Anda di halaman 1dari 18

The 6th University Research Colloquium 2017

Universitas Muhammadiyah Magelang

Efektivitas Asean Intergovernmental Commission on Human


Rights (AICHR) dalam Mengatasi HAM di Asia Tenggara

Ahmat Reza Fahlefi Pattihua


Jurusan Magister Ilmu Hubungan Internasional
*Email: prezafahlefy@gmail.com

Abstrak
Keywords: Dalam tulisan ini, penulis membahas tentang efektivitas ASEAN
HAM, Efektivitas, Intergovernmental Commission On Human Rights (AICHR) dalam mengatasi
AICHR, ASEAN HAM di Asia Tenggara. Semua data-data yang diambil baik data primer,
sekunder maupun tersier akan dianalisis dengan menggunakan deskriptif
analisis. Eksistensi AICHR yang di bentuk pada tahun 2009 lewat KTT ke 15
sebagai komisi HAM Regional kawasan Asia Tenggara, hingga saat ini masih
jauh dari harapan. Penghormatan terhadap kebebasan serta promosi dan
proteksi HAM seakan berada di ruang hampa. Jika ditelusuri dengan
menggunakan teori efektifitas organisasi yang dikemukakan oleh Frank
Biermann & Steffen Bauer. faktor-faktor penyebab ketidakefektifan AICHR
berdasarkan variabel yang relevan dengan judul diatas terdapat banyak
kendala. Hal ini dikarenakan Prinsip non-interverence, kewenangan yang
terbatas, kurangnya sumberdaya organisasi, serta diferensiasi nilai HAM
yang merupakan bagian yang sangat berpengaruh pada konsistensi Komisi
HAM Regional ASEAN.

1. PENDAHULUAN hukum positif [3]. Definisi ini telah melalui


Setelah perang dingin berakhir, Hak asasi berbagai pergulatan teoritik dan perubahan sesuai
manusia (HAM) menjadi fokus utama dalam dengan konteks sosial yang melatarbelakanginya.
hubungan internasional dan bukan lagi sekedar Pada konferensi dunia tentang HAM tahun
menjadi isu non-tradisional. pandangan sebagian 1993, sebuah deklarasi disetujui oleh negara-
besar negara-negara hegemoni tentang HAM negara anggota PBB di Wina yang disebut Vienna
adalah suatu dimensi penting yang harus Declaration (Deklarasi Wina). Negara-negara
dipertimbangkan dan digunakan sebagai anggota ASEAN pun juga menyetujui deklarasi
instrumen politik negara dalam mencapai ini, dan menjadi awal dari komitmen negara-
kepentingan nasional. Tetapi HAM juga negara anggota ASEAN untuk menegakkan HAM
merupkan cermin kerja sama antarnegara dalam di kawasan Asia Tenggara. Konferensi dunia
bentuk international norms [2]. Sesuai konteks tentang HAM ini menyatakan perlunya untuk
ideologi, sosial, politik, ekonomi, dan budaya mempertimbangkan pembentukan perjanjian di
dunia, HAM merupakan wacana yang sangat tingkat regional dan sub regional untuk pemajuan
dinamis dan selalu disuarakan. Secara singkat dan perlindungan hak asasi manusia [25].
HAM didefinisikan sebagai hak fundamental yang Pemikiran mengenai HAM pun
dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia, berkembang seiring berjalannya waktu.
dan bukan karena diberikan oleh masyarakat atau Perdebatan dari kelompok-kelompok lainnya
terkait HAM tak bisa dihindari dan menolak

ISSN 2407-9189 513


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

universalisasi HAM, dimana dasar pemikiran atau dirintis oleh lima negara yang terdapat di kawasan
postulat yang dianut kaum Western sangat kontras Asia Tenggara, yaitu Thailand, Malaysia
dengan nilai-nilai yang ada di Asia khususnya Indonesia, Filipina, dan Singapura [18].
Asia Tenggara. Perdebatan dari berbagai Isu HAM di kawasan Asia Tenggara masih
kelompok terkait isu HAM bukan berarti terjadi menjadi wacana sensitif. Lembaga regional atau
resistensi dalam perubahan, Namun Diferensiasi ASEAN yang didirikan pada 1967 sebagai
dari nilai-nilai dan budaya yang tumbuh di sebuah kawasan berbentuk security community,
Negara memiliki konsep yang berbeda. Seperti dikarenakan adanya kehadiran kepentingan dan
yang dikatakan tokoh relativis Budaya seperti identitas bersama di antara negara anggota untuk
Adamantia Pollis bahwa, HAM universal berbeda menciptakan hubungan damai di dalamnya [1]. Di
dengan HAM yang di anut kaum partukler. Karena Asia Tenggara, konsep Security Community
hak politis dan hak sipil tidak sesuai untuk merupkan sebuah perkumpulan antar beberapa
masyarakat yang ada di luar negara-negara Barat. negara yang secara khusus membahas tentang
alasan Menurut mereka yaitu perjuangan untuk jaminan keamanan di kawasan mereka [18].
gerakan menginternalkan HAM tersebut di tolak Sebagai negara-negara yang baru merdeka,
dan tidak dihargai sebagai prinsip universal. maka prioritas utama adalah pembangunan
Karena budaya dan tradisi yang dianut didalamnya nasional, serta keamanan yang mendukung untuk
berisikan Hak asas manusia dan merupakan kemajuan ekonomi dan stabilitas politik selain itu,
pedoman kepercayaan. Dengan kata lain, terlepas dari apapun sistem pemerintahannya.
pemahan tentang konsep HAM akan berbeda-beda Sementara isu-isu lain seperti pelanggaran HAM
tergantung keyakinan budaya masyarakat yang sepertinya tidak begitu mendapat perhatian, walau
berbeda pula. Sejauh ini penerapan HAM baru terjadi banyak kasus pelanggaran di kawasan ini,
dinilai efektif pada negara-negara maju, walaupun seperti kasus-kasus yang terjadi selama
hampir semua negara yang tergabung dalam PBB pemerintahan orde baru, Presiden Soeharto di
pada tahun 1948 menandatangani Deklarasi Indonesia. Di Kamboja terkait kasus genosida
Universal HAM (DUHAM), Namun berupa kejahatan kemanusiaan pada era Pol Pot
penerapannya di beberapa belahan dunia masih yang belum terselesaikan dan konflik perbatasan
merupakan sesuatu yang kontroversi, terutama di Kamboja-Thailand atas klaim kuil Preah Vihear
negara berkembang, atau yang dikenal dengan yang menimbulkan sejumlah penduduk menjadi
istilah Negara Dunia Ketiga. Pembangunan negara korban serangan baku tembak antara keduanya.
atau kawasan dianggap sebagai sesuatu yang lebih Selanjutnya, di Thailand terdapat sejumlah aksi
mendesak ketimbang isu HAM. penembakan maupun pengeboman terhadap
Melayu Pattani dari pemerintah pusat Thailand
2. PEMBAHASAN sebagai respon separatisme yang menimbulkan
Asia Tenggara merupakan kawasan yang korban ratusan masyarakat Pattani yang mayoritas
mencakup Indochina, dan Semenanjung Malaysia, beragama Muslim. Di Malaysia juga terjadi
serta pulau-pulau disekitarnya. ASEAN pelanggaran HAM dalam bentuk diskriminasi
(Association of Southeast Asian Nations) sebagai rasial dan pemberlakuan Internal Security Act. Di
organisasi regional kawasan di Asia Tenggara Filipina, terjadi pelanggaran HAM terkait
yang memberi banyak harapan untuk terjalinnya terjadinya krisis demokrasi, di mana adanya
hubungan internasional di kawasan yang semakin penentangan pihak militer terhadap pemerintahan
stabil [17]. Sebagai bentuk kerja sama kawasan, Marcos yang menyebabkan pertumpahan darah
ASEAN dianggap sebagai salah satu instrumen dan perang sipil terkait pelanggaran HAM
yang mampu menjaga keamanan dan kestabilan terhadap suku Moro-Mindanao.
kawasan. ASEAN resmi berdiri melalui Deklarasi ASEAN terus menerus membangun
Bangkok pada 8 Agustus 1967. Organisasi ini solidaritas. Adanya konsep “ASEAN Way”dimana

514 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

menjadi salah satu modal penting menuju proses dengan membentuk badan Hak HAM ASEAN.
konsolidasi dan integrasi kawasan termasuk Untuk mengimplementasikan hal tersebut dengan
memperkokoh kerjasama keamanan. Dalam melihat berbagai persoalan tersebut maka
konteks ini fondasi “ASEAN Way” diartikulasikan dibentuklah The ASEAN Intergovernmental
dalam lima prinsip yang disepakati yaitu “non- Commission on Human Rights (AICHR) [23].
interverence, “saling menghormati kedaulatan, AICHR adalah bagian dari kelanjutan pelaksanaan
kesepakatan (consesus), menolak ancaman dan ASEAN Charter, dan diresmikan pada 23 Oktober
penggunaan kekuatan militer dan menjaga prinsip 2009 pada saat penyelenggaraan ASEAN Summit
keamanan komprehensif (comprehensive ke-16 di Hua Hin, Thailand. Adanya badan ini
security). Kelima konsep tersebut pada dasarnya dimaksudkan untuk mempermudah dan
merupakan basis dari keamanan komunitas. mengurangi berbagai macam permasalahan
Karena elemen-elemen tersebut merupakan kunci pelanggaran HAM di Asia Tenggara. Komisi
stabilitas poltik dan keamanan Asia HAM ada untuk mempromosikan dan melindungi
Tenggara.Tujuan utama “ASEAN Way” mampu hak asasi manusia, dan kerjasama regional tentang
menjadi dua alat pokok yaitu, pertama, HAM, di negara-negara anggota ASEAN.
Menghidndari terjadinya peperangan dan Kemajuan komitmen ASEAN terhadap hak asasi
penggunaan militer dan yang kedua adalah manusia juga dapat dilihat dalam Deklarasi Hak
sebagai mekanisme resolusi konflik. Asasi Manusia ASEAN (AHRD) dan roadmap
Pelanggaran HAM selalu terjadi di kawasan komunitas ASEAN 2009-2015 [19].
Asia Tenggara. Kondisi ini menunjukkan sebuah Setelah hampir dua dekade sejak AICHR
ironi dimana negara-negara anggota ASEAN didirikan, tidak dapat di pungkiri bahwa terdapat
harus memulai kesepakatan untuk menghargai banyak masalah yang muncul terkait lembaga baru
HAM dengan mempromosikan dan memproteksi ini. The Solidarity For Asian People’s Advocacy
sebagaimana yang tercermin dalam pembentukan Task Force On Asean And Human Rights (SAPA
“ASEAN Charter” pada 20 November 2007 di TF-AHR), suatu koalisi yang terdiri dari lebih dari
Singapura, sebagai sebuah perjanjian bersama 70 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Asia
yang mengikat secara hukum dalam suatu wadah Tenggara, Membuat laporan AICHR yang
bersama. Berbagai langkah di atas merupakan berjudul Hiding Behind Its Limits: A Performance
suatu bentuk untuk menghargai dan mengakui Report On First Yaer Of The AICHR. Di dalamnya
keberadaan hak asasi manusia. Ironisnya, ASEAN terdapat pembahasan mengenai permasalahan-
sebagai kawasan yang dianggap berhasil dalam permasalahan baik yang muncul terkait
memelihara stabilitas perdamaian, keamanan dan pengaturan yang ada di dalam kerangka acuan.
pembangunan ekonomi kawasan, masih belum Sejak dibentuk pada tahun 2009 lewat KTT
sebanding dengan langkah-langkahnya untuk ke 15, AICHR terlihat menghindari penyelesaian
mempromosikan dan menegakkan HAM. sengketa, banyak laporan yang di sampaikan oleh
Berbagai sorotan dunia internasional terhadap Beberapa NGO seperti KontraS (komisi untuk
pelanggaran hak asasi di ASEAN masih tinggi. orang hilang dan dan anti kekerasan) sering di
Sejumlah persoalan pelanggaran hak asasi abaikan oleh komisi tersebut. Hal ini yang
manusia yang telah dan masih terjadi di kawasan membuat ASEAN dianggap tidak mampu
Asia Tenggara. mewakili kepentingan negara anggotanya.
Dalam piagam ASEAN Bab I, pasal 1 (ayat Ketidakefektifan Lembaga HAM ASEAN dalam
7) yang dikatakan sebagai “Komunitas ASEAN” hal ini AICHR dalam menangani berbagai
adalah sebuah komunitas yang ditujukan untuk persoalan terkait penegakan HAM di ASEAN.
memperkuat demokrasi dan melindungi HAM. Penulis merasa bahwa masih ada banyak faktor
Kemudian, pada pasal 14 juga disebutkan bahwa yang menghambat AICHR dalam menangani
untuk memajukan dan melindungi hak-hak asasi

ISSN 2407-9189 515


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

berbagai persoalan yang terjadi dalam kasus Sumber: SAPA 2015 (Solidarity for Asian
pelanggaran HAM di Asian Tenggara. Peoples’ Advocacies)
2.1. Kasus Pelanggaran HAM yang Ditangani Tanggapan yang diberikan oleh AICHR
AICHR atas laporan-laporan dari KontraS (Komisi untuk
Isu HAM mulai menjadi perhatian di Orang Hilang dan Tindak Kekerasan) terkait
kawasan seiring sorotan yang diterima ASEAN bebrapa pelanggaran HAM yang terjadi di
dari negara-negara luar kawasan mengenai kawasan Asia tenggara sangat tidak memuaskan.
berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di KontraS menilai AICHR, bahwa lembaga ini tidak
sini. Beberapa kasus yang paling disoroti adalah berkontribursi penuh di dalam penegakan HAM di
dugaan pelanggaran HAM terhadap tokoh wilayah Asia Tengggara. Menurut Kordinator
demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, serta Badan Pekerja KontraS, Haris Azhar, dalam
pembantaian terhadap etnis rohingya dan juga jumpa pers di jakarta bahawa AICHR yang
kasus-kasus yang terjadi selama era pemerintahan merupakan Komnas HAM ASEAN ini, tidak
Presiden Soeharto di Indonesia. Kasus lain yang merespon pelanggaran HAM yang terjadi di
cukup menjadi sorotan adalah pembunuhan negara-negara anggota ASEAN, seperti yang
aktivis HAM Munir pada tahun 2004 dalam terjadi di Burma, Thailand Selatan, dan Filipina
penerbangan menuju Amsterdam, diatas pesawat Selatan. (Koran Tempo:2012)
milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Pada pertemuan AICHR bulan desember
Selain itu semenjak berdirinya komisi 2013, lembaga-lembaga ASEAN yang
HAM ASEAN dalam hal ini AICHR, terdapat menyampakan laporan mengena kasus-kasus
beberapa kasus pelanggaran HAM berat yang di diatas diinformasikan oleh ketua komisi bahwa
laporkan kepada komisi tersebut seperti tertera AICHR belum dapat menerima proses kasus-
pada tabel di bawah ini [21]. kasus pelanggaran HAMyang diajukan.
Tabel 1. Pelanggaran HAM ASEAN Dengan demikian jika melihat
Kasus Jumlah Negara Pelapor perkembangan hingga saat ini, mekanisme HAM
Buruh 9 Indonesia Serikat di ASEAN masih belum bisa menerima
imigran Buruh pengaduan, sehingga menimbulkan pertanyaan
Migran
Indonesia untuk apa dipertahankan. Pembelajaran terpenting
(SBMI) dari komisi HAM antar-Amerika memperlihatkan,
Pelanggaran 2 Indonesia LBH Pers pada mulanya pun tidak memiliki mekanisme
atas pengaduan, namun setelah muncul tekanan agar
kebebasan
pers komisi HAM amerika menyelidiki kasus
Kejahatan 3 Indonesia Kontras peenculikan di Argentina, sekarang bukan saja
kemanusiaan Argentina yang berubah menjadi demokratis
Hak-hak 1 Indonesia Koalisi namun komisi HAM di benua Amerika ini pun
wanita Perempuan
Indonesia menjadi lembaga yang paling efektif dalam
Hukuman 1 Singapura Save Vui perlindungan dan penegakan HAM. Sementara
mati Kong Mekanisme HAM ASEAN masiih sebatas pada
Campaign mendapatkan informasi. Masyarakat sipil
Pembunuhan 1 Phlipina Center for
di International mempunyai peluang dan tantangan dalam
Maguindanao Law penyusunan Deklarasi HAM ASEAN (ASEAN
Pembantaian 1 Myanmar KontraS Human Rights Declaration atau AHRD). Berbeda
etnis dengan praktik mekanisme HAM Eropa dan antar-
Rohingya Amerika, dimana mekanisme yang dibentuk
Total 18 setelah deklarasi itu dirumuskan, berbeda dengan
ASEAN yang sebalikannya, praktik dilakukan

516 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

lebih dulu setelah itu baru konvensi dirumuskan. mandat dari mekanisme hak asasi manusia
Hngga Saat ini badan AICHR sedang merancang regional. Selain mekanisme dari lembaga regional
dan menyusun ToR untuk Drafting Group AHRD, mengenai HAM, ada kekuatan, akuntabilitas dan
serta diharapkan dokumen HAM ASEAN ini stuktur yang memuat hal- hal sebagai berikut:
mempunyai nilai tambah yang lebih baik 1. Pengaduan
ketimbang dokumen HAM di wilayah regional Prosedur kerja dari lembaga Hak asasi
lain manusia regional sebagai lembaga hukum
2.2. Lembaga HAM Regional harus memeriksa dan menganalisis serta
Sistem HAM regional tujuannya adalah membuat keputusan terhadap negara anggota
untuk memperkuat perlindungan dan pemenuhan terkait pelanggaran ham terhadap individu
hak asasi manusia dengan mempertimbangkan atau kelompok sesuai laporan yang diterima.
pertimbangan regional, seperti tradisi, nilai, Lembaga regional akan membuat surat
budaya, dan praktik bersama.Ketika lembaga rekomendasi yang bersifat khusus kepada
domestik gagal dan tidak bisa menegakkan negara Jika terindikasikan ada bukti
hukum, atau ketika mereka sendiri yang pelanngaran berupa remedies yang sesuai dan
melakukan pelanggaran hukum, maaka harus sememstinya. Harus adal laporan dari negara
perlu untuk mencari hukum pengganti di luar anggota mengenai langkah-langkah yang
batas-batas nasional. Kerangka hukum harus dilakukan sesuai dengan surat
nasionaldapat memberikan hak kepada pengadu rekomendasi tersebut.
yang dilanggar untuk membawa kasus 2. Pemantauan
pelanggarankepada lembaga HAM atau badan Negara-negara anggota wajib memberikan
regional, sehingga negara tersebut menjadi bagian informasi dan situasi yang kredibel kepada
dari kerangka ini, dan memastikan bahwa semua lembaga regional terkait perkembangan HAM
upaya nasional telah habis atau dianggap tidak di negara tersebut, selain tu mekanisme
efisien. Selain itu, lembaga HAM regional juga lembaga regional adalah harus selalu
mampu untuk melakukan monitoring pelaksanaan memantau situsasi dan kondisi umum serta
dan pemenuhan hak atas pendidikan, biasanya memberikan laporan berupa rekomendasi
melalui penyampaian laporan. untuk hal-hal apa yang perlu dilakukan. Selain
Pada tahun 1946, setelah perang dunia II pemantauan, lembaga regional juga harus
berakhir, ada tiga lembaga regional hak asasi meninjau kembali dengan melakukan
manusia yang sudah berdiri, diantaranya adalah kunjungan dan investigasi ke negara negara
Amerika, eropa dan Afrika. Mekanisme lembaga anggota dan sudah tentu menjadi suatu
regional hak asasi manusia dibentuk sebagai kewenangan dari lembaga regional.
upaya untuk memfokuskan masalah sosioal- 3. Bantuan
ekonomi,politik, budaya serta bagaimana Setiap negara harus memberikan otoritas,
pengaturan hukum di kawasan tersebut. Lembaga bantuan serta sumber daya berupa kantor
regional HAM juga melakukakn suatu sistem yang sekertariat untuk perwakilan agar dengan
hampir mirip dengan negara-negara yang mudah menjalankan tugasnya secara bebas,
merupakan bagian dari kenggotaan sebuah efektif dan fungsional.
lembaga regional. Selain itu, untuk mengurangi 4. Komposisi
pelanggaran HAM, lembaga regional hak asasi Setiap anggota yang di pilih harus sesuai
manusia melakukan kinerjanya dengan represif dengan mekanisme pemilihan yang jujur dan
agar setiap negara harus tunduk dan patuh [20]. adil dan juga harus diberikan kesempata
Kemajuan serta perlindungan HAM mampu kepada LSM untuk memberikan sumbansi
berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan berupa sarat atau pendapat. Perwakilan dari
bersama nengara-negara anggota sesuai dengan setiap negara anggota dalam mekanisme hak

ISSN 2407-9189 517


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

asasi manusia regional harus memiliki Komunitas ASEAN yang sasarannya kepada
kometensi dan integritas serta loyalitas yang masyarakat dan sebagai instrumen untuk
tinggi. pembangunan sosial dan keadilan yang
2.3. ASEAN Intergovernmental Commission Of berkemajuan, serta penyempurnaan martabat
Human Rights (AICHR) manusia dan pemenuhan kualitas hidup yang
Setelah berakhir perang dunia ke-II, layak untuk masyarakat