Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hawanda Paulia Cisra

NIM : PO71241230521

Mata Kuliah : Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Dosen Pengampu : Ajeng Galuh Wuryandari, SST,MPH

Korupsi adalah tindakan menguntungkan diri sendiri dan orang lain yang bersifat
busuk, jahat, dan merusakkan karena merugikan negara dan masyarakat luas. Pelaku korupsi
dianggap telah melakukan penyelewengan dalam hal keuangan atau kekuasaan,
pengkhianatan amanat terkait pada tanggung jawab dan wewenang yang diberikan
kepadanya, serta pelanggaran hukum.

Syed Hussein Alatas dalam Sumarwani S. (2011), mengemukakan ciri-ciri korupsi


yaitu: suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan, Penipuan terhadap badan pemerintah,
lembaga swasta, atau masyarakat umumnya, Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum
untuk kepentingan khusus, Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan ketika orang-
orang yang berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu, Melibatkan lebih dari
satu orang atau pihak, adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau
yang lain, terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti
dan mereka yang dapat memengaruhinya, adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup
dalam bentuk pengesahan hukum.

Beberapa ahli mengidentifikasi jenis korupsi, di antaranya Syed Hussein Alatas yang
mengemukakan bahwa berdasarkan tipenya korupsi dikelompokkan menjadi tujuh jenis
yaitu : Korupsi transaktif (transactive corruption), Korupsi yang memeras (extortive
corruption), Korupsi investif (investive corruption), Korupsi perkerabatan (nepotistic
corruption), Korupsi defensif (defensive corruption), Korupsi otogenik (autogenic
corruption), Korupsi dukungan (supportive corruption).

Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Boulogne atau sering disebut GONE
Theory bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi yaitu: Greeds
(keserakahan), Opportunities (kesempatan), needs (kebutuhan), exposures (pengungkapan).
Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk menanamkan modalnya di
Indonesia dan lebih memilih menginvestasikannya ke negara-negara yang lebih aman.
Korupsi juga turut mengurangi anggaran pembiayaan untuk perawatan fasilitas umum, seperti
perbaikan jalan sehingga menghambat roda perekonomian. Dampak korupsi di bidang
kesehatan, antara lain tingginya biaya kesehatan, tingginya angka kematian ibu hamil dan ibu
menyusui, tingkat kesehatan masih buruk, dan lain-lain. Korupsi berdampak merusak
kehidupan sosial di dalam masyarakat, kekayaan negara yang dikorup oleh segelintir orang
dapat mengguncang stabilitas ekonomi negara, yang berdampak pada kemiskinan
masyarakat. Korupsi menyuburkan berbagai jenis kejahatan yang lain dalam masyarakat.
Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula kejahatan. Pemerintahan yang terlanda
wabah korupsi akan mengabaikan tuntutan pemerintahan yang layak. Kehancuran birokrasi
pemerintah merupakan garda depan yang berhubungan dengan pelayanan umum kepada
masyarakat. Korupsi menumbuhkan ketidakefisienan yang menyeluruh di dalam birokrasi.

Strategi pemberantasan korupsi bukan hal yang sederhana. Karena itu, perlu
disesuaikan dengan konteks masyarakat dan organisasi yang ditangani serta karakteristik
pihak terkait dan lingkungannya. Terdapat 6 (enam) strategi nasional yang telah dirumuskan,
sedangkan Komisi Pemberantasan Korupsi mengelompokkannya menjadi 3 (tiga) strategi,
yaitu: penindakan (represif), perbaikan sistem, edukasi dan kampanye. Upaya pencegahan
korupsi ditujukan untuk mempersempit peluang terjadinya tindak pidana korupsi pada tatanan
kepemerintahan dan masyarakat Upaya pencegahan mencakup: pembentukan lembaga
lembaga antikorupsi, pencegahan korupsi di sektor publik, pencegahan sosial dan
pemberdayaan masyarakat, pembuatan instrumen hukum, monitoring, dan evaluasi. Upaya
penindakan merupakan upaya represif yang menitikberatkan pada penumpasan setelah tindak
pidana korupsi terjadi. Ada 5 (lima) langkah dalam upaya penindakan, yaitu: penanganan
laporan pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pelaksanaan putusan.

Dalam penerapan prinsip-prinsip antikorupsi dituntut adanya integritas, objektivitas,


kejujuran, keterbukaan, tanggung gugat, dan meletakkan kepentingan publik di atas
kepentingan individu. Prinsip yang harus ditegakkan untuk mencegah faktor eksternal
penyebab terjadinya korupsi, yaitu: akuntabilitas, transparansi, kewajaran (fairness), adanya
kebijakan atau aturan main, serta kontrol terhadap kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai