Mekanisme Molekuler Dan Profil Senyawa Efedrin Dari Tanaman Ephedra sinica
Dalam Pengobatan Hipotensi
Disusun Oleh:
Nama : Dafena Alief Nur Verada
NIM : 212210101009
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2023
Mekanisme Molekuler Dan Profil Senyawa Efedrin Dari Tanaman Ephedra sinica
Dalam Pengobatan Hipotensi
Abstrak
Efedrin (1R-2S-2-metillamino-1-fenilpropan-1-ol) adalah senyawa obat amina
adrenergik yang berasal dari tanaman ephedra. Prekursor biosintesis efedrin adalah L-
fenilalanin. Efedrin dapat diperoleh melalui tiga metode, yaitu sintesis kimia, semisintesis, dan
ekstraksi. Metode semisintesis adalah metode yang paling sering digunakan. Efedrin
termasuk obat agonis simpatomimetik yang bekerja pada reseptor α dan β-adrenergik. Pada
α1 melibatkan Gq atau protein G yang mengaktivasi enzim fosfolipase C. Pada α2 melibatkan
Gi atau protein G inhibitor, yaitu protein G yang menghambat enzim adenilat siklase.
Sedangkan, pada β1 dan β2-adrenergik melibatkan Gs atau protein G stimulator, yaitu protein
G yang mengaktivasi enzim adenilat siklase. Efek dari efedrin adalah vasokontriksi perifer dan
peningkatan denyut jantung yang digunakan untuk pengobatan hipotensi akibat obat anestesi,
efek stimulasi sistem saraf pusat, bronkodilatasi, dan dekongestan.
Pendahuluan
Efedrin (1R-2S-2-metillamino-1-fenilpropan-1-ol) adalah senyawa obat amina
adrenergik yang berasal dari tanaman ephedra. Aktivitas ephedra berasal dari tiga pasang
alkaloid diastereoisomer. Di Cina, ephedra biasa disebut sebagai ma huang. Spesies ephedra
yang umumnya digunakan di Cina sebagai pengobatan adalah Ephedra sinica dan Ephedra
equisetina. Sumber utama efedrin adalah spesies ephedra dari Pakistan dan India, yaitu
Ephedra gerardiana, Ephedra intermedia, dan Ephedra mayor. Ephedra yang tumbuh di Cina
dan Pakistan atau India memiliki jumlah kandungan efedrin yang berbeda karena jumlah
efedrin dapat bervariasi tergantung dari spesies, lokasi geografis, waktu panen, dan kondisi
pertumbuhan. Efedrin juga ditemukan pada daun Sida cordifolia dan akar Pinellia ternata,
tetapi jumlahnya sangat sedikit yaitu kurang dari 2%. Efedrin memiliki struktur inti b-
feniletilamin dan berkaitan dengan turunan tipe amfetamin yang meliputi dekongestan,
bronkodilator, anorektik, antidepresan, stimulan, dan lain-lain (Limberger, 2013).
Efedrin dan analognya seperti norefedrin, pseudoefedrin, metilefedrin,
norpseudoefedrin, dan lainnya bukan merupakan alkaloid tipikal melainkan protoalkaloid
karena pada cincin heterosikliknya tidak mengandung atom nitrogen (Limberger, 2013).
Dalam sejarahnya, tanaman ephedra telah digunakan untuk pengobatan sejak ribuan tahun
yang lalu yaitu pada pengobatan tradisional Cina. Masyarakat Cina pada zaman dahulu
menggunakan ephedra untuk mengurangi demam, mengatasi asma, hidung tersumbat,
menginduksi keringat, sakit kepala dan mengobati batuk. Sedangkan zaman sekarang,
senyawa efedrin dari ephedra digunakan untuk mengobati hipotensi, asma, stimulan untuk
meningkatkan energi, sebagai suplemen makanan untuk diet, dan penambah massa otot.
Biosintesis Efedrin
Prekursor biosintesis efedrin adalah L-fenilalanin. Fenilalanin berperan hanya dalam
memberi cincin aromatik dan karbon pertama dari rantai samping. L-fenilalanin dimetabolisme
menjadi trans-asam sinamat oleh L-fenilalanin amonia-liase (PAL). Selanjutnya adalah
pemendekan rantai samping dari struktur trans-asam sinamat melalui jalur non-B-oksidatif
dan B-oksidatif. Hasilnya adalah senyawa asam benzoat dan asam piruvat. Asam benzoat
dapat mengalami esterifikasi dengan koenzim sedangkan asam piruvat mengalami asetilasi
yang selanjutnya didekarboksilasi menjadi diketon yaitu 1-fenilpropana-1,2-dion. Selanjutnya
1-fenilpropana-1,2-dion mengalami transaminasi menjadi (-)-katinon. (-)-katinon direduksi
menjadi (+)-norpseudoefedrin dan (-)-norefedrin. (+)-norpseudoefedrin termetilasi menjadi
(+)-pseudoefedrin. Sedangkan (-)-norefedrin termetilasi menjadi (-)-efedrin (Limberger, 2013).
