Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil atau disingkat Latsar CPNS adalah
syarat bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Sebelum tahun 2015 dikenal sebagai Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
atau disingkat Diklat Prajabatan. Perubahan tersebut tidak hanya sebatas pada
pergeseran nomenklatur saja, tetapi ada perubahan secara menyeluruh, terkait
pelaksanaannya.
Ada beberapa perubahan yang terjadi setelah istilah Prajabatan tidak dipakai lagi.
Yang berubah yaitu durasi pelaksanaan, metodologi, dan kurikulumnya. Hal ini merujuk
pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil, serta Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (Perka-LAN) Nomor
12 Tahun 2018, tentang Pelatihan Dasar CPNS.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (Good And Clean
Governance) sangat ditentukan oleh peran Aparatur Negara. Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang merupakan bagian dari aparatur Negara harus memiliki komitmen dalam
melayani masyarakat. Ditegaskan dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN), pegawai ASN memiliki peran penting dalam penyelenggaraan
pemerintah yang berfungsi sebagai : (1) Pelaksana Kebijakan Publik; (2) Pelayan
Publik; (3) Perekat dan Pemersatu Bangsa. Oleh karena itu penting agar PNS memiliki
profesionalisme dan kompetensi yang memadai untuk bisa menjalankan tugas tersebut
dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Sesuai Peraturan Kepala LAN-RI Nomor 38 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Diklat Prajabatan Pola Baru. Sistem ini menuntut setiap peserta diklat untuk dapat
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang disingkat menjadi ANEKA.
Dengan adanya pelatihan dan pendidikan pembentukan PNS profesional, maka
penyelenggaraan negara dapat berjalan dengan baik khususnya dibidang
pembangunan kesehatan baik diseluruh sektor fasilitas kesehatan, dalam hal ini fasilitas
Laporan Rancangan Aktualisasi Page 1
kesehatan pertama yaitu Puskesmas yang diatur dalam Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tentang fungsi dan wewenang puskesmas dalam penyelenggaraan
pembangunan puskesmas.
Puskesmas merupakan unit teknis yang bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan
yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat, pusat
pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam
rangka pencapaian keberhasilan fungsi puskesmas sebagai ujung tombak
pembangunan bidang kesehatan.
Peran ASN di bidang kesehatan melalui kegiatan mewujudkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas prima di Puskesmas meliputi pelayanan preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitative. Salah satu upaya kesehatan masyarakat di Puskesmas yaitu
melalui program gizi masyarakat. Masalah Kesehatan di Indonesia saat ini adalah
Stunting Keseriusan dalam pencegahan stunting harus melibatkan semua pihak
terutama para ASN yang diberikan amanah untuk menjalankan tugas dalam
pencegahan stunting .
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari
standar usianya. Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor
keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya
menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui,
genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila
dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya), dan
pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya
bisa dicegah.
Stunting bermula dari kekurangan nutrisi, sehingga dampaknya sangat luas
bagi tumbuh kembang seorang anak. Tidak hanya fisik tapi juga bisa mental dan
tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi karakternya kelak serta besarnya
masalah stunting pada anak hari ini akan berdampak pada kualitas bangsa masa
depan.
Laporan Rancangan Aktualisasi Page 2
Dari data Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8 persen
balita di Indonesia mengalami stunting. Angka ini turun jika dibandingkan data
Riskesdas 2013, yakni 37,2 persen. Dan berdasarkan data di Puskesmas Batukara
periode januari-februari terdapat balita stunting sebanyak 38 anak balita dari total 217
sasaran balita atau 17,5 %.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan aktualisasi
dengan judul “Upaya Pencegahan Stunting Melalui Kegiatan Setiap Hari Sabtu Konsul
Indor Masyarakat yang Bermasalah Gizi (Seribu Koin Mas Bezi) di Wilayah Kerja
Puskesmas Batukara Kab. Muna.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Teraktualisasinya nilai-nilai konsepsi dasar (ANEKA) dan kedudukan serta
peran ASN dalam pelaksanaan tugas pokok penulis sebagai Nutisionis Terampil di
wilayah kerja Puskesmas Batukara
2. Tujuan Khusus
Terselenggaranya kegiatan upaya pencegahan stunting melalui kegiatan
pendekatan Intervensi sasaran 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) berupa
kunjungan ke masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Batukara
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Penulis lebih bisa menjalankan dan mengimplementasikan perannya dalam
lingkup kegiatan sehari-hari menggunakan nilai-nilai dasar ASN yang telah
didapakan selama mengkuti inclass Diklat Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil.
b. Penulis dapat mengaktualisaikan nilai-nilai dasar PNS dalam tugas dan fungsi
jabatannya di Puskesmas Batukara
2. Bagi Organisasi
Terwujudnya Visi Misi Puskesmas yaitu masyarakat Batukara Sehat dan
Maju. Dalam rangka menyonsong masyarakat sehat, salah satunya dengan upaya
pencegahan stunting di masyarakat.

Laporan Rancangan Aktualisasi Page 3


3. Bagi Masyarakat
Tercapainya Masyarakat sehat secara optimal dan meningkatkan derajat
kesehatan secara umum dan khususnya upaya kesehatan gizi berbasis
masyarakat.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Aktualisasi nilai-nilai Dasar Profesi ASN ini dibatasi pada
pembahasan bagaimana Upaya pencegahan stunting yang dilakukan dengan cara
melakukan konsultasi terpusat di desa atau kunjungan rumah bagi masyarakat yang
mempunyai atau berpotensi masalah Gizi, yang dilihat dari data antropometri di
Posyandu.
Jadi kegiatan ini dilaksanakan sejalan dengan kegiatan posyandu untuk
mengambil data antropometri sasaran yang terbaru melalui pengukuran Berat badan
dan tinggi badan, melakukan edukasi isi piringku di posyandu dan pembagian leaflet
serta kunjungan terjadwal di masyarakat Melalui wadah Kegiatan Setiap Hari Sabtu
Konsul Indor Masyarakat yang Bermasalah Gizi “Seribu Koin Mas Bezi”.

Laporan Rancangan Aktualisasi Page 4


BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN KONSEP NILAI-NILAI DASAR ASN
DAN PERAN DAN KEDUDUKAN ASN

A. Dasar Hukum
Berdasarkan PERMENKES No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat menyatakan bahwa kedudukan Puskesmas, yaitu :
a. Sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam sistem kesehatan nasional,
khususnya subsistem upaya kesehatan;
b. Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan yang bertanggung jawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota, dan;
c. Dalam sistem pemerintah daerah memiliki jalur koordinasi horizontal dengan
pelayanan kesehatan primer lainnya.

