Dibuat oleh :
Kelompok 7 (KP A)
1
Statement of Authorship
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan
dengan jelas menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
(Jessica Ellen)
2
DAFTAR ISI
Statement Of Authorship……………………………………….......................…..2
Daftar Isi…………….……………………………………………………………………3
Daftar Lampiran……………………………………………………………………….4
BAB I: Proses Bisnis Perusahaan…………………………………………………………..5
BAB II: Struktur Perusahaan…………………………………………………………………..6
BAB III: Manajemen Risiko ISO 31000:2018
3.1 Definisi Risiko……………………………………………………………………..7
3.2 Jenis Risiko………………………………………………………………………..7
3.3 Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2018……………………………………….7
3.4 Identifikasi Risiko………………………………………………………………....9
3.5 Analisis Risiko…………………………………………………………………….9
3.6 Evaluasi Risiko…………………………………………………………….………9
3.7 Mitigasi dan Transfer Risiko…………………………………………………..…..9
3.8 Monitor dan review……………………………………………………………....10
BAB IV: Risk Appetite………………………………………………………………………11
BAB V: Risk Tolarance……...………………………………………………………………11
BAB VI: Pembahasan Risk Register
6.1 Konteks Risiko…………………………………………………………………...12
6.2 Kriteria Risiko……………………………………………………………………13
6.3 Identifikasi & Analisis Risiko……………………………………………………16
6.4 Evaluasi Risiko…………………………………………………………………..23
6.5 Monitoring dan review…………………………………………………………...28
BAB VII Matriks Risk Inherent……………………………………………………………...29
BAB VIII Matriks Risk Residual…………………………………………………………….30
BAB IX Analisis Risiko Inherent Menjadi Risiko Residual…………………………………31
BAB X Kesimpulan………………………………………………………………………….35
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….….36
Lampiran………………………………………………………………………………….….37
3
DAFTAR LAMPIRAN
Risk Category……………………………………………………..………………………...37
Risk Likelihood……………………………………………………………………………..37
Risk Severity………………………………………………………………………………..38
4
BAB I
Proses Bisnis Perusahaan
PT. Waskita Karya, Tbk. merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
terbesar di Indonesia yang bergerak dalam sektor konstruksi. Dikenal dengan sebutan WSKT,
Waskita Karya banyak terlibat dalam proyek infrastruktur negara, seperti: jalan tol, pipa irigasi,
tempat pembangkit listrik. Berdiri sejak tanggal 1 Januari 1961, PT. Waskita Karya, Tbk. telah
membangun reputasinya selama 61 tahun dengan baik di Indonesia. Baik klien yang berasal
dari swasta maupun organisasi pemerintah, perusahaan telah menangani setiap proyek dengan
sungguh-sungguh sehingga mendapatkan skor kepuasan 88,2% dari survei klien. Saat ini,
perusahaan memperluas jangkauan wilayah proyeknya ke beberapa negara, seperti: Timor
Leste, Malaysia, dan Arab Saudi.
Pada saat ini, perusahaan memiliki 4 entitas anak yang terdiri dari PT. Waskita Beton
Precast, Tbk., PT. Waskita Toll Road, PT. Waskita Karya Realty, dan PT Waskita Karya
Infrastruktur untuk memperkuat lini bisnis utamanya. Beberapa produk dan jasa PT Waskita
Karya yang dapat kita manfaatkan adalah 16 ruas jalan tol di Jawa dan Sumatera. Selain itu,
PT Waskita Karya juga berhasil membangun beberapa hotel seperti Teraskita Hotel, Jakarta
dan Vasaka Solterra, Jakarta. Tidak hanya itu, PT Waskita Karya juga melakukan
pembangunan bandara, pembangkit listrik, dll. Beberapa anak usaha BUMN Karya juga
menyediakan bahan baku utama untuk menyokong pasokan dan mengefisiensikan biaya
kepada perusahaan induknya. Lini bisnis beton pra-cetak atau precast memproduksi beton pra
cetak berkualitas tinggi, seperti girder, spun pile, box culvert, dan sheet pile.
Dalam menjalankan proses bisnisnya, PT. Waskita Karya, Tbk. memiliki visi untuk
menjadi perusahaan terpercaya dan berkelanjutan di bidang konstruksi terintegrasi dan
investasi. Adapun proses bisnis perusahaan memfokuskan beberapa hal penting pada setiap
anak usahanya. WTR, WKR, & WKI bertanggung jawab atas perolehan investasi untuk jasa
konstruksi. Dilanjutkan dengan melaksanakan proses tender proyek pemerintahan. Selain itu,
WSBP dan WKI berkontribusi sebagai penyedia beton pra-cetak, readymix dan besi baja untuk
mendukung proyek konstruksi Perusahaan dan WTR bertanggung jawab atas pengoperasian
jalan tol sementara waktu sebelum memasuki proses divestasi. Di samping itu, perusahaan
menerapkan enterprise risk management (ERM) untuk membentuk SDM yang kompeten dan
berkinerja unggul. Maka dari itu, diperlukan adanya pengelolaan manajemen risiko yang baik
untuk menangani segala potensi atau ancaman yang dapat muncul dalam operasional bisnis.
5
BAB II
Struktur Perusahaan
Struktur Organisasi
PT Waskita Karya, Tbk.
6
BAB III
Konsep Manajemen Risiko ISO 31000:2018
3.1 Definisi Risiko
Menurut Prowanta (2019), risiko adalah dampak dari ketidakpastian untuk mencapai tujuan
perusahaan (ISO 31000). Akan selalu ada risiko di dalam setiap bisnis yang ada, namun risiko
dapat dilihat dengan 2 bentuk, yaitu: ancaman (threat) dan peluang (opportunity). Oleh karen
itu, perlu dilakukannya manajemen risiko untuk dapat mengelola ancaman serta memanfaatkan
peluang yang ada.
3.2 Jenis Risiko
Secara umum, jenis risiko perusahaan dapat dikategorikan menjadi 5, antara lain:
1. Market risk, merupakan risiko yang disebabkan oleh keadaan dari sebuah pasar yang
berkaitan dan berpotensi berdampak kepada perusahaan.
2. Legal and regulatory risk, risiko yang berkaitan dengan aturan ataupun hukum yang
diterbitkan oleh pemerintah ataupun pihak yang berwenang
3. Operational risk, risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan ataupun kelemahan dalam
proses operasional perusahaan. Risiko ini dapat berupa human error, sistem operasional
perusahaan yang buruk, ataupun hal-hal eksternal lain.
4. Financial risk, risiko yang bisa berdampak pada bagian keuangan perusahaan, seperti
gagal bayar, keterlambatan pembayaran dalam memenuhi kewajiban kepada perusahaan,
dan lain-lain.
5. Strategic risk, risiko dalam ranah penetapan strategi dan pengambilan keputusan bisnis
perusahaan. Risiko ini bisa terjadi karena penerapan strategi yang kurang tepat baik untuk
lingkup internal maupun eksternal perusahaan
3.3 Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2018
• Communicating and Consulting
Pada tahap pertama proses manajemen risiko dengan ISO 31000:2018 adalah
melakukan komunikasi serta konsultasi mengenai risiko yang ada dengan para pihak
yang memegang kepentingan. Pada Waskita Karya, divisi manajemen risiko akan
melakukan prosedur ini ke seluruh pihak terkait, mulai dari personel yang terkait, risk
owner, risk officer, hingga jajaran direktur perusahaan lewat berbagai media, seperti
secara langsung (verbal), rapat, event, poster, dan lain-lain.
7
• Establishing the Context
Setelah melakukan komunikasi dan konsultasi, perusahaan juga perlu menetapkan
konteks dalam proses manajemen risikonya. Konteks manajemen risiko dapat berasal
dari dua macam sumber, yakni dari eksternal dan internal perusahaan. Dengan
menetapkan konteks dalam manajemen risiko, perusahaan dapat memiliki peluang
untuk bisa merancang proses manajemen risiko secara khusus, proses risk assessment
yang lebih efektif, dan perlakuan risiko yang tepat.
• Risk Assessment
Penilaian risiko dapat dikatakan sebagai keseluruhan proses dari identifikasi risiko (risk
identification) yang mana merupakan proses mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan, analisis risiko (risk analysis) yang
menganalisis semua kemungkinan dan apa konsekuensi dari risiko tersebut, dan yang
terakhir adalah evaluasi risiko (risk evaluation) yang adalah proses dari
membandingkan hasil manajemen risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan
bagaimana pengelolaan risiko yang telah diterapkan dan apa yang perlu diperbaiki atau
dipertahankan.
• Perlakukan Terhadap Risiko (Risk Treatment)
Perlakuan risiko bertujuan untuk memilih dan menerapkan opsi-opsi yang tersedia
untuk mengatasi permasalahan risiko. Dalam perlakuan risiko ini, perusahaan harus
melakukan beberapa hal terkait manajemen risiko seperti menyediakan opsi-opsi yang
ada terkait rencana dan perlakuan terhadap risiko yang sedang atau akan dihadapi di
masa yang akan datang. Terdapat 4 jenis perlakuan risiko yang dapat dilakukan
perusahaan, antara lain menerima risiko (risk acceptance), menghindari risiko (risk
avoidance), mengurangi/memitigasi risiko (risk reduction) untuk mengurangi
kemungkinan atau dampak terhadap risiko, dan transfer risiko ke pihak ketiga (risk
sharing).
• Pemantauan dan Peninjauan kembali (Monitoring and Review)
Pemantauan dan peninjauan kembali berguna untuk memastikan bahwa manajemen
risiko telah berjalan dengan efektif dan berkelanjutan dalam mendukung kinerja
perusahaan baik secara desain, implementasi, dan hasil. Aspek ini perlu dilakukan di
semua tahap dari proses manajemen risiko mulai dari perencanaan, pengumpulan,
analisis informasi (analysing information), pencatatan hasil (recording results) dan
8
pemberian feedback agar perusahaan dapat memantau serta meninjau kembali semua
tahapan dari proses manajemen risiko ini.
• Pencatatan dan Pelaporan (Recording and Reporting)
Pencatatan dan pelaporan dari proses manajemen risiko berguna agar perusahaan dapat
menyampaikan informasi kegiatan serta hasil (outcome) dari proses manajemen risiko
dengan seluruh pihak terkait dalam perusahaan yang juga akan berdampak pada
meningkatkan kinerja manajemen risiko dan interaksi kepada seluruh stakeholders dan
pihak-pihak yang terkait dengan proses manajemen risiko ini. Adapun faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah permintaan ataupun syarat khusus dari para
stakeholders, biaya, waktu, bentuk laporan, dan relevansi laporan terhadap apa yang
sedang dialami ataupun tujuan dari perusahaan tersebut.
9
karena risiko sudah ditransfer ke pihak ketiga yang menanggung potensi kerugian dari suatu
risiko tersebut.
3.8 Monitor dan Review
Tujuan dari monitor dan review adalah untuk memastikan dan mengembangkan kualitas dan
kefektifan proses desain, implementasi, dan hasil. Monitor dan review harus menjadi proses
manajemen risiko yang tersusun dan terjadwal secara baik karena didalamnya berisikan
perencanaan, pengumpulan dan analisa data, pencatatan hasil yang akan berguna bagi
manajemen risiko perusahaan pada masa yang akan datang.
10
BAB IV
RISK APPETITE
4.1 Risk Appetite Pada Waskita Karya
Melihat berbagai jenis risiko dan kondisi Waskita Karya saat ini, kami menganalisa bahwa
tingkat risk appetite perusahaan masih berada pada tingkat agresif dengan mengacu pada
beberapa hal penting, seperti:
• Pada kategori finansial, perusahaan memiliki tingkat hutang yang cukup tinggi
sehingga hal ini menunjukkan selera risiko yang cukup agresif. Selain itu, perusahaan
mayoritas menerima proyek berbentuk turnkey, yang dinama pembayaran hasil
pengerjaan akan dibayarkan setelah proyek berakhir/ selesai. Waskita Karya
merupakan salah satu perusahaan konstruksi yang terbesar di Indonesia. Maka dari itu,
kami menilai perusahaan cukup agresif dalam pengambilan proyek yang dapat
mengekspos mereka pada risiko gangguan arus kas perusahaan.
• Pada kategori persaingan bisnis, Waskita Karya dihadapkan dengan persaingan dalam
sektor konstruksi yang kompetitif sehingga perusahaan harus memiliki strategi
pemasaran yang kuat agar dapat memenangkan tender.
BAB V
RISK TOLERANCE
Melihat berbagai tindakan perusahaan untuk menghadapi risiko yang ada, kami melihat tingkat
kesiapan perusahaan terhadap batasan risiko setelah dilakukan perlakuan risiko (risk treatnent)
pada Waskita Karya masih berada pada tingkat yang sedang. Penilaian tersebut kami dasarkan
pada pertimbangan berbagai hal, berikut:
•Waskita Karya telah perlahan-lahan menggunakan teknologi untuk mengatasi risiko yang ada.
