Anda di halaman 1dari 5

Sebelum abad ke-20 perjuaangan dan perlawanan bangsa Indonesia masih mengalami kesulitan

dalam mengusir penjajahan. Ada beberapa beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan, yakni:
-Perjuangan bersifat lokal atau kedaerahan tidak secara serentak.

-Secara fisik menggunakan senjata tradisional, seperti bambu runcing, golok, atau senjata tradisional
lainnya. Sehingga kalah dalam persenjataan.

-Dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik, seperti tokoh agama, atau bangsawan.

-Bersifat sporadis atau musiman.

-Efektifnya politik adu domba (devide et impera).

Perlawanan tersebut tidak menampakan hasilnya. Bahkan selalu gagal dan dapat diberantas oleh
penjajah. Pada waktu itu mereka berjuang bukan untuk Indonesia merdeka. Tapi bagaimana cara
untuk mengusir penjajah dari daerahnya. Sehingga mereka dengan mudah bisa diadu domba oleh
penjajah. Korban pun banyak berjatuhan di pihak Indonesia.

Portugis merupakan negara pertama yang datang ke Indonesia (1509-1595). Setelah Portugis,
kemudian Spanyol (1521), Inggris (1579), Belanda (1596), dan Jepang (1942).

Demokrasi Pancasila bisa diartikan sebagai sistem permusyawaratan dalam pemerintahan yang
merujuk pada rakyat. Di Indonesia, Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional,
sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945. Nilai-nilai
yang terkandung dalam Demokrasi Pancasila merupakan nilai-nilai adat dan kebudayaan dari
masyarakat Indonesia secara umum.

Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode:

Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer yang menonjolkan demokrasi parlemen serta
partai-partai. Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer memberi peluang untuk dominasi
partai-partai politik dan DPR. Akibatnya perstuan yang digalang selama perjuangan melawan musuh
bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif sesudah
kemerdekaan.

Periode 1966-1965, masa Dmokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek telah menyimpang dari
demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini di
tandai dengan dominasi presiden, terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh
komunis, dan peran ABRI sebagai unsure sosial-politik semakin meluas.

Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang merupakan demokrasi
konstitusional yang menonjolkan system presidensial. Landasan formal periode ini adalah Pancasila,
UUD 1945 dan ketetapan MPRS/MPR dalam rangka meluruskan kembali penyelewangan terhadap
UUD 1945 yaitu terjadi di masa Demokrasi terpimpin. Namun dalam perkembangannya peran
presiden semakin dominan terhadap lembaga-lembaga Negara yang lain. Melihat praktek demokrasi
pada masa ini, nama Pancasila hanya digunakan sebagai legitimilasi politis penguasaan saat itu,
sebab kenyataanya yang dilaksanakan tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Periode 1999- sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi dengan berakat pada kekuatan
multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan multi partai yang berusaha
mengembalikan perimbangan kekuatan antara lembaga Negara, aksekutif, legeslatif dan yudikatif.
Pada masa ini peran partai politik kembali menonjol, sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas
baru.

BPUPKI atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia merupakan badan
yang dibentuk pada 1 Maret 1945 oleh Jenderal Kumakichi
Harada dengan tujuan menyelidiki hal penting yang berhubungan dengan pembentukan negara
Indonesia medeka.
Tujuan utama dibentuknya BPUPKI adalah untuk mengkaji, mendalami, serta menyelidiki bentuk das
ar yang cocok guna kepentingan sistem pemerintahan negara Indonesia pasca kemerdekaan. Jadi,
BPUPKI tak lain dibentuk untuk mempersiapkan proses kemerdekaan Indonesia.
Sementara bagi Jepang, tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk menarik simpati rakyat Indonesia
agar membantu Jepang dalam perang melawan Sekutu dengan cara memberikan janji kemerdekaan
kepada Indonesia.

Contoh Sikap yang Sesuai dengan Pancasila Sila ke-1

1. Saling menghormati dengan orang lain.


2. Memiliki rasa toleransi antar agama yang tinggi.

Contoh Sikap yang tidak sesuai dengan Pancasila Sila ke-1

1. Bersikap acuh dan enggan menghormati dengan orang lain.


2. Tidak memiliki rasa toleransi antar agama yang tinggi, sehingga selalu menimbulkan perselisihan
di lingkungan masyarakat.

Meyakini Tuhan Yang Maha Esa

Menolak keberadaan Tuhan berarti melanggar sila pertama dalam Pancasila. Untuk itu, kita perlu
meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan dengan mempercayai adanya agama. Dengan begitu, kita
dapat menjalani kehidupan dengan tujuan yang jelas.

Memeluk Agama

Selain percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga harus memeluk agama. Ada enam agama
yang diakui di Indonesia, yakni Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Dari enam
agama tersebut, kita harus memeluk salah satunya dan menjadikannya sebagai identitas.
Toleransi Terhadap Agama Lain

Keberagaman agama yang ada di Indonesia harus dijalani dengan penuh toleransi. Kita harus
menghormati pemeluk agama lain dan menghargai perayaan hari besar mereka. Selain itu, kita juga
tidak boleh memaksakan orang lain untuk menganut agama tertentu.

Menjalankan Ibadah

Sila pertama dapat tercermin dalam kehidupan ibadah kita. Penting bagi masyarakat untuk taat,
tekun, dan sungguh-sungguh beribadah. Lalu, kita juga harus menghindari hal-hal yang dilarang oleh
agama.

Sepanjang perjalanan Kerajaan Versailles, raja selama ini berwenang melakukan apa saja dan
menyebut dirinya adalah tuhan. Agama melulu menjadi alasan ketika sebuah kebijakan berat
sebelah dan atas keresahan itulah, rakyat Perancis memenggal kepala tuhannya. Menurut saya
tindakan raja louis melanggar ham karena Ketika Perancis dilanda inflasi yang terus meningkat,
keluarga kerajaan hidup nyaman dan makan kenyang, sedangkan rakyat bertahan hidup dengan
penyakitan.

1. Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
2. Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
3. Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan.

apabila saat usianya telah mencapai 18 tahun anak tersebut tidak memilih maka dia diberikan
kelonggaran waktu selama 3 tahun lagi hingga usianya mencapai 21 tahun, menurut Undang-Undang
12 Tahun 2006 setelah 3 tahun melampaui umur 21 tahun anak ini harus sudah memiliki
kewarganegaraan tunggal yaitu kewarganegaraan Indonesia atau asing, apabila tidak status
kewarganegaraan Indonesia nya akan gugur dan otomatis menjadi Warga Negara Asing.

a. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia


Bahasa merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain. Meskipun di Indonesia terdapat
berbagai macam suku bangsa tetapi bangsa Indonesia disatukan oleh bahasa nasional yaitu bahasa
Indonesia.

b. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih


Bendera adalah sebagai salah satu identitas nasional, karena bendera merupakan simbol suatu
negara agar berbeda dengan negara lain. Seperti yang sudah tertera dalam UUD 1945 pasal 35 yang
menyebutkan bahwa “ Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih”.

c. Lambang Negara yaitu Pancasila


Seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 36A bahwa lambang negara
Indonesia adalah Garuda Pancasila. Garuda Pancasila disini yang dimaksud adalah burung garuda
yang melambangkan kekuatan bangsa Indonesia.

d. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika


Bhineka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat
dalam suatu kesatuan. Pluralistik bukan pluralisme, suatu paham yang membiarkan
keanekaragaman seperti apa adanya.

e. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila


Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila sebagaimana yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alenia IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945.

f. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara Yaitu UUD 1945


Undang-Undang Dasar adalah peraturan perundang-undangan yang tetinggi dalam negara dan
merupakan hukum dasar tertulis yang mengikat berisi aturan yang harus ditaati.

"Asas Keterbukaan" adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

Contoh dari asas keterbukaan: dalam sidang DPR, memberikan faslitias siaran secara langsung dan
live mengenai apa ysng dibahas oleh anggota dewan sehingga masyarakat tau kinerja para dewan.
Contoh lain dalam pemilu, kpu memberikan informasi secar terbuka jumlah harta, hutang para calon
pemimpin sehingga ini menjadi patokan dalam memilih sehingga masyarakat lebih tau.

"Asas Proporsionalitas" adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
Penyelenggara Negara.
Contoh dari Asas Proposionalitas: pemerintah mewajibkan pembayaran pajak kepada seluruh orang
dan dengan ini menggunakan uang tersebut untuk pembangunan dimana dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat juga. Contoh Lain, pemerintah membuat suatu peraturan lalu lintas
kepada masyarajat, dan mewajibkan untuk mentaatinnya maka masyarakat mendapatkan hak untuk
merasa aman.

"Asas Kepentingan Umum" adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
Contoh asas kepentingan umum, pemerintah membangun segala moda transportasi, fasilitas umum
untuk dapat dinimati oleh masyarakat umum.
Integrasi nasional adalah suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya,
etimisitas, latar belakang ekonomi ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan bangsa yang harus
dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai tujuan
bersama sebagai suatu bangsa.

Integrasi tingkah laku (perilaku integratif). Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan
pembentukan lembaga-lembaga politik dan pemerintahan termasuk birokrasi. Dengan lembaga dan
birokrasi yang terbentuk maka orang-orang dapat bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan
dan pola kerja yang teratur, sistematis dan bertujuan. Pembentukan lembaga-lembaga politik dan
birokrasi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai