Anda di halaman 1dari 21

LAHIRNYA DINASTI-DINASTI KECIL DI MESIR

Dosen pengampu: Hartinah S.Sos I,S.Pd.I,M.A

Kelompok 5
Disusun Oleh :

Muhammad Arrofi Hidayat (410421007)


Adelia Ardita (410421001)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS FAKULTAS


TARBIYAH IAIN SORONG
TAHUN AJARAN 2021
DAFTAR ISI

LAHIRNYA DINASTI-DINASTI KECIL DI MESIR..................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .......................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN............................................................................................................................................. 4
A. Dinasti Thulun (254-292 H/869-905 M) ............................................................................................... 5
1.Sejarah berdirinya dinasti Thulun ....................................................................................................... 5
2.Kebijakan dan kontribusi dalam bidang ekonomi ................................................................................ 6
3.Kebijakan dan kontribusi dalam bidang pendidikan ............................................................................ 7
Kemunduran Dinasti Thulun ................................................................................................................. 7
B. Dinasti Fatimiyah (296 H/909 M -566 H/1171 M) ................................................................................ 8
1.Sejarah berdirinya Dinasti Fatimiyah.................................................................................................. 8
2.Kebijakan dam kontribusi terhadap islam di bidang ekonomi ............................................................ 10
3.Kebijakan dan kontribusi dalam bidang pendidikan .......................................................................... 10
4.Kemunduran Dinasti Fatimiyah ........................................................................................................ 11
C. Dinasti Ayyubiyah (1171 M-1341 M) ................................................................................................ 12
1.Sejarah berdirinya Dinasti Ayyubiyah .............................................................................................. 12
2.Kebijakan dan kontribusi bidang Pendidikan .................................................................................... 13
3.Kebijakan dan kontribusi bidang ekonomi ........................................................................................ 14
4.Kemunduran Dinasti Ayyubiyah ...................................................................................................... 14
D. Dinasti Mamluk (1250 M – 1517 M).................................................................................................. 15
1.Sejarah berdirinya Dinasti Mamluk .................................................................................................. 15
2.Kebijakan dan kontribusi bidang pendidikan .................................................................................... 17
3.Kebijakan dan kontribusi bidang ekonomi ........................................................................................ 18
4.Kemunduran Dinasti Mamluk .......................................................................................................... 18
PENUTUP .................................................................................................................................................... 20
Kesimpulan ............................................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 21

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinasti- dinasti kecil di sini yang dimaksud adalah semua wilayah yang biasanya
dikepalai oleh seorang wali atau amir ( gubernur ) atas penunjukkan pemerintah pusat
Baghdad. Hubungan antara keduanya secara struktural bersifat vertikal- konsultatif. Wilayah
menjalankan pemerintahannya sejalan dengan pemerintah pusat. Wilayah harus
mengirimkan pajak tahunan kepada pusat dalam jumlah yang sudah disepakati. Selanjutnya
pusat memberikan jaminan otonomi terhadap wilayah. Namun, pada perkembangan
selanjutnya, wilayah tersebut sedikit demi sedikit memperoleh otonomi penuh atau sengaja
melepaskan diri dari pemerintahan pusat ( disintegration ) sehingga oleh para sejarawan
disebut dinasti- dinasti kecil ( smaller dynasties ). Oleh karena dinasti- dinasti baru tersebut
secara geografis terletak di sebelah Barat dan Timur pemerintahan pusat ( Baghdad ), maka
sebagian sejarawan menyebutnya dinasti- dinasti kecil di Barat dan Timur Baghdad.
Sejarawan lain menyebutnya dinasti- dinasti Persia, dinasti- dinasti Turki, dan dinasti-
dinasti Arab yang melihat berdasarkan atas asal- usul etnis dan wilayah kekuasaannya.
Sementara sejarawan lain melihatnya dari satuan wilayah kekuasaannya; Mesir, Afrika
Utara, Spanyol, atau Iran.
Dalam sejarah peradaban islam, islam memiliki dinasti—dinasti lain di dunia setelah
masa kekuasaan khulafaur rasyidin di gantikan oleh para penguasa yang membentuk
kekuasaan dengan system kekeluargaan atau dinasti. Dinasti – dinasti yang berkuasa setelah
masa khulafaur rasyidin seperti dinasti umayyah , dinasti abbasiyah, dinasti umayyah di
Andalusia dan beberapa dinasti lain yang berkuasa di beberapa belahan dunia islam. Selain
dinasti – dinasti yang di sebutkan di atas juga terdapat beberapa dinasti lain yang juga
memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban islam di dunia islam diantaranya
dinasti fathimiyah di mesir, dinasti thuluniyah, dinasti ayyubiyah,dan dinasti Mamluk.
Dinasti Fatimiyah mampu berdiri kokoh tidak lepas dari adanya sikap kecewa
kaum Syiah terhadap pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Dalam perkembangannya, ketika
Dinasti Abbasiyah ini sudah berdiri, para penguasa awalnya tidak menghendaki adanya
kekuatan lain dalam pemerintahannya. Maka dari itu timbul upaya-upaya untuk
menyingkirkan kekuatan lain, tidak terkecuali kaum Syiah yang awalnya menjadi
pendukung utama Dinasti AbbasiyahAyyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni yang berkuasa
di Dyarbakr hingga tahun 1249 M. Dinasti ini di dirikan oleh Shalahuddin Yusuf alAyyubi,
wafat tahun 1193 M1 . Ia berasal dari suku Kurdi, putra Najwaddin Ayyub, dimasyurkan

3
oleh bangsa Eropa dengan nama “Saladin” Pahlawan Perang Salib. Keberhasilannya dalam
perang Salib, membuat para tentara mengakuinya sebagai pengganti dari pamannya, Syirkuh
yang telah meninggal setelahmenguasai Mesir tahun 1169 M.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa sejarah berdirinya, kebijakan & kontribusi Dinasti Thulun di bidang pendidikan
& ekonomi?

2. Seperti apa sejarah berdirinya, kebijakan & kontribusi Dinasti Fatimyah di bidang pendidikan
& ekonomi?

3. Seperti apa sejarah berdirinya, kebijakan & kontribusi Dinasti Ayubiyah di bidan g
pendidikan & ekonomi ?
4. Seperti apa sejarah berdirinya, kebijakan & kontribusi Dinasti Mamluk di bidang pendidikan
& ekonomi ?

4
PEMBAHASAN

A. Dinasti Thulun (254-292 H/869-905 M)

1. Sejarah berdirinya dinasti Thulun

Dinasti Tulun adalah sebuah dinasti islam yang masa pemerintahannya paling cepat
berakhir. Wilayah kekuasaan dinasti thulun meliputi Mesir dan Suriah. Dinasti Tulun
memerintah selama 37 tahun. Ahmad bin Thulun adalah tercatat sebagai pendiri Dinasti ini.
Menurut sumber terpercaya ayahnya, Thulun, adalah salah satu budak yang berasal dari
Farghanah,Turki, yang pada tahun 817 penguasa Samaniyah di Bukhara
mempersembahkannya kepada Khalifah al-Makmun sebagai hadiah. Pada saat itu, Mesir
termasuk bagian dari wilayah Dinasti Abbasiyah yang sudah dikendalikan oleh bangsa Turki
yang melebarkan sayap dan memegang kekuasaan tertinggi, pada masa pemerintahan
khalifah Al-Watsiq. Akhirnya diadakanlah pembagian wilayah agar mudah dalam
memantaunya. Khalifah Abbasiyah menugaskan Ahmad bin Thulun untuk mengawasi
wilayah Mesir, mengingat Ahmad merupakan seorang pemuda yang cakap, berpendidikan,
pandai membaca al-Quran dan bersuara indah, santun, serta berwibawa dan trampil dalam
memimpin.Kemudian Ahmad berangkat ke Mesir dengan memimpin tentara dalam
menghadapi gubernur Mesir pada tahun 868. Kesempatan ini tidak disia-siakannya,malah
dijadikan sebagai momentum untuk memerdekan dirinya. Segera saja Ahmad mampu
menguasai Mesir dengan leluasa setelah mencopot pejabat yang ditunjuk khalifah
Abbasiyah. Ahmad pun mulai mengumumkan bahwa Mesir berada di bawah kekuasaannya,
dan dia pulalah yang menguasai jabatan sipil, militer maupun bidang financial. Sebagai
langkah pertahanan internal pemerintahan yang baru dipimpinnya,Ahmad melakukan
konsolidasi secara ketat melalui upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan
perdamaian di daerah tepi sungai nil serta melakukan penumpasan terhadap pemberontakan
yang ada.
Pemerintahan Baghdad akhirnya mengiirimkan pasukan untuk menaklukkannya,tetapi
tidak berhasil karena kedudukan Ahmad bin Thulun telah kuat, ditambah dengansimpati
rakyat Mesir kepadanya. Sebab selama ini mereka membayar pajak yang ama ttinggi kepada
Baghdad, padahal tidak ada kontribusi yang berarti buat masyarakat. Ketika dinasti
Abbasiyah diperintah oleh khalifah Al mu’tamad, ibnu Tulun di tunjuk sebagai gubernur
Mesir, ia segera membangun pasukan di bawah kekuasannya sendiri, ia juga berhasil
5
menguasai keuangan wilayah Mesir. Pada awalnya dinasti Tulun memang merupakan
wilayah otonom dari kekuasaan dinasti Abbasiyah di Baghdad. Saat itu Ahmad bin tulun di
tugaskan ke Mesir oleh khalifah sebagai wakil gubernur, kemudian menjadi gubernur yang
berkuasa hingga palestina dan syiria. Karena terjadi perselisihan dan lemahnya
pemerintahan pusat, serta menyebabkan daerah Mesir kurang terurus. Maka menguatlah
keberadaan Ibnu Tulun.
Pada awalnya, wilayah syam(palestina/Syiria) sendiri sudah lebih dulu membebaskan
diri dari kekuasaan pusat di bawah kepemimpinan Shaik isa Ibnu Sulaik, yakni semenjak
tahun 252 H/866 M.

Salah satu peninggalan bersejarah dinasti Tulun yang masih bisa kita saksikan hingga
sekarang adalah Masjid Ibnu Tulun atau Masjid Al Maydan. Masjid ini di bangun pada
tahun 876-879 M saat ibnu tulun berkuasa di Mesir. Hingga sekarang Masjid Ibnu Tulun
masih terawat baik dengam mempertahankan arsitektur aslinya.dan menjadi salah satu
peninggalan masa kejayaan islam di Mesir, Sekaligus menjadi masjid tertua kedua di Mesir
setelah masjid Amru bin ash.
Dari sisi arsitekturnya, masjid Ibnu pasukan besar di bawah pimpinan Amaghur untuk
merebut wilayah tersebut. Akhirnya, Ibnu Tulun terpaksa menarik pasukannya. Peristiwa
terjadi pada tahun 256 H/870 M. tetapi, 8 tahun kemudian yakni pada tahun 264 H/878 M,
Ibnu Tulun kembali mengerahkan pasukannya dan berhasil merebut wilayah itu hingga
wilayah kekuasannya berbatasan dengan sungai Eufrat.1

2. Kebijakan dan kontribusi dalam bidang ekonomi

Selama memerintah Mesir, Ibnu Tulun berhasil memperbaiki system ekonomi dengan
menurunkan harga-harga bahan pokok yang semula mahal, menumpas para rentenir,
merenovasi system mata uang dengan mengeluarkan mata uang “Dinar Tuniah”, menghapus
praktik penipuan dalam perdagangan, melindungi para pteani kecil, memperbaiki manajemen
irigasi, dan mengaktifkan dewan kharaj (dewan yang mengawasi perpajakan).

1
Joesef Sou’yb, Sejarah Daulat Abbasiyah (Jakarta: Bulan Bintang,1997), h.64.

6
3. Kebijakan dan kontribusi dalam bidang pendidikan

Ahmad bin Tulun di kenal sebagai pemimpin yang mumpuni dan dapat membawa
rakyatnya menuju kesejahteraan.hasil pembangunan dari masa kejayaannya yang terkenal
adalah Masjid Ahmad bin Tulun dam Rumah sakit Al-Fustat di kota Al- Fustat. Rumah sakit
ini di dirikan pada tahun 872 M dan telah menjadi pusat pengobatan di Mesir selama 6 abad
lamanya.ia terdiri dari beberapa ruangan untuk pasien umum, serta ruangan khusus bagi
pasien gangguan kejiwaan.
Di rumah sakit tersebut juga terdapat perpustakaan luas, berisi buku paling mutakhir
sebanyak 100.000 jilid. Untuk memberikan perbandingan dengan kemajuan literature barat,
perpustakaan terbesar abad ke 14 di eropa,di Universitas Paris, hanya terdiri dari 400 jilid
buku saja.
Perpustakaan ini berfungsi sebagai sumber liteatur pendidikan kedokteran yang lazimnya
juga di miliki oleh bin tulun hampir sama dengan masid agung samara di Irak. Masjid ini
terletak di tengah-tengah kawasan al-Qatal yang merupakan bekas kota keluarga dinasti Ibnu
Tulun. Al-Qatal berada sekitar 2 kilometer dari wilayah kota tua Fustat.2

4. Kemunduran Dinasti Thulun

Setelah Ahmad Ibnu Thulun wafat, dinasti ini diteruskan oleh empat orang amir, yaitu:
Khumarwaihi Ibnu Ahmad (884-895 M), kemudian dilanjutkan oleh Jaish Bin Khumarwaihi
(895-896 M), setelah itu diteruskan oleh Harun Ibnu Khumarwaihi (896-905) dan amir yang
terakhir adalah Syaiban Ibnu Ahmad Ibnu Thulun (905). Namun para pengganti Ibnu Thulun
ini tidak ada lagi yang sekuat dia, yang membawa dinasti Thuluniyah kepada kemunduran.
Oleh karena itu menurut Ahmad Syalabi Dinasti Thuluniyah sebenarnya hanyalah kekuasaan
Ahmad Ibnu Thulun saja.
Kematian Khumarwaihi pada 895 merupakan titik awal kemunduran Dinasti Thuluniyah
ini. Persaingan yang hebat antara unsur-unsur pembesar dinasti telah memecah persatuan
dalam dinasti. Amir yang ketiga (Jaish Ibnu Asakir) dilawan oleh sebahagian besar
pasukannya dan dapat disingkarkan pada 896. Adiknya yang baru berusia 14 tahun, Harun
Khumarwaihi diangkat sebagai amir yang keempat. Kelemahan yang sedemikian rupa
mengantarkan dinasti ini berakhir setelah amirnya yang kelima yaitu Syaiban Ibnu Ahmad
Ibnu Thulun (hanya memerintah 12 hari) menyerah ke tangan pasukan Bani Abbas yang
2
Abdul Syukur al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam Menulusuri jejak-jejak Agung peradaban islamdi Barat
dan Timur (Jakarta: Noktah, 2017), h. 232.
7
menyerang Mesir pada 905. Dengan demikian berakhirlah masa pemerintahan Dinasti
Thulun.

B. Dinasti Fatimiyah (296 H/909 M -566 H/1171 M)

1. Sejarah berdirinya Dinasti Fatimiyah

Dinasti Fatimiyyah adalah dinasti yang berideologi Syiah. Dinasti ini didirikan oleh Sa’id
bin Husain di Tunisia pada tahun 909 M. Dinamakan Fatimiyah, sebab dinisbatkan kepada
Fatimah, putri Nabi Muhammad saw. Dinisbatkan demikian karena para pendirinya mengaku
keturunan atau satu garis nasab dengan putri Nabi Muhammad saw tersebut.
Pada awalnya, Dinasti Fatimiyyah ini bermula dari gerakan suatu sekte golongan Syiah,
yaitu Ismailiyah yang berbasis di Yaman.
Dinasti Fatimiyyah didirikan sebagai tandingan Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di
Mesir. Awalnya, Syiah Ismailiyyah tidak menampakkan gerakannya secara jelas hingga
muncullah Abdullah bin Maymun yang membentuk Syiah Ismailiyah sebagai sebuah sistem
gerakan politik keagamaan. Hal ini merupakan bentuk kekecewaan golongan Ismailiyah
terhadap Bani Abbasiyah atas kerjasamanya merebut kekuasaan Bani Umayyah. Setelah
perjuangan berhasil, dan Bani Abbas berkuasa, sedikit demi sedikit mereka disingkirkan.
Ia berjuang mengorganisir propaganda Syiah Ismailiyah dengan tujuan menegakkan
kekuasaan Fatimiyyah. Secara rahasia ia mengirimkan misionari ke segala penjuru wilayah
Muslim untuk menyebarkan ajaran Syiah Ismailiyyah. Kegiatan ini menjadi latar belakang
berdirinya Dinasti Fatimiyyah di Afrika yang nantinya berpindah ke Mesir.
Sebelum meninggal, Abdullah bin Maymun sempat menunjuk pengikutnya Abu Abdullah
al-Husain sebagai pimpinan gerakan Syiah Ismailiyah untuk meneruskan misinya. Setelah
dipercaya meneruskan kepemimpinan, Ia menyeberang ke Afrika Utara. Di sana, ia menyebar
banyak propaganda sehingga berhasil menarik banyak perhatian, salah satunya dari Suku
Khitamah. Pada saat itu penguasa Afrika Utara, Ibrahim bin Muhammad, berusaha menekan
gerakan Ismailiyah ini, namun usahanya sia-sia. Ziyadatullah, putra dan sekaligus pengganti
Ibrahim bin Muhammad tidak berhasil menekan gerakan ini.

Setelah behasil membuat pengaruh di wilayah Afrika Utara, Abu Abdullah al-Husain
menulis surat kepada Imam Ismailiyyah yaitu Sa’id bin Husain agar menggantikan
kedudukannya sebagai pemimpin tertinggi gerakan Ismailiyah. Sa’id pun mengindahkan
undangan tersebut hingga akhirnya Ia memproklamirkan diri sebagai sebagai putra

8
Muhammad al-Habib, seorang cucu Imam Ismail.
Setelah memproklamirkan diri, ia segera merebut kekuatan Ziyadatullah. Dengan penuh
kepercayaan diri, Ia memproklamirkan diri sebagai pemimpin tertinggi sekte Ismailiyah.
Bukan hanya itu, Ia juga mampu mengusir Dinasti Aghlabi di bawah kepemimpinan
Ziyadatullah di Tunisia pada tahun 909 M hingga akhirnya ia mampu menduduki Tunisia
secara penuh dan dari kemenangan inilah terbentuk sebuah pemerintahan bernama Dinasti
Fatimiyyah dengan khalifah pertamanya Sa’id bin Husain yang menggelari dirinya sebagai
“Ubaidallah Al-Mahdi”.
Pada tahun 914 M mereka bergerak kearah timur dan berhasil menaklukkan Alexanderia,
menguasai Syiria, Malta, Sardinia, Cosrica, pulau Betrix dan pulau lainnya. Selanjutnya pada
tahun 920 M ia mendirikan kota baru di pantai Tunisia yang kemudian diberi nama al-Mahdi.
Pada tahun 934 M, al-Mahdi wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama Abu al-Qosim
dengan gelar al-Qoim (934 M/ 323 H). Pada tahun 934 M al-Qoim mampu menaklukkan
Genoa dan wilayah sepanjang Calabria. Pada waktu yang sama ia mengirim pasukan ke
Mesir tetapi tidak berhasil karena sering dijegal oleh Abu Yazid Makad, seorang khawarij di
Mesir. Al-Qoim meninggal, kemudian digantikan oleh anaknya al-Mansur yang berhasil
menumpas pemberontakan Abu Yazid Makad.3
Puncak kejayaan dinasti Fatimiyah terjadi pada masa pemerintahan Abu Mansur Nizar
Al-aziz (975-996 M) sebagai imam kelima dinasti Fatimiyah. Pada masanya dinasti
Fatimiyah menjadi dinasti terbesar di kawasan Mediterania Timur. Istananya di bangun
dengan megah menyaingi istana Abbasiyah. Kairo sebagai ibu kotanya tampak mewah dan
cemerlang, di kelilingi beberapa masjid, istana, jembatan, kanal-kanal yang
baru.masyarakatnya senantiasa di liputi kedamaian, al aziz terkenal murah hati dan bijaksana
hingga umat non-muslim di berikan toleransi yang tak terbatas.

3
Ahmad Saeroji, Dinasti Fatimiyyah Awal Kemajuan Hingga Keruntuhannya
https://bincangsyariah.com/khazanah/dinasti-fatimiyyah-awal-kemajuan-hingga-keruntuhannya/ , di akses pada
tanggal 22 november 2021.

9
2. Kebijakan dam kontribusi terhadap islam di bidang ekonomi

Pada masa Fatimiyah, Mesir berhasil mengalami kemakmuran ekonomi dan vitalitas
kultular yang mengungguli Irak dan daerah-daerah lainnya. Hubungan dagang dengan dunia
luar islam dibina dengan baik , termasuk dengan India dan negeri-negeri mediterania yang
beragama Kristen.
Saat itu masjid, pergururan tinggi, rumah sakit,dan istana khalifah yang berukuran sangat
besar menghiasi kota Kairo. Dinasti Fatimiyah juga berhasil meningkatkan sector pertanian,
daerah pinggiran sungai Nil dan beberapa tempat di jadikan lahan pertanian.
Dalam bidang perdagangan mereka melakukan perdagangan dengan mengunjungi
beberapa daerah , seperti Asia,Eropa,dan daerah-daerah sekitar laut tengah.dan menjadikan
kota Fustat sebagai kota perdagangan.dari kota ini semua barang dikirim, baik dari dalam
maupun dari luar Mesir.

3. Kebijakan dan kontribusi dalam bidang pendidikan

Dinasti fatimiyah memilki perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Dinasti Fatimiyah
membangun Masjid Al-Azhar yang akhirnya di dalamnya terdaoat kegiatan-kegiatan
pengembanganilmu pengetahuan, sehingga berdirilah Universitas Al-Azhar yang nantinya
menjadi salah satu perguruan islam tertua yang di banggakan oleh ulama sunni. 4
Al-Hakim berhasil mendirikan Daar Al-Hikmah, perguruan islam yang sejajar dengan
lembaga pendidikan Kordova dan Baghdad. 5 Ilmuwan yang paling terkenal pada masa dinasti
Fatimiyah adalah Ya’qub Ibnu Killis,yang berhasil membesarkan seorang ahli fisika yaitu
Muhammad Attamimi. 6
Sementara itu, ilmu Astronomi banyak di kembangkan oleh Ali Ibnu Yunus, Ali Hasan,
dan Ibnu Haitam.Dalam masa ini kurang lebih 100 karya tentang Matematika, astronomi
filsafat, dan kedokteran telah dihasilkan.

4
Muhammad Jamaludin Surur, Ad-Daulah Al Fatimiyah fi Al Mashr (Kairo: Dar Al fikr Araby,1979), h. 68-71.
5
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI-Press, 1985), h. 8.
6
Abdul Syukur al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam Menulusuri jejak-jejak Agung peradaban islam di
Barat dan Timur (Jakarta: Noktah, 2017), h. 246.

10
4. Kemunduran Dinasti Fatimiyah

kemunduran Dinasti Fatimiyah di pengaruhi oleh Faktor internal dan eksternal sebagai
berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal yang paling besar dalam menghantarkan kemunduran Dinasti Fatimiyah
adalah dikarenakan lemahnya kekuasaan pemerintah. Menurut Ibrahim Hasan, para khalifah
tidak lagi memiliki semangat juang yang tinggi seperti yang ditunjukkan para pendahulu
mereka ketika mengalahkan tentara Berber di Qairawan. Kehidupan para khalifah yang
bermewah-mewah merupakan penyebab utama hilangnya semangat untuk melakukan
ekspansi.

2. Faktor eksternal

Adapun faktor eksternal yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Fatimiyah adalah
menguatnya kekuasaan Nur al-Din al-Zanki adalah gubernur Syiria yang masih berada
dibawah kekuasaan bani Abbasiyah. Popularitas Al-Zanki menonjol pada saat ia mampu
mengalahkan pasukan salib atas permohonan khalifah Al-Zafir yang tidak mampu
mengalahkan tentara salib.
Dinasti Fatimiyah berakhir pada tahun 567 H/1171 M. Untuk mengantisipasi perlawanan
dari kalangan Fatimiyah, Salah al-Din membangun benteng bukit di Muqattam dan dijadikan
sebagai pusat pemerintahan dan militer, yang kini bangunan benteng tersebut masih berdiri
kokoh di kawasan pusat Mishral Qadim (Mesir Lama) yang terletak tidak jauh dari
Universitas dan juga dekat dengan perumahan Mahasiswa Asia di Qatamiyah.
Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu imperium besar sepanjang sejarah Islam. Pada
awalnya, dinasti ini hanya berupa dinasti kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti
Abbasiyah. Mereka mampu memerintah lebih dua abad sebelum ditaklukan oleh Dinasti
Ayyubiyah dibawah kepemimpinan Salah al-Din al-Ayyubi.
Dalam masa pemerintahannya, Dinasti Fatimiyah sangat konsern dengan pengembangan
paham Syi’ah Ismailiyah. Untuk kesuksesannya, mereka mewajibkan seluruh aparat di

11
jajaran pemerintah dan warga masyarakat untuk menganut paham tersebut. Upaya ini cukup
berhasil yang ditandai dengan banyaknya masyarakat yang bersedia menerimanya meskipun
berasal dari non-muslim.
Kemunduran Dinasti Fatimiyah dikarenakan tidak efektifnya kekuasaan pemerintah
dikarenakan para khalifah hanya sebagai raja boneka sebab roda pemerintah didominasi oleh
kebijakan para wazir sementara para khalifah hanya hidup menikmati kekuasaanya dalam
istana yang megah.

C. Dinasti Ayyubiyah (1171 M-1341 M)

1. Sejarah berdirinya Dinasti Ayyubiyah

Dinasti Ayyubiyah adalah sebuah dinasti sunni yang beretnis kurdi. Dinasti yang berpusat
di Mesir ini, didirikan oleh panglima perang muslim (perang salib), Shalahuddin Al Ayyubi.
Penamaan al-Ayyubiyah dinisbatkan dari nama belakangnya Al-Ayyubi, diambil dari nama
kakeknya yang bernama Ayyub. 7
Dinasti Ayyubiyah dibawah kepemimpinan Shalahuddin Al Ayyubi berhasil
menggantikan Dinasti Fatimiyah yang berkuasa sebelumnya. Dinasti Ayyubiyah diketahui
telah membawa angin segar bagi pertumbuhan dan perkembangan paham sunni, terutama
dalam bidang fiqh syafi'ah. Karena pada masa Dinasti Fatimiyah yang dikembangkan adalah
paham syiah. 8
Daulah Fatimiyah saat dipimpin oleh khalifah terakhirnya bernama Al-Adid Billah
mengalami kemunduran dan kondisi pemerintahan yang lemah. Selain karena musim
paceklik, adanya penyerbuan tentara salib ke Mesir, dan konflik internal pemerintah Daulah
Fathimiyah.
Dalam kondisi Mesir seperti itu, seorang panglima bernama Assaduddin Syirkub
bersama saudaranya Shalahuddin Al-Ayyubi ditugaskan oleh gubernur Syiria, Nuruddin
Zangi untuk datang ke Mesir dengan tujuan mengusir tentara salib sekaligus menguasi Mesir.
Rupanya proses ini tidak berjalan mulus, seorang perdana menteri Daulah Fatimiyah bernama
Syawwar, telah melakukan persengkongkolan dengan tentara salib. Akhirnya panglima

7
Muh. Subhan, Sejarah Kebudayaan Islam MTs Kelas VIII (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2020), h. 73.
8
Akhmad Saufi, Sejarah Peradaban Islam (Deepublish: 2015), h. 293.

12
Assaduddin Syirkuh dan Shalahuddin menangkap perdana menteri Syawwar. Kemudian
kedudukan Syawwar digantikan oleh Assaduddin Syirkuh yang kemudian wafat setelah
menjabat menjadi perdana menteri selama dua bulan. Salahudin Al Ayyubi akhirnya didapuk
menjadi perdana menteri menggantikan Assaduddin Syirkuh.
Saat khalifah Al-Adid sakit, kedudukan Shdalauddin semakin kuat. Shalahuddin Al-
Ayyubi mendapat dukungan penuh dari rakyat Mesir. Apalagi Shalahuddin dan rakyat Mesir
sama-sama memiliki paham islam Sunni. Bertepatan dengan wafatnya Khalifah Al-Adid
Billah pada 10 Muharram 1171 M, Shalahuddin Al-Ayyubi memproklamirkan berdirinya
Daulah Ayyubiyah dan berakhirnya pemerintahan Daulah Fathimiyah.9

2. Kebijakan dan kontribusi bidang Pendidikan

Pemerintahan Dinasti Ayyubiyah terutama pada masa kekuasaan Nuruddin dan


Shalahuddin telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Mereka
mendirikan madrasah sebagai sekolah pertama di Damaskus yang difokuskan dalam
pengembangan hadist. Madrasah ini terus berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok
Suriah.
Madrasah yang dibangun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masjid atau
sebagai sekolah masjid. Lembaga pendidikan ini secara formal menerima murid-murid dan
mengikuti model madrasah yang dikembangkan pada masa Nizhamiyah.
Nuruddin dan Shalahuddin juga membangun rumah sakit terkenal kedua di Damaskus
setelah rumah sakit al-walid. Rumah sakit ini diberi nama al-Nuri bersandarkan pada nama
Nuruddin itu sendiri. Shalahuddin juga membangun dua rumah sakit di Kairo yang dirancang
mengikuti model rumah sakit al-Nuri yakni ditambah fungsinya tidak hanya sebagai tempat
pengobatan, namun juga sebagai sekolah kedokteran.
Selanjutnya, Shalahuddin Ayyubi juga mencurahkan perhatian pada bidang pendidikan
dan arsitektur. Ia memperkenalkan pendidikan madrasah ke berbagai wilayah di bawah
kekuasaannya. Diantara yang terbesar dan terkemuka dan terbesar di Kairo dan memekai
namanya sendiri, yaitu Madrasah al-Shalahiyah. 10

9
Muh. Subhan., h. 76.
10
Muh. Subhan, h. 77-79.

13
3. Kebijakan dan kontribusi bidang ekonomi

Dalam hal perokonomian pemerintahan Dinasti Ayyubiyah bekerja sama dengan penguasa
muslim diwilayah lain, membangun perdagangan dengan kota-kota di Laut Tengah, lautan
Hindia dan menyempurnakan sistem perdagangan. Hubungan Internasional dalam perdagangan
baik jalut laur maupun jalur darat semakin ramai dan membawa pengaruh bagi negara eropa dan
negara-negara yang dikuasainya. Sejak saat itu, dunia ekonomi dan perdagangan sudah
menggunakan sistem kredit, bank termasuk Letter of Credit, bahkan ketikaitu sudah ada mata
uang yang terbuat dari emas.
Selain itu, dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus). Percetakan fulus yang
merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan Muhammad Al-Kamil ibnu
Al Adil Al-Ayyubi, percetakan uang fulus tersebut dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap
barang-barang yang tidak signifikan dengan rasio 48 fulus untuk setiap dirhamnya.
Dalam bidang industry pada masa Ayyubiyah, sudah mengenal kemajuan di bidang industry
dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih dibanding buatan orang Barat.
Juga sudah ada pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.11

4. Kemunduran Dinasti Ayyubiyah

Setelah al-Kamil meninggal pada tahun 635 H/1238 M, Dinasti Ayyubiyah terkoyak oleh
pertentangan-pertentangan internal. Serangan Salib keenam dapat diatasi dan pemimpinnya,
RajaPerancis St Louis, ditangkap. Namun segera setelah meninggalnya al-Salih, pasukan budak
Bahri Turki merebut kekuasaan di Mesir dan menjadikan pemimpin mereka, Aybak, mula-mula
sebagai Atabeg dan kemudian sebagai Sultan pada tahun 648 M.
Pada pemerintahan al-Malik al-Salih, lebih dari 100.000 orang pasukan Salib yang dipimpin
Louis IX bertolak menuju Dimyath dan berhasil menguasainya. Saat itu, al-Malik al-Salih tengah
sakit keras. Istrinya Syajarah al-Durr, mengirim surat kepada anaknya, (Turansyah) agar pulang
ke Mesir. Ketika al-Malik al-Salih wafat, Syajarah al-Durr merahasiakan dan menerbitkan
sejumlah perintah resmi dengan memalsukan tanda tangan al- Malik. Ia lalu mengumpulkan
semua petinggi militer, pemerintahan untuk segera membaiat Turansyah. Setelah kokoh duduk di
kursi kekuasaan, dan berhasil mengusir pasukan Salib, Turansyah memaksa ibunya untuk
menyerahkan harta peninggalan al-Malik al-Salih. Turansyah juga mengancam eksistensi kaum

11
Muh. Subhan., h. 79.

14
Mamalik, ini membuat kaum Mamalik marah besar dan membunuhnya setelah tujuh tahun
menjabat. Mereka lalu menunjuk Syajarah al- Durr sebagai pengganti Turansyah. Namun
kekuasaan Syajarah hanya berlangsung tiga bulan setelah ia mengudurkan diri secara suka rela.
Kaum Mamalik sepakat mengangkat al-Asyraf Musa sebagai pengganti baru. Waktu itu al-
Asyraf masih berumur delapan tahun. Oleh karena itu, mereka menunjuk Izzudin Aybak al-
Turkumani menjadi wakil al-Asyraf untuk menjalankan urusan pemerintahan.
Pada kemudian hari, Izzudin Aybak menikahi Syajarah dan tak lama kemudian Izzudin
Aybak menggulingkan al-Asyraf dan merebut kekuasaan pusat. Dengan demikian, berakhirlah
era Dinasti Ayyubiyah di Mesir. Tak lama kemudian Dinasti Ayyubiyah di Syam juga tunduk di
bawah kekuasaan kaum Mamalik.

D. Dinasti Mamluk (1250 M – 1517 M)

1. Sejarah berdirinya Dinasti Mamluk


Dinasti Mamluk berdiri pada pertengahan abad ke-13 M. Kehadirannya memiliki
hubungan dengan dinasti sebelumnya, yaitu dinasti Ayyubiyah. Hal ini terjadi karena orang-
orang yang terlibat dalam proses pendirian dinasti Mamluk adalah budak-budak yang bekerja
untuk dinasti Ayyubiyah. Kata Mamluk sendiri bermakna budak. Mereka pada awalnya adalah
para tawanan penguasa dinasti Ayyubiyah yang dijadikan sebagai budak, kemudian para budak
tersebut diberi pendidikan militer dan agama, untuk selanjutnya dijadikan sebagai tentaranya.
Tentara Mamluk, pada umumnya berasal dari daerah Kaukasus dan Laut Kaspia. Di Mesir,
mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan militer dan
keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan Mamluk Bahri (Laut). Saingan
mereka dalam ketentaraan pada masa itu adalah tentara yang berasal dari suku Kurdi.
Penguasa dinasti Ayyubiyah mengeluarkan suatu kebijakan dengan menempatkan budak-
budak tersebut sebagai kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Pada masa Al- Malik
Ash-Shaleh, ia menerapkan hubungan simbiosis mutualisme dengan mejadikan para tentara
budak ini sebagai pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Sebagai imbalannya
mereka mendapatkan hak-hak istimewa, baik dalam penghargaan yang bersifat materil maupun
dalam karier kemiliteran. 12

Al-Malik Ash-Shaleh melihat tentara Mamluk sebagai tentara yang setia dan telah
menunjukan kemampuannya pada saat perang melawan tentara Salib dan saat bersaing dengan

12
Rifai Shodiq, Dinasti Mamluk (1250-1517 M) (Wawasan Sejarah, 02 April 2016), tersedia di situs,
https://wawasansejarah.com/dinasti-mamluk/.
15
rival-rival politiknya. Karena sebab tersebut, loyalitas tentara Mamluk kemudian terpusat pada
pribadi Al-Malik Ash-Shaleh, bukan kepada dinasti sebagai institusi. Kita dapat melihat tentara
Mamluk lebih sebagai tentara pribadi daripada tentara militer sebuah dinasti.
Apabila ditelusuri lebih lanjut, berdirinya dinasti Mamluk berawal dari kekisruhan politik
setelah wafatnya Al-Malik Ash-Shaleh, penguasa terakhir dari dinasti Ayyubiyah pada tahun
1249 M. Kemudian ia digantikan oleh anaknya yang bernama Turansyah, yang berasal dari
istrinya yang notabene bersal dari suku Kurdi. Turansyah dianggap sebagai ancaman untuk masa
depan mereka, hal ini dikarenakan Turansyah lebih memiliki kedekatan dengan tentara asal
Kurdi daripada dengan mereka.
Pada tahun 1250 M, tentara Mamluk dibawah komando Aybak dan Baybars berupaya untuk
melakukan kudeta politik melalui serangkaian perebutan kekuasaan, puncaknya mereka berhasil
membuhu Turansyah. Istri Al-Malik, Syajarah Al-Dur, seorang yang juga berasal dari kalangan
Budak Turki atau Armenia, ia berusaha untuk mengambil kendali pemerintahan, dengan
menjadikan dirinya sebagai sultanah pertama, sesuai kesepakatan dengan golongan Mamluk.
Kepemimpinan Al-Dur berlangsung tiga bulan. Ketika para amir memilih kerabatnya, yang
juga panglima utama kerajaan Izzudin Aybak sebagai sultan, ia kemudian memutuskan menikah
dengan pemimpin Mamluk tersebut dan menyerahkan tampuk kekuasaan kepadanya sambil
berharap dapat terus berkuasa di balik layar.
Selanjutnya untuk mengambil simpati keluarga Ayyubiyah, Aybak mengangkat seorang
keturuan Ayyubiyah yang bernama Musa sebagai penguasa. Namun, Musa pada akhirnya
dibunuh juga oleh Aybak. Dengan tewasnya Musa di tangan Aybak, keberadaan dinasti
Ayyubiyah pun berakhir dan menandai awal dari kemunculan dinasti Mamluk.
Daulah Mamluk berkuasa di Mesir pada tahun 1250 M – 1517 M. Daulah Mamluk
sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, merupakan daulah budak, yang berasal dari beragam
suku non-daulah membentuk sebuah pemerintahan. Meskipun daulah Mamluk berasal dari
berbagai ras yang berbeda-beda, mereka mampu mengapresiasi dengan baik pembangunan
arsitektur dan kesenian. Daulah Mmaluk berfaham Islam Sunni. 13
Pondasi kekuasaan Daulah Mamluk diletakkan oleh peguasa pertamanya, Sultanah
Shajarah Ad-Dur. Ia menerbitkan keeping mata uang yang meyandang namanya. Selama delapan
puluh hari Sultanah Shajarah Ad-Dur berkuasa di Mesir, Daulah Mamluk dibagi menjadi dua:14

13
Muh. Subhan., h. 116.
14
Muh. Subhan., h. 117.

16
a. Mamluk Bahri (1250-1390 M)
Penguasa Mamluk Bahri pertama adalah sultan Izzudin Aybak yang berkuasa 1250-
1257 M. Awalnya ia adalah panglima utama Daulah Mamluk (atabeg al-askar).
Mamluk Bahri pada awalnya adalah pengawal-pengawal yang dibeli oleh khalifah Al-
Shalih Al-Ayyub dari Daulah Ayyubiyah dan menjadi sultan di kemudian hari. 15

b. Mamluk Burji (1382-1517 M)


Pendiri sekaligus sultan Mamluk Burji pertama adalah Sultan Qawallun (1387-1517
M). Mmaluk Burji tidak mengenal konsep kekuasaan yang diwariskan, dan tidak
menerapkan kebijakan nepotisme. Tahta kekuasaan menjadi milik siapa yang
mampu meraihnya. 16
Adapun sistem pemerintahan Daulah Mamluk yakni oligarki yang merupakan suatu
bentuk pemerintahan yang menerapkan kepemimpinan berdasarkan kekuatan dan pengaruh,
bukan melalui garis keturunan. Sistem ini lebih mementingkan kecakapan, kecerdasan, dan
keahlian dalam peperangan. Sultan yang lemah bisa saja disingkirakn atau diturunkan dari
kursi jabatannya oleh seorang tentara yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar ditengah-
tengah masyarakat. Kelebihan dari sistem ini adalah tidak adanya istilah senioritas yang
berhak atas juniornya untuk menduduki jabatan sultan, melainkan lebih berdasarkan keahlian
dan kepiawaian seorang tentara tersebut.17

2. Kebijakan dan kontribusi bidang pendidikan

Didalam ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-ilmuan asal Baghdad
dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti
ilmu sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama.
Dalam sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn
Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-tusi. Di bidang kedokteran
pula, Abu Hasan ‘Ali Al-Nafis. Sedangkan, dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama
Ibn Timiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-‘Asqalani.

15
Muh. Subhan., h. 118.
16
Muh. Subhan., h. 118.
17
Muh. Subhan., h. 121.

17
3. Kebijakan dan kontribusi bidang ekonomi

Dalam bidang ekonomi, daulah Mamluk membuka hubungan dagang dengan Perancis
dan Itali melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh daulah Fatimiyah di
Mesir sebelumnya.
Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat, keberhasilan dalam bidang ekonomi ini
didukung oleh pembangunan jaringan pengankutan dan komunikasi antar kota, baik laut
maupun darat. Keteguhan angkatan laut daulah Mamluk sangat membantu sangat membantu
pengembangan ekonominya.18

4. Kemunduran Dinasti Mamluk

Sejarah telah mencatat bahwa pada masa dinasti Mamluk Bahri, Mamluk mengalami
berbagai puncak kejayaan utamanya pada masa Baybar memegang tampuk kepemerintahan.
Setelah pemerintahan Mamluk beralih kepada kelompok Mamluk Burji, dinasti Mamluk
mengalami banyak kemunduran. Kemunduran itu disebabkan berbagai faktor internal dan
eksternal.
Para Sultan dari Mamluk Burji tidak memiliki pengetahuan cara mengatur roda
pemerintahan kecuali latihan militer. Kenyataan menunjukkan situasi kelemahan yang
dialami oleh dinasti ini. Barbesi misalnya melarang megimpor rempah-rempah dari India.
Akibatnya, harga rempah-rempah menjadi mahal, apalagi komoditi ini dimonopoli oleh
Sultan. Ia juga memonopoli pabrik gula dan melarang kaum wanita keluar rumah, memecat
orang-orang non Muslim dari pegawi pemerintah. Dalam suasana stabilitas dalam negeri
yang begitu rapuh, masyarakat juga dijangkiti berbagai macam penyakit epidemi yang
meminta korban banyak. Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak
menyukai pengetahuan. Kebiasaan hidup berpoya-poya dan hidup mewah menyebabkan
harga pajak melambung tinggi, sehingga menyengsarakan rakyat dan membuat mereka putus
asa dan hilang kepercayaanterhadap sultan. Pajaklah satu-satunya jalan untuk mendapatkan
uang yang banyak untukmembiayai pemerintahan, membayar pegawai, melengkapi istana-
istana dengan berbagai kemewahan. Sultan yang memerintah dari tahun 1412-1421 M adalah
seorang pemabuk, yang dibeli dari seorang pedagang Circassia. Sultan inilah yang melakukan

18
Muh. Subhan,. h. 120.
18
berbagi perbuatan yang melampaui batas. Kondisi yang melanda dinasti Mamalik ini, meluas
dari tingkat amir ke bentuk gangguan dalam masyarakat. Keadaan itu diperparah dengan
adanya musim kemarau panjang yang mengakibatkan pertanian tidak berproduksi.
Disamping kondisi internal tersebut di atas, kondisi yang tak kalah pentingnya yang
mewarnai kemunduran dan kehancuran dinasti Mamluk adalah faktor eksternal. Pada tahun
1498 Vasco Da Gama, seorang navigator yang berkebangsaan Portugis, mendapat jalan ke
Timur melalui Tanjung Pengharapan di Afrika Selatan. Dengan penemuan ini, orang Portugis
dan Eropa lainnya bersatu untuk mendatangi daerah-daerah penghasil rempah-rempah di
Timur. Akibatnya adalah kapal-kapal yang biasanya melintas di daerah Mesir dan Syiria kini
baralih ke Tanjung Pengharapan, sehingga penghasilan Mamluk menjadi berkurang. Dengan
ditemukannya Tanjung Harapan sistem perdagangan dinasti Mamalik mulai runtuh secara
berangsur-angsur.
Di pihak lain suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tantangan bagi dinasti
Mamalik, yakni kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di Mesir.
Datangnya kekuatan baru tersebut diperparah dengan bergolaknya daerah kekuasaan Mamluk
di Syiria. Selain karena penyerbuan tentara Mongol, juga karena ulah penguasa-penguasa
setempat yang ingin melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Kekuatan Turki Usmani yang
masuk Syiria itu berasal dari Anatolia yang memberikan perlawanan yang berarti terhadap
pasukan Mamluk.
Dari Syiria, tentara Usmaniyah melaju ke Mesir. Pada waktu itu yang menjadi sultan di
Mesir adalah Tumam Bey, bekas budak Qunshawh. Kedua belah pihak berhadapan di kota
Kairo pada tanggal 28 Zulhijjah923 H/ 22 Januari 1417M,. kondisi pasukan Mamalik tidak
dapat mengimbangi pasukan Turki Usmaniyah. Sehari setelah itu, sultan Salim dengan mudah
memasuki Kairo. Orang-orang Mamalik menyerah kalah. Tumam Bey, sultan terakhir Mamalik
akhirnya terbunuh pada bulan rabiul Awal 923 H/April 1517M.
Dengan demikian, berakhirlah masa pemerintahan dinasti Mamalik, Kairo yang
sebelumnya menjadi ibu kota kerajaan, sekarang tidak lebih dari sebuah kota propinsi dari
kesultanan Turki Usmaniyah.

19
PENUTUP

Kesimpulan

Setelah berakhirnya masa kekuasaan Khulafaur Rasyidin, lahirlah dinasti-dinasti. Salah


satunya beberapa dinasti yang berpusat di Mesir, diantaranya:

a. Dinasti Tulun adalah sebuah dinasti islam yang masa pemerintahannya paling cepat
berakhir. Pendiri nya adalah Ahmad ibn Tulun anak seorang budak berkebangsaan Turki.
Dinasti Tulun memerintah selama 37 tahun. Selama masa pemerintahannya, dinasti Tulun
benyak berkontribusi dalam peradaban islam salah satunya di bidang ekonomi, yakni
menuntas para rentenir dan mengeluarkan mata uang Tuniah. Dalam bidang pendidikan,
Dinasti Tulun mendirikan rumah sakit yang didalamnya terdapat perpustakaan besar yang
berisi buku paling mutakhir sebanyak 100.000 jilid.
b. Dinasti Fatimiyah adalah salah satu dinasti islam yang berada di Mesir. Dinasti ini
dipimpin oleh seorang pemimpin dengan gelar al-Imam. Puncak kejayaan dinasti Fatimiyah
terjadi pada masa pemerintahan Abu Mansur Nizar Al-aziz (975-996 M) sebagai imam
kelima dinasti Fatimiyah. Selama masa pemerintahannya, Dinasti ini berhasil mengalami
kemakmuran ekonomi. Dinasti ini juga menaruh perhatian besar terhadap pendidikan salah
satunya yaitu membangun Al-Azhar yang menjadi pusat pendidikan.
c. Dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh Shalahuddin al-ayyubi ini adalah sebuah dinasti
sunni yang beretnis kurdi. Dinasti ini berperan penting dalam peradaban islam. Dinasti ini
dalam bidang pendidikan, berhasil mendirikan madrasah madrasah terkemuka dan rumah
sakit sebagai fasilitas ilmu kedokteran. Dalam bidang ekonomi, Dinasti Ayyubiyah menjalin
hubungan perdagangan internasional yang membawa pengaruh bagi negara Eropa dan
negaranegara yang dikuasainya.
d. Dinasti Mamluk merupakan dinasti yang dibentuk oleh para budak yang berasal dari
beragam suku non-daulah dan membentuk pemerintahan. Selama masa pemerintahannya
Dinasti Mamluk banyak melahirkan ilmuan-ilmuan cerdas terkemuka diberbagai bidang, juga
menjalin banyak hubungan perdagangan dengan negara-negara lain.

20
DAFTAR PUSTAKA

Al-Azizi, Abdul Syukur. "Sejarah Terlengkap Peradaban Islam Menulusuri jejak-jejak Agung peradaban
islam di Barat danTimur." In Sejarah Terlengkap Peradaban Islam Menulusuri jejak-jejak Agung
peradaban islam di Barat danTimur. Jakarta: Noktah, 2017.

Fathoni, Rifai Shodiq. 2016. “Dinasti Mamluk (1250-1517 M)”, https://wawasansejarah.com/dinasti-


mamluk/.

Nasution, Harun. "Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya." In Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya .
Jakarta: UI-Press, 1985.

Nasution, Syamruddin. Sejarah Peradaban Islam. Riau: Yayasan Pusaka Riau, 2013.

Saeroji, Ahmad. 2019.“Dinasti Fatimiyah Awal Kemajuan Hingga Keruntuhannya”,


https://bincangsyariah.com/khazanah/dinasti-fatimiyyah-awal-kemajuan-
hingga-keruntuhannya/, diakses pada tanggal 22 november 2021.

Sari, Kartika. Sejarah Perdaban Islam. Bangka Belitung: Shiddiq Press, 2015.

Sou'yb, Joesef. "Sejarah Daulah Abbasiyah." In Sejarah Daulah Abbasiyah,.Jakarta: Bulan Bintang, 1997.

Subhan, Muhammad. "Sejarah Kebudayaan Islam MTs Kelas VIII." In Sejarah Kebudayaan Islam MTs
Kelas VIII. Jakarta: Kementrian agama RI, 2020.

Subhan, Muh. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Kementrian Agama RI, 2020.

Surur, Muhammad Jamaludin. "Ad Daulah Al Fatimiyah fi Al Mashr." In Ad Daulah Al Fatimiyah fi Al


Mashr. Kairo: Dar Al fikr Araby, 1979.

21

Anda mungkin juga menyukai