Hal ini dapat terlihat pada penggunaan software dalam penanganan risiko volatilitas bahan
baku, biaya operasional, dan penerapan strategi pemasaran.
•Tingkat hutang perusahaan yang masih tinggi masih membuat posisi finansial perusahaan
dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Apabila terjadi volatilitas pasar yang tidak terkendali,
maka perusahaan dapat menghadapi ancaman gangguan arus kas.
11
BAB VI
Pembahasan Risk Register
6.1 Konteks Risiko
PT Waskita Karya, Tbk. (WSKT) memiliki beberapa risiko internal atau eksternal dalam
menjalankan usahanya. Maka dari itu, Waskita Karya berupaya mengatasi risiko dengan
mengidentifikasi konteks eksternal dan internal yang ada di perusahaan.
a. Konteks Eksternal
Kondisi lingkungan eksternal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan
perusahaan dari PT Waskita Karya, Tbk. Konteks eksternal lebih sulit untuk dikontrol
perusahaan karena melibatkan stakeholder dari pihak luar, seperti: klien, pemasok bahan,
dan pemerintah supplier. Selain itu, pihak Waskita Karya juga harus memperhatikan dan
memahami faktor eksternal lainnya, yang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
kategori sebagai berikut:
b. Konteks Internal
12
6.2 Kriteria Risiko
Kriteria risiko atau risk criteria merupakan standar ukuran yang telah ditetapkan perusahaan
untuk menilai seberapa besar dampak (risk severity) yang dirasakan serta kemungkinan
frekuensi risiko (risk likelihood) yang akan terjadi.
a. Risk Likelihood
Pada tahap awal, para dewan direksi (Board of Director) berperan untuk
mengklasifikasikan setiap risiko berdasarkan frekuensi kejadian pada suatu periode
tertentu. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengenali probabilitas terjadinya
risiko dengan baik. Berikut adalah tabel risiko menurut frekuensi terjadinya:
Kemungkinan sangat kecil / tidak mungkin Frekuensi terjadi lebih dari <10%
1 terjadi (>5 tahun) 5 tahun
b. Risk Severity
Dalam menganalisa risiko, perusahaan juga akan menghitung dan mengelompokkan
dampak berdasarkan kemungkinan akan terjadi dan pengaruh pada output perusahaan.
Pengklasifikasian dampak risiko akan dibagi menjadi 5 level, dimana setiap level akan
dikelompokkan berdasarkan pada tipe risiko yang relevan:
13
Legal Risk Permasalahan hukum dan legalitas dari pihak internal atau
eksternal yang tidak signifikan.
Strategic Risk Kesalahan hasil kerja yang tidak berdampak pada strategi
perusahaan
Strategic Risk Strategi jangka panjang perusahaan terancam, dan harus diubah
14
c. Risk Priority Number
Risk Degree Risk
Risk Type Action Plan & Time Horizon
(RPN) Category
Perusahaan tidak memerlukan tindakan
1-3 I Trivial (T)
tambahan
Perusahaan memerlukan pemantauan secara
Acceptable
4-7 II berkala sebagai tindakan pemeliharaan
(A)
pengendalian risiko
Perusahaan memerlukan penanganan risiko
untuk menurunkan tingkat RPN, serta
Moderate
8-11 III memerlukan pemantauan secara berkala untuk
(M)
mengukur besaran risiko residual. (Dilakukan 12
bulan sekali)
Perusahaan memerlukan penanganan risiko
untuk menurunkan tingkat RPN, serta
Significant
12-16 IV memerlukan pemantauan secara berkala untuk
(S)
mengukur besaran risiko residual. (Dilakukan 6
bulan sekali)
Perusahaan memerlukan penanganan risiko
untuk menurunkan tingkat RPN, serta
Unacceptable
17-25 V memerlukan pemantauan secara berkala untuk
(UA)
mengukur besaran risiko residual. (Dilakukan 1-
3 bulan sekali)
Sumber: Data Perusahaan, Analisa Tim
15
6.3 Identifikasi & Analisis Risiko
Dalam proses operasional PT. Waskita Karya. Tbk, kami menyadari bahwa perusahaan tidak akan terlepas dari munculnya risiko yang dapat
merugikan perusahaan. Maka dari itu, identifikasi jenis-jenis risiko dapat dilakukan untuk membantu perusahaan memetakan dan menyusun daftar
prioritas risiko yang perlu dihadapi. Selain itu, perusahaan juga dapat mengevaluasi setiap jenis risiko dan menentukan perlakuan (risk treatment)
yang tepat. Secara keseluruhan, jenis risiko yang dihadapkan kepada perusahaan dapat terbagi menjadi risiko pasar, risiko finansial, risiko
operasional, risiko legal, dan risiko strategik. Berikut merupakan hasil identifikasi dari risiko beserta keterangan tambahan lain.
