Anda di halaman 1dari 8

KEHIDUPAN MANUSIA PADA MASA PRAAKSARA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1. JOYCE PANE (MODERATOR)
2. LYDIA PANE (NOTULEN)
3. MARVEL PANE
4. NIKO PANE
5. BOANERGERS TAMBUNAN

KELAS VII-3
KELOMPOK 3
SMP. SWASTA. KARTINI. PARSOBURAN
TAHUN 2022/2023
BAB I

1. LATAR BELAKANG
KEHIDUPAN MANUSIA PADA MASA PRAAKSARA

2. RUMUSAN MASALAH
a. NILAI-NILAI BUDAYA MASA PRAAKSARA
b. NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
BAB 2

PEMBAHASAN

A. NILAI-NILAI BUDAYA MASA PRAAKSARA di INDONESIA


Nilai-nilai budaya dan tradisi ini masih terlihat dalam kehidupan
mayarakat Indonesia hingga saat ini. Nilai- nilai tersebut antara
lain adalah sebagai berikut.

a. Nilai religius (kepercayaan)


Masyarakat oraaksara sudah memiliki kepercayaan terhadap
adanya kekuatan ghaib. Mereka mempercayai bahwa pohon
rimbun yang tinggi besar, hutan lebat, gua yang gelap, pantai,
laut atau tempat lainnnya dipandang keramat karena
ditempati oleh roh halus dan makhluk ghaib.
Selain percaya kepada roh kudus, mereka juga percaya bahwa
benda benda tertentu seperti kapak, mata tombak atau
benda lainnya memiliki kekuatan ghaib, karena ada kekuatan
ghaibnya maka benda tersebut harus dikeramatkan.
Kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan ghaib disebut
dinamensi.

b. Nilai gotong royong


Masyarakat praaksara hidup secara berelompok, mereka
bergotong royong untuk kepentingan bersama, contohnya
membangun rumah yang dilakukan secara bersama sama.

c. Nilai musyawarah
Dalam kehidupan berkelompok, masyarakat praaksara telah
mengembangkan nilai musyawarah. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan dipilihnya pemimpin yang dianggap paling tua
(sesepuh) yang mengatur masyarakat dan memberikan
keputusan untuk memecahkan berbagi persoalan yang
dihadapi permasalah.
d. Nilai keadilan
Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan mastarakat
praaksara, yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan
kaum perempuan. Hal ini mencerminkan sikap yang adil
karena setiap orang akan memperoleh hak dan kewajiban
sesuai kemampuan.

e. Tradisi bercocok tanam


Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara
untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan bercocok
tanam.

f. Tradisi bahari (pelayaran)


Perahu perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum
dikenal pada waktu itu. Perahu bercadik adalah perahu yang
kanan kirinya dipasang alat dari bambu dan kayu agar
perahunya tidak mudah oleng. Perahu bercadik memegang
peranan yang sangat penting dalam kehidupan masa
praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan klaut,
perahu ini juga berperan sebagai alat penyebaran budaya.

B. NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA


Paul dan Fritz Sarasin (Sarasin bersaudara) mengemukakan
bahwa penduduk asli Indonesia adalah suatu ras yang berkulit
gelap dan bertubuh kecil. Ras ini pada awalnya mendiami asia
bagian tenggarayang saat itu masih bersatu sebagai daratan
pada zaman es atau periode glasial. Namun, setelah periode es
berakhir dan es mencair, maka dataran tersebut kemudian
terpisah oleh lautan yaitu laut cina dan laut jawa. Akibatnya,
daratan yang tadinya bersatu kemudian terpisah menjadi
daratan utama asia dan kepulawan Indonesia.
Orang vedda kemudian menyebar ke timur dan mendiami
wilayah papua, Sulawesi selatan, Kai, Seram, Timor Barat, Flores
Barat, dan terus ke timur sampai kepulauan Melanesia.
Ras lain yang menghuni kepulauan Indonesia adalah proto
melayudan deutro melayu. Ciri fisk mereka adalah rambut lurus,
kulit kuning kecoklatan coklatan, dan bermata sipit.
Proto melayu membawa perkakas dari batu kapak persegi dan
kapak lonjong. Kapak persegi dibawa oleh proto melayu yang
bermigrasi melalui jalur timur.
Gelombang kedatangan ke kepulauan Indonesia berikutnya
adalah deutro melayu (melayu muda) yang berasal dari
Indochina bagian utara. Kedatangan deutro-melayu mendesak
keberadaan proto melayu ke arah pedalaman.
Ras lain yang juga terdapat di kepuluaan Indonesia adalah ras
melanesoid. Mereka tersebar di lautan pasifik di pulau pulau
yang letaknya pada saat zaman es terakhir.
BAB 3

KESIMPULAN
Belajar dari kehidupan manusia pada masa praaksara, maka
terdapat nilai nilai budaya dan tradisi yang dapat kita ambil
sebagai pelajaran dan suri teladan yaitu

1. Nilai religious (kepercayaan)


2. Nilai gotong royong
3. Nilai musyawarah
4. Nilai keadilan
5. Tradisi bercocok tanam
6. Tradisi bahari (pelayaran)

SARAN
DAFTAR ISI

Natajutempe :
Setiawan, Iwan, 2016. Ilmu pengetahuan social.
Jakarta : kemendikbud

BUKU PAKET IPS

Anda mungkin juga menyukai