Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR – DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

DI SUSUN OLEH :
NAMA : MARGARETA EDO DHOKE
NO.MHS : 10/ 13367/ KH
JURUSAN : KEHUTANAN
FAKULTAS : KEHUTANAN
KELOMPOK : I (SATU)
CO.ASS : ABDUL SYAFI’I

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2010
ACARA III
MENGENAL GEJALA DAN TANDA KERUSAKAN PADA KAYU
HUTAN YANG DISEBABKAN OLEH HAMA

I. TUJUAN : 1. Mengenal kerusakan pada kayu hutan yang disebabkan oleh


hama
2. Mengenal tanda dan gejala kerusakan pada tanaman hutan

II. TEMPAT DAN TANGGAL :


 Tempat : Lab Perlindungan Hutan
 Tanggal : 05 Juli 2011

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Alat tulis
 Kaca pembesar
Bahan :
 Jati (Tectona grandis)
a. Hama daun : Ulat daun (Hyblaea puera)
Ulat daun (Pyrausta machaeralis)
b. Hama batang : Inger-inger (Neotermes tectonae)
 Pinus (Pinus merkusii)
Rayap
 Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Kutu loncat
 Sengon (Paraserianthes falcataria)
Penggerek batang (Xystrocera festiva)
Bubuk kayu
 Kesambi (Schleichera oleosa)
Kutu loncat
IV. DASAR TEORI
Kerusakan tanaman hutan oleh serangan hama serangga sebagian besar
timbul akibat serangan yang menggunakan jaringan tanaman sebagai makanan
atau berupa tempat hidup, oleh karena itu bentuk kerusakan yang terjadi
banyak ditentukan oleh tipe alat mulut dan kebiasaan serangga penyebab.
Kerusakan dapat terjadi karena adanya aktivitas berbagai serangga yang hidup
di dalam hutan hutan dengan memanfaatkan tanaman hutan sebagai tempat
berkembang dan sumber makanan. Dalam kenyataannya banyak pula jenis
serangga yang hidup di hutan tanpa menimbulkan kerusakan berarti. Banyak
dari jenis – jenis serangga tersebut pada waktu tertentu berkembang dalam
jumlah yang sangat besar sehingga menimbulkan kerusakan yang serius.
Seringkali juga dijumpai adanya jenis serangga migrasi dari luar yang masuk
dalam wilayah hutan, menimbulkan kerusakan hutan yang besar.
Penggolongan kerusakan tanaman berdasarkan bagian pohon yang
diserang adalah sebagai berikut :
1. Serangga perusak daun (Defoliating insects)
Mengakibatkan sebagian atau seluruh bagian daun rusak karena dimakan.
2. Serangga penggerek batang (inne bark boring insects)
Bagian yang dirusak adalah kulit pohon bagian dalam sampai ke cambium.
3. Serangga pengebor batang pohon dan kayu (wood boring insects)
Kerusakan berbentuk lubang – lubang yang mempunyai bermacam –
macam ukran dan bentuk.
4. Serangga penghisap cairan pohon (Sapsucking insects)
Kerusakan yang ditimbulkan berbentuk noda – noda, perubahan
warna(discoloration), bentuk yang membesar (malformation) atau
terhentinya pertumbuhan bagian – bagian tertentu.
5. Serangga perusak pucuk dan cabang (Bud and twig insects)
Kerusakan yang ditimbulkan berupa pucuk dan cabang yang berlubang –
lubang dan berteras.
6. Serangga perusak anakan (Seedling insects)
Umumnya seluruh anakan adalah makanan yang digemari oleh seluruh
serangga.
7. Serangga perusak akar (Root insects)
Pada umumnya bagian akar yang dirusak adalah ujung akar tanaman muda
yang merupakan bagian yang sangat lunak.
V. CARA KERJA

1. Mengamati preparat yang disediakan


2. Menggambar preparat yang telah ditentukan kemudian mendiskripsikan
kerusakan yang terjadi
3. Menentukan tipe alat mulut dari tanaman yang dirusaknya
4. Mencatat gejala yang ditimbulkan ( tipe kerusakan tanaman penyebab dan
contoh tanaman yang dirusak)
VI. HASIL PENGAMATAN
1. Jati (Tectona grandis)
a. Hama batang (Neotermes tectonae)
 Gambar

Keterangan :
1. Kayu
1 2. Kayu yang terserang
Neotrmes tectonae
2 3. Kulit kayu

b.. Tipe kerusakan : Serangga penggerek batang


c. Gejala : Bagian tegah batang berlubang
d. Penyebab : Penggerek batang jati (Neotermes tectonae)
e. Tipe mulut : Chewing
f. Deskripsi gejala : Batang yang terserang serangga tersebut akan
berlubang pada bagian tengahnya.
2. Pinus ( Pinus mercusi)
a. Hama batang
 Gambar

Keterangan :
1 1. Kayu
2. Kayu yang
terserang rayap
2

b. Tipe kerusakan : Rusaknya batang pada batang


c. Gejala : batang berlobang
d. Penyebab : rayap
e. Tipe mulut : chewing
f. Deskripsi gejala : Batang yang terserang terdapat lobang yang
berbentuk alur
3. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
a. Hama daun
 Gambar

Keterangan :
1. Daun
2. Daun yang
2 1
terserang kutu
loncat
3 3. Tangkai daun

b. Tipe kerusakan : Kutu loncat perusak daun


c. Gejala : Daun mengering dan mati
d. Penyebab : Kutu loncat
e. Tipe mulut : Penghisap
f. Deskripsi gejala : Daun yang terserang akan menguning
kemudian secara perlahan – lahan akan
mati.
4. Sengon (Paraserientes falcataria)
a. Hama batang
 Gambar

Keterangan :
1. Kayu yang terserang
rayap
2. Kayu
1

b. Tipe kerusakan : Alur


c. Gejala : batang berlubang – lubang
d. Penyebab : rayap
e. Tipe mulut : chewing
f. Deskripsi gejala : Batang yang terserang akan berlubang – lubang
pada seluruh bagian.
b. Hama batang bubuk kayu
 Gambar

Keterangan :
1. Kayu yang terserang
kumbang bubuk
1 2. Bubuk kayu

b. Tipe kerusakan : Serangga perusak batang


c. Gejala : Batang berlubang dan terdapat bubuk
d. Penyebab : Kumbang bubuk kayu
e. Tipe mulut : Chewing
f. Deskripsi gejala : Batang flamboyan berlobang dan terdapat bubuk
kayu yang disebabkan oleh kumbang bubuk kayu.
5. Kesambi (Schleichera oleosa)
a. Hama batang
 Gambar

Keterangan :
1 1. Kayu
2. Kayu yang terserang
kutulak

b. Tipe kerusakan : Batang ada tambahan seperti cairan


c. Gejala : Seluruh bagian pada batang terdapat cairan
d. Penyebab : kutulak
e. Tipe mulut : Chewing
f. Deskripsi gejala : Batang yang terserang serangga ada cairan pada semua
area pada batang tersebut
VII. PEMBAHASAN
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari sejak benih,
pembibitan, masa pertumbuhan atau perkembangan maupun ketika sudah
dewasa selalu tidak luput dari gangguan hama. Kerusakan tanaman hutan oleh
serangga hama merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan
perlindungan hutan. Hama serangga dapat menjadi penyebab kerusakan
karena, kebutuhan serangga akan makanan dan tempat tinggal, sehingga
bentuk kerusakan yang terjadi banyak ditentukan oleh tipe alat mulut dan
kebiasaan hidup serangga penyebab. Selain itu adanya gejala (bencana alam)
yang akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu.
Beberapa metode yang sering dilakukan dalam pengendalian serangan
hama dalam dunia kehutanan antara lain, melalui pengendalian secara
silvikultur, secara fisik – mekanik, secara biologi, menggunakan peraturan
perundang – undangan, secara genetik, secara kimiawi dengan insektisida, dan
dengan cara pengelolaan hama terpadu (PHT). Dari berbagai metode tersebut
yang sering digunakan adalah pengendalian hama terpadu yang dalam
perkembangannya memadukan metode – metode diatas. (Sumardi dan S.M.
Widyastuti, 2004).
Pengendalian serangga hama hutan pada dasarnya adalah suatu
tindakan untuk mengatur populasi dari serangga hama hutan agar tidak
merugikan secara ekonomi. Dengan kata lain pengendalian dilakukan tidak
untuk memusnahkan suatu hama tapi hanya menekan populasinya saja
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan pada bagian – bagian
tumbuhan yang terserang serangga hama pada berbagai macam bagian
tumbuhan tersebut dengan hama yang berbeda pula. Berdasarkan pengamatan
maupun referensi yang ada dapat diketahui bahwa pada tanaman Jati (Tectona
grandis) yang terserang hama daun Hyblaea puera, pada daun tersebut
terdapat lubang – lubang.
Cara kerja dari hama ini pada mulanya ulat muda memakan bagian
daun yang lunak dengan meninggalkan urat – urat daun dan tulang – tulang
daun. Ulat dewasa memakan keseluruhan jaringan daun kecuali tulang daun
tang besar. Waktu serangan terutama pada musim hujan, pada saat terdapat
daun – daun muda dalam jumlah banyak. (Sumardi dan SM. Widystuti, 2004).
Sedangkan pada preparat yang lain diketahui pada Jati (Tectona
grandis) yang terserang hama batang, gejala berupa bagian tengah batang
yang berlubang. Penyebab yaitu penggerek batang jati (Neotermes tectonae).
Perkembangan Neotermes tectonae atau inger – inger pada batang tanaman
jati menyebabkan batang membengkak dan berlubang – lubang didalamnya
yang biasa disebut jati gambol.
Pada Akasia (Acacia mangium) yang terserang hama daun, gejala
berupa daun berlubang. Penyebab yaitu ulat daun. Bakau (Rhyzopus sp) yang
terserang hama daun, gejala berupa daun mengering dan mati. Penyebab yaitu
Kutu sisik. Sengon (Paraserianthes falcataria) yang terserang hama batang,
gejala berupa seluruh bagian pada batang berlubang – lubang. Penyebab yaitu
penggerek batang sengon (Xystrocera festiva). Wabah serangga ini mulai
tampak ketika tegakan murni tanaman dikembangkan secara luas. Akasia
(Acacia mangium) yang terserang hama daun, gejala berupa daun menggulung
kemudian kering secara perlahan – lahan. Penyebab yaitu pupa ulat daun.
Flamboyan (Delonix regia) yang terserang hama daun, gejala berupa daun
rontok dan berlubang. Penyebab yaitu Ulat jingkat.
Dari hasil pengamatan tersebut kita dapat melihat bahwa hampir semua
bagian dari tanaman dapat terserang oleh serangga hama, oleh karena itu
pengendalian yang tepat guna dengan tidak mengabaikan keberlangsungan
ekosistem mutlak dilakukan agar tidak terjadi wabah serangan hama yang
sangat merusak.
Akan tetapi ketika melakukan pengendalian serangga hama perlu
diperhatikan beberapa hal diantaranya, mencari penyebab utama terlebih
dahulu dengan melihat gejala yang nampak akan ketika melakukan
pengendalian tepat sasaran. Kemudian yang kedua adalah melakukan
pencegahan agar serangan hama tidak menyebar ke bagian tanaman yang lain
atau keseluruh area. Dan yang terakhir adalah melakukan perawatan pada
tanaman secara benar untuk mencegah adanya serangan hama. (Nur Tjahjadi,
1996).
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kerusakan tanaman hutan oleh serangan hama serangga sebagian besar
timbul akibat serangan yang menggunakan jaringan tanaman sebagai
makanan atau berupa tempat hidup, oleh karena itu bentuk kerusakan yang
terjadi banyak ditentukan oleh tipe alat mulut dan kebiasaan serangga
penyebab.
2. Pengendalian serangan hama serangga dilakukan tidak untuk
memusnahkan suatu hama tapi hanya menekan populasinya saja
3. Metode pengendalian hama serangga antara lain secara silvikultur, secara
fisik – mekanik, secara biologi, menggunakan peraturan perundang –
undangan, secara genetik, secara kimiawi dengan insektisida, dan dengan
cara pengelolaan hama terpadu (PHT).
4. Serangga dengan tipe mulut peghisap (chewing) merupakan hama yang
paling banyak merusak tanaman kehutanan.
5. Pengendalian yang tepat guna dengan tidak mengabaikan keberlangsungan
ekosistem mutlak dilakukan agar tidak terjadi wabah serangan hama yang
sangat merusak.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Priyona. 2011. Penuntun dan Petunjuk Praktikum Pelindungan Hutan.


Institut Pertanian Stiper. Yogyakarta.

Sri.Rahayu, 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia. Kanisius.


Yogyakarta.

Sumardi dan S.M. Widyastuti. 2004. Dasar – Dasar Perlindungan Hutan.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumardi,S.M. Widyastuti. DAN Hajono 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta

Yogyakarta, 12 Juli 2011


Mengetahui
Co.Ass Praktikan

M. Abdul Syafi’i Margareta Edo Dhoke

Anda mungkin juga menyukai