PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil atau disingkat Latsar CPNS adalah
syarat bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Sebelum tahun 2015 dikenal sebagai Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
atau disingkat Diklat Prajabatan. Perubahan tersebut tidak hanya sebatas pada
pergeseran nomenklatur saja, tetapi ada perubahan secara menyeluruh, terkait
pelaksanaannya.
Ada beberapa perubahan yang terjadi setelah istilah Prajabatan tidak dipakai lagi.
Yang berubah yaitu durasi pelaksanaan, metodologi, dan kurikulumnya. Hal ini merujuk
pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil, serta Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (Perka-LAN) Nomor
12 Tahun 2018, tentang Pelatihan Dasar CPNS.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (Good And Clean
Governance) sangat ditentukan oleh peran Aparatur Negara. Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang merupakan bagian dari aparatur Negara harus memiliki komitmen dalam
melayani masyarakat. Ditegaskan dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN), pegawai ASN memiliki peran penting dalam penyelenggaraan
pemerintah yang berfungsi sebagai : (1) Pelaksana Kebijakan Publik; (2) Pelayan
Publik; (3) Perekat dan Pemersatu Bangsa. Oleh karena itu penting agar PNS memiliki
profesionalisme dan kompetensi yang memadai untuk bisa menjalankan tugas tersebut
dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Sesuai Peraturan Kepala LAN-RI Nomor 38 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Diklat Prajabatan Pola Baru. Sistem ini menuntut setiap peserta diklat untuk dapat
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang disingkat menjadi ANEKA.
Dengan adanya pelatihan dan pendidikan pembentukan PNS profesional, maka
penyelenggaraan negara dapat berjalan dengan baik khususnya dibidang
pembangunan kesehatan baik diseluruh sektor fasilitas kesehatan, dalam hal ini fasilitas
Laporan Rancangan Aktualisasi Page 1
kesehatan pertama yaitu Puskesmas yang diatur dalam Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tentang fungsi dan wewenang puskesmas dalam penyelenggaraan
pembangunan puskesmas.
Puskesmas merupakan unit teknis yang bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan
yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat, pusat
pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam
rangka pencapaian keberhasilan fungsi puskesmas sebagai ujung tombak
pembangunan bidang kesehatan.
Peran ASN di bidang kesehatan melalui kegiatan mewujudkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas prima di Puskesmas meliputi pelayanan preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitative. Salah satu upaya kesehatan masyarakat di Puskesmas yaitu
melalui program gizi masyarakat. Masalah Kesehatan di Indonesia saat ini adalah
Stunting Keseriusan dalam pencegahan stunting harus melibatkan semua pihak
terutama para ASN yang diberikan amanah untuk menjalankan tugas dalam
pencegahan stunting .
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari
standar usianya. Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor
keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya
menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui,
genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila
dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya), dan
pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya
bisa dicegah.
Stunting bermula dari kekurangan nutrisi, sehingga dampaknya sangat luas
bagi tumbuh kembang seorang anak. Tidak hanya fisik tapi juga bisa mental dan
tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi karakternya kelak serta besarnya
masalah stunting pada anak hari ini akan berdampak pada kualitas bangsa masa
depan.
Laporan Rancangan Aktualisasi Page 2
Dari data Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8 persen
balita di Indonesia mengalami stunting. Angka ini turun jika dibandingkan data
Riskesdas 2013, yakni 37,2 persen. Dan berdasarkan data di Puskesmas Batukara
periode januari-februari terdapat balita stunting sebanyak 38 anak balita dari total 217
sasaran balita atau 17,5 %.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan aktualisasi
dengan judul “Upaya Pencegahan Stunting Melalui Kegiatan Setiap Hari Sabtu Konsul
Indor Masyarakat yang Bermasalah Gizi (Seribu Koin Mas Bezi) di Wilayah Kerja
Puskesmas Batukara Kab. Muna.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Teraktualisasinya nilai-nilai konsepsi dasar (ANEKA) dan kedudukan serta
peran ASN dalam pelaksanaan tugas pokok penulis sebagai Nutisionis Terampil di
wilayah kerja Puskesmas Batukara
2. Tujuan Khusus
Terselenggaranya kegiatan upaya pencegahan stunting melalui kegiatan
pendekatan Intervensi sasaran 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) berupa
kunjungan ke masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Batukara
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Penulis lebih bisa menjalankan dan mengimplementasikan perannya dalam
lingkup kegiatan sehari-hari menggunakan nilai-nilai dasar ASN yang telah
didapakan selama mengkuti inclass Diklat Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil.
b. Penulis dapat mengaktualisaikan nilai-nilai dasar PNS dalam tugas dan fungsi
jabatannya di Puskesmas Batukara
2. Bagi Organisasi
Terwujudnya Visi Misi Puskesmas yaitu masyarakat Batukara Sehat dan
Maju. Dalam rangka menyonsong masyarakat sehat, salah satunya dengan upaya
pencegahan stunting di masyarakat.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Aktualisasi nilai-nilai Dasar Profesi ASN ini dibatasi pada
pembahasan bagaimana Upaya pencegahan stunting yang dilakukan dengan cara
melakukan konsultasi terpusat di desa atau kunjungan rumah bagi masyarakat yang
mempunyai atau berpotensi masalah Gizi, yang dilihat dari data antropometri di
Posyandu.
Jadi kegiatan ini dilaksanakan sejalan dengan kegiatan posyandu untuk
mengambil data antropometri sasaran yang terbaru melalui pengukuran Berat badan
dan tinggi badan, melakukan edukasi isi piringku di posyandu dan pembagian leaflet
serta kunjungan terjadwal di masyarakat Melalui wadah Kegiatan Setiap Hari Sabtu
Konsul Indor Masyarakat yang Bermasalah Gizi “Seribu Koin Mas Bezi”.
A. Dasar Hukum
Berdasarkan PERMENKES No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat menyatakan bahwa kedudukan Puskesmas, yaitu :
a. Sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam sistem kesehatan nasional,
khususnya subsistem upaya kesehatan;
b. Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan yang bertanggung jawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota, dan;
c. Dalam sistem pemerintah daerah memiliki jalur koordinasi horizontal dengan
pelayanan kesehatan primer lainnya.
2) Keadaan Demografis
Kependudukan
Penduduk adalah orang atau sejumlah orang yang menempati suatu
wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Data tentang kependudukan
sangat penting dalam menghitung sebaran jumlah penduduk, usia penduduk,
pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan. Data ini bisa diperoleh dari laporan
penduduk, sensus penduduk, dan survei penduduk. Jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Batukara pada Tahun 2019 sebanyak 2.508 jiwa yang
tersebar di 4 wilayah Desa, dengan jumlah KK 558.
Tabel 2.3
Distribusi penduduk wilayah kerja Puskesmas Batukara
Berdasarkan kelompok umur
Kelompok Umur Jumlah Penduduk
No
(Tahun) Laki-laki Perempuan Total
Sarana pendidikan
Adapun distribusi fasilitas pendidikan di Kecamatan Batukara dapat dilihat
pada Tabel 2.4 di bawah ini :
Tabel 2.4
Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Batukara Tahun 2019
Desa Sekolah Jumlah
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/MA SMK
Bone-bone 1 1 2
Lanobake 2 1 1 4
Moolo 2 2 1 1 6
Baluara 2 1 1 1 5
Total 7 5 3 1 1 17
Sumber : Data Primer 2019
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yang ada di
wilayah Batukara terdapat 17 sarana pendidikan.
Ketenagaan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia
Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis
dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan
analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah
kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama lainnya di wilayah (Permenkes RI No 75 Tahun 2014).
14
bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai (Lembaga Administrasi Negara, 2015).
PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang
tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis,
melayani masyarakat secara adil dan konsisten dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Terdapat beberapa nilai dasar yang merujuk kepada akuntabilitas,
yaitu :
a) Jujur
Terkait dengan kepatuhan tehadap hukum dan pera turan yang
diterapkan.
b) Integritas
Kewajiban mematuhi semua peraturan, dan dapat memberikan
kepercayaan publik.
c) Adil
Memperlakukan Masyarakat secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
d) Tanggung Jawab
Konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan.
e) Mendahulukan kepentingan public
Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok dan pribadi.
f) Transparan
Mendorong komunikasi dan kerjasama serta memberikan perlindungan
dari pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi dalam pengambilan
keputusan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan keyakinan
masyarakat.
g) Kejelasan Wewenang
Gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi keeenangan, tujuan
dan hasil yang diharapkan.
h) Konsisten
Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
15
i) Netral
Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis.
16
b) Mengenali nilai-nilai perjuangan kemerdekaan, keteladanan dari para pendiri
bangsa, dan menjadikannya sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
c) Menjaga dan mengimplementasikan nilai-nilai gotong royong dan
kebersamaan sebagai modal sosial dan kultural penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan.
3. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi tentang standar atau norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah prilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik
untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi dan kebijaksanaan
didalam pelayanan publik (Haryatmoko, 2001). Sementara itu, nilai-nilai dasar
etika public, yaitu:
a) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila;
b) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
d) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
f) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada public;
h) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
i) Memberikan layanan kepada publik secara jujur tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun;
j) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k) Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama;
l) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
m) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
n) Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
17
4. Komitmen mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan (customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya dan bahkan
melampaui harapan. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar
untuk mencapai hasil kerja. Mutu juga dapat digunakan sebagai alat pembeda
atau pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh
lembaga lain sebagai pesaing. Dalam meningkatkan mutu terdapat 4 komponen
yang harus dipenuhi yaitu, efektifitas, efisiensi, kreatifitas dan inovasi.
a) Efektifitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan
yang ditetapkan, atau berhasil mencapai apapun yang dikerjakannya.
Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performance untuk mencapai
target sesuai rencana baik dari aspek mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan
alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan (customer).
b) Efisiensi organisasi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasional. Efisiensi dapat diukur dari ketepatan
realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang
keluar alur (penghematan biaya, waktu, tenaga dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan).
c) Berpikir kreatif adalah suatu cara berpikir dimana seseorang mencoba
menemukan hubungan-hubungan baru untuk memperoleh jawaban baru
terhadap suatu masalah. Kreatifitas pada umumnya berkaitan dengan
kemampuan dan keuletan untuk berupaya menemukan ide-ide ataupun hal-
hal baru. Tuntutan globalisasi yang tengah melanda dunia di berbagai sektor
pelayanan publik menjadikan masyarakat semakin kritis untuk mendapatkan
pelayanan terbaik dari pemerintah. Oleh karena itu setiap pelayanan harus
diupayakan selalu dapat dicari pemecahan permasalahan yang ada untuk
dapat dicarikan solusi yang dapat segera dikerjakan secara kreatif.
d) Inovasi adalah kegiatan yang meliputi seluruh proses menciptakan dan
menanarkan jasa atau barang baik yang sifatnya baru, lebih baik atau lebih
murah dibandingkan dengan yang tersedia sebelumnya. Sebuah inovasi
18
dapat berupa produk atau jasa yang baru, teknologi proses produksi yang
baru, sistem struktur dan administrasi baru atau rencana baru bagi anggota
administrasi (Richad L Daft,2010). Nilai-nilai dasar dalam menjalankan
komitmen mutu yaitu:
1) Adanya komitmen bagi kepuasan masyarakat;
2) Pemberian layanan yang cepat, tepat dan senyum;
3) Pemberian layanan yang dapat memberikan perlindungan kepada public;
4) Pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah; dan
5) Upaya perbaikan secara berkelanjutan.
5. Anti korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, dan
kehidupan yang lebih luas yang tidak hanya berdampak buruk dalam kurun
waktu yang pendek, namun juga secara jangka panjang (Lembaga Administrasi
Negara, 2015).
Adapun nilai-nilai anti korupsi yang diidentifikasi oleh KPK yaitu jujur,
peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras sederhana, berani dan adil.
Agar prilaku anti korupsi dapat diwujudkan, maka terdapat beberapa indikator
keberhasilan, yaitu:
a. Mampu mengidentifikasi sikap dan perilaku yang mengarah dan atau
termasuk prilaku korupsi;
b. Mampu menjelaskan cara-cara menghindari prilaku korupsi; dan
c. Mampu menjelaskan risiko dari tindakan korupsi bagi dirinya, keluarga, dan
masyarakat secara keseluruhan.
19
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Berdasarkan
jenisnya ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b) Pegawai pemerintah dengan perjanjian Kerja (PPPK).
Berdasarkan pasal 10 Undang-undang No. 5 tahun 2014 Pegawai
ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pasal 11
mengatakan bahwa untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka
pegawai ASN berfungsi sebagai berikut :
a) Melaksanakan kebijakan public yang dibuat oleh pejabat Pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b) Memberikan pelayanan public yang profesional dan berkualitas; dan
c) Memperekat persatuan dan kesatuan bangsa.
21
d) Tantangan dalam Praktek WoG
1) Kapasitas SDM dan Institusi;
2) Nilai dan budaya organisasi; dan
3) Kepemimpinan.
e) Praktek WoG dalam pelayanan Publik
Pola Pelayanan WoG terdiri dari 5, yaitu sebagai berikut :
1) Pola Pelayanan Teknis Fungsional;
2) Pola Pelayanan satu atap;
3) Pola pelayanan satu pintu;
4) Pola pelayanan terpusat; dan
5) Pola pelayanan elektronik.
3. Pelayanan Publik
Pelayanan public adalah semua jenis pelayanan untuk menyediakan
barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi kriteria yaitu
merupakan jenis barang atau jasa yang memiliki eksternalitas tinggi dan sangat
diperlukan masyarakat serta penyediaannya terkait dengan upaya mewujudkan
tujuan bersama yang tercantum dalam konstitusi maupun dokumen perencanaan
pemerintah, baik dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga,
mencapai tujuan strategis pemerintah dan memenuhi komitmen dunia
internasional. Menurut Dwiyanto (2010 : 21) dalam Modul Pelayanan Publik
(Purwanto, Tyastiani, Taufiq & Novianto, 2017).
Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik
menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Paradigma administrasi public sebagai bagian dari teori manajemen
pelayanan public :
a) Old Publik Administration (OPA) (Wilson, 1887-1937) melihat pelayanan
public merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah saja,
Negara sebagai satu-satunya lembaga yang dianggap mampu
menyelesaikan masalah dalam masyarakat.
22
b) New Publik Management (NPM) (Osbom, 1992-2000) melihat kekurangan
dari OPA yang hana dikuasai pemerintah, maka NPM memunculkan peran
swasta dalam pemberian pelayanan public, sayangnya NPM terlalu
berorientasi pada keuntungan.
c) New Publik Service (Denhardt, 2003) melihat kekurangan dari OPA dan
NPM, maka NPS melibatkan partisipasi masyarakat sebagai pemberi mandat
pada pemerintah, maka masyarakat memiliki peran aktif dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan public, yaitu unsur pertama
adalah organisasi penyelenggara pelayanan public, unsur kedua adalah
penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan, dan unsur ketiga adalah kepuasan yang diberikan dan atau
diterima oleh penerima layanan/pelanggan.
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif,
mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
H. Penetapan Isu dan Dampaknya
1. Identifikasi Isu
Dalam penulisan rancangan aktualisasi ini, dari hasil observasi ditemukan
beberapa isu di Wilayah Kerja Puskesmas Batukara. Dari hasil identifikasi isu
tersebut akan menghasilkan isu yang layak diangkat dan dijadikan rancangan
aktualisasi. Berikut disajikan identifikasi isu dari isu-isu yang ada :
Tabel 2.6
Keadaan sekarang dan keadaan yang diharapkan
No Uraian Kondisi Saat Kondisi yang Rumusan Isu
bermasalah Ini diharapkan
1. Masih Masih banyak Kader Posyandu Kurangnya
Rendahnya kader yang dapat mengisi pengetahuan kader
pengetahuan belum dapat KMS dengan posyandu tentang
kader tentang melakukan benar pengisian KMS di
pengisian pengisian KMS Wilayah Kerja
KMS dengan benar Puskesmas Batukara
23
2. Tingginya Ibu balita tidak Ibu balita di Rendahnya
angka balita paham tentang wilayah kerja pengetahuan ibu
Stunting di gizi seimbang Puskesmas tentang gizi
Puskesmas pada anak balita Batukara paham seimbang pada balita
Batukara tentang gizi di Wilayah Kerja
seimbang pada Puskesmas Batukara
balita
3. Kurangnya Masih banyak Semua orang tua Kurangnya partisipasi
partisipasi orang tua yang dapat membawa orang tua bayi dan
orang tua tidak membawa bayi dan balitanya balita untuk pergi ke
menimbang bayi dan balita datang ke posyandu di Wilayah
bayi dan ke posyandu posyandu Kerja Puskesmas
balita ke Batukara
posyandu
24
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Identifikasi Isu
Dalam penulisan rancangan aktualisasi ini, dari hasil observasi ditemukan
beberapa isu di Wilayah Kerja Puskesmas Batukara. Dari hasil identifikasi isu tersebut
akan menghasilkan isu yang layak diangkat dan dijadikan rancangan aktualisasi. Berikut
disajikan identifikasi isu dari isu-isu yang ada :
1) Masih rendahnya pengetahuan kader tentang pengisian KMS di wilayah kerja
Puskesmas Batukara
2) Tingginya angka balita Stunting di wilayah kerja Puskesmas Batukara
3) Kurangnya partisipasi orang tua membawa bayi dan balita timbang ke posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Batukara
B. Penetapan Isu
Berdasarkan hasil observasi di Puskesmas Batukara Kabupaten Muna saat
orientasi didapatkan 3 buah isu yang telah diidentifikasi dan terkategori, maka dilakukan
analisis penilaian untuk mengetahui tingkat permasalahan isu melalui analisis APKL
dengan skala skoring 1-5 untuk mengidentifikasi isu sebagai berikut :
25
Keterangan:
Skor : 1 – 5 A : Aktual
5 : Sangat tinggi P : Problematik
4 : Tinggi K : Kekhalayakan
3 : Cukup L : Layak
2 : Rendah
1 : Sangat rendah
C. Isu Prioritas
Dari tabel 3.1 menunjukkan bahwa isu prioritas adalah Tingginya angka balita
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Batukara.
a) Isu Stunting yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia saat ini tidak akan
teratasi kalau kita sebagai tenaga kesehatan yang berada di fasilitas tingkat
primer/puskesmas tidak mempunyai upaya untuk melakukan pencegahan stunting.
b) Jika Stunting tidak mendapat perhatian akan berdampak pada kesehatan anak
karena mempengaruhi tingkat perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan
pertumbuhan fisik secara otomatis akan mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia yang ada di Indonesia.
26
F. Kegiatan dan Tahapan Untuk Memecahkan Isu
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
27
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
WOG:
Mengutamakan upaya- upaya
kolaborasi,integrasi dan koordinasi
2. Melakukan Terwujudnya Akuntabilitas : adanya semangat
koordinasi persetujuan kerjasama yang tinggi
dengan Bidan rencana Nasionalisme : terdapat pada sikap
kegiatan dan saling membantu antar sesama rekan
dokumentasi kerja.
kegiatan
Etika Publik : Saling menghargai
tanpa melihat status baik sesame
petugas maupun kader.
Komitmen Mutu : Tepat dalam
memberdayakan SDM
Anti Korupsi : melakukan koordinasi
tepat waktu
28
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
29
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
30
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
31
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
32
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
33
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
34
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
35
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
36
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
37
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
38
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
39
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
40
G. Kaitan Isu Dengan Agenda Kedudukan dan Peran ASN
1) Whole Of Government
Koordinasi yang efektif dan efisien merupakan salah satu aspek penunjang
tingkat keberhasilan suatu kegiatan yang ingin diterapkan. Oleh karena itu
diperlukan koordinasi yang baik dengan kepala puskesmas untuk mendapatkan
bimbingan atau masukan sehingga dalam pelaksanaan “Seribu Koin Mas Bezi”
pada masyarakat atas program yang akan kita lakukan untuk mengoptimalkan
pelayanan gizi di Puskesmas Batukara dapat terlaksana dengan baik.
2) Pelayanan Publik
Isu yang diangkat memiliki unsur-unsur pelayanan public yaitu Senantiasa
memberikan pelayanan untuk preventif dan kuratif pada ibu balita melalui konseling
gizi.
3) Manajemen ASN
Setiap ASN secara akuntabel diharuskan memberikan pelayanan yang
professional dan berintegritas. Hal ini diharapkan agar mendorong peningkatan
kreativitas ASN dalam meningkatkan status derajat kesehatan dengan kegiatan
Setiap Hari Sabtu Konsul Indor Masyarakat yang Bermasalah Gizi (Seribu Koin
Mas Bezi) di Puskesmas Batukara.
41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun Rencana tindak lanjut dari rancangan aktualisasi adalah sebagai
berikut :
42