Anda di halaman 1dari 15

wwwwLAPORAN KASUS

ASFIKSIA NEONATUS

Disusun Oleh:
M Iqbal Abdurrahman Hatami
1102019113

Pembimbing:
dr. Masayu Amanda, Sp. A, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SLAMET GARUT
PERIODE 11 SEPTEMBER – 4 NOVEMBER 2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ASFIKSIA NEONATUS

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik


Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut
Periode 11 September - 4 November 2023

Disusun Oleh:
M Iqbal Abdurrahman Hatami.
1102019113

Telah dibimbing dan disahkan pada, ...... 2023

Pembimbing:

dr. Masayu Amanda, Sp.A, M.Kes


BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
PASIEN
Nama : An. s
No. RM : 01380615
Tanggal Lahir : 14 Oktober 2023
Usia : 1 hari
Alamat : kp. Pataruman 01/05
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : sunda
Ruangan : perina

ORANGTUA PASIEN
AYAH
Nama : Tn. M ramadan
Usia : 32 tahun
Alamat : kp. Pataruman 01/05
Agama : Islam
Suku : sunda
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Buruh

IBU
Nama : Ny. Susilowati
Usia : 27 tahun
Alamat : kp. Pataruman 01/05
Agama : Islam
Suku : sunda
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : IRT
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada di ruang marjan bawah
pada tangga 15 minggu , pada pukul 08.00

A. Keluhan Utama
Gagal nafas secara spontan

B. Keluhan Tambahan
Sesak
C. Riwayat Penyakit Sekarang

Bayi perempuan lahir dengan cara di ve kala II lama + PEB dengan waktu kehamilan 36-37
minggu. saat lahir tidak langsung menangis, di lakukan resusitasi dan rangsangan taktil dan
ada merintih. bayi lahir pada jam 22.30 wib dengan dengan panjang 52 cm, lingkar kepala 34
cm., lingkar dada 33 cm. Pada saat lahir pasien melahirkan harus menggunakan vacum untuk
mengeluarkan bayi dikarenakan lemah mengedan dan ibu sudah dalam keadaan lemas. Warna
kulit pasien pada saat lahir sedikit pucat. Riwayat kehamilan G2 P1 A0. pada saat lahir tanpa
o2 Spo2 : 86% dengan o2 spo2 : 93% dengan apgar score 1-3-5

D. Riwayat Penyakit Dahulu


(+) Riwayat Hipertensi
(-) Riwayat Pembedahan
(-) Riwayat Penyakit Jantung
(-) Riwayat Penyakit Paru
(-) Riwayat Penyakit Ginjal

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi yang terjadi setelah kelahiran pertama nya .
Riwayat penyakit DM, jantung, paru, hati, dan ginjal disangkal.
F. Riwayat Lingkungan dan Kebiasaan
Ayah pasien adalah buruh bangunan dan ibu pasiesn adalah irt dan tinggal di kawasan yang
banyak bakar kayu bekas olahaan. Pasien tinggal di tempat padat penduduk. Dan keluarga
pasien banyak yang merokok

G. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Riwayat kehamilan G2 P1 A0 Pasien lahir secara vacum dikarenakan lemah mengedan dan
kondisi ibu sudah lemas. Pasien terlahir dengan normal di RSUD dr slamet garut, dengan usia
kehamilan 36-37 minggu dengan panjang 52 cm, lingkar kepala 34 cm., lingkar dada 33. Ibu
rutin kontrol pada saat kehamilan ke bidan dekat rumah nya

H. Riwayat Imunisasi
Sudah mendapatkan vaksin hepatitis B dan Vit K pada saat lahir
I. Riwayat Nutrisi
Pasien masih terpisah oleh ibu nya dan mendapatkan asupan cairan dari infus dan sudah dan
sudah di coba 10cc asi tetapi muntah

J. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pasien lahir berat 3240 gram, dengan panjang 52 cm, lingkar kepala 34 cm., lingkar dada 33.
Riwayat kehamilan G2 P1 A0. Usia kehamilan 36-37 minggu. Dengan keadaan kulit lahir
sedikit pucat

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran (IGD) :-

3. Tanda Vital
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
• Nadi : 133x/menit
• Suhu : 37 °C
• SpO2 : 94% tanpa O2

4. Data Antropometri
Berat Badan : 3.2kg
Tinggi Badan : 52 cm

B. Pemeriksaan Fisik
Kulit Turgor baik (elastis), jaundice (-), lesi
(-), petechie (-).
Kepala Normochepal, rambut tumbuh
berwarna kehitaman.
Mata CA (-/-), SI(-/-), Pupil isokor, RCL
(+/+), RCTL (+/+).
Leher Tidak terdapat pembesaran KGB,
trakea tidak deviasi.
Paru • Inspeksi: Pergerakan simetris kanan
dan kiri
• Palpasi: Fremitus taktil kanan = kiri
• Perkusi: Sonor di seluruh lapang paru
• Auskultasi: Rhonki +/+, wheezing -/-
Jantung • Inspeksi: Iktus cordis tidak terlihat
• Auskultasi: BJ I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen • Inspeksi: Sikatriks (-)
• Palpasi: Nyeri tekan (-), tes undulasi
(-)
• Perkusi: Timpani pada seluruh
kuadran
• Auskultasi: BU (+) 6x/menit
Ekstremitas Ekstremitas atas : Akral hangat +/+,
edema -/-, CRT <2 detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat +/+,
edema -/-, CRT <2 detik
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (15/10/2023)
IV. RESUME
Bayi perempuan lahir dengan cara di ve kala II lama + PEB dengan waktu kehamilan 36-37
minggu. saat lahir tidak langsung menangis, di lakukan resusitasi dan rangsangan taktil dan
ada merintih. bayi lahir pada jam 22.30 wib dengan dengan panjang 52 cm, lingkar kepala 34
cm., lingkar dada 33 cm. Pada saat lahir pasien melahirkan harus menggunakan vacum untuk
mengeluarkan bayi dikarenakan lemah mengedan dan ibu sudah dalam keadaan lemas. Warna
kulit pasien pada saat lahir sedikit pucat. Riwayat kehamilan G2 P1 A0. pada saat lahir tanpa
o2 Spo2 : 86% dengan o2 spo2 : 93% dengan apgar score 1-3-5

Pada saat pemeriksaan fisik di temukan ada nya rh+. Dan kondisi bayi masih belum bisa masuk
asi. 1 hari setelah post partum Spo2 94% tanpa O2 dan crt <2 dtk dengan K/U tenang.

V. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja: Asfiksia Neonatus
Diagnosis Banding: RDS

VI. TATALAKSANA
Resusitasi + Kompresi dada
Infus Loading Nacl 10jam /kg 2x → cairan masuk
Infus D10% 7ml / jam
Aminosteril 6% → perbaikan keseimbangan nitrogen
Aminophilin 15 mg loading → meredekan sesak
Cefotaxim 150 mg IV → antibiotik
Amikasin 30 mg IV→ anti biotik

VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad fungsional : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir.
Menurut IDAI
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bayi bernapas spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis.

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian asfiksia di Rumah Sakit rujukan Propinsi di Indonesia kematian karena asfiksia
sebesar 41,94%. Penyebab angka kematian neonatal disebabkan oleh asfiksia intrapartum
sebesar 21%5. Asfiksia pada bayi baru lahir menyumbangkan 45% sebagai penyebab kematian
bayi.

Angka kejadian asfiksia pada masing masing negara sangat beragam. WHO melaporkan
insidens asfiksia bervariasi antara 2-27 per 1000 kelahiran, tergantung pada lokasi, periode,
dan kriteria definisi asfiksia yang digunakan. Asfiksia dilaporkan terjadi 1-4 per 1000 kelahiran
dinegara maju dan 4-9 per 1000 kelahiran di negara berkembang. Keadaan ini diperkirakan
menyebabkan 21% kematian bayi, terutama di negara berkembang.

2.3 Etiologi
Faktor Ibu
- Hipoksia ibu : gangguan aliran darah uterus
- Faktor pasenta : solutio plasenta atau perdarahan plasenta
- Faktor janin : kompresi tali pusat
- Faktor neonatus : penggunaan anestesi atau analgetika dan kelagian kongenital
2.4 Faktor Risiko
Antepartum
- Sosial ekonomi rendah
- Kehamilan ganda
- Infeksi saat kehamilan
- Hiperntesi dalam kehamilan
- Anemia
- Diabetes melitus
- Perdarahan antepartum
- Riwayat kemarian bayi sebelumnya

Intrapartum
- Penggunaan anastesi atau opiate
- Partus lama
- Persalinan sulit dan traumatic
- Mekonium dalam ketuban
- Ketuban pecan dini
- Kompresi tali pusat
- Prolaps tali pusat
- Trauma lahir

Faktor janin
Antenatal
- Malpresentasi
- Prematuritas
- BBLR
- Pertumbuhan janin terhambat
- Anomali kongenitan
- Aspirasi mekonium yang berat

Pascanatal
- Sumbatan jalan nafas atas
- Sespsi kongenital
2.5 klasifikasi
Bayi normal/tidak asfiksia: dengan skor APGAR 8-10. bayi dengan kondisi normal tidak
memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen.

- Asfiksia ringan: skor APGAR 5-7. bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa, tidak memerlukan pemberian oksigen dan resusitasi.
- Asfiksia sedang: Skor APGAR 3-4. Pada pemeriksaan fisik mungkin terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks
iritabilitas tidak ada dan memerlukan Tindakan resusitasi serta pemberian oksigen
sampai bayi bernafas normal

- Asfiksia berat: Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang kadang
pucat, refleks iritabilitas tidak ada.

2.6 Manifesetasi Klinis


- Bayi tidak bernafas/menangis
- Denyut jantung <100/menit
- Tonus otot menurun
- Cairan ketuban ibu bercampur meconium atau terdapat meconium pada tubuh bayu
- Kejang
- Penurunan kesadaran
- Adanya sianosis
- Tidak ada respons terhadap refleks rangsangan
2.7 Patofisiologis

2.9 Diagnosis

1. Anamnesis: anamnesis diarahkan untuk mencari faktor resiko terhadap terjadinya


asfiksia neonatorium
2. Pemeriksaan fisik: memperhatikan apakah terhadap tanda-tanda asfiksia
- Bayi tidak bernafas atau menangis
- Denyut jantung kurang dari 100x/menit
- Tonus otot menurun
- Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa meconium pada
tubuh bayi
- BBLR
Diagnosis banding
- Aspirasi meconium
- Aspirasi air ketuban
- Respiratory distress syndrome (RDS)
- Pneumonia pada neonatus
2.10 Komplikasi
- Otak: Hipertensi iskemik ensefalopati (HIE), edema serebri, serebral palsi
- Pulmonal: Hipertensi pulmonal, sindroma aspirasi meconium, perdarahan paru
- Kardiovaskuler: Aritmia, blok atrioventrikuler
- Gastrointestinal: Enterokolisis nekrotikan
- Ginjal: Tubular Nekrosis Akut

2.11 Pecegahan
Pencegahan utama terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan ibu hamil juga
sangat perlu diperhatikan untuk menghindarkan atau meminimalisir komplikasi pada
saat kehamilan, persalinan, dan melahirkan

2.12 prognosis
Prognosis bayi dapat di prediksi melalui refleks motoric dan kemampuan menghisap
bayi. Apabila pada 1 minggu awal bayi tidak responsive dan tidak dapat menghisap
kemungkinan mengalami cedera berat otak dan mempunyai prognosis yang buruk
Prognosis bayi tidak terlalu buruk apabila bayi mengalami pemulihan pada fungsi
motoric dan mulai bisa menghisap.

Anda mungkin juga menyukai