Perusahaan mampu
Kondisi makroekonomi dan
menjaga tingkat suku Fluktuasi suku bunga
Finance, geopolitik yang semakin Berdasarkan Annual Report Meningkatnya beban
bunga yang dikenakan di pasar keuangan atau Prediksi konsensus akan
Accounting, and tidak menentu & Inflasi 2020, 72.1% dari liabilitas bunga perusahaan yang
Market Risk kepada perusahaan agar adanya kenaikan suku bunga bank indonesia
Risk tertinggi di US sepanjang keuangan perusahaan dapat menurunkan
(MR 2) pengerjaan proyek dan policy interest rate 7 days repo rate (BI-
Management sejarah yang dapat mengacu pada fixed interest cadangan kas serta laba
bisnis operasional yang ditetapkan oleh 7DRR) yang meningkat
Division berdampak pada suku bunga rate bersih perusahaan
perusahaan dapat berjalan Bank Indonesia
di Indonesia
dengan lancar dan efisien
16
proyek yang kliennya
pemerintah
Business Rasio Debt to Equity yang Adanya risiko gagal bayar
Perusahaan mampu Berdasarkan Annual Report,
Strategy, QSHE semakin tinggi yang tinggi serta
Financial mencapai tingkat struktur Tingginya rasio hutang Manajemen aset dan kas perusahaan dapat
& System, and dibandingkan periode menurunkan kapasitas
Risk permodalan yang paling perusahaan dibanding liabilitas perusahaan yang membayar 97.0% dari
Risk sebelumnya dan APBN hutang perusahaan dan
(FR 2) efektif dengan neraca aset dan ekuitasnya buruk liabilitas berbunga jangka
Management Konstruksi Indonesia yang mencegah pengerjaan
keuangan yang sehat pendek perusahaan
Division menurun proyek-proyek baru
Tidak adanya
Memiliki Project
Business pembayaran denda atas
Management Office (PMO) Menurunnya kepercayaan
Strategy, Supply keterlambatan proyek Jumlah proyek yang telah
Keterlambatan Faktor kelalaian, untuk memastikan bahwa konsumen, pengenaan
Financial Chain karena perusahaan melebihi batas waktu
penyelesaian proyek ketidakdisiplinan, atau timeline dan schedule denda, dan sanksi
Risk Management, mampu pengerjaan pada kontrak,
yang melebihi batas kurangnya kontrol dari pengerjaan proyek telah administratif akibat
(FR 3) Project menyelesaikannya secara mayoritas disebabkan oleh
waktu manajemen proyek berjalan sesuai harapan serta penyelesaian proyek yang
Management tepat waktu berdasarkan Pandemi Covid-19
menyelenggarakan swa- tidak tepat waktu
Office Division kontrak yang telah
assessment
ditandatangani
Bencana alam
Project Wilayah Indonesia dilalui Terdapat 3.058 kejadian Beberapa wilayah
(misalnya: gempa Rusaknya aset yang
Management Perusahaan mampu oleh jalur vulkanis sehingga bencana alam yang terjadi operasional dan fasilitas
Operational bumi, banjir, dan dimiliki oleh perusahaan
Office, QSHE & memperhitungkan dan sering terjadi gempa bumi di Indonesia selama produksi perusahaan terletak
Risk lainnya) yang dapat serta menghambat proses
System, TREK, meminimalisir dampak dan tsunami yang tidak setahun dan berada di di pulau Kalimantan yang
(OR 1) terjadi di area proyek dan meningkatnya biaya
Production dari bencana alam menentu dan sulit untuk pulau tempat perusahaan notabene tergolong aman
dan di fasilitas pengerjaan proyek
Control Division diprediksi beroperasi dari gempa bumi
produksi
1. Terdapat divisi EPC
Kerusakan peralatan (engineering, procurement,
Project Persediaan sparepart untuk Penyelesaian proyek
Perusahaan mampu operasional yang and construction) yang
Management Tidak melakukan / perbaikan alat menurun menjadi terhambat dan
Operational menjaga peralatan dibutuhkan untuk terintegrasi dan bertanggung
Office, QSHE & kurangnya maintenance sebesar Rp 8 Milyar tidak aman sehingga dapat
Risk operasionalnya dengan proses produksi dan jawab akan perawatan dan
System, TREK, yang tersechedule serta rutin rupiah, yang berujung pada kecelakaan
(OR 2) baik agar tidak terjadi penunjang pelaksanaan pengelolaan peralatan serta
Production pada peralatan mengindikasikan adanya kerja, denda, ataupun
project downtime konstruksi di area proyek;
Control Division kerusakan pada peralatan hilangnya klien
proyek 2. Life cycle peralatan yang
berkisar diatas 5 tahun
1. Perusahaan telah
Meningkatnya jumlah
memiliki divisi QSHE
kecelakaan kerja
Project Perusahaan mampu Pengerjaan proyek yang (Quality, Safety, Health, and
Kecelakaan kerja (misalnya: luka
Management menjamin kesehatan dan berisiko tinggi, seperti Tingkat kecelakaan kerja Environment) serta Standar
Operational ataupun hal-hal yang ringan/parah, cacat,
Office, QSHE & keamanan di tempat kerja membangun jalan tol, dari setiap proyek yang Operasional Produksi untuk
Risk dapat mengganggu kematian) sehinggga
System, HCM, & agar terwujudnya jumlah jembatan flyover, dan dikerjakan dalam setahun meningkatkan keamanan di
(OR 3) kesehatan di tempat proses pengerjaan proyek
Production kecelakaan kerja secara gedung bertingkat yang (accident rate) tempat kerja
proyek menjadi terganggu dan
Control Division nihil melibatkan alat berat 2. Kepemilikan sistem
menurunkan reputasi
SMK3LMP yang diaudit
perusahaan
secara berkala
17
Kesalahan pemilihan Menurunkan reputasi
Project Tingkat kesulitan proyek
Perusahaan mampu metode dan pengerjaan perusahaan di mata klien
Management yang tinggi karena keunikan Berdasarkan AR 2020,
Operational menyelesaikan proyek konstruksi sehingga Hasil Survei dengan Klien serta kerugian finansial
Office, QSHE & masing-masing proyek tingkat kepuasan pelanggan
Risk sesuai dengan kriteria dan dapat menurunkan Perusahaan (Customer akibat membutuhkan
System, TREK, tergantung spesifikasi yang dari hasil survei perusahaan
(OR 4) spesifikasi yang telah kualitas dan keamanan Engagement Survey) bahan baku dan lead time
and Production dibutuhkan dan lokasi berada pada level 90,8%
tercantum pada kontrak hasil pengerjaan yang lebih lama untuk
Control Division proyek
proyek mengerjakan ulang
Pemberhentian operasional
Perusahaan mampu dan pencabutan izin usaha
Jumlah proyek yang Memiliki Development
memenuhi peraturan Tidak terpenuhinya Faktor ketidaktelitian dan oleh pemerintah serta
diberhentikan karena program pada divisi legal
Legal Risk Badan Layanan Umum peraturan Badan kelalaian dalam membaca timbulnya biaya litigasi
Legal Division melanggar peraturan untuk memberikan wawasan
(LR 1) dan regulasi lainnya Layanan Umum dan peraturan / melakukan yang dapat merugikan
pemerintah yang telah terhadap aspek manajemen
sesuai peraturan peraturan lainnya pelanggaran atas kontrak perusahaan dari sisi
ditetapkan legal pada setiap proyek
pemerintah finansial ataupun non-
finansial
Kerugian finansial yang
material, sanksi dari
Adanya komite audit
pemerintah, serta
Perusahaan mampu Korupsi dan Kurangnya pengawasan Tercatat terdapat 14 jumlah internal dan manajemen
Legal, Finance, memburuknya citra dan
Legal Risk mencegah dan memitigasi penyelewangan dana internal serta penyuluhan kasus korupsi pada tahun risiko yang baik telah
and Accounting reputasi perusahaan yang
(LR 2) risiko terjadinya korupsi yang dilakukan oleh mengenai bahaya dan 2020 dengan nominal dana membuat perusahan dapat
Division dapat menurunkan
dari pihak internal pihak internal hukuman korupsi yang tegas sebesar Rp 202 Milyar GCG (Good Corporate
probabilitas perusahaan
Governance) Score 88.88
dalam memenangkan
tender proyek
Business
Perusahaan mampu Hilangnya klien dan
Strategy, Nilai kontrak baru
bersaing secara Menurunnya tingkat Persaingan harga pengerjaan Harga tender offer yang proyek potensial akibat
Strategic Finance, mengalami peningkatan
kompetitif dari sisi harga profitabilitas dan proyek antar kompetitor konstan / menurun perusahaan tidak mampu
Risk Accounting, and sebesar 3,54% dengan skor
serta menjaga tingkat kualitas dari karena penurunan proyek meskipun bahan baku bersaing dari sisi harga
(SR 1) Project rata-rata tingkat ketertarikan
profitabilitasnya dan pendapatan perusahaan dimasa pandemi Covid-19 meningkat serta menurunkan margin
Management pelanggan mencapai 88,20%
tingkat likuiditasnya keuntungan perusahaan
Office Division
1. Peningkatan daya saing
Penurunan pangsa pasar
Perusahaan mampu perseroan sebesar 3,92%
Business pada segmen local project
meningkatkan pangsa dari tahun sebelumnya Menurunnya pangsa pasar
Strategy, Kompetitor yang semakin yang berasal dari
Strategic pasar perusahaan dan menjadi 54,59% perusahaan dan jumlah
Marketing, and Berkurangnya pangsa banyak di industri perusahaan swasta sebesar
Risk bersaing secara sehat 2. Perusahaan berhasil proyek yang ditangani oleh
Project pasar dari Perusahaan konstruksi dan kompetisi 5,69% sebagai akibat dari
(SR 2) dengan kompetitornya memenangkan 37 auction perusahaan dari waktu ke
Management yang semakin sengit persaingan pasar yang
dalam memenangkan atau meningkat sebesar waktu
Office Division kompetitif saat pandemi
tender proyek 27,59% dibanding tahun
Covid-19
sebelumnya
Sumber: Analisa Tim, Data perusahaan
18
DASAR PENENTUAN ANALISIS RISIKO
19
❖ Financial Risk 3 (FR 3)
Perusahaan Waskita memiliki proyek on-going yang cukup banyak. Adanya faktor kelalain
atau kurangnya kontrol dari manajemen proyek dapat membuat perusahaan terekspos pada
resiko pembayaran denda akibat tidak terselesainya proyek tersebut. Selain itu, perusahaan
juga dapat terkena sanksi administratif yang mengakibatkan penurunan kepercayaan
konsumen kepada perusahaan. Untuk saat ini, perusahaan memiliki Project Management
Office (PMO) yang bertanggung jawab untuk memastikan timeline dan schedule pengerjaan
proyek.
❖ Operational Risk 1 (OR 1)
Wilayah operasional PT Waskita Karya, Tbk. dilalui jalur vulkanis yang menyebabkan
seringnya terjadi bencana alam (co: gempa bumi, banjir, dan tsunami) yang tidak menentu.
Apabila terjadi bencana alam ketika pengerjaan proyek sedang berlangsung, maka proses
pengerjaan dapat terhambat dan biaya pengerjaanya dapat meningkat pula. Namun,
beberapa proyek dan fasilitas produksi dari Waskita Karya terletak di pulau Kalimantan
yang dikenal dengan daerah paling aman dari bencana alam di Indonesia.
❖ Operational Risk 2 (OR 2)
Dalam menjalankan suatu proyek, perusahaan pasti menggunakan mesin serta peralatan
operasional yang dibutuhkan, sementara mesin serta perlatan tersebut memiliki risiko
terjadinya kerusakan atau malfungsi akibat kurangnya maintance yang terjadwal sehingga
hal ini dapat memperlambat operasional proyek dan menyebabkan masalah penjadwalan
proyek lainnya serta risiko kecelakaan kerja, denda, ataupun hilangnya klien.
❖ Operational Risk 3 (OR 3)
Waskita Karya wajib mampu memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja pada
karyawannya agar dapat terwujudnya zero accident pada jumlah kecelakaan kerja. Dalam
operasionalnya yang banyak menyangkut pada pembangunan-pembangunan, pekerja
lapangan akan dihadapkan dengan banyak kondisi berbahaya karena melibatkan banyak
peralatan berat dan ketinggian. Kemungkinan terparah dari kecelakaan kerja dapat
menyebabkan korban mengalami kematian apabila tidak ada tindak pencegahan atau
penanganan terlebih dahulu, namun saat ini Waskita Karya telah memiliki divisi QSHE
(Quality, Safety, Health, and Environment) serta SOP produksi dan sistem SMK3LMP yang
diaudit secara berkala.
20
❖ Operational Risk 4 (OR 4)
Dalam pengerjaan proyek, walaupun perusahaan sudah sangat berpengalaman dalam
pengerjaan proyek, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka dapat melakukan
kesalahan-kesalahan terkait proyek yang dikerjakan seperti halnya metode dan hal-hal
dalam pengerjaan lainnya. Hal ini dapat disebabkan tingkat kesulitan proyek yang tinggi dan
membutuhkan spesifikasi yang berbeda risiko ini dapat output yang didapat tidak optimal
dan merugikan klien.
❖ Legal Risk 1 (LR 1)
Dalam melaksanakan proyeknya, Waskita Karya perlu melakukan pembangunan dengan
mematuhi seluruh regulasi yang ada. Hal ini dapat menimbulkan suatu potensi risiko
pelanggaran karena kelalaian ataupun ketidaktelitian dari pihak perusahaan dalam membaca
peraturan ataupun kontrak yang ada. Apabila pemerintah menemukan ketidaksesuaian
antara peraturan dan proses kerja, perusahaan dapat menerima sanksi berupa denda,
pemberhentian proyek bahkan pencabutan izin usaha. Untuk mengatasi hal ini, saat ini
Waskita telah memiliki suatu development program pada divisi legal untuk memberikan
wawasan terhadap aspek manajemen legal pada tiap proyek.
❖ Legal Risk 2 (LR 2)
Dalam menjalankan bisnisnya, Waskita dihadapkan dengan nilai proyek yang sangat besar.
Dengan kurangnya pengawasan internal serta penyuluhan terkait bahaya dan hukuman
korupsi yang tegas, hal ini dapat memunculkan risiko korupsi dan penyelewengan dana yang
dilakukan oleh pihak internal. Tercatat pada tahun 2020 saja, telah tercatat 14 kasus korupsi
dengan nominal 202 Miliar Rupiah. Dampak yang dihasilkan dari kasus korupsi pihak
internal akan merugikan citra dan moral perusahaan secara signifikan. Sedangkan,
perusahaan juga dapat menerima sanksi secara hukum dan penurunan GCG score. Saat ini
perusahaan telah memiliki komite audit internal dan manajemen risiko yang baik.
❖ Strategic Risk 1 (SR 1)
Dengan banyaknya perusahaan konstruksi yang serupa, tentu persaingan harga merupakan
suatu risiko yang sangat sulit dihilangkan oleh perusahaan. Persaingan ini dapat membawa
profitabilitas dan kualitas dari pendapatan Waskita menurun. Pada pengerjaan konstruksi,
harga tender/offer dapat tetap atau bahkan menurun meskipun harga bahan baku mengalami
kenaikan. Jika risiko ini diabaikan, perusahaan dapat mengalami hilangnya klien dan proyek
potensial karena ketidakmampuan perusahaan untuk bersaing dan menurunkan margin
keuntungan perusahaan. Namun hingga saat ini, Waskita mengalami kenaikan kontak baru
sebesar 3.54% dengan skor rata-rata tingkat keterikatan pelanggan mencapai 88.2%.
21
❖ Strategic Risk 2 (SR 2)
Adanya persaingan yang sengit pada industri konstruksi sejenis dapat mengurangi pangsa
pasar dari Waskita Karya. Ini terbukti dengan penurunan pangsa pasar pada segmen local
project yang berasal dari perusahaan swasta sebesar 5.69% sebagai akibat dari persaingan
pasar yang kompetitik ditambah dengan adanya pandemi Covid-19, dan jika tidak
diperhatikan, dampak dari risiko ini dapat menurunkan pangsa pasar perusahaan dan jumlah
proyek yang ditanganii seiring berjalannya waktu
22
6.4 Evaluasi Risiko
Dalam proses evaluasi yang telah dijalankan, perusahaan menggunakan prinsip dan prosedur yang didasarkan sesuai dengan standar ISO
31.000:2018 dan 37001:2016. Selain evaluasi, perusahaan juga melakukan perancangan strategi penanganan risiko (risk treatment) untuk
meringankan dampak serta probabilitas kemunculan risiko di kemudian hari. Pihak yang berwenang untuk melakukan evaluasi berasal dari badan
independen atau yang disebut sebagai third line defense (internal audit) oleh perusahaan. Dalam hal ini, internal audit akan melakukan evaluasi atas
keefektifitasan dan keefisienan pengelolaan risiko. Pihak internal audit juga akan melakukan diskusi dengan Risk Management Division untuk
memastikan strategi yang perlu diambil nantinya. Hasil evaluasi akan disebarluaskan melalui sistem informasi risiko yang dimiliki perusahaan.
Peningkatan implementasi dan sosialisasi ERP SAP Hana, baik Implementasi dan evaluasi perencanaan sumber bahan baku melalui
Market Risk MITIGATE di kantor pusat atau daerah proyek, untuk memproyeksikan Rp350,000,000 sistem ERP SAP Hana untuk mengatur perencanaan sumber daya
(MR 1) kebutuhan bahan baku terhadap rencana pengerjaan (resource planning)
23
Mengurangi kerugian finansial perusahaan melalui transfer
Operational risiko ke pihak ketiga (asuransi) dan melakukan studi kaji Perusahaan telah mengasuransikan sebagian aset dan fasilitas produksi
TRANSFER Rp8,187,987,478,526
Risk lapangan agar dapat mengestimasikan titik lokasi yang rawan yang dimiliki perusahaan
(OR 1) bencana
Memperjelas standar dan SOP perusahaan terkait pengerjaan Perusahaan telah menerapkan ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015
Operational
MITIGATE konstruksi, selain itu perusahaan juga dapat melakukan Rp500,000,000 untuk memastikan bahwa kualitas pengerjaan proyek telah
Risk
(OR 4) pengawasan terhadap proyek secara lebih ketat dan berkala dilaksanakan dengan baik
1. Peningkatan penerapkan Whistleblowing system pada 1. Tersedia Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) sesuai SK No.
perusahaan 14/SK/WK/2019
2. Penindakan lebih tegas dan pemberian sanksi pada semua 2. Pengelolaan Whistleblowing system oleh SVP - Internal Audit,
Legal Risk MITIGATE Rp850,000,000
(LR 2) oknum terkait (internal perusahaan) Committee Investigasi,dan
3. Pelaksanaan Unit Pengendali Gratifikasi berdasakran Tim Pemutus Tahap Akhir
prosedur 3. Pemberian sanksi administratif bagi pihak yang bersangkutan
Perusahaan meningkatkan strategi pemasaran agar bisa Penggunaan software WELCOME (Waskita Elaborate and
Strategic
ACCEPT mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas lagi. Rp21,000,000,000 Communicate for Marketing Excellent) yang dapat mengintegrasikan
Risk
(SR 2) dan mengontrol kegiatan pemasaran dengan lebih efisien
24
DASAR EVALUASI DAN RENCANA PENANGANAN RISIKO
25
❖ Financial Risk 3 (FR 3)
Risiko pada kode FR 3 ini merupakan kode risiko terhadap adanya risiko terjadinya
keterlambatan proyek. Untuk saat ini, perusahaan telah memberikan pelatihan dan edukasi
bagi seluruh karyawan yang terlibat dalam pengerjaan dan supervisi proyek, namun menurut
kami risiko tersebut masih dapat dimitigasi dengan meningkatkan mutu manajemen proyek
yang telah dilakukan melalui pelatihan SDM agar pengerjaan proyek selanjutnya dapat
berjalan dengan lebih baik lagi.
❖ Operational Risk 1 (OR 1)
Risiko pada kode OR 1 ini merupakan kode risiko terhadap adanya risiko pada bidang
operasional khususnya risiko terjadinya bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan lain-
lain. Perusahaan telah melakukan mengasuransikan sebagian aset dan fasilitas produksi yang
dimiliki perusahaan. Selaras dengan perusahaan, kami juga mengusulkan transfer risiko
dengan transfer risiko ke pihak ketiga (asuransi) dan melakukan studi kaji lapangan agar
dapat mengestimasikan titik lokasi yang rawan bencana.
❖ Operational Risk 2 (OR 2)
Risiko pada kode OR 2 ini merupakan kode risiko terhadap adanya risiko kerusakan pada
alat-alat operasional perusahaan yang dapat menimbulkan keterhambatan pengerjaan proyek,
dan risiko terhadap keselamatan pekerja. Saat ini perusahaan telah mengasuransikan
peralatan produksi serta SOP untuk penggunaan seluruh peralatan yang ada untuk
menghindari kesalahan penggunaan alat yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat
tersebut. Menurut kami, perusahaan juga dapat melakukan transfer risiko kepada pihak ketiga
(asuransi) terhadap kerusakan alat berat yang terjadi untuk mengurangi dampak secara
finansial.
26
❖ Operational Risk 4 (OR 4)
Risiko pada kode OR 4 ini merupakan kode risiko terhadap adanya risiko kesalahan
pengerjaan konstruksi yang dapat menimbulkan perbedaan antara permintaan klien dan hasil
pengerjaan. Perusahaan saat ini telah menerapkan ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015
untuk memastikan bahwa kualitas pengerjaan proyek telah dilaksanakan dengan baik.
Meskipun perusahaan telah menangani risiko tersebut, kami mengusulkan agar perusahaan
melakukan mitigasi risiko dengan car memperjelas standar dan SOP perusahaan terkait
pengerjaan konstruksi, selain itu perusahaan juga dapat melakukan pengawasan terhadap
proyek secara lebih ketat dan berkala agar risiko tersebut dapat diminimalkan.
❖ Legal Risk 1 (LR 1)
Risiko pada kode LR 1 ini merupakan kode risiko terhadap adanya risiko perusahaan tidak
memenuhi peraturan badan layanan umum yang dapat berdampak pada diberinya sanksi-
sanksi atas pelanggaran dari pihak terkait. Saat ini perusahaan mengatasi risiko ini dengan
melakukan evaluasi SOP sesuai hukum yang berlaku dan kebutuhan masing-masing divisi
dan pelaksanaan Training and Development untuk Legal Division. Kami juga mengusulkan
agar perusahaan dapat melakukan mitigasi risiko dengan meningkatkan pemahaman
karyawan legal dan operasional agar dapat mengerti klausul kontrak dengan lebih seksama.
27
❖ Strategic Risk 1 (SR 1)
Risiko pada kode SR 1 ini merupakan kode risiko terhadap adanya risiko persaingan harga
pengerjaan proyek Waskita Karya dengan perusahaan-perusahaan lain. Risiko ini dapat
berdampak pada profitabilitas dan pendapatan perusahaan. Perusahaan mengatasi hal ini
dengan cara Penggunaan aplikasi sistem pendukung (LOB Application) dengan platform
WIDE (Waskita Integrated Digital Enterprise) untuk mengurangi biaya operasional. Kami
juga mengusulkan perusahaan untuk dapat memitigasi risiko tersebut dengan melakukan
peningkatan dan pengembangan efisiensi biaya dari optimalisasi operasi bisnis.
❖ Strategic Risk 2 (SR 2)
Risiko dengan kode SR 2 ini merupakan kode risiko terhadap adanya risiko persaingan pasar
antar kompetitor yang dapat berdampak pada turunnya pangsa pasar dari Waskita Karya itu
sendiri. Perusahaan telah menyikapi risiko ini dengan berfokus pada segmen proyek yang
dipercayakan oleh pemerintah agar perusahaan bisa memperoleh kepercayaan yang lebih baik
oleh pihak-pihak diluar pemerintah, khusnya pihak swasta. Kami menyarankan perusahaan
menangani risiko ini dengan cara menerima risiko tetapi dengan catatan perusahaan harus
meningkatkan strategi pemasaran agar bisa mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas lagi.
Setelah melalukan beberapa tahapan sebelumnya, perusahaan perlu untuk memastikan bahwa
manajemen risiko telah dilakukan secara efektif dan berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan monitoring serta memberikan ulasan (review) terhadap manajemen
risiko yang telah dilakukan. Proses ini harus mencakup seluruh tahapan manajemen risiko,
mulai dari perencanaan, pengumpulan dan analisa informasi, mencatat hasil, hingga memberi
masukan. Pada Waskita Karya proses monitoring and review dilakukan oleh Risk Management
Committee yang dilakukan secara berkala untuk memberi penilaian dan masukkan.
28
BAB VII
10
3 = Sedang
(40% < p ≤
60%) 2 12 13
3 8
2 = Kecil
11
(10% < p < 7 9 6
5
40%)
1 = Sangat
Kecil ≤ 10%
Dampak Risiko
Finansial < 0.2 0.2 BTR < x 0.6 BTR < x
0.4 BTR < x ≤ 0.6 BTR > 0.8 BTR
(Terhadap BTR ≤ 0.4 BTR ≤ 0.8 BTR
Laba Bersih)
1=
5 = Sangat
Ringan 2 = Ringan 3 = Sedang 4 = Berat
Berat
Sekali
DAMPAK
Sumber: Analisa Tim, Data perusahaan
29
BAB VIII
Setelah menjalankan analisis terkait risiko residual yang ada, maka terciptalah suatu matriks
risiko residual yang menyimpulkan secara lebih singkat dimana posisi masing-masing risiko
yang ada sesuai dengan dampak dan probabilitas kemungkinan terjadinya risiko tersebut.
3 = Sedang
(40% < p ≤ 2 4
60%)
13
12 3
2 = Kecil
6
(10% < p <
40%) 11
1 5 8 10
1 = Sangat
Kecil
9 7
≤ 10%
1 = Ringan 5 = Sangat
2 = Ringan 3 = Sedang 4 = Berat
Sekali Berat
DAMPAK
Sumber: Analisa Tim, Data perusahaan
Setelah dijalankannya analisis risiko residual, dapat terlihat pada tabel bahwa risiko-risiko yang
adalah telah bergeser dari yang sebelumnya berdampak pada tingkat berat hingga sangat berat
telah bergeser ke dampak dengan tingkat yang sedang, ringan, hingga ringan sekali.