Efedrin dapat diperoleh melalui tiga metode, yaitu sintesis kimia, semisintesis, dan
ekstraksi. Metode semisintesis adalah metode yang paling sering digunakan. Menggunakan
kombinasi fermentasi dan sintesis kimia. Benzaldehid direaksikan bersama asam piruvat
kemudian difermentasi dengan ragi sehingga terjadi piruvat dekarboksilase. Hasilnya adalah
L-fenilsetilkarbinol. L-fenilsetilkarbinol selanjutnya direaksikan dengan CH3-NH2
menghasilkan L-ephedrine. Sedangkan metode esktraksi jarang digunakan karena mahal dan
prosesnya lama. Berikut ini prosedur tradisional ekstraksi efedrin dari tanaman Ephedra
sinica:
• Ephedra dibersihkan dan dipotong menjadi simpul dengan panjang 3–5 mm.
• Ephedra yang telah dipotong dicampur dengan 64 L air dalam bejana reaksi
Mekanisme Efedrin
Efedrin adalah obat agonis simpatomimetik yang bekerja pada reseptor α dan β-
adrenergik. Efedrin bersifat agonis karena memiliki struktur yang sama dengan katekolamin
yaitu kurangnya gugus fenolik sehingga efedrin dapat berikatan dengan reseptor adrenergik
dan menghasilkan efek yang sama. Efek dari efedrin adalah vasokontriksi perifer, peningkatan
denyut jantung, stimulasi sistem saraf pusat dan bronkodilatasi (Limberger, 2013). Meskipun
efedrin dapat bekerja pada reseptor α dan β-adrenergik tetapi efedrin bekerja paling kuat pada
β1-adrenergik dengan efek meningkatkan curah jantung dan laju nadi sehingga dapat
menstabilkan tekanan darah (Rosita dkk, 2013). Pada mekanisme molekulernya, efedrin
berperan dalam menstimulasi reseptor α1, α2, β1, dan β2-adrenergik. Pada α1 melibatkan Gq
atau protein G yang mengaktivasi enzim fosfolipase C. Pada α2 melibatkan Gi atau protein G
inhibitor, yaitu protein G yang menghambat enzim adenilat siklase. Sedangkan, pada β1 dan
β2-adrenergik melibatkan Gs atau protein G stimulator, yaitu protein G yang mengaktivasi
enzim adenilat siklase. Sehingga, mekanisme molekuler efedrin dibedakan menjadi 3, yaitu
sebagai berikut:
1. α1-adrenergik melalui Gq
Jalur α1-adrenergik dimulai ketika efedrin yang bersifat agonis berikatan dengan reseptor
adrenergik maka protein Gq (protein yang mengaktivasi enzim fosfolipase C) akan aktif.
Fosfolipase C akan mengaktivasi PIP3, IP3 (Inositol trifosfat), dan DAG (Diasil gliserol). DAG
akan mengaktivasi protein kinase C (PKC), menyebabkan terjadinya fosforilasi. Sedangkan
IP3 akan mengaktifkan kanal Ca2+ sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+ di sitoplasma.
Efeknnya adalah vasokonstriksi pembuluh darah, bronkokonstriksi, glikogenolisis dan
eksitabilitas neuron (Predescu dkk, 2019). Efek vasokontriksi pembuluh darah dari efedrin ini
yang digunakan sebagai pengobatan hipotensi.
2. α2-adrenergik melalui Gi
Jalur α2-adrenergik dimulai ketika efedrin yang bersifat agonis berikatan dengan reseptor
adrenergik maka protein G jenis inhibitor (Gi) akan aktif. Protein G jenis inhibitor (Gi) yang
aktif ini akan bekerja menghambat enzim adenilat siklase. Enzim adenilat siklase yang
dihambat ini akan mengaktivasi kanal K dan menghambat second messenger berupa protein
kinase A, menyebabkan terhambatnya proses fosforilasi sehingga kadar cAMP menurun.
Kadar cAMP yang menurun mengakibatkan efek vasokontriksi pada pembuluh darah
(Predescu dkk, 2019). Efedrin yang berikatan dengan reseptor adrenergik juga
mengakibatkan terhambatnya second messenger berupa Ca2+. Mengakibatkan efek inhibisi
pelepasan neurotrasmitter, kontraksi otot, dan eksositosis pada sekretori sel. Efek
vasokontriksi pada pembuluh darah dari efedrin digunakan sebagai pengobatan dalam
penyakit hipotensi. Berikut ini skema gambar dari mekanisme molekuler efedrin pada α2-
adrenergik melalui Gi: