PENGERTIAN SDM
Perekrutan.
Motivasi kerja.
Manajemen kinerja.
Tunjangan karyawan.
Kesehatan karyawan.
Keselamatan karyawan.
Pemberian kompensasi.
Pengembangan perusahaan.
SECARA SINGKAT
1. Tujuan Sosial
Tujuan ini adalah organisasi bertanggung jawab secara sosial terhadap
tantangan dan keperluan yang terjadi di masyarakat khususnya di ruang
lingkup organisasi dan mengurangi efek dampak negatif atau merugikan yang
akan muncul.
2. Tujuan Organisasional
Tujuan manajemen sebagai organisasional adalah sasaran-sasaran formal
yang disusun guna membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Tujuan ini mengenalkan bahwa manajemen sumber daya manusia itu ada
(exist).
3. Tujuan Fungsional
Tujuan manajemen sumber daya manusia selanjutnya adalah tujuan
fungsional atau functional objective. Yakni untuk mempertahankan kontribusi
dari sumber daya manusia di tiap departemen perusahaan yang dibutuhkan.
Sumber daya tersebut dipelihara agar memberikan kontribusi yang optimal.
4. Tujuan Individu Atau Tujuan Pribadi
Dalam organisasi juga harus diperhatikan oleh setiap manajer, terutama
manajemen sumber daya manusia, dan harus diarahkan dengan tujuan
organisasi secara keseluruhan (overall, organizational objectives).
Menurut Tayibnapis (1993), sumber daya manusia aparatur pemerintah adalah
kumpulan manusia yang mengabdi pada kepentingan negara dan pemerintahan
berkedudukan sebagai pegawai negeri.
Contoh : pegawai, buruh, karyawan, pekerja, tenaga kerja, penduduk suatu negara
yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang belum bekerja maupun yang
sudah bekerja. (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak
dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan.
b). Rekrutmen Proses rekrutmen selama ini yaitu pemerintah daerah mengajukan
usulan kebutuhan pegawai ke pemerintah pusat. Hanya saja, pemerintah daerah
belum menghitung secara sangat cermat mengenai jumlah dan kualifikasi PNS yang
dibutuhkan,ketersediaan anggaran untuk gaji dan tunjangan, serta
mempertimbangkan kelebihanPNS dan/atau tenaga honorer.selama ini, hasil
rekrutmen tidak sesuai dengan kebutuhan profesionalisme yang diharapkan
dikarenakan sebagian besar kompetensi tidak sesuai dengan pekerjaan yang
diembannya para aparatur tersebut. Kepentingan diri sendiri lebihdiutamakan
dibandingkan kepentingan negara.
Permasalahan lain, apabila penerimaan dilakukan oleh pemerintah daerah adalah
adanya tekanan dari sejumlah pihak yang mempunyai kepentingan pribadi sehingga
pelaksanaannya tidak akan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Disamping itu, sistem penerimaan PNS bersifat kedaerahan sehingga hanya orang-
orang yang berasal dari daerah yang bersangkutan yang diajukan untuk dijadikan
pegawai. Sistem ini terbentuk karena setiap daerah mengajukan usulan
penambahan PNS ke Pemerintah Pusat yang hanya diisi dari daerah tersebut.
c). Pola Karier Sampai saat ini, PNS di Indonesia belum memiliki peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang pola karier PNS. Pola karier PNS ini
sangat penting dan mendesak sebagai dasar pengembangan karier dan potensi
PNS sehingga pengangkatan PNS dalam suatu jabatan struktural dapat dilakukan
secara adil dan transparan. Jika pola karier ini telahterwujud, maka seorang PNS
dapat mengetahui arah perjalanan dan bahkan merencanakan
kariernya serta jabatan yang akan diembannya sesuai kompetensi yang dimiliki
selama jangka waktu tertentu, misalnya sepuluh tahun ke depan.
Sistem kenaikan pangkatyang diberlakukan selama ini masih bersifat administrasi
dan masih belum dikaitkan dengan prestasi kerja yang dihasilkan PNS. Penyebab
lainnya adalah kelemahan sistem pengukuran kinerja sehingga PNS yang
berprestasi kurang mendapat perhatian dan penghargaan yang adil. PNS yang
prestasi kerjanya tidak bagus masih memungkinkan untuk naik pangkat/golongan.
Kendala yang terjadi adalah ketidaksesuaian antara kompetensi dengan pekerjaan
yang diemban. Permasalahan ini muncul antara lain disebabkan pada saat
rekruitmen, kebutuhan yang diinginkan oleh pemerintah daerah tidak sesuai
denganlowongan pekerjaaan yang ada.d). Beban KerjaSecara umum, beban kerja
mayoritas PNS di daerah belum optimal karena porsi pekerjaan yang diselesaikan
oleh PNS masih berada di bawah kapasitas optimal yang seharusnya. Terdapat
pengangguran tidak terlihat / kentara di lingkungan PNS baik di propinsi /
kabupaten / atapun kota karena beban kerja PNS yang tidak sepadan dengan
jumlah pegawai yang ada. Akibatnya, pekerjaan yang seharusnya dapat dilakukan
oleh dua atau
tiga orang, kenyataannya dilakukan secara gotong royong oleh empat orang atau
lebih. PNSyang berkinerja baik ini biasanya dapat dipercaya oleh pimpinan. Namun,
bagi merekayang berkinerja buruk cenderung kurang dipercaya untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang berat dan serius. Akibatnya, kelompok
PNS ini akan mengalami Job Less diunit kerjanya dan merasa kebingungan karena
tidak ada tugas yang akan diembannya. Beban kerja PNS yang tidak seimbang ini
pada dasarnya disebabkan oleh tidak tersedianya uraian tugas (job description)
yang pada saat mereka diterima menjadi CPNS sehinggamembuat pegawai yang
telah diterima kebingungan untuk memulai dari mana pekerjaannya akan dimulai.
e). Promosi Promosi pegawai aparatur negara kedalam jabatan struktural belum
didasarkan pada kinerja (PNS) yang bersangkutan. Promosi pejabat struktural masih
dilakukan dengancara saling dukung mendukung antara satu – sama lain jadi ketika
orang tersebut tidak aktifmencari rekanan yang sevisi dan misi yang sama maka
individu aparatur tersebut akantertinggal dari kolega – koleganya yang lain.
Fenomena ini muncul karena besarnya otoritas
kepala daerah dalam pengelolaan kepegawaian di daerah. Fungsi Badan
Pertimbangan jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) sendiri juga kurang efektif
karena Ketua Baperjakat dijabat langsung oleh bupati. Dengan demikian,
kepentingan politis juga sering mendominasi proses promosi pejabat struktural di
daerah. Akibatnya, sangat sulit memperoleh pejabat struktural yang kompeten dan
profesional di bidangnya karena pengkatan dan keberadaan pejabat yang diangkat
hanya untuk melayanipenguasa (pejabat negara pada daerah yang bersangkutan).
Hal ini juga banyak terjadi pada daerah-daerah lain di Indonesia yang sulit dihindari
dan dikontrol.
f). Permutasian. Prinsip ‘the right man in the right place on the right time’ masih
sebatas slogan saja dikarenakan adanya muatan kepentingan dari pejabat tertentu
yang mempunyai kewenangan di bidang kepegawaian ataupun ada interest pribadi
yang sangat kuat terhadap jabatan atau orang yang dipromosikan.Proses mutasi
khususnya dalam pengertian perpindahan PNS antar unit kerja di lingkungan
pemerintah daerah yang sama, juga memperlihatkan kondisi yang belum terpola
dengan mekanisme yang jelas, adil dan transparan, dan kurang terencana. Hampir
seluruh daerah propinsi/kabupaten/kota belum memiliki pola mutasi yang sistematis
sesuai dengan kapasitas individual PNS dan karakteristik, beban dan volume
pekerjaan. Hasilnya, dapat dikatakan bahwa pola mutasi atau aturan main dalam
mutasi tidak dapat terwujud di banyak daerah.
g). Pengukuran KinerjaSistem pengukuran kinerja merupakan salah satu aspek yang
banyak disoroti padasaat ini. Sistem dan implementasi pengukuran kinerja para
aparatur negara yang masihberlangsung saat ini dalam menempati posisi yang
sangat strategis karena pada dasarnyahasil pengukuran kinerja yang dilakukan
secara objektif, valid dan terukur memberikanbanyak manfaat bagi proses
pengambilan keputusan di bidang kepegawaian. Hanya saja,hal ini yang tampaknya
kurang disadari oleh para pengambil kebijakan di bidangpengelolaan kepegawaian
baik dalam jajaran pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. karena
kelemahan-kelemahan aspek, mekanisme dan sifat pengukurannya. Hasil penilaian
DP-3 tidak dapat membedakan seorang PNS yang mempunyai kinerja yangbagus
dengan yang tidak bagus. dan anehnya, tidak ada satupun dari atasan
yangberkeinginan untuk memberikan penilaian yang jelek terhadap anak buahnya
sekalipunfaktanya memang kinerja bawahannya tidak memuaskan.
h). Remunerasi. Remunerasi atau penggajian kepada SDM aparatur yang berkerja
pada semuatingkatan di pemerintah memang dinilai masih belum mampu membuat
pegawai sejahtera.Persoalan minimnya gaji/tunjangan yang diterima PNS selama ini
menjadi alasan tidakmampunya pekerja aparatur untuk menunjukkan kinerja yang
tinggi. minimnyagaji pegawai aparatur negara merupakan masalah klasik yang
sampai saat ini tetap tidakmampu menopang kehidupan yang layak dan sejahtera.
sebagian besar PNS melaksanakan pekerjaan sampingan di luar jam kantor untuk
mendapatkan tambahan penghasilan. Adakalanya, pekerjaan sampingan tersebut
juga dilakukan pada jam kantor sehingga mengganggu kinerja yang seharusnya
ditunjukan sebagai aparat pemerintah.
Undang Uundang no. 23 TAHUN 2014 tentang Pemerintah Daerah, perbahan dari
UU no. 32 tahun 2004.
1. Tujuannya: mendorong pemerintah daerah mensejahterakan masyarakat,
melalui peningkatan pelayanan publik dan daya saing daerah.
2. Pengembangan kapasitas aparatur daerah melalui pembinaan, pengawasan,
penghargaan dan fasilitas khusus di instansi daerah.
TUGAS BELAJAR
1. Peraturan Presiden no, 12 tahun 1962 tentang Tugas Belajar.
2. Surat mendagri tanggal 9 Januari 1999 No. 802/303/SJ tentang petunjuk
pemberian izin belajar PNS.
3. Surat Edaran Menteri PAN tanggal 30 Juni 2004 no. SE/18/M.PAN/2004
tentang Pemberian tugas belajar dan izin belajar PNS.
4. Diperbaruhi surat edaran MPAN no. 04/2013 tentang Pemberian Tugas
belajar dan izin belajar.
5. Disusul dengan surat no. B/3264/M.PAN/10/2013 tentang batas usia
maksimun tugas belajar bagi guru, dosen dan PNS izin belajar.