Anda di halaman 1dari 1

Nilai-Nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia

1. Nilai Religius (Kepercayaan)


2. Nilai Gotong Royong
3. Nilai Musyawarah
4. Nilai Keadilan
5. Tradisi Bercocok Tanam
6. Tradisi Bahari (Pelayaran)

Nilai Religius (Kepercayaan)


1. Masyarakat praaksara memiliki kepercayaan terhadap kekuatan ghaib.
2. Percaya pohon rimbun tinggi besar, hutan lebat, gua gelap, pantai, laut ditempati roh
halus atau makhluk ghaib.
3. Meyakini kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus, atau gempa
bumi adalah akibat perbuatan roh halus atau makhluk ghaib.
4. Untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau makhluk ghaib harus selalu
dipuja.
5. Percaya bahwa kapak, mata tombak atau benda lainnya memiliki kekuatan ghaib,
sehingga harus dikeramatkan.
6. Kepercayaan bahwa roh memiliki kekuatan ghaib disebut animisme.
7. Kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan ghaib disebut dinamisme.

Nilai Gotong Royong


1. Masyarakat praaksara hidup berkelompok, bergotong royong untuk kepentingan
bersama, contohnya membangun rumah yang dilakukan secara bersama-sama.
2. Bukti lain terlihat dari peninggalan bangunan batu besar yang dibangun bergoton
groyong.

Nilai Musyawarah
1. Dalam kehidupan berkelompok telah mengembangkan nilai musyawarah, misal
pemilihan pemimpin yang dianggap paling tua (sesepuh) yang mengatur masyarakat
dan memberikan keputusan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bersama.

Nilai Keadilan
1. Diterapkan dalam pemmbagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
2. Tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan.
3. Hal ini mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak dan
kewajiban sesuai kemampuannya.

Tradisi Bercocok Tanam


1. Untuk memenuhi memenuhi kebutuhan hidup dengan bercocok tanam.
2. Dibuktikan dengan ditemukan alat khas pertanian berupa beliung persegi dan alat
lainnya.

Tradisi Bahari (Pelayaran)


1. Telah mengenal ilmu astronomi yang sangat membantu saat berlayar dari pulau ke
pulau
2. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu.
3. Perahu bercadik adalah yang kanan-kirinya ada alat bambu dan kayu agar tidak
oleng.
4. Peran perahu cadik sebagai sarana lalu lintas sungai, laut dan alat penyebaran
budaya.

Anda mungkin juga menyukai