
Iodine berguna saat mengobati luka yang terinfeksi dengan jumlah eksudat sedang
hingga basah. Kemampuannya untuk melepaskan ion Iodine secara perlahan
menyebabkan Iodine jenis ini dianjurkan untuk digunakan pada luka kronis di
mana tidak diperlukan penggantian balutan yang sering.
Indikasi
1) Luka terinfeksi
2) Mampu menghancurkan koloni kuman dengan baik
Kontraindikasi
Jangan gunakan pada individu dengan sensitivitas yang diketahui pada komponen
dressing manapun. Jangan gunakan pada pasien yang menjalani pemeriksaan
25
MRI. Hindari kontak dengan elektroda atau gel konduktif selama prosedur
pengukuran elektronik. (www.Panduan Pratikumskill2.20172018)
7. Macam-macam fiksasi
a. Adhesive tape (hypafix)
Adhesive tape (Hypafix),
dressing penutup luka lebar yang
berperekat dan terbuat dari
bahan non-moven polyster,
bersifat hypoallergic, tembus
udara, elastic, dapat di sterilisasi,
dan tembus sinar X.
Indikasi :
1) Fiksasi luka besar di area persendian dan lekuk tubuh yang sulit
2) Fiksasi tambahan setelah pemberian moist woung dressing
3) Fiksasi untuk penutup luka lebar pasca operasi
4) Cocok untuk semua jenis kulit (Kartika,2015)
26
tangan. Biasa digunakan pasca-operasi luka, atau digunakan untuk tujuan lain
sesuai dengan instruksi dari dokter.(Kartika,2015)
d. Kasa gulung
Adalah perban yang
digunakan untuk mengikat
atau membebat area kaki atau
tangan yang terdapat
luka/cedera. Tujuannya
adalah mencegah serta
mengurangi pergerakan pada
area yang cedera untuk membantu penyembuhan dan mengurangu rasa sakit pada
luka. (Kartika,2015)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Tempat Tanggal Lahir : Soppeng, 31 Desember 1964
Usia : 56 Tahun
Alamat : BTN Taman Makassar Indah AB/10 Bangkala
manggala
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMP
Tanggal Pengkajian : 20 Agustus 2021
Sumber Informasi : Klien
Diagnosa : Luka Kaki Diabetik
27
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
28
1. Riwayat Kesehatan - Luka : Ulkus DM
a. Keluhan utama : - Petekie : tidak ada
Luka pada jari telunjuk kaki kiri f. Eleminasi
Riwayat keluhan utama : Ny. H 56 tahun - Frekuensi BAK : -
menjalani perawatan luka dirumah perawatan - Frekuensi BAB : -
ETN centre sejak ± 3 bulan yang lalu klien - warna : -
memiliki luka pada kaki kiri tepatnya jari kaki - Konsistensi : -
telunjuk penyebabnya luka akibat - Lain-lain : -
menggunting kuku sehingga terjadi g. Aktivitas dan istirahat -
keterbatasan ROM : Ya
perdaharan.
- Gaya Berjalan : -
b. Penyakit yang pernah dialami : Klien
- Jumlah tidur sehari: -
mengalami DM
2. Kebutuhan Dasar Manusia - Gangguan tidur : -
a. Pernapasan h. Rasa nyaman & nyaman
-R:- - Nyeri : tidak
- Batuk : Tidak - lokasi: jari telunjuk kaki kiri
- Flu : Tidak - Penurunan kesadaran : tidak
- Sesak : Tidak - Penggunaan alat bantu : tidak
- Produksi Lendir : - i. Emosional
b. Sirkulasi - Kontak mata : -
- BP : - - Wajah tegang : -
- HR : - - Bingung ; -
- Ekstremitas : - j. Penyuluhan
- Nyeri dada : Tidak - pengetahuan ttg penyakit : tidak
- Demam : Tidak - pengetahuan ttg tindakan : tidak
- Temperatur : - - pengetahuan ttg obat : tidak
- Pusing : Tidak k. Persepsi sensori
c. Nutrisi - penglihatan : -
- BB : - - pendengaran : -
- TB : - - penciuman : -
- LILA : - - pengecapan : -
- Makanan : - - perabaan : -
- Selera Makan : - l. komunikasi
- Nause : - - berbicara : lancar
- Vomiting : -
d. Cairan dan elektrolit
- disorentasi : -
- Minum : - - Apatis : tidak
- Rasa haus : - m. Spiritual
- Mukosa Mulut : - - Agama : islam
- Turgor kulit : - n. sosial ekonomi
- pekerjaan : IRT
- Udema : Ya
asuransi kesehatan : -
e. Integritas Kulit
- Kemerahan : Ya
C. Pemeriksaan Penunjang
29
Perawatan Ke I - II
No. Tanggal Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Hasil
1. 20 Agustus 2021 GDS 121 mg/dl
2. 25 Agustus 2021 GDS 124 mg/dl
E. PENGKAJIAN LUKA
30
Item Pengkajian 20/08/2021 25/08/2021
Tipe Luka Kronik, ±3 bulan yang lalu Kronik, ±3 bulan yang lalu
Tipe Penyembuhan Secondary intention healing Secondary intention healing
Kehilangan Jaringan Partial Thickness Partial Thickness
Penampilan Klinis Granulasi 5% dan Epitelisasi Granulasi 5% dan Epitelisasi
95% 95%
Lokasi Luka Terdapat pada bagian kaki kiri Terdapat pada bagian kaki kiri
Pengukuran Luka Tidak di ukur karena luka Tidak di ukur karena luka
tertutup kuit tertutup kulit
Tanda-Tanda Infeksi Tidak ada Tidak ada
31
3= non pitting edema > 4 cm disekitar luka
4= pitting edema kurang dari < 4 cm disekitar
luka
5= krepitasi atau pitting edema > 4 cm
1 15 18 30 55
Jaringan Regenerasi Degenerasi
Sehat luka luka
Kesimpulan:
Jadi setelah dihitung skornya dari target penyembuhan luka = 18 x 12 : 12 minggu , maka
diprediksi penyembuhan lukanya akan membaik dalam 2 minggu 4 hari.
(TGL,25/08/2021)
1 15 30 55
Jaringan Regenerasi Degenerasi
Sehat luka luka
Kesimpulan:
Jadi setelah dihitung skornya dari target penyembuhan luka = 15 x 12 : 13 minggu , maka
diprediksi penyembuhan lukanya akan membaik dalam 1 minggu 5 hari.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
32
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan Neuropati perifer.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (DM)
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
H. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria hasil Intervensi
. Keperawatan
1 Kerusakan Luaran Utama Intervensi utama
integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan luka
jaringan - Monitor karakteristik luka
berhubungan kriteria hasil : (mis. Drainase, warna
dengan - Kerusakan jaringan ukuran bau)
Neuropati menurun R/mengetaui kondisi luka
perifer - Perfusi jaringan - Monitor tanda- tanda
meningkat infeksi
- Jaringan parut R/ mengetahui tingkat
menurun infeksi
- Sensasi membaik - Bersihkan jaringan
nekrotik
R/ jaringan granulasi bisa
tumbuh
- Pasang balutan sesuai jenis
luka
R/ dressing yang diberikan
sesuai dengan kondisi luka
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
R/ menambah pengetahuan
pasien tentang gejala ineksi
- Kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu
R/ mengatasi infeksi secara
farmakologis
2 Resiko infeksi Luaran utama Intervensi utama
33
berhubungan Tingkat infeksi
dengan Kriteria asil Pencegahan infeksi
penyakit - Kemerahan menurun - Monitor tanda dan gejala
kronis (DM) - Bengkak menurun infeksi
- Cairan berbau busuk - Batasi jumlah pengunjung
menurun - Berikan perawatan kulit
- Drainase purulen pada area edema
menurun - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien
- Pertahankan teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
oprasi
- Anjurkan enigkatkan
asupan nutrisi
3 Ansietas Luaran utama Intervensi utama
berhubungan Tingkat ansietas Reduksi ansietas
dengan krisis - Identifikasi tingkat ansietas
situasional Kriteria hasil: berubah
- Perilaku gelisa - Ciptakan suasana terpeutik
menurun untuk membujuk
- Perilaku tegang kepercayaan
menurun - Temani pasien untuk
- Pola tidur membaik mengurangi kecemasan
- Gunakan pendekatan yang
menenangkan dan
meyakinkan
- Jelakskan prosedur dan
34
sensasi yang mungkin
dialami
- Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Latih tekhnik relaksasi
I. IMPLEMENTASI
20/08/2021 25/08/2021
No Time Keterangan Keterangan
Managemen
t
1 Infection Dilakukan pencucian luka Dilakukan pencucian luka
Control menggunakan wound menggunakan wound
clean,kemudian di semprot clean,kemudian di semprot
menggunakan PHMB(stero-bac). menggunakan PHMB(stero-
bac).
2 Moisture Epitel cream untuk menjaga Epitel cream untuk menjaga
Balance kelembaban luka kemudian kelembaban luka kemudian
dibalut Menggunakan kassa dibalut Menggunakan kassa
steril dan viksasi dengan steril dan viksasi dengan
adhesive tape. adhesive tape.
3 Epitel Edge Penggunaan topikal therapi Penggunaan topikal therapi
Epitel cream pada daerah sekitar Epitel cream pada daerah
luka. sekitar luka.
BAB IV
35
PEMBAHASAN
A. Perawatan Luka
Pada Ny. H Tehnik Debridemen tidak dilakukan karena luka sudah tertutup
kulit namun masih terdapat rongga dibawah kulit.
Sedangkan CSWD (Conservative Sharp Wound Debridement ) ,Mechanical
Debridement dan Autolysis Debridement. tehnik CSWD (Convervative Sharp Wound
Debridement) merupakan tindakan pembedahan konservatif untuk mengangkat
jaringan nikrotik menggunakan alat gunting, bisturi dan kuret sampai instrument laser
dan ultrasound yang canggih, yang dilakukan oleh praktisi kliniks terlatih. Tujuannya
untuk mengangkat atau membuang jarungan mati. Tindakan ini dapat berisiko
perdarahan pada luka klien. (Maryunani,2015).
Kemudian dilanjutkan menggunakan metode mekanikal debridement yang
paling sederhana adalah menggunakan kasa steril. Proses pelaksanaannya adalah
dengan menggunakan kassa yang basah menutupi seluruh luka kemudian dibiarkan
hingga kering. Jaringan nekrotik tersebut akan dengan sendirinya lepas dengan
lengket ke kasa, maka jaringaan nekrotik secara mekanik terlepas dari luka. Metode
ini kemungkinan akan menyebabkan trauma pada jaringan yang sehat dan prosesnya
juga dapat menimbulkan nyeri terutama bila lukanya bukan karena neuropati.
Mechanical Debridement dengan menggunakan kasa dan pincet untuk mengangkat
jaringan mati dan membersihkan sisa kotoran pada luka klien agar memudahkan
pertumbuhan jaringan baru. (Bettes-Jensen, Barbara. M 2017)., Selain itu juga
digunakan tehnik Autoliysis Debridement adalah pengangkatan jaringan mati sendiri
oleh tubuh dengan menciptakan kondisi lembab pada luka. yang didukung dengan
penggunaan Epitels wound Salf. Autolisis debridement ini dapat diperoleh melalui
balutan yang dapat meretensi kelembaban. Permukaan luka yang lembab ini
mendukung rehidrasi jaringan mati dan cairan luka yang terdiri dari sel darah putih
serta enzim ini akan memecahkan jaringan nekrotik. (Maryunani,2015)
B. Inflammation/infeksi control
36
Tindakan keperawatan pertama yang dilakukan pada Ny. H adalah mencuci
luka dengan mengunakan air mineral dan sabun pencuci luka (WoundClean),.
Tujuan dari mencuci luka adalah melunakkan dan mengangkat jaringan mati,
debris, kontaminant, dan residu toksik dari permukaan luka, memisahkan eschar
(jaringan parut) dari jaringan fibrotic dan jaringan fibrotic dari granulasi, mengangkat
debris organic dan an-organik, dan materi inflamasi dari permukaan luka, mengurangi
insiden infeksi luka dan klonisasi yang berlebihan, memberikan rehidrasi permukaan
pada luka untuk menyediakan lingkungan yang lembab, meminimalkan trauma luka
pada saat melepaskan material balutan yang lengket, memudahkan pengkajian luka
dan memberikan rasa nyaman pada klien. (Maryunani, 2015). .
C. Moisture Balance
37
Pada luka Ny. H di berikan Epitel Cream adalah cream yang digunakan
untuk melembabkan dan mengurangi sentivitas jaringan yang mengalami radang,
membantu menghilangkan rasa terbakar gatal dan nyeri dengan melindungi dari
iritasi lebih lanjut, cream ini juga membantu mempercepat proses penyembuhan
kulit. Mengandung vitis vinifera, butyrospermum barki butter, telmesteine,
glycyrrhetinic acid, dan Nyaluronate, yang merupakan garam natrium dari
hyaluronikc acid, suatu senyawa glikosa minoglikan.
Luka dilapisi dengan kain kasa steril kecil untuk membantu proses absorbsi
cairan luka, menyerap eksudat, mencegah trauma dan tidak melengket pada luka.
Dan lapisan luar mengunakan kasa gulung yang digunakan untuk mengikat atau
membebat tujuannya adalah mencegah serta mengurangi pergerakan pada area
yang cedera tersebut sehingga dapat membantu mempercepat penyembuhan luka
serta sebagai fiksasi(Georgina Casey 2015).
D. Epitelitation Advancement
Untuk mendukung pertumbuhan epitel, luka pada Ny. H di berikan epitel
Cream , adalah cream yang digunakan untuk melembabkan dan mengurangi sentivitas
jaringan yang mengalami radang, membantu menghilangkan rasa terbakar gatal dan
nyeri dengan melindungi dari iritasi lebih lanjut, cream ini juga membantu
mempercepat proses penyembuhan kulit. Mengandung vitis vinifera, butyrospermum
barki butter, telmesteine, glycyrrhetinic acid, dan Nyaluronate, yang merupakan
garam natrium dari hyaluronikc acid, suatu senyawa glikosa minoglikan
BAB V
38
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Luka Ny. H merupakan luka kronik dan berada pada stage 3 yaitu luka sampai
pada jaringan hipodermis. Penyebab dari luka kaki diabetes Ny. H yaitu
Neoropatik ,kelainan urat saraf yang disebabkan oleh tidak terkontrolnya kadar glukosa
darah klien yaitu GDS nya, serta riwayat Diabetes Mellitus klien yang sudah ± 3 Bulan.
Penerapan Time Mangement yang dilakukan pada Ny. H yaitu Infection
/Inflamasi control menggunakan sabun pencuci luka untuk melunakkan dan
membersihkan jaringan mati pada luka. Moist Balance yang digunakan kasa steril
berfungsi menyerap cairan luka sehingga luka tetap dalam keadaaan lembab serta
menutup luka agar tetap bersih .Sedangkan epitelisal advancement menggunakan Epitel
cream untuk mempercepat pembentukan epitelisasi.
Setelah dilakukan perawatan luka sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 20 Agustus
2021 dan 25 Agustus 2021 pada luka kaki diabetes Ny. H , ada perubahan pada total score
perawatan pertama yaitu 18 dan menurun Pada perawatan kedua yaitu 15.
B. SARAN
a. Menganjurkan kepada klien untuk mengurangi makan makanan yang mengandung
karbohidrat.
b. menganjurkan kepada klien makan makanan yang mengandung banyak protein dan
vitamin
c. Menganjurkann kepada klien untuk banyak beristrahat dan mengurangi aktivitas
yang berlebihan.
d. Menyampaikan kepada kilien bila dirumah selalu menjaga kebersihan pada daerah
luka
DAFTAR PUSTAKA
39
ADA, 2011, Standards of Medical Care for Patients With Diabetes Mellitus, Diabetes Care
25.
Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas,
Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
Arisanty, I. P. (2014). Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka. Jakarta: EGC.
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
Fernando, M. E., Crowther, R. G., Pappas, E., Lazzarini, P. A., Cunningham, M., et al.
(2014).Plantar Pressure in Diabetic Peripheral Neuropathy Patients with.
Gitarja .W.S.(2008). Perawatan Luka Diabetes. Bogor : Wocare Publishing
Https://images.app.goo.gl/D7shtpTVJ5cpEReQA
IDF. 2017. IDF Diabetes Atlas Fifth Edition: Internasional Diabetes Federation.
Kristianto, Heri. 2014. Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik Sistem Endokrin. Materi Kuliah.
Malang
Maryunani, A. (2015). Perawatan Luka Modern (Modern Wound Care) Terkini dan
Terlengkap Sebagai Bentuk Tindakan Keperawatan Mandiri. Jakarta: In Media.
PERKENI. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di
Indonesia 2011
Smeltzer& Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Soegondo, S, dkk., 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta
40