Oleh :
Golongan C/Kelompok 5
1. Kenia Dhiwa Anwar (211510501145)
2. Alfi Mubarak (211510501146)
3. Muhamad Noviar R. (211510501150)
4. Thia Lestari (211510501153)
5. Fathia Rahadatul A. (211510501163)
6. Syahrina (211510501159)
Abstract
Plant pest organisms (OPT) are animals or plants, both micro and macro in size,
that interfere, inhibit, and even kill cultivated plants. Thus, the purpose of writing
this practicum report is to understand the damage to plants caused by pests, so as
to reduce the adverse effects of pest attacks on plants. The activities will be
carried out on September 02 – 06, 2021, which are located in Tangerang, Serang
and Bekasi. The conclusion obtained in this study is that damage to various plants
is caused by pest attacks and it needs to be handled quickly so as not to have a
bad impact on the cultivation of a plant.
Indonesia bagai etalase hama dan penyakit tanaman. Artinya hampir semua
jenis hama dan penyakit yang ada di dunia bisa ditemukan dengan mudah di lahan
lahan pertanian di tanah air. Terbukti apa pun tanaman yang dibudidayakan tak
luput dari serangan hama dan penyakit.
Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah hewan atau tumbuhan baik
berukuran mikro ataupun makro yang mengganggu, menghambat, bahkan
mematikan tanaman yang dibudidayakan. Sehingga, Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) ini merupakan salah satu faktor kendala yang cukup sulit dalam
usahatani pertanian di mana dapat menurunkan hasil panen. (Ode, W.A.Z., et.al,
2020)
Berdasarkan jenis seranganya OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu hama,
vektor penyakit, dan gulma. Hama adalah organisme yang menginfeksi tanaman
dan merusaknya sehingga mengakibatkan perumusan hasil pertanian, perkebunan
maupun sayur-sayuran. Selain itu hama adalah hewan yang merusak secara
langsung pada tanaman. Hama terdapat beberapa jenis, diantaranya adalah
insekta (serangga), moluska (bekicot, keong), rodenta (tikus), mamalia (babi),
nematoda, dll. Serangan hama sangat terlihat dan dapat memberikan kerugian
yang besar apabila terjadi secara massive. Namun serangan hama umumnya tidak
memberikan efek menular, terkecuali apabila hama tersebut sebagai vektor suatu
penyakit.
Vektor penyakit atau biasa disebut sebagai faktor pembawa penyakit adalah
organisme yang memberikan gejala sakit, menurunkan imunitas, atau
mengganggu metabolisme tanaman sehingga terjadi gejala abnormal pada sistem
metabolisme tanaman tersebut. Beberapa penyakit masih dapat ditanggulangi dan
tidak memberikan efek serius apabila imunitas tanaman dapat ditingkatkan atau
varietas tersebut toleran terhadap penyakit yang menyerangnya. Namun terdapat
pula penyakit yang memberikan efek serius pada tanaman dan bahkan
menyebabkan kematian. Beberapa vektor penyakit tanaman adalah virus, bakteri,
dan cendawan. Umumnya gejala penyakit memiliki efek menular yang sangat
cepat dan sulit dibendung.
Serangan hama dan penyakit dapat terjadi pada benih, dapat menyebabkan
kematian bibit Kerusakan bibit yang disebabkan hama biasanya bibit dapat
“recovery” sedangkan kerusakan bibit yang disebabkan patogen bersifat terus-
menerus karena mengganggu proses fisiologis tanaman bahkan mengakibatkan
kematian. Untuk mencegah kerusakan dan kerugian yang lebih besar diperlukan
identifikasi dan teknik pengendalian. Identifikasi hama dan penyakit penting
dilakukan karena berkaitan dengan teknik pengendalian. Identifikasi meliputi
gejala serangan dan penyebab. Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis hama apa saja yang dapat mengganggu tanaman dan
menganalisa kerusakan bagian-bagian tanaman akibat ulah hama. (Suharti, et.al,
2015)
Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan bersifat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan.
Gulma memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada pertumbuhan tanaman,
meskipun biasanya tidak menimbulkan kematian. Gulma bisa disebut juga sebagai
kompetitor penyerap nutrisi daerah perakaran tanaman. Apabila pertumbuhan
gulma lebih cepat dibandingkan tanaman, maka sudah dapat dipastikan tanaman
yang dibudidayakan akan mengalami pertumbuhan yang tidak optimal. Beberapa
jenis gulma bahkan ada yang memberikan efek racun pada perakaran tanaman,
seperti kandungan metabolit sekunder (cairan) pada akar alang-alang.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu kerusakan dan OPT
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kerusakan bagian tanaman dengan
OPT
3. Untuk mengetahui gejala-gejala yang diakibatkan oleh OPT
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu camera dan alat
tulis seperti kertas dan bolpoi.
2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Tanaman Terong
2. Tanaman Singkong
3. Tanaman Oyong
4. Tanaman Jagung
5. Tanaman Mangga
6. Tanaman Jambu
7. Tanaman Jeruk
8. Tanaman Sawo manila
9. Tanaman Sirsak
10. Tanaman Talas
11. Tanaman Keladi
2.3 Metode
Metode yang digunakan merupakan metode eksplorasi langsung yang
dilakukan praktikan di sekeliling lingkungan dengan mencari, mengamati, da
menganalisis langsung kerusakan tanaman yag merupaka objek dari praktikum
yag dibahas yang kemudian aka dijelaskan pada laporan dengan tambahan
literatur
Pada praktikum kali ini dilakukan di kediaman lingkungan masing masig
aggota kelompok. Pecarian dan identifikasi tanaman yang terkena serangan OPT
dimulai pada tanggal 02 September hingga 05 September 2021. Metode yang
digunaka adalah dengan pengumpulan beberapa sampel tanaman yang terkena
OPT.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
No Jenis Bagian Penyebab Foto Keterangan
Tanaman Tanaman Kerusakan
3.2 Pembahasan
A. Kerusakan pada Tanaman Terong
1. Keruskan tanaman Terong akibat hama kumbang daun
Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu tanaman sayur-
sayuran yang dapat ditemukan tumbuh di daerah tropis maupun subtropis yang
digemari oleh masyarakat karena selain memiliki rasa yang enak juga banyak
mengandung vitamin dan gizi (Novita, A.T., dkk. 2020). Namun kendala dalam
budidaya terung tidak lepas dengan adanya serangan organisme pengganggu
tanaman (OPT) berupa hama. Salah satu hama pada tanaman terong ialah
Kumbang daun. Kerusakan tanaman oleh hama kumbang daun dapat
mengakibatkan adanya penurunan produksi akibat saat fase pertumbuhan dan
perkembangan tanaman terung tidak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimum.
Kumbang daun memiliki tipe mulut penggigit dan pengunyah, sehingga hama
kumbang daun ini dapat menimbulkan gejala kerusakan pada tanaman teong
seperti membuat permukaan daun tidak rata, ada lubang dan memiliki warna
kuning serta layu. Menurut Ngatiman dan Armansah (2015), ada tiga tipe hama
pemakan daun berdasarkan cara makannya : Tipe I hama yang sering memakan
daun dari sebelah dalam helaian daun (antara tepi dan tulang daun primer), tipe II,
hama yang memakan daun dari tepi helaian daun tulang daun primer dan tepi
daun sekunder turut dimakan dan tipe III, hama yang hanya memakan epidermis
dari permukaan daun sebelah bawah saja, sedangkan sebelah atas tidak dimakan
termasuk anak tulang daun sekunder. Sehingga dapat diketahui bahwa
berdasarkan dari cara makannya maka kumbang daun ini termasuk pada tipe II.
Kumbang pemakan daun merupakan hama yang dominan pada tanaman
terung fase vegetatif dan fase generatif. Imago kumbang ini berwarna jingga
kusam dengan bintik-bintik hitam pada elitranya dan panjang tubuhnya berkisar
antara 5-8 mm. Larvanya berwarna kuning dan terdapat seta yang terl;ihat seperti
duri pada bagian tubuhnya. Baik larva maupun imago merusak tanaman dengan
memakan lapisan epidermis di bawah daun tetapi bagian atas daun tetap utuh.
Sehingga daun yang terserang tinggal kerangka dan menjadi kering seperti jaring.
Kumbang Epilacna sp. aktif makan terutama pada pagi hari sedangkan pada siang
hari aktivitas makannya menurun, pada sore hari kembali aktif makan dan
kemudian menjelang malam aktifitas makannya menurun lagi.
2. Kerusakan tanaman terong akibat virus gemini
Kerusakan pada daun terong selanjutnya juga dapat disebabkan oleh virus
yang menyebabkan daun terong tersebut berubah warna menjadi kuning, sehingga
kerusakan tersebut dikatakan sebagai Motling. Hal tersebut di perkuat oleh
Novita, A.T., dkk. (2020) yang menyatakan bahwa tanaman terung yang terinfeksi
virus gemini memiliki warna bercak-bercak kuning, daunnya mengkerut, buahnya
mengkerdil dan dalam satu pohon hanya dihasilkan satu buah. Menurut Ali. F dan
R. Lunnadiyah A. (2020) Gejala pertama kali muncul pada daun muda/pucuk
berupa bercak kuning di sekitar tulang daun, kemudian berkembang menjadi urat
daun menjaring berwarna kuning (vein clearing), cekung dan mengkerut dengan
warna mosaik ringan atau kuning. Gejala berlanjut hingga hampir seluruh daun
muda atau pucuk berwarna kuning cerah, dan ada pula yang berwarna kuning
bercampur dengan hijau, daun cekung dan mengkerut berukuran lebih kecil dan
lebih tebal. Penyakit kuning yang disebabkan oleh virus gemini dapat
menimbulkan kerugian yang besar bagi petani karena mengakibatkan turunnya
produksi terung. Dari penelitian ini diketahui bahwa penyakit kuning pada daun
tanaman kuning dipengaruhi oleh populasi kutu kebul. Populasi kutu kebul
berpengaruh meningkatkan atau menurunkan terjadinya penyakit kuning pada
tanaman terung.
B. Kerusakan pada Tanaman Singkong
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengamatan terhadap hama
perusak tanaman yang ada di sekitar rumah praktikan. Dari hasil pengamatan
praktikan menemukan dua macam kerusakan tanaman. Untuk kerusakan pertama
yaitu diakibatkan oleh hama putih atau kutu putih yang menyerang tanaman
singkong pada bagian daun dan batang. Kutu putih pepaya P.marginatus Williams
& Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococci-dae) merupakan hama baru yang
menjadi masalah penting pada pertanaman pepaya di Indonesia. P. marginatus
termasuk jenis kutu-kutuan yang seluruh tubuhnya diselimuti oleh lapisan lilin
berwarna putih. Tubuh berbentuk oval dengan embelan seperti rambut-rambut
berwarna putih dengan ukuran yang pendek. Hama ini terdiri dari jantan dan
betina, dan memiliki beberapa fase perkembangan yaitu: fase telur, pradewasa
(nimfa), dan imago. Telur P. marginatus berbentuk bulat berwarna kuning
kehijauan dan ditutupi oleh massa seperti kapas dan akan menetas dalam waktu 10
hari setelah diletakkan (Walker et al., 2003). Serangan kutu putih atau mealybug
pada tanaman ditandai dengan munculnya material tebal berwarna putih dan atau
hitam pada permukaan daun atau apeks, yang merupakan campuran antara
keberadaan serangga dewasa, ovisacs dan nimfa dari serangga tersebut. Mealybug
menutupi organ inangnya dengan membuat lapisan yang menutupi organ
terinfeksi tersebut sehingga inangnya mengalami gangguan fotosintesis dan
pertumbuhan. Serangan kutu putih di Indonesia menjadi kompleks karena tidak
adanya musuh alami yang efektif mengendalikan serangan hama tersebut. Di
daerah asalnya, serangan hama ini dapat dikendalikan dengan adanya musuh
alami seperti parasitoid dan predator (Amarasekare et al., 2008).
Hubungan tanaman singkong dengan hama kutu putih P.marginatus
memberikan dampak negatif yang membuat kerusakan atau kematian pada
tanaman singkong bahkan sampai gagal panen. Dalam pengamatan kali ini
praktikan menemukan gejala-gejala kerusakan pada tanaman singkong yang
diakibatkan oleh hama kutu putih, yang dimana pada bagian daun mengalami
pengeringan dan daun bewarna hijau tua dan bahkan bewarna ada juga yang
bewarna coklat seperti daun yang tidak mendapat nutrisi. Selain daun juga
terdapat gejala pada permukaan batang yang mengalami pembusukan dan
perubahan warna.
Para petani biasanya mengendalikan kutu putih atau bemisia tabaci masih
menggunakan insektisida kimia. Tetapi dalam literatur yang saya baca yang
berjudul “PENGENDALIAN KUTU KEBUL B. tabaci Genn.
MENGGUNAKAN KOMBINASI TANAMAN PENGHALANG DAN
INSEKTISIDA KIMIA” (2011) menyatakan bahwa pengendalian yang umum
dilakukan saat ini adalah dengan memanfaatkan insektisida kimia, namun belum
ada informasi bahwa insektisida memberikan hasil yang maksimal dalam
mengendalikan kutu kebul. Kesulitan dalam mengendalikan kutu kebul yang
menggunakan insektisida kimia disebabkan oleh sifat kutu kebul yang sangat
mudah menjadi tahan (resisten) terhadap bahan kimia yang terkandung.
Dalam Penanganan Kutu putih atau (Brasia Tabaci) , bisa mennggunakan
kombinasi tanaman penghalang dan insektisida kimia hal ini sesuai dengan
percobaan yang telah dilakukan dan di publikasikan dalam prosiding seminar hasil
penelitian tanman aneka kacang dan umbi (2011) yanng menyatakan Upaya
pengendalian kutu putih dengan kombinasi tanaman penghalang dan penggunaan
insektisida disamping pengaruh positif penekanan populasi kutu putih juga
berpengaruh positif terhadap intensitas serangan kutu putih intensitas serangan
kutu kebul pada tanaman kedelai. Kombinasi tanaman penghalang berupa
tanaman jagung dan insektisida untuk menekan perkembangan populasi kutu
kebul pada tanaman kedelai.
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktikum Kerusakan dan OPT ini ialah
Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah hewan atau tumbuhan baik
berukuran mikro ataupun makro yang mengganggu, menghambat, bahkan
mematikan tanaman yang dibudidayakan.
Dari praktikum tersebut kelompok kami mengamati berbagai jenis
kerusakan pada tanaman yang berbeda, seperti pada tanaman terong terdapat luka
pada daun yang tergolong dalam hole fiding yang disebabkan oleh adanya hama
kumbang daun dan juga ditemukan adanya virus gemini yng menyebabkan daun
terong tersebut menjadi kuning. Selanjutnya pada tanaman singkong pada batang
dan daun mengalami kerusakan cukup parah, yaitu pada bagian batang membusuk
dan bagian daun ada yang mengering dan menghitam. Pada tanaman Oyong, daun
ini mengalami luka spot dapat terjadi karena Hama atau virus. Pada tanaman
Jagung, daunnya mengalami kerusakan cukup parah dikarenakan pada bagian
daun jagung diserang Ulat Grayak. Pada tanaman mangga, daunnya terkena hama
Kutu Putih. Pada tanaman Jambu daun mengalami keruskan jerawat pada jambu
menyebabkan daun bentol seperti jerawat. Pada tanaman Jeruk, daunnya terserang
bakteri Xanthomonas axonopodis pv. citri yang menyebabkan daun berbintik
kuning ditepi, dan putih/coklat di tengak bintiknya. Pada tanaman Sawo manila,
mengalami keruskan yang menyebabkan bolong pada daunnya. Pada tanaman
sirsak muncul bercak coklat dan berbintik hitam pada daun yang merupakan spora
jamur. Pada tanaman talas, helai daun mengalami bitnik-bintik kuning. Serta
tanaman yag terakhir yaitu pada tanaman keladi, pada pinggiran daun mengalami
kekuningan hingga kecoklatan. Dari berbagai jenis kerusakan yang disebabkan
OPT ini merupakan salah satu faktor kendala yang cukup sulit dalam usahatani
pertanian di mana dapat menurunkan hasil panen. (Ode, W.A.Z., et.al, 2020)
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Aripin Naek Lubis. 2020. Serangan Ulat Grayak Jagung (Spodoptera
Frugiperda) pada Tanaman Jagung di Desa Petir, Kecamatan Daramaga,
Kabupatem Bogor dan Potensi Pengendaliannya Menggunakan
Metarizhium Rileyi. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. Vol2 (6).
Ali. F dan R. Lunnadiyah A. 2020. Serangan Virus Kuning Terong pada Induksi
Ekstak Daun Clerodendrum Japonicum Dan Mirabiis Jalapa. Jurnal
Agrovigor. Vol. 11 No. 2
Amarasekare, Kaushalya G., Mannion, Catharine M, and Osborne, Lance S. 2008.
Life History of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Psudococcidae) on
Four Host Plant Species Under Laboratory Conditions. Journal
Physilogical Ecology. 37(3): 630- 635.
.
BAB VI
LAMPIRAN
6.1 Dokumentasi
Gambar 1. Kerusakan pada daun tanaman terong akibat hama kumbang daun
Gambar 4. Kerusakan pada Daun tanaman singkong akibat hama kutu putih
Gambar 5. Kerusakan pada daun tanaman oyong akibat hama kutu putih
Gambar 6. Kerusakan pada daun tanaman jagung akibat hama ulat grayak
Gambar 7. Kerusakan pada Daun tanaman magga akibat hama kutu putih
Gambar 8. Kerusakan pada Daun tanaman jambu akibat hama lalat putih
Gambar 9. Kerusakan pada daun tanaman jeruk akibat bakteri Bakteri Xanthomonas
axonopodis pv. Citri
Gambar 10. Kerusakan pada daun tanaman sawo manila akibat Hama Ulat Penggulung
Daun
Gambar 11. Kerusakan pada daun tanaman sirsak akibat Penyakit Antraknosa (Jamur
cendawan)
Gambar 12. Kerusakan pada daun tanaman talas akibat Serangga Tetranychus
Cinnabarius
Gambar 13. Kerusakan pada daun tanaman keladi akibat hama serangga
6.2 Jurnal Rujukan
Novianti. A.T., et.al. 2020. Analisis Keberadaan Virus Gemini pada Tanaman
Terung di Daerah Penancangan Kota Serang. Vol. 3 No. 1
Ali. F dan R. Lunnadiyah A. 2020. Serangan Virus Kuning Terong pada Induksi
Ekstak Daun Clerodendrum Japonicum Dan Mirabiis Jalapa. Jurnal
Agrovigor. Vol. 11 No. 2
Riyadi, Slamet. 2016. Serangga dan Peranannya dalam Bidang Pertanian dan
Kehidupan. Jurnal Media Pertanian. 1(1): 18-28.
Suharti, Tati., Kurniaty, Rina., Siregar Nurmawati, dan Darwiati Wida. 2015.
Identifikasi dan Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Bibit Kranji
(Pongamia pinnata). Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan. 3(2): 91-100.
Pramayudi, Nur, dan Oktarina, Hartati. 2012. Biologi Hama Kutu Putih Pepaya
(Paracoccus magrinatus) pada Tanaman Pepaya. Jurnal Floratek. 7: 32-44.
Amarasekare, Kaushalya G., Mannion, Catharine M, and Osborne, Lance S. 2008.
Life History of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Psudococcidae) on
Four Host Plant Species Under Laboratory Conditions. Journal
Physilogical Ecology. 37(3): 630- 635.
Walker. A., Holy, M, and Mayerdirk D. 2003. Papaya mealybug (Paracoccus
marginatus) Williams and Granada de Willink (Insecta: Hemiptera:
Pseudococcidae). Featured creatures. Institut of Food and Agricultural
Sciences, University of Florida.
Ramdan, Evan Purnanama., Budiarti, Lina., Wulansari, Nur Kholia, dkk. 2021.
Penyakit Tanaman dan Pengendaliannya. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Ahmad Aripin Naek Lubis. 2020. Serangan Ulat Grayak Jagung (Spodoptera
Frugiperda) pada Tanaman Jagung di Desa Petir, Kecamatan Daramaga,
Kabupatem Bogor dan Potensi Pengendaliannya Menggunakan Metarizhium
Rileyi. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. Vol2 (6).
Amarasekare, Kaushalya G., Mannion, Catharine M, and Osborne, Lance S. 2008.
Life History of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Psudococcidae) on
Four Host Plant Species Under Laboratory Conditions. Journal
Physilogical Ecology. 37(3): 630- 635.
Alfi Inayati Et Al. 2011. Pengendalian Kutu Kebul B. Tabaci Genn.
Menggunakan Kombinasi Tanaman Penghalang Dan Insektisida Kimia.
Proceeding Of Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan
Umbi, Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan Dan Umbi-Umbian
2011.
Zarlainin, W.O.A., dkk. 2021. Penyuluhan Pengendalian dan Pencegahan
Organisme Pengganggu Tanaman Jeruk Siompu di Kecamatan Siompu Kabupaten
Buton Selatan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol. 5(1): 223-236.
Illiana, Dkk. 2020. Deteksi Liberibacter Spp. Pada Jeruk Siam Bergejala Klorosis
Disertai Bercak Hitam Dengan Polymerase Chain Reaction. Jurnal
Protobiont. Vol. 9(1): 102-108.
Santoso, H. & Redaksi Trubus. 2016. Hama & Penyakit Tanaman Vol. 09.
Jakarta: PT. TRUBUS SWADAYA
Triwibowo, H. Jumani. Emawati, H. 2014. IDENTIFIKASI HAMA DAN
PENYAKIT Shorea Leprosula Miq DI TAMAN NASIONAL KUTAI
RESORT SANGKIMA. Vol 13(2)
Cheppy Wati.2021. Hama dan Penyakit Tanaman. Medan : Yayasan Kita
Menulis.
Safitri, Y.D, Idriyanto, dan Hariri. A.M. 2017. TINGKAT SERANGA HAMA
PADA TANAMAN JABON DI DESA NEGARA RATU II KECAMATAN
NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. JURNAL SYIFA
LESTARI. Vol. 5 No.1.