Sejarah Politk, Budaya, Agama di India dan Bagaimana Kristen Mengambil Peran
India merupakan negara yang di ketahui secara umum negara yang menganut agama
Hindu, akan tetapi sebenarnya pada abad 16 India adalah negara penganut agama Buddha
paling banyak karena Buddha lahir di India. Namun agama Buddha mulai terpecah dan
perlahan-lahan mengalami kemunduran hingga hampir menghilang dan terserap menjadi
agama Hindu. Menjelang abad 18 India mengalami masalah kekuasaan dari beberapa
kekaisaran seperti kekaisaran Aurungzib, kesultanan Mughal, dan kemaharajaan maratha.
Sehingga karena persaingan kekuasaan di wilayah India ada perubahan politik di pertengahan
abad 18 salah satu faktor terjadinya perubahan politik juga karena kedatangan bangsa Eropa
yaitu Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Saat kekuasaan Mughal di India, Eropa
mengalami krisis ekonomi dan mencoba menggunakan kelemahan India untuk mengambil
keuntungan.
Kekuatan Eropa di India berhasil mempertahankan diri mereka dari pihak penduduk
Bassein di Maratha pada tahun 1737 karena pada saat itu kekuatan Eropa sangat dilemahkan
oleh penduduk Bassein (Neill 1985, 11). Tidak hanya itu selain berhasil mempertahankan diri
mereka juga berhasil memperluas perdagangan mereka (Neill 1985, 12). Karena kedatangan
bangsa Eropa ke India banyak kekaisaran, dan kekerajaan di India merasa terancam dengan
kehadiran Eropa sehingga banyak peperangan yang terjadi karena perebutan kekuasaan dan
wilayah. Namun bangsa Eropa memiliki kekuatan militer yang sangat kuat sehingga lama
kelamaan banyak Kerajaan yang runtuh di India. Contohnya seperti Robert Clive seorang
pemimpin dari Inggris yang berperang melawan kesultanan Mughal di Bengal. Clive berhasil
memenangkan peperangan di Bengal dan mendapatkan gelar Gubenur Britania pertama dari
kepresidenan Bengal.
Pertengahan abad 20 kasus politik di India sangatlah rumit karena lahirnya negara
Pakistan yang terlahir karena hasil kegagalan bangsa India mewujudkan intergrasi nasional,
sehingga membuat kalangan Muslim di India memilih untuk memisahkan diri (Mashad 1999,
1). Salah satu alasan mengapa sebagian kalangan muslim di India memilih memisahkan diri
karena adanya Gerakan nasionalisme Hindu Militan yang di inisiasikan oleh Bharatiya
Janataa Party (BJP), Hindu Militan sangat merugikan karena bersifat anti asing (Mashad
1999, 9-12). Gerakan nasionalisme Hindu militant di dasari oleh tiga prinsip pertama
keinginan kaum Hindu untuk menerapkan ajaran mereka sebagai dasar mutlak bagi eksistensi
India, kedua militanisme Hindu sangat anti Barat, dan ketiga Gerakan militant Hindu di
dasarkan pada sikap militerisme dan kekerasan seperti sloganya “Hindukan segala politik dan
militerkan Hindu Raya”. Sehingga dari prinsip-prinsip ini bisa di simpulkan bahwa pada
masa itu banyak sekali terjadi diskriminasi bersifat kekerasan kepada kaum minoritas terlebih
lagi Muslim sehingga memicu mereka untuk memisahkan diri. Abad 20 lebih tepatnya tahun
1943-1944 terjadi bala kelaparan yang terjadi di Bengal, insiden tersebut menurut
Departemen Antropologi Universitas Calcutta insiden itu memakan korban sebanyak
3.400.000 orang. Tercatat juga hampir 46% dari populasi Bengal menderita karena penyakit-
penyakit gawat, namun bukan hanya Bengal yang menderita banyak bagian negara India juga
1
2
menderita salah satu contohnya seperti Nehru yang juga menderita karena kelaparan dan
penyakit epidemis karena kelaparan (Yewangoe 1996, 42-3). Jawaharlal Nehru yang
merupakan perdana Menteri India menyalahkan kemiskinan yang terjadi di India karena
pemerintahan Inggris karena kurnagnya perencanaan dan keprihatinan akan masa depan
bangsa India. Nehru berpendapat bahwa inggris pasti akan meninggalkan India dan
kekaisaran India akan menjadi kenangan, tapi mereka meninggalkan perendahan terhadap
kemanusiaan dan kesedihan yang bertumpuk (Yewangoe 1996, 42-3). Karena masalah
kelaparan pada tahun 1943-1944 masalah kemisikinan terus berlanjut sampai abad 20 akhir.
Berikut sejumlah unsur konstan dalam tragedi India yang berlanjuta pertama kemiskinan di
mana-mana, kedua perbedaan yang tajam antara kelompok-kelompok sosial di mana terdapat
sekelompok kecil yang sangat kaya sementara sisanya miskin, ketiga ada kemasabodohan
antara kekompok sosial khususnya oleh orang kaya terhadap massa yang menderita karena
kemiskinan, dan terakhir situasi miskin ini tidak dapat di pisahkan dari pemerintahan Inggri
yang Panjang di India. Tidak hanya itu konteks yang membuat India menjadi miskin salah
satunya adalah Vama atau sistem kasta, India memiliki lebih dari 4.000 kasta (Yewangoe
1996, 54). Ada empat golongan yang disebut dengan Varna pertama kaum Brahmin ada di
tingkat paling atas sebagai yang termini secara ritual, di posisi kedua ada kaum Kshatruya
para prajurit dan pejuang yang memerintah, posisi ketiga adalah kaum Vaisya yaitu para
pedagang, lalu di posisi paling bawah adalah kaum Shudra para pelayan, pekerja, dan petani.
Namun ternyata masih ada 1 kaum lagi yang di anggap sebagai orang-orang terbuang atau
orang-orang yang tidak boleh di sentuh yaitu kaum Dalit di mana mereka bekerja
menyingkirkan Bintang-binatang mati, mengerjakan kulit Binatang, dan melakukan pekerjaan
bersih-bersih (Amaladoss 2000, 40-1). Lebih tepatnya kaum Dalit merupakan orang-orang
yang ditaklukan dan di jadikan budak.
India adalah negara yang religius karena hampir setiap orang India tergolong pada
satu agama, setiap agama di India di anggap sama di hadapan hukum. Secara statistik agama
di India sebanyak 78.8% penduduknya menganut agama Hindu, Buddhisme sebanyak 0.8%,
Sikhisme sebanyak 2%, Islam sebanyak 11,6%, dan terakhir Kristen sebanyak 3,9%
(Yewangoe 1996, 46-7). Dengan banyaknya mayoritas Hindu di India bagaimana Kristen
mengambil peran? Kekristenan mengambil peran di India dengan menaruh perhatian terhadap
masalah kemiskinan yang terjadi di India. Seperti halnya kegiatan yang di lakukan oleh Ibu
Theresa yang berkomitmen untuk menolong kaum miskin dengan cara hidup Bersama
mereka yang telah kehilangan segala-galanya, memberikan penghiburan kepada yang hampir
mati semuanya adalah ungkapan tentang arti amal Kristen.
Malabar menjadi tempat tujuan awal Rasul Tomas di India, hal disebabkan karena Malabar
menjadi tempat komunitas Kristen di India. Dalam buku The Spiritual Heritage Of The St.
Thomas Christians, tertulis bahwa Gereja Malabar memiliki hubungan hierarkis dengan
Gereja Kaldea, sehingga Gereja Malabar termasuk Nestorian (Aerthayil 2001, 9). Kedatangan
Rasul Tomas ke India juga semakin diyakinkan melalui sebuah kepercayaan tradisi India,
tepatnya dalam tradisi Malabar yang menuliskan Rasul Tomas adalah salah satu dari dua
belas rasul Tuhan, yang datang dari timur dan mendarat di Cranganore, Malabar pada tahun
52 M (Aerthayil 2001, 14). Melalui pertemuan antara Rasul Tomas dan komunitas Kristen di
Malabar, menjadi awal dari terbentuknya Gereja Mar-Thoma. Oleh karena itu menurut
keyakinan yang berkembang, Rasul Tomas (Didimus) merupakan pendiri gereja ini.
India yang memberikan diri untuk dibaptis. Dari sekitar delapan puluh ribu orang yang
dibaptis, Xaverius hanya menemukan satu orang dari kasta tertinggi, yaitu Brahmana, yang
menyerahkan diri untuk dibaptis. Xaverius berusaha memfokuskan pelayanannya kepada
orang-orang kasta terbawah atau orang-orang yang tidak terdidik. Pelayanan Xaverius
memberikan dampak yang signifikan, diakhir abad-16, terdapat 16 gereja di setiap desa di
wilayah Goa, dengan seorang misionaris Jesuit yang tinggal di setiap desa (Moffet 2005, 11).
Pada tahun 1546, Xaverius pergi ke Malaka untuk melanjutkan misinya sebagai misionaris.
Tahun 1552 Xaverius kembali ke Goa, oleh karena diangkat menjadi pemimpin Ordo Jesuit
di wilayah Timur. Ia langsung berangkat ke Cina, namun dalam perjalanannya ia jatuh sakit,
lalu meninggal dekat pantai di Cina dan dikuburkan dekat Macao (Ruck 1997, 101).
Setelah kematian Xaverius, hubungan antara gereja Katolik Roma dan gereja-gereja
Syria (Nestorian) semakin memburuk. Orang-orang Gereja Mar-Thoma menggambarkan
sebagai penindasan yang terjadi di gereja Malabar. Orang-orang Portugis kembali melakukan
penginjilan dengan paksaan (Moffet 2005, 12). Pada tahun 1599, terjadi pertemuan Sinode
Diamper. Salah satu tujuannya yaitu untuk menyatukan Kekristenan Suriah dan Romawi di
India. Sebaliknya yang terjadi, Sinode Diamper menyebabkan terjadinya perpecahan gereja-
gereja di India. Akibatnya, Gereja Mar-Thoma kehilangan identitasnya, sebab Gereja Suriah
telah terpecah dari mereka. Oleh karena itu, orang-orang dari kalangan Rasul Tomas berada
dibawah kepemimpinan Uskup dari latin yang bertugas dibawah kepemimpinan uskup agung
dari Portugis. Pada akhirnya melalui Sinode Diamper, Gereja Mar-Thoma menolak ajaran
Nestorian dan berpaling kepada Gereja Katolik Roma (Moffet 2005, 15-6).
bahasa Portugis di cetak di Amsterdam dan sejumlah besar salinan dikirim ke Tranquebar.
Pada tanggal 21 Maret 1711 Ziegenbalg melaporkan bahwa pekerjaan tersebut telah selesai
meskipun mendapatkan revisian. Didampingi oleh tiga orang jerman yang diutus untuk
membantu departemen misi tersebut. Bagian pertama terjemahan yang berisi empat Injil dan
Kisah Para Rasul, hal tersebut muncul dari pers 1714. Bagian kedua, dicetak dalam bentuk
yang lebih kecil dari matriks yang telah dicetak di Tranquebar dan selesai tahun 1715. Setelah
Perjanjian Baru selesai, Ziegenbalg mengalihkan perhatiannya ke Perjanjian Lama. Pada
tanggal 28 September 1714 Ziengenbalg melaporkan kepada Francke bahwa Kitab Keluaran
telah selesai. Pada saat sebelum kematiannya, Ziengenbalg menyelesaikan pekerjaannya
hingga Kitab Ruth (Neill 1985, 34).
3. Menyusun Komunitas Gereja
Ziegenbalg yang merasa terikat oleh liturgi dan adat istiadat gereja Denmark. Meskipun ia
menerjemahkan dokumen-dokumen seperti katekismus singkat Luther langsung dari bahasa
Jerman. Ziegenbalg melakukan pelayanan dengan penuh hikmat dan menunjukkan adanya
partisipasi dari seluruh komunitas yang digunakan sebagai kesempatan untuk memberikan
kesaksian kepada orang-orang non Kristen, yang mengamati kebiasaan orang-orang Kristen
dengan rasa ingin tahu yang lebih besar daripada pemahaman. Ziegenbalg mengakui fakta
gereja baru sedang bertumbuh di India; ia memanfatkan kehadiran sejumlah bakat sastra dan
musik dalam komunitas Kristen untuk memperkenalkan nyanyian lirik Tamil ke melodi India,
selain menggunakan di gereja semakin banyak koleksi himne yang telah diterjemahkan dari
bahasa Jerman dengan nada aslinya (Neill 1985, 35).
Tanggapan masyarakat dan penguasa dari hasil yang telah dilakukan Ziegenbalg.
Masyarakat, Ziegenbalg meminta kepada masyarakat dengan menulis surat tentang apa yang
mereka rasakan dalam menerima cara Kristen. Banyak yang menyatakan persetujuannya
terhadap aspek etika dan siap mempertimbangkannya sebagai jalan menuju keselamatan.
Tetapi, beberapa orang mengajukan keberatan terhadap adat istiadat Kristen yang tidak dapat
diterima oleh umat Hindu. Mereka menyatakan bahwa perpindahan agama dari Hindu yang
lebih tinggi menjadi seorang Kristen berarti penganiayaan, pengusiran dari kasta, hilangnya
harta benda. Tanggapan penguasa terhadap misonaris adalah, mengapresiasi hasil kerja yang
telah dilakukan dan memberikan bantuan serta perlindungan kepada para misionaris
(Neill 1985, 39).
Misionaris Inggris
Salah satu Misionaris yang mempunyai pengaruh besar di India yaitu Wiliam Carey.
William Carey dilahirkan di Northamptonshire (Inggris) pada 1761 dari keluarga miskin,
yang menjadi anggota Gereja Anglikan. Pada 1779 Carey pindah ke gereja Baptis menjadi
pengkhotbah dan guru sekolah. Carey menguasai bahasa Yunani, Ibrani, Belanda dan Prancis.
Carey memberi perhatian yang sangat besar pada kegiatan pekabaran Injil. Pada 1792
diadakan pertemuan pendeta-pendeta dan Carey berhasil mendirikan lembaga pekabaran Injil
yang pertama di kalangan reformatoris, yang bernama ”Baptist Missionary Society” di
Nottingham. Lembaga pekabaran Injil Baptis mengirim Carey sebagai pekabaran Injil yang
pertama ke India. Carey menumpang kapal barang Denmark, ia berangkat ke India dan tiba di
Malda sebagai pusat kegiatan perkabaran Injilnya yang pertama. Namun kemudian East India
Company melarang Carey memberitakan Injil sehingga, Carey bekerja di perkebunan nila
sambil mempelajari bahasa-bahasa di India, lalu Carey pindah ke Serampore,
daerah koloni Denmark (Situmorang 2014 ,382).
Misi dan Metode
1. Mendirikan Sekolah
Sampore adalah wilayah yang memiliki nilai juang dalam belajar yang tidak meremehkan
pengetahuan. Sebagian besar dari mereka belajar secara mandiri, karena kecintaan pada
7
Misionaris Belanda
Misionaris yang terkenal dari Belanda adalah Philip Baeldeus, lahir pada tahun 1632.
Baeldeus menyelesaikan studi teologinya pada tahun 1632 dan diterima bertugas di India
pada tanggal 24 Juni 1655. Pada saat perjalanan ke India bersama armada Belanda, ia ikut
serta dalam memperebutkan Cranganore 15 Januari 1662. Baeldeus memulai misi dan
metodenya yang pertama adalah;
1. Komunitas Gereja
Baeldeus menyadari bahwa, umat Kristen sangat lemah sehingga diperlukan seorang
pendeta untuk memperhatikan orang-orang Kristen. Baeldeus menyampaikan khotbah syukur
di salah satu gereja paroki tentang perebutan Cranganore dari Cochin, ia menyatakan bahwa
perebutan kota tersebut tidak dapat ditunda karena banyaknya penindasan yang dilakukan
kepada umat Kristen. Baeldeus mengatakan kepada Portugis untuk membiarkan mereka
memiliki gereja yang utuh, kekebebasan menjalankan agama dan hidup dalam perlindungan
Negara (Neill 1984, 381).
2. Karya Philip Baeldeus
8
Karya terbesar dari Philip Baeldeus adalah ”A True and Exact Description of the most
celebrated East Indian Coasts of Malabar and Coromandel; and also of the Isle of Ceylon”.
Karya tersebut dibagi menjadi tiga bagian, pertama, membahas pengalaman pribadi menteri
Belanda di pesisir Malabar dan Coromandel serta Ceylon. Kedua, Baeldeus membahas arsip-
arsip VOC dan pribumi (budaya, bahasa, agama). Ketiga, bertujuan memberikan kepada para
pembaca Eropa pada dua abad berikutnya sebuah dasar untuk memahami atau salah
memahami banyaknya ajaran dan praktek dasar agama Hindu (Kley 1993, 911).
Respon masyarakat mengenai Philip Baeldeus adalah, sebagian masyarakat merasa
terlindungi karena dukungan Baldeus terhadap masyarakat asli dari Portugis. Sebagian
masyarakat tetap mempertahankan, salah satunya adalah Kristen Katolik Roma yang tidak
mau meninggalkan iman mereka untuk menerima agama Reformed (Neill 1984, 381).
menjadikan teologi Dalit sebagai senjata melawan teologi-teologi Kristen India yang terlalu
Brahmanis. Dalam teologi Dalit, Nirmal menekankan “pengalaman” sebagai epistemologi
teologi Dalit. Pada teologi ini pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman dari kaum
Dalit yang terasingkan. Sehingga, kaum Dalit menjadi subjek dalam teologi ini (Carman dan
Rao 2014, 47).
Teologi Dalit memiliki pemikiran, Yesus Kristus adalah inisiatif Tuhan untuk
mendekatkan diri kepada kaum Dalit. Dalam Alkitab, Yesus merupakan anak dari seorang
tukang kayu dan setiap perjalanannya Yesus mendapatkan sebuah penderitaan. Teologi Dalit
menjelaskan, bahwa Yesus menggambarkan kaum Dalit yang seperti orang “haus”, “lapar”,
“telanjang”, dan “dipenjara”. Oleh karena itu, teologi ini menekankan bahwa kaum Dalit juga
diciptakan sesuai dengan gambaran Tuhan. Dari penjelasan tersebut, kesimpulan yang
didapatkan adalah teologi Dalit berpusat pada kesetaraan dengan memperjuangkan martabat
setiap orang (Carman dan Rao 2014, 47). Teologi Dalit menekankan tidak ada sebuah kasta
dalam Kekristenan.
"Kalau engkau ingin menjadi sempurna, pergilah jual semua milikmu. Berikanlah uangnya
kepada orang miskin, dan engkau akan mendapat harta di surga. Sesudah itu, datanglah
mengikuti Aku!" (Matius 19:22 TB). Oleh karena itu, Teologi Siarah ini ingin menyadarkan
orang-orang Kristen bahwa kebahagiaan manusia yang sesungguhnya dapat tercapai dengan
tidak mementingkan diri sendiri. Hidup bagi orang-lain dan saling peduli satu sama yang lain
merupakan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam Kekristenan (Balasuriya 2004, 277).
Refleksi Teologis
Dalam konteks refleksi teologis ini, kami mempertimbangkan bagaimana pekabar
Injil di India berjuang untuk menyebarkan Injil di tengah tantangan besar yang disebabkan
oleh sistem kasta, yang juga menciptakan hambatan serupa dalam pelayanan Injil pada zaman
ini. Teologi Dalit, yang menyerukan pembebasan dari penindasan, muncul sebagai respons
terhadap pengelompokkan masyarakat ini. Kesulitan ini juga relevan dengan realitas saat ini,
di mana stratifikasi sosial sering menjadi penghalang dalam misi pengabaran Injil.
Sebagaimana yang disampaikan dalam Markus 2:17 oleh Yesus, "Bukan orang sehat yang
memerlukan tabib tetapi orang sakit; aku bukan datang bukan untuk memanggil orang benar
melainkan orang berdosa." Oleh karena itu, sebagai pekabar Injil, penting bagi kita untuk
tetap netral dan berkomitmen untuk menyampaikan pesan Injil kepada semua lapisan
masyarakat, termasuk mereka yang dianggap rendah maupun tinggi, yang sakit maupun
sehat, yang berdosa maupun benar, sebagaimana Yesus sendiri melakukannya.
Daftar Acuan
Amaladoss, Michael. 2001, Teologi Pembebasan Asia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aerthayil, James. 2001. The Spiritual Heritage of The St. Thomas Christians. Bangalore:
Dharmaram Publication.
Balasuriya, Tissa. 2004. Teologi Siarah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Cahyadi, T. Krispurwana. 2003. Jalan kemiskinan Ibu Teresa. Jakarta: OBOR.
Carman, John B., dan Chilkuri Vasantha Rao. 2014. Christians in South India villages, 1959-
2009. Cambridge: Wm. B. Eerdmans Publishing Co.
Goodall, Norman. 1954. A history of the London missionary society 1895-1945. Oxford:
Oxford University Press.
Kley, Van. 1993. Asia in the Making of Europe: Volume III A Century of Advance. London:
11