B. Visi dan Misi Organisasi


 Puskesmas Batukara memiliki visi ”Masyarakat Batukara Sehat & Maju”.
Untuk mewujudkan visi tersebut Puskesmas Batukara menetapkan 3 (Tiga) misi,
sebagai berikut :
1. Mendorong kemandirian masyarakat untuk membudayakan prilaku hidup bersih dan
sehat;
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau;
3. Meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat; dan
4. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
 Nilai Organisasi (BATUKARA)
B : Berinovatif (menciptakan sesuatu yang belum pernah ada menjadi
ada atau menciptakan sesuatu yang sama sekali berbeda)
A : Adil (Suatu sikap yang tidak memihak atau sama rata, tidak ada yang
lebih dan tidak ada yang kurang)
T : Terjaga (pelayanan kesehatan selalu terjaga)
U : Unggul (selalu terdepan dalam melakukan pelayanan)

Laporan Rancangan Aktualisasi Page 5


K : Kreatif (kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa
yang telah ada)
A : Aman (memberikan keamanan baik dalam hal keamanan pengobatan/
pelayanan (patient safety), keamanan lingkungan, maupun keamanan
dari bahaya lainnya)
R : Rajin (sungguh-sungguh bekerja dan selalu berusaha giat)
A : Amanah (menjadi puskesmas jujur atau dapat dipercaya)

C. Tugas dan Fungsi Organisasi


Puskesmas Batukara mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tuujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya Kecamatan sehat berdasarkan rencana strategis dinas
kesehatan.
Dalam menyelenggarakan tugasnya, Puskesmas mempunyai fungsi :
a. Pusat pembangunan kesehatan masyarakat di Wilayah kerjanya;
b. Penyusunan rencana dan program kegiatan upaya kesehatan masyarakat (UKM)
tingkat pertama dan upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama;
c. Penyelenggaraan UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan, kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pelayanan gizi dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit untuk mendukung pencapaian
standar pelayanan minimal;
d. Penyelenggaraan UKM pengembangan meliputi upaya kesehatan sekolah, upaya
kesehatan olahraga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan
masyarakat, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya
kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut, upaya pembinaan pengobatan
tradisional, upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyakat;
e. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama yaitu pelayanan rawat jalan, pelayanan
gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan sesuai dengan standar prosedur operasional
dan standar pelayanan;
Laporan Rancangan Aktualisasi Page 6
f. Pengoordinasion kegiatan pelayanan kesehatan pada Puskesmas pembatu di
wilayah kerjanya;
g. Pembinaan kepala Puskesmas pembantu di wilayah kerjanya;
h. Pengedalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya; dan
i. Pelaksanaan tugas lain yang diserahkan oleh Kepala Dinas Kesehatan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
 Tupoksi atau uraian tugas Nutrisionis Terampil
Tupoksi atau uraian tugas Nutrisionis Terampil yang dimuat dalam
KEPMENPAN NOMOR 23/KEP/M.PAN/4/2001, antara lain sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data gizi dalam rangka menyusun rencana tahunan;
2. Mengumpulkan data gizi dalam rangka menyusun rencana 3 bulanan;
3. Mengumpulkan data gizi dalam rangka menyusun rencana bulanan;
4. Mengumpulkan data anak balita, ibu hamil dan buteki untuk pemberian
makanan tambahan, penyuluhan dan pemulihan pada anak balita dengan status
gizi kurang;
5. Mengumpulkan data makanan kelompok sasaran setempat untuk penilaian
mutu gizi, makanan dan dietetik;
6. Melakukan pengukuran Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB), umur di unit atau
wilayah kerja secara bulanan bagi anak balita;
7. Melakukan pengukuran TB, BB, umur di unit atau wilayah kerja sesuai
kebutuhan;
8. Melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) di unit atau wilayah kerja;
9. Mencatat dan melaporkan hasil pengukuran BB, TB, dan Umur;
10. Mencatat dan melaporkan hasil pengukuran LILA;
11. Menyediakan makanan tambahan untuk balita atau penyuluhan gizi;
12. Menyediakan kapsul Vitamin A;
13. Memantau kegiatan pengukuran BB, TB, Umur di tingkat desa meliputi sasaran,
status gizi, dan SKDN, secara bulanan pada posyandu;
14. Memantau kegiatan PMT balita; dan
15. Melakukan konseling gizi.
Laporan Rancangan Aktualisasi Page 7
D. Struktur Organisasi

Laporan Rancangan Aktualisasi Page 8


E. Gambaran Umum Organisasi
1) Keadaan Geografis
 Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas Batukara terletak di Kecamatan Batukara,
sekitar 30 ml dari Ibukota Kabupaten. Secara atronomis Kecamatan Batukara
adalah wilayah administrasi Kabupaten Muna yang terletak di bagian barat
pulau Buton dan secara geografis Kecamatan Batukara terletak di bagian
selatan garis khatulistiwa memanjang dari utara ke selatan diantara 4 045’
sampai 4053’ lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara
122048’ sampai 122056’ Bujur Timur.
Luas daratan Kecamatan Batukara sekitar 69,39 KM2 terdiri dari 4 desa
defenitif, yaitu Desa Bone-Bone luas 13,58 KM2, Desa Lanobake luas 19,81
KM2, Moolo luas 26,41 KM2, dan Baluara luas 9,86 KM2 dengan 8 RW/RK
dengan jumlah penduduk 2.529 jiwa
 Batas Wilayah
Batas wilayah administrasi Kecamatan Batukara mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Maligano;
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara;
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Wakorumba Selatan;
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton

Gambar 1. Peta wilayah Kerja Puskesmas Batukara


Laporan Rancangan Aktualisasi Page 9
 Sarana Penunjang di wilayah kerja
Tabel 2.1
Sarana penunjang di wilayah kerja Puskesmas Batukara Tahun 2019
a. Sarana Pendidikan
· Taman Kanak-Kanak/RA : 6
· Sekolah Dasar( SD/MIN ) : 5
· Sekolah Menengah Pertama( SMP) / sederajat : 3
· Sekolah Menengah Atas /sederajat : 2
· Perguruan Tinggi : 0
· Pondok Pesantren : 0
b. Tempat – tempat umum
· Pasar : 1
· Supermarket/Mini : 0
· Warung/RM : 19
· Tempat pengelolaan makanan : 0
c. Sarana Institusi
· Sarana Kesehatan : 6
· Sarana Pendidikan : 16
· Sarana Ibadah : 4
· Perkantoran : 7

2) Keadaan Demografis
 Kependudukan
Penduduk adalah orang atau sejumlah orang yang menempati suatu
wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Data tentang kependudukan
sangat penting dalam menghitung sebaran jumlah penduduk, usia penduduk,
pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan. Data ini bisa diperoleh dari laporan
penduduk, sensus penduduk, dan survei penduduk. Jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Batukara pada Tahun 2019 sebanyak 2.508 jiwa yang
tersebar di 4 wilayah Desa, dengan jumlah KK 558.

Laporan Rancangan Aktualisasi Page 10


Tabel 2.2
Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Batukara
No Desa Pria Wanita Total
1 Bone-bone 284 205 489
2 Lanobake 256 225 481
3 Moolo 496 439 935
4 Baluara 327 276 603
Jumlah 2.508
Sumber: Data Primer Tahun 2019

Adapun distribusi penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur


dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini :

Tabel 2.3
Distribusi penduduk wilayah kerja Puskesmas Batukara
Berdasarkan kelompok umur
Kelompok Umur Jumlah Penduduk
No
(Tahun) Laki-laki Perempuan Total

1 0–4 171 88 259


2 5–9 166 123 289
3 10 – 14 168 129 297
4 15 – 19 192 144 336
5 20 – 24 122 77 199
6 25 – 29 83 92 175
7 30 – 34 69 86 155
8 35 – 39 77 62 139
9 40 – 44 56 76 132
10 45 – 49 91 82 173
11 50 – 54 61 58 119
12 55 – 59 39 34 73
13 60 – 64 27 33 60
14 65 – 69 20 24 44

Laporan Rancangan Aktualisasi Page 11


15 70 – 74 8 15 23
16 75+ 13 22 35
PUSKESMAS 1.363 1.145 2.508
Sumber: Data Primer Tahun 2019

 Sarana pendidikan
Adapun distribusi fasilitas pendidikan di Kecamatan Batukara dapat dilihat
pada Tabel 2.4 di bawah ini :
Tabel 2.4
Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Batukara Tahun 2019
Desa Sekolah Jumlah
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/MA SMK
Bone-bone 1 1 2
Lanobake 2 1 1 4
Moolo 2 2 1 1 6
Baluara 2 1 1 1 5
Total 7 5 3 1 1 17
Sumber : Data Primer 2019

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yang ada di
wilayah Batukara terdapat 17 sarana pendidikan.

 Ketenagaan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia
Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis
dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan
analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah
kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama lainnya di wilayah (Permenkes RI No 75 Tahun 2014).

Laporan Rancangan Aktualisasi Page 12


Adapun distribusi Ketenagaan Berdasarkan Jumlah dan Kualifikasi
Pendidikan di Kecamatan Batukara dapat dilihat pada Tabel 2.5 di bawah ini:
Tabel 2.5
Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Jumlah dan Kualifikasi Pendidikan
di Kecamatan Batukara Tahun 2019
Status Kepegawaian
Jenis Tenaga
No PNS PTT Daerah NS Sukarela Jumlah
Kesehatan
1 Dokter Umum 0 0 0 0 0 0
2 Dokter Gigi 0 0 0 0 0 0
3 S1 Kesmas 1 0 0 1 4 6
4 S1 Ekonomi 0 0 0 0 0 0
5 Apoteker 0 0 0 1 0 1
6 S1 Farmasi 0 0 0 0 1 1
7 S1/D4 Gizi 0 0 0 0 1 1
8 S1 Keperawatan 0 0 0 0 1 1
9 S1 Ners 0 0 0 0 1 1
10 D4 Kebidanan 1 0 0 0 2 3
11 D3 Kebidanan 2 0 0 0 9 11
12 D3 Kesling 2 0 0 0 0 2
13 D3 Analis 0 0 0 1 1 2
14 D3 Gizi 1 0 0 0 0 1
15 D3 Perawat 4 0 0 2 8 14
16 D3 Perawat Gigi 0 0 0 0 1 1
17 D1 Perawat 0 0 0 0 0 0
18 D1 Kebidanan 0 0 0 0 0 0
19 D3 Tehnik gigi 0 0 0 0 0 0
20 Sopir 0 0 0 0 1 0
Total 11 0 0 5 30 46
Sumber : Data Primer 2019

Laporan Rancangan Aktualisasi Page 13


F. Konsepsi Nilai- Nilai Dasar ASN
Aparatur Sipil Negara yang kemudian dapat disingkat ASN harus memiliki
pemahaman (internalisasi) dan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN.
Nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap ASN adalah Akuntabilitas ASN,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,dan Anti korupsi yang dikenal dengan
akronim menjadi ANEKA. Setiap ASN yang profesional harus memiliki integritas
untuk menginternalisasi dan mengaktualisasi nilai-nilai ANEKA dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya sehari-hari. Berdasarakan dari kelima nilai dasar ANEKA
tersebut, yang harus ditanamkan kepada setiap pegawai ASN, maka perlu dijelaskan
indikator-indikator dari ANEKA, sebagai landasan teori yaitu:
1. Akuntabilitas PNS
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai public.
Nilai-nilai public tersebut antara lain adalah
a) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan public dengan kepentingan sector,
kelompok, dan pribadi;
b) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
c) Memperlakukan warga Negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan public;
d) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintah.

Ada banyak aspek yang harus diperhatikan dalam menciptakan


lingkungan organisasi yang akuntabel. Aspek-aspek tersebut yaitu :
kepemimpinan; transparansi; integritas; tanggung jawab (responsibilitas);
keadilan; kepercayaan; keseimbangan; kejelasan; konsistensi.

Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan


responsibiltas atau tanggung jawab. Namun, pada dasarnya kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk

14
bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai (Lembaga Administrasi Negara, 2015).
PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang
tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis,
melayani masyarakat secara adil dan konsisten dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Terdapat beberapa nilai dasar yang merujuk kepada akuntabilitas,
yaitu :
a) Jujur
Terkait dengan kepatuhan tehadap hukum dan pera turan yang
diterapkan.
b) Integritas
Kewajiban mematuhi semua peraturan, dan dapat memberikan
kepercayaan publik.
c) Adil
Memperlakukan Masyarakat secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
d) Tanggung Jawab
Konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan.
e) Mendahulukan kepentingan public
Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok dan pribadi.
f) Transparan
Mendorong komunikasi dan kerjasama serta memberikan perlindungan
dari pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi dalam pengambilan
keputusan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan keyakinan
masyarakat.
g) Kejelasan Wewenang
Gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi keeenangan, tujuan
dan hasil yang diharapkan.
h) Konsisten
Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.

15
i) Netral
Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis.

Agar nilai akuntabilitas dapat diterapkan secara profesional terdapat


beberapa indikator keberhasilan akuntabilitas, yaitu :
Menginternalisasi nilai-nilai dasar akuntabilitas dan kepentingan publik.
a. Mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan
pribadi, kelompok dan sektor.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis memperlakukan
masyarakat secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
c. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bukan
sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting. ASN
yang memiliki nasionalisme yang kuat memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa dan negara serta mampu menerapkan nilai-nilai
pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan kebangsaan dalam setiap
pelaksanaan fungsi dan tugasnya sesuai bidangnya masing-masing (Lembaga
Administrasi Negara, 2015).
Nilai-nilai yang terkandung dalam nasionalisme pancasila diantaranya
religious, jujur, cintah tanah air, adil dan tidak diskriminasi, profesional dan
berintegritas, menjunjung tinggi keadilan dan kedisiplinan. Untuk mewujudkan
ASN dengan semangat nasionalisme tinggi, beberapa indikator yang dilakukan
untuk mencapai keberhasilan adalah sebagai berikut:
a) Memiliki pemahaman tentang keragaman bangsa dilihat aspek sejarah,
budaya, dan tingkat kemajuan sosial ekonomi dan implikasinya terhadap
manajemen kebijakan dan pelayanan publik.

16
b) Mengenali nilai-nilai perjuangan kemerdekaan, keteladanan dari para pendiri
bangsa, dan menjadikannya sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
c) Menjaga dan mengimplementasikan nilai-nilai gotong royong dan
kebersamaan sebagai modal sosial dan kultural penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan.
3. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi tentang standar atau norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah prilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik
untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi dan kebijaksanaan
didalam pelayanan publik (Haryatmoko, 2001). Sementara itu, nilai-nilai dasar
etika public, yaitu:
a) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila;
b) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
d) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
f) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada public;
h) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
i) Memberikan layanan kepada publik secara jujur tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun;
j) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k) Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama;
l) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
m) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
n) Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

17
4. Komitmen mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan (customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya dan bahkan
melampaui harapan. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar
untuk mencapai hasil kerja. Mutu juga dapat digunakan sebagai alat pembeda
atau pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh
lembaga lain sebagai pesaing. Dalam meningkatkan mutu terdapat 4 komponen
yang harus dipenuhi yaitu, efektifitas, efisiensi, kreatifitas dan inovasi.
a) Efektifitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan
yang ditetapkan, atau berhasil mencapai apapun yang dikerjakannya.
Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performance untuk mencapai
target sesuai rencana baik dari aspek mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan
alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan (customer).
b) Efisiensi organisasi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasional. Efisiensi dapat diukur dari ketepatan
realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang
keluar alur (penghematan biaya, waktu, tenaga dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan).
c) Berpikir kreatif adalah suatu cara berpikir dimana seseorang mencoba
menemukan hubungan-hubungan baru untuk memperoleh jawaban baru
terhadap suatu masalah. Kreatifitas pada umumnya berkaitan dengan
kemampuan dan keuletan untuk berupaya menemukan ide-ide ataupun hal-
hal baru. Tuntutan globalisasi yang tengah melanda dunia di berbagai sektor
pelayanan publik menjadikan masyarakat semakin kritis untuk mendapatkan
pelayanan terbaik dari pemerintah. Oleh karena itu setiap pelayanan harus
diupayakan selalu dapat dicari pemecahan permasalahan yang ada untuk
dapat dicarikan solusi yang dapat segera dikerjakan secara kreatif.
d) Inovasi adalah kegiatan yang meliputi seluruh proses menciptakan dan
menanarkan jasa atau barang baik yang sifatnya baru, lebih baik atau lebih
murah dibandingkan dengan yang tersedia sebelumnya. Sebuah inovasi

18
dapat berupa produk atau jasa yang baru, teknologi proses produksi yang
baru, sistem struktur dan administrasi baru atau rencana baru bagi anggota
administrasi (Richad L Daft,2010). Nilai-nilai dasar dalam menjalankan
komitmen mutu yaitu:
1) Adanya komitmen bagi kepuasan masyarakat;
2) Pemberian layanan yang cepat, tepat dan senyum;
3) Pemberian layanan yang dapat memberikan perlindungan kepada public;
4) Pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah; dan
5) Upaya perbaikan secara berkelanjutan.

5. Anti korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, dan
kehidupan yang lebih luas yang tidak hanya berdampak buruk dalam kurun
waktu yang pendek, namun juga secara jangka panjang (Lembaga Administrasi
Negara, 2015).
Adapun nilai-nilai anti korupsi yang diidentifikasi oleh KPK yaitu jujur,
peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras sederhana, berani dan adil.
Agar prilaku anti korupsi dapat diwujudkan, maka terdapat beberapa indikator
keberhasilan, yaitu:
a. Mampu mengidentifikasi sikap dan perilaku yang mengarah dan atau
termasuk prilaku korupsi;
b. Mampu menjelaskan cara-cara menghindari prilaku korupsi; dan
c. Mampu menjelaskan risiko dari tindakan korupsi bagi dirinya, keluarga, dan
masyarakat secara keseluruhan.

G. Konsepsi Kedudukan dan Peran ASN Dalam NKRI


1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi Politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN kebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai

19
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Berdasarkan
jenisnya ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b) Pegawai pemerintah dengan perjanjian Kerja (PPPK).
Berdasarkan pasal 10 Undang-undang No. 5 tahun 2014 Pegawai
ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pasal 11
mengatakan bahwa untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka
pegawai ASN berfungsi sebagai berikut :
a) Melaksanakan kebijakan public yang dibuat oleh pejabat Pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b) Memberikan pelayanan public yang profesional dan berkualitas; dan
c) Memperekat persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam pasal 12 peran ASN yaitu sebagai perencana, pelaksana dan


pengawas penyelenggara tugas umum pemerintah dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan public yang
professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme. Asas penyelenggaraan kebijakan dan manajemen
ASN, yaitu : Asas kepastian hukum, profesionalitas, proporsionalitas,
keterpaduan, delegasi, netralitas, akuntabilitas, efektif dan efisien,
keterbukaan, non diskriminatif, persatuan dan kesatuan, keadilan,
kesetaraan, dan kesejahteraan.
2. Whole Of Government (WOG)
a) Pengertian WoG
Sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, Manajemen program dan pelayanan publik.
Menurut United States Institute Of Peace (USIP) adalah sebuah pendekatan
yang mengintegrasikan upaya kolaboratif dari instansi pemerintah untuk
20
menjadi kesatuan menuju tujuan bersama, juga dikenal dengan
kolaborasi,kerjasama antar instansi, actor pelayanan dalam menyelesaikan
suatu masalah pelayanan. Dengan kata lain, WoG menekankan pelayanan
yang berintegrasi sehingga prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan
dalam melayani permintaan masyarakat dapat selesai dengan waktu yang
singkat.
Kemunculan WoG didorong oleh sejumlah factor-faktor pendorong
internal maupun eksternal abad 21. Guncangan globalisasi yang
menghadirkan berbagai kontradiksi (paradoks) di berbagai sector kehidupan
seperti korupsi, kemiskinan, dominasi pasar bebas di sector ekonomi dan
lain-lain yang sulit diatasi dengan cara dan pendekatan biasa (in the box)
membuat WoG menjadi keniscayaan yang tidak terhindarkan.
Salah satu bentuk penerapan WoG di sector pelayanan public adalah
e-government. E-government adalah salah satu factor pendorong strategi
(strategic enablerI) yang memungkinkan WoG dapat dilaksanakan, karena
peran dan fungsi e-government adalah menciptakan jejaring kerja (network)
kolaboratif sehingga fungsi integrasi intra dan inter agensi/instansi dapat
dilaksanakan. Keberadaan jejaring kerja yang ditopang oleh e-government
berpotensi menjadi tuas pengungkit (leverage) bagi pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi, social dan lingkungan, termasuk di dalamnya
pelayanan public. Berdasarkan hal itu, maka e-government harus
dilaksanakan di berbagai level pelayanan public (Suwarno & Sejati, 2017).
b) Cara WoG
1) Koordinasi;
2) Integrasi; dan
3) Kedekatan dan pelibatan.
c) Praktek WoG
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan yaitu :
1) Penguatan koordinasi antar lembaga;
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus;
3) Membentuk gugus tugas; dan
4) Koalisi social.

21
d) Tantangan dalam Praktek WoG
1) Kapasitas SDM dan Institusi;
2) Nilai dan budaya organisasi; dan
3) Kepemimpinan.
e) Praktek WoG dalam pelayanan Publik
Pola Pelayanan WoG terdiri dari 5, yaitu sebagai berikut :
1) Pola Pelayanan Teknis Fungsional;
2) Pola Pelayanan satu atap;
3) Pola pelayanan satu pintu;
4) Pola pelayanan terpusat; dan
5) Pola pelayanan elektronik.
3. Pelayanan Publik
Pelayanan public adalah semua jenis pelayanan untuk menyediakan
barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi kriteria yaitu
merupakan jenis barang atau jasa yang memiliki eksternalitas tinggi dan sangat
diperlukan masyarakat serta penyediaannya terkait dengan upaya mewujudkan
tujuan bersama yang tercantum dalam konstitusi maupun dokumen perencanaan
pemerintah, baik dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga,
mencapai tujuan strategis pemerintah dan memenuhi komitmen dunia
internasional. Menurut Dwiyanto (2010 : 21) dalam Modul Pelayanan Publik
(Purwanto, Tyastiani, Taufiq & Novianto, 2017).
Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik
menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Paradigma administrasi public sebagai bagian dari teori manajemen
pelayanan public :
a) Old Publik Administration (OPA) (Wilson, 1887-1937) melihat pelayanan
public merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah saja,
Negara sebagai satu-satunya lembaga yang dianggap mampu
menyelesaikan masalah dalam masyarakat.

22
b) New Publik Management (NPM) (Osbom, 1992-2000) melihat kekurangan
dari OPA yang hana dikuasai pemerintah, maka NPM memunculkan peran
swasta dalam pemberian pelayanan public, sayangnya NPM terlalu
berorientasi pada keuntungan.
c) New Publik Service (Denhardt, 2003) melihat kekurangan dari OPA dan
NPM, maka NPS melibatkan partisipasi masyarakat sebagai pemberi mandat
pada pemerintah, maka masyarakat memiliki peran aktif dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan public, yaitu unsur pertama
adalah organisasi penyelenggara pelayanan public, unsur kedua adalah
penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan, dan unsur ketiga adalah kepuasan yang diberikan dan atau
diterima oleh penerima layanan/pelanggan.
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif,
mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
H. Penetapan Isu dan Dampaknya
1. Identifikasi Isu
Dalam penulisan rancangan aktualisasi ini, dari hasil observasi ditemukan
beberapa isu di Wilayah Kerja Puskesmas Batukara. Dari hasil identifikasi isu
tersebut akan menghasilkan isu yang layak diangkat dan dijadikan rancangan
aktualisasi. Berikut disajikan identifikasi isu dari isu-isu yang ada :

Tabel 2.6
Keadaan sekarang dan keadaan yang diharapkan
No Uraian Kondisi Saat Kondisi yang Rumusan Isu
bermasalah Ini diharapkan
1. Masih Masih banyak Kader Posyandu Kurangnya
Rendahnya kader yang dapat mengisi pengetahuan kader
pengetahuan belum dapat KMS dengan posyandu tentang
kader tentang melakukan benar pengisian KMS di
pengisian pengisian KMS Wilayah Kerja
KMS dengan benar Puskesmas Batukara

23
2. Tingginya Ibu balita tidak Ibu balita di Rendahnya
angka balita paham tentang wilayah kerja pengetahuan ibu
Stunting di gizi seimbang Puskesmas tentang gizi
Puskesmas pada anak balita Batukara paham seimbang pada balita
Batukara tentang gizi di Wilayah Kerja
seimbang pada Puskesmas Batukara
balita
3. Kurangnya Masih banyak Semua orang tua Kurangnya partisipasi
partisipasi orang tua yang dapat membawa orang tua bayi dan
orang tua tidak membawa bayi dan balitanya balita untuk pergi ke
menimbang bayi dan balita datang ke posyandu di Wilayah
bayi dan ke posyandu posyandu Kerja Puskesmas
balita ke Batukara
posyandu

2. Analisis Faktor Penyebab Isu


Adapun faktor penyebab isu adalah :
1) Tingginya angka balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Batukara
2) Rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Batukara.