30
BAB IX
ANALISIS RISK INHERENT MENJADI RISK RESIDUAL
Market Risk
4 = Sedang 2 = Ringan 8 HIGH RISK 80% Rp48,832,961,664 Rp39,066,369,331
(MR 1)
Market Risk
3 = Sedang 3 = Sedang 9 HIGH RISK 60% Rp3,349,707,184,112 Rp2,009,824,310,467
(MR 2)
Financial
Risk 3 = Sedang 4 = Berat 12 HIGH RISK 54% Rp830,197,955,479 Rp444,601,880,290
(FR 1)
Financial
EXTREME
Risk 4 = Besar 4 = Berat 16 73% Rp20,340,830,000,000 Rp14,831,315,796,528
HIGH
(FR 2)
31
Financial
Risk 2 = Sedang 4 = Berat 8 HIGH RISK 33% Rp46,663,983,082,851 Rp15,554,661,027,617
(FR 3)
Operational
Risk 3 = Sedang 5 = Sangat Berat 10 HIGH RISK 40% Rp105,588,960,000,000 Rp52,794,480,000,000
(OR 1)
Operational
Risk 2 = Kecil 3 = Sedang 6 MEDIUM RISK 33% Rp46,666,542,986,576 Rp15,555,514,328,859
(OR 2)
Operational
Risk 3 = Sedang 4 = Berat 12 HIGH RISK 80% Rp46,664,149,360,883 Rp37,331,319,488,706
(OR 3)
Operational
Risk 2 = Kecil 3 = Sedang 6 MEDIUM RISK 33% Rp23,331,991,541,426 Rp7,777,330,513,809
(OR 4)
Legal Risk
3 = Sedang 4 = Berat 12 HIGH RISK 80% Rp16,144,345,000 Rp12,915,476,000
(LR 1)
Legal Risk
2 = Kecil 5 = Sangat Berat 10 HIGH RISK 50% Rp220,315,000,000 Rp110,157,500,000
(LR 2)
Strategic
Risk 3 = Sedang 3 = Sedang 9 HIGH RISK 60% Rp41,997,584,774,566 Rp25,198,550,864,740
(SR 1)
Strategic
Risk 3 = Sedang 3 = Sedang 9 HIGH RISK 60% Rp27,117,556,000,000 Rp 16,270,533,600,000
(SR 2)
Sumber: Analisa Tim, Data perusahaan
32
9.2 Analisis Risiko Residual
Penanganan risiko atau risk treatment yang dilakukan oleh perusahaan memang tidak akan menghilangkan dampak atau probabilitas secara
keseluruhan. Namun, dampak dan probabilitas yang ada akan berkurang sedemikian rupa sehingga menyisakan risiko residual. Berikut merupakan
hasil analisa risiko residual setelah dilakukan perlakuan risiko.
Financial
2 = Kecil 3 = Sedang 6 MEDIUM RISK 30% Rp581,138,568,835 Rp174,341,570,651
Risk
(FR 1)
Financial
3 = Sedang 3 = Ringan 9 HIGH RISK 60% Rp14,238,581,000,000 Rp8,543,148,600,000
Risk
(FR 2)
Financial
2 = Kecil 2 = Ringan 4 MEDIUM RISK 15% Rp46,663,983,082,851 Rp6,999,597,462,428
Risk
(FR 3)
Operational
3 = Sedang 3 = Sedang 9 HIGH RISK 50% Rp109,199,960,000,000 Rp52.794.480.000.000
Risk
(OR 1)
Operational
1 = Sangat Kecil 2 = Ringan 2 LOW RISK 20% Rp23,333,271,493,288 Rp4,666,654,298,658
Risk
(OR 2)
33
Operational
2 = Kecil 3 = Sedang 6 MEDIUM RISK 40% Rp32,664,904,552,618 Rp13,065,961,821,047
Risk
(OR 3)
Operational
1 = Sangat Kecil 1 = Sangat Ringan 1 LOW RISK 10% Rp23,331,991,541,426 Rp2,333,199,154,143
Risk
(OR 4)
Legal Risk 2 = Kecil 1 = Ringan Sekali 2 LOW RISK 27% Rp220,315,000,000 Rp60,085,909,091
(LR 2)
34
BAB X
KESIMPULAN
Dalam menjalankan bisnisnya, Waskita Karya tidak lepas dari berbagai jenis risiko
yang ada baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Keberadaan risiko ini perlu segera
ditangani oleh perusahaan, karena jika suatu saat risiko tersebut menjadi nyata, maka
perusahaan terancam dari berbagai aspek, seperti kondisi keuangan, reputasi, hingga
keselamatan para pekerja. Oleh sebab itu, penting untuk dilakukan identifikasi risiko secara
teliti untuk kemudian dikelola baik dengan cara memitigasi, menolak, mentransfer, ataupun
menerima risiko tersebut sesuai kebijakan perusahaan. Risiko yang telah ditangani akan
memiliki dampak dan probalititas yang lebih rendah serta membuat perusahaan lebih siap
menghadapi risiko tersebut. Meski begitu, pada penelitian ini, kami menemui beberapa risiko
yang masih harus menjadi perhatian dari Waskita Karya yaitu tingkat hutang yang tinggi dan
fluktuasi suku bunga. Kami melihat bahwa kedua risiko ini masih sulit untuk dimitigasi karena
tingkat hutang yang tinggi pada perusahaan tidak lepas kaitannya dengan pembayaran yang
terkadang terlambat direalisasikan dilakukan oleh pihak klien yang menyebabkan perusahaan
harus berhutang terlebih dahulu ketika akan mengerjakan proyek baru. Selain itu, manajemen
aset dan liabilitas yang buruk juga perlu diperhatikan oleh perusahaan karena berkaitan erat
dengan kedua risiko tersebut. Terlepas dari kedua risiko tersebut, pihak manajemen dari
Waskita Karya juga harus tetap memperhatikan risiko-risiko lain yang ada agar berjalannya
binsis perusahaan dapat semakin baik dan risiko yang ada dapat ditangani dengan baik pula.
35
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Bankir Indonesia. Mengidentifikasi Risiko Pasar, Operasional, dan Kredit Bank. 1 ed.,
PT Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Prowanta, Embun. Manajemen Risiko Pasar Modal (ISO 31000: 2018). 2 ed., IN MEDIA,
2019.
Waskita Karya. Laporan Tahunan 2019. 2020.
Waskita Karya. Laporan Tahunan 2020. 2021.
Waskita Karya. Laporan Keuangan 2020. 2021.
Waskita Karya. Sustainability Reports 2020.2021
36
LAMPIRAN
Category Sub-Category
1. Keterlambatan pembayara
Financial Risk (FR) 2. Tingginya hutang perusahaan
3. Keterlambatan proyek
Kemungkinan terjadi
5 Almost Certain > 80%
(<4 bulan)
Kemungkinan besar
4 Probably 60 < p ≤ 80%
(<1 tahun)
Kemungkinan sedang
3 Possible 40 < p ≤ 60%
(1-3 tahun)
37
Lampiran 3. Risk Severity
Sangat Kecil
Terdapat sekitar 10% ketidakefektifan
1 Insignificant (Tidak ≤ 10% 550,000,000,000
dalam operasional
Signifikan)
38