24
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu
Dalam penulisan rancangan aktualisasi ini, dari hasil observasi ditemukan
beberapa isu di Wilayah Kerja Puskesmas Batukara. Dari hasil identifikasi isu tersebut
akan menghasilkan isu yang layak diangkat dan dijadikan rancangan aktualisasi. Berikut
disajikan identifikasi isu dari isu-isu yang ada :
1) Masih rendahnya pengetahuan kader tentang pengisian KMS di wilayah kerja
Puskesmas Batukara
2) Tingginya angka balita Stunting di wilayah kerja Puskesmas Batukara
3) Kurangnya partisipasi orang tua membawa bayi dan balita timbang ke posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Batukara

B. Penetapan Isu
Berdasarkan hasil observasi di Puskesmas Batukara Kabupaten Muna saat
orientasi didapatkan 3 buah isu yang telah diidentifikasi dan terkategori, maka dilakukan
analisis penilaian untuk mengetahui tingkat permasalahan isu melalui analisis APKL
dengan skala skoring 1-5 untuk mengidentifikasi isu sebagai berikut :

Tabel 3.1 Analisis APKL


No Isu A P K L Total Nilai Ranking
1 Kurangnya pengetahuan kader 5 4 3 4 16 II
posyandu tentang pengisian KMS di
Wilayah Kerja Puskesmas Batukara
2 Tingginya angka balita Stunting di 5 5 4 4 19 I
Wilayah Kerja Puskesmas Batukara
3 Kurangnya partisipasi orang tua 5 4 4 4 17 II
membawa bayi dan balita timbang
ke posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Batukara

25
Keterangan:
Skor : 1 – 5 A : Aktual
5 : Sangat tinggi P : Problematik
4 : Tinggi K : Kekhalayakan
3 : Cukup L : Layak
2 : Rendah
1 : Sangat rendah

C. Isu Prioritas
Dari tabel 3.1 menunjukkan bahwa isu prioritas adalah Tingginya angka balita
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Batukara.

D. Analisis Dampak Isu


Dampak yang mungkin terjadi apabila isu “Tingginya angka balita Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Batukara” ini tidak dituntaskan melalui solusi pemecahan isu,
antara lain:

a) Isu Stunting yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia saat ini tidak akan
teratasi kalau kita sebagai tenaga kesehatan yang berada di fasilitas tingkat
primer/puskesmas tidak mempunyai upaya untuk melakukan pencegahan stunting.
b) Jika Stunting tidak mendapat perhatian akan berdampak pada kesehatan anak
karena mempengaruhi tingkat perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan
pertumbuhan fisik secara otomatis akan mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia yang ada di Indonesia.

E. Gagasan Pemecah Isu


Gagasan pemecahan isu dari yang di angkat yaitu Upaya Pencegahan Stunting
Melalui Kegiatan Setiap Hari Sabtu Konsul Indor Masyarakat yang Bermasalah Gizi
“Seribu Koin Mas Bezi”. Dengan tujuan untuk mengoptimalkan pelayanan gizi di
masyarakat melalui kunjungan terpusat di desa/ kunjungan rumah sebagai upaya
pencegahan stunting.

26
F. Kegiatan dan Tahapan Untuk Memecahkan Isu
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

Tersedianya Keterkaitan Nilai Dasar :


saran dan Akuntabilitas : adanya kejelasan
1. Perencanaan 1. Melakukan masukan terkait wewenang dan tanggungjawab antara
Pelaksanaan konsultasi kepada pelaksanaan pimpinan dan bawahan
Kegiatan atasan kegiatan di Nasionalisme: Mengutamakan nilai
lapangan musyawarah
Etika Publik : tercermin dari
komunikasi dengan santun kepada
atasan dalam penyampaian rencana
pelaksanaan kegiatan aktualisasi
Komitmen mutu : melakukan
konsultasi dengan pimpinan sebagai
upaya perbaikan mutu
Anti Korupsi : jujur dan berani dalam
menyampaikan semua rencana
kegiatan aktualisasi

27
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

WOG:
Mengutamakan upaya- upaya
kolaborasi,integrasi dan koordinasi
2. Melakukan Terwujudnya Akuntabilitas : adanya semangat
koordinasi persetujuan kerjasama yang tinggi
dengan Bidan rencana Nasionalisme : terdapat pada sikap
kegiatan dan saling membantu antar sesama rekan
dokumentasi kerja.
kegiatan
Etika Publik : Saling menghargai
tanpa melihat status baik sesame
petugas maupun kader.
Komitmen Mutu : Tepat dalam
memberdayakan SDM
Anti Korupsi : melakukan koordinasi
tepat waktu

3. Penyusunan Tersedianya Akuntabilitas : Adanya


jadwal jadwal kegiatan tanggungjawab untuk merencanakan
kegiatan dan surat kegiatan agar berjalan lancar

28
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

dilapangan & rekomendasi Nasionalisme : melaksanakan tugas


membuat pimpinan dengan cermat dan disiplin
surat Etika Publik : Kegiatan terlaksana
rekomendasi sesuai jadwal
Pimpinan Komitmen Mutu : dengan
perencanaan yang baik akan
menghasilkan output yang bermutu
Anti Korupsi : pelaksanaan kegiatan
tepat waktu

Membuat 1. Menentukan Membuat Leaflet Membuat


Terbentuknya Akuntabilitas : terdapat pada
Leaflet tema dan tentang Leaflet
2. tema dan desain tanggung jawab membuat desain
mengenai membuat desain pencegahan mengenai
sederhana leaflet
pencegahan sederhana stunting sesuai visi pencegahan
untuk Leaflet Nasionalisme : tercermin dalam
stunting puskesmas stunting
kesiapan membuat desain leaflet.
Terwujudnya dengan jelas
Etika Publik : terdapat pada
peningkatan akan
komunikasi yang baik antara rekan
derajat kesehatan menguatkan
kerja dalam membuat desai

29
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

Komitmen Mutu : terdapat inovasi masyarakat nilai edukatif


saat mendesain Leaflet diwilayah kerja
Anti Korupsi : terdapat saat Puskesmas
pembuatan Leaflet ini secara Batukara dan
sederhana dan tanggung jawab mewujudkan misi
pertama :
2. Melakukan Tersedianya Akuntabilitas : adanya kejelasan
Mendorong
Konsultasi Saran dan wewenang dan tanggungjawab antara
kemandirian hidup
dengan atasan masukan serta pimpinan dan bawahan
sehat bagi setiap
terkait tema dan persetujuan dari Nasionalisme: Mengutamakan nilai
keluarga dan
desain leaflet atasan musyawarah
masyarakat
Etika Publik : tercermin dari
diwilayah kerja
komunikasi dengan santun kepada
Puskesmas
atasan dalam penyampaian desain
Batukara
Leaflet
Komitmen mutu : melakukan
konsultasi dengan pimpinan sebagai
komitmen terhadap kualitas desain
leaflet yang bermutu.
Anti Korupsi : tercermin pada

30
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

ketepatan waktu berkonsultasi kepada


atasan
3.Mencetak Tersedianya Akuntabilitas : adanya kejelasan
Leaflet yang Leaflet yang tanggung jawab untuk mencetak
inovatif inovatif yang leaflet secara mandiri
dapat Nasionalisme : tercermin dalam
menambah berjiwa besar untuk mencetak laflet
pengetahuan mandiri
Masyarakat Etika Publik : tercermin dari
kemampuan melaksanakan tugas
dengan mandiri.
Komitmen mutu : terdapat pada
kegiatan yang efisien dan efektif
Anti Korupsi : sikap peduli terhadap
kemampuan organisasi.

31
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

3. Melakukan 1. Melakukan Terwujudnya Akuntabilitas : adanya semangat Kegiatan Dengan


penimbangan koordinasi kerjasama dan kerjasama yang tinggi penimbangan adanya
Berat Badan dengan kader masukan dari Nasionalisme : terdapat pada sikap Berat Badan dan kolaborasi
dan dalam rekan kerja saling membantu antar sesama rekan pengukuran Tinggi bersama kader
pengukuran pelaksanaan kerja Badan di Posyandu posyandu
Tinggi Badan pengukuran BB Etika Publik : Saling menghargai sesuai Misi menguatkan
di Posyandu &TB tanpa melihat status baik sesama Puskesmas yang nilai kerja
petugas maupun kader. kedua : sama
Komitmen Mutu : Tepat dalam Menyelenggarakan
memberdayakan SDM pelayanan
Anti Korupsi : melakukan koordinasi kesehatan yang
tepat waktu bermutu,merata
2.Menyiapkan Tersedianya Akuntabilitas : adanya kejelasan dan terjangkau
format pengisian format pengisian tanggung jawab untuk menyediakan
data dan Alat data hasil format dan alat pengukur BB & TB
mengukur BB & pengukuran BB Nasionalisme : tercermin dalam
TB Balita & TB berjiwa besar untuk memfasilitasi
kegiatan

32
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

Etika Publik : tercermin dari


kemampuan melaksanakan tugas
dengan mandiri.
Komitmen mutu : terdapat pada
kegiatan yang efisien dan efektif untuk
hasil yang bermutu
Anti Korupsi : sikap peduli terhadap
kemampuan organisasi.

3.Melaksanakan Terlaksananya Akuntabilitas : adanya semangat


Kegiatan kegiatan kerjasama yang tinggi
Pengukuran BB pengukuran BB Nasionalisme : melakukan
dan TB balita dan TB balita penimbangan dan pengukuran tanpa
serta hasil melihat perbedaan suku, agama dan
pengukuran dan budaya
dokumentasi Etika Publik : memberikan pelayanan
yang ramah kepada anak-anak
Komitmen Mutu : melakukan
pelayanan sesuai dengan standar

33
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

agar mendapatkan hasil pengukuran


yang baik.
Anti Korupsi : Datang ke posyandu
tepat waktu
4. Melakukan 1. Menyiapkan Tersedianya Akuntabilitas: tercermin dari Melakukan edukasi Edukasi ibu
Edukasi draft materi draft edukasi terciptanya draft edukasi sebagai akan meningkatkan balita tentang
(Konseling) edukasi (SAK) (SAK) tanggung jawab dalam aktualisasi angka kesehatan isi piringku
ibu balita Nasionalisme : Menggunakan kata masyarakat, sesuai dengan tepat
tentang Isi kalimat ajakan yang baik visi puskesmas dan sopan
Piringku dan Etika Publik : “Masyarakat santun, akan
perubahan Komitmen mutu: Terbentuknya Batukara Sehat & menguatkan
perilaku materi edukasi yang efektif dan Maju” di Wilayah nilai edukatif
inovatif kerja Puskesmas dan ramah
Anti korupsi : terbentuknya materi Batukara. Dan
edukasi yang sederhana dan mudah mewujudkan misi
di pahami serta jujur sesuai data dan Pertama :
ilmu yang ada Mendorong

34
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

2. Konsultasi Saran dan Akuntabilitas : adanya kejelasan kemandirian hidup


dengan atasan masukan serta wewenag dan tanggungjawab antara sehat bagi setiap
persetujuan pimpinan dan bawahan keluarga dan
atasan Nasionalisme: komunikasi dengan masyarakat di
atasan mengunakan bahasa yang Wilayah Kerja
sopan dan santun Puskesmas
Etika Publik :tercermin dari Batukara
komunikasi dengan santun kepada
atasan dalam penyampaian draft
penyuluhan
Komitmen mutu : melakukan
konsultasi dengan pimpinan sebagai
komitmen terhadap kualitas kegiatan
yang akan dilaksnakan.
Anti Korupsi : tercermin pada
ketepatan waktu berkonsultasi kepada
atasan

35
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

3. Melakukan Terlaksananya Akuntabilitas : tanggung jawab untuk


edukasi kepada kegiatan memberikan pengetahuan kepada
ibu balita edukasi dan sesama
dokumentasi Nasionalisme: tercermin dari peserta
kegiatan edukasi yang berasal dari berbagai
kalangan tanpa membeda-bedakan
Etika Publik : terdapat pada
penyampaian informasi dengan
santun pada saat edukasi
Komitmen Mutu: terdapat saat
penyampian edukasi yang dilakukan
secara efektif dan efisien

Anti Korupsi: terdapat dari kegiatan


edukasi yang dilakukan secara
sederhana.

36
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

5. Melakukan 1. Konsultasi Memperoleh Akuntabilitas : adanya kejelasan Kegiatan seribu Dengan


kegiatan dengan atasan. masukan atau wewenang dan tanggungjawab antara koin mas bezi melakukan
seribu koin saran dari pimpinan dan bawahan (setiap hari sabtu kegiatan
mas bezi atasan Nasionalisme: tetap mengedepankan konsul indoor seribu koin
(setiap hari nilai-nilai musyawarah masyarakat mas
sabtu konsul Etika Publik : tercermin dari dengan problem menerapkan
indoor komunikasi dengan santun kepada gizi) sekaligus nilai Mampu
masyarakat atasan dalam penyampaian draft pemberian PMT menjangkau
yang penyuluhan Pemulihan sesuai pelayanan
bermasalah Komitmen mutu : melakukan visi puskesmas kesehatan
gizi) konsultasi dengan pimpinan sebagai “Masyarakat bermutu
sekaligus komitmen terhadap kualitas kegiatan Batukara Sehat &
pemberian yang akan dilaksnakan. Maju” di wilayah
PMT Anti Korupsi : tercermin pada kerja Puskesmas
Pemulihan ketepatan waktu berkonsultasi kepada Batukara. Sesuai
atasan Misi ketiga
2.Berkoordinasi Terwujudnya Akuntabilitas : sikap tanggung jawab meningkatkan
dengan dan bidan Kerja sama antara sesama petugas promosi kesehatan
desa untuk antara petugas kepada

37
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

melaksanakan kesehatan dan Nasionalisme: kerja sama dengan masyarakat di


kegiatan dokumentasi teman kerja wilayah kerja
kegiatan Etika Publik: Tercermin dari Puskesmas
komunikasi yang santun kepada Batukara.
teman kerja (petugas gizi, bidan)
Komitmen Mutu : dengan
berkoordinasi akan menghasilkan
kegiatan yang bermutu
Anti Korupsi : Melakukan koordinasi
secara tepat waktu
3.Melakukan Memperoleh izin Akuntabilitas : Mampu memberikan
pelaporan ke untuk dampak positif kepada lintas sektor
kepala desa melaksanakan Nasionalisme: kunjungan kerumah-
tentang maksud kunjungan di rumah tanpa melihat perbedaan
kegiatan desa dan agama dan staus sosial
dokumentasi Etika Publik : pada penyampaian
informasi dengan santun pada saat
memberikan penyuluhan
Komitmen Mutu: pada saat

38
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

kunjungan dilakukan secara efektif


dan efisien

Anti Korupsi: kegiatan edukasi yang


dilakukan memperhatikan waktu
sehingga tidak menyita waktu
masyarakat
4.Melakukan Terlaksananya Akuntabilitas : tanggung jawab untuk
kunjungan kegiatan memberikan pengetahuan kepada
tepusat dan atau kunjungan sesama
kunjungan ke tepusat dan Nasionalisme: kunjungan kerumah-
rumah sasaran atau kunjungan rumah tanpa melihat perbedaan
sekaligus ke rumah agama dan staus sosial
pemberian PMT sasaran serta Etika Publik : pada penyampaian
Pemulihan dokumentasi informasi dengan santun pada saat
kegiatan memberikan penyuluhan
Komitmen Mutu: pada saat
kunjungan dilakukan secara efektif
dan efisien

39
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata pelatihan Konstribusi Penguatan
Kegiatan terhadap Visi Misi Nilai-Nilai
Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

Anti Korupsi: kegiatan edukasi yang


dilakukan memperhatikan waktu
sehingga tidak menyita waktu
masyarakat

40
G. Kaitan Isu Dengan Agenda Kedudukan dan Peran ASN
1) Whole Of Government
Koordinasi yang efektif dan efisien merupakan salah satu aspek penunjang
tingkat keberhasilan suatu kegiatan yang ingin diterapkan. Oleh karena itu
diperlukan koordinasi yang baik dengan kepala puskesmas untuk mendapatkan
bimbingan atau masukan sehingga dalam pelaksanaan “Seribu Koin Mas Bezi”
pada masyarakat atas program yang akan kita lakukan untuk mengoptimalkan
pelayanan gizi di Puskesmas Batukara dapat terlaksana dengan baik.
2) Pelayanan Publik
Isu yang diangkat memiliki unsur-unsur pelayanan public yaitu Senantiasa
memberikan pelayanan untuk preventif dan kuratif pada ibu balita melalui konseling
gizi.
3) Manajemen ASN
Setiap ASN secara akuntabel diharuskan memberikan pelayanan yang
professional dan berintegritas. Hal ini diharapkan agar mendorong peningkatan
kreativitas ASN dalam meningkatkan status derajat kesehatan dengan kegiatan
Setiap Hari Sabtu Konsul Indor Masyarakat yang Bermasalah Gizi (Seribu Koin
Mas Bezi) di Puskesmas Batukara.

41
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rancangan ini dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan Gizi di Wilayah


Kerja Puskesmas Batukara dalam upaya pencegahan Stunting dengan sistem
intervensi sehingga bisa mewujudkan SDM yang bebas stunting dan juga
rancangan ini penting dalam menginternalisasi nilai-nilai dasar PNS yaitu
ANEKA ( Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi ) selama habituasi sehingga dapat menghasilkan PNS yang berintegritas
dan sesuai ekspektasi masyarakat.

B. Saran
Adapun Rencana tindak lanjut dari rancangan aktualisasi adalah sebagai
berikut :

1. Membuat Leaflet mengenai pencegahan stunting sebagai bahan Informasi di


masyarakat.
2. Melakukan penimbangan Berat Badan dan pengukuran Tinggi Badan di
Posyandu setiap bulan sebagai aksi tanggap upaya pencegahan Stunting.
3. Melaksanakan edukasi (Konseling) ibu balita tentang Isi Piringku.
4. Melakukan kegiatan seribu koin mas bezi (setiap hari sabtu konsul indoor
masyarakat yang bermaslah gizi) sekaligus pemberian PMT Pemulihan.

42

Anda mungkin juga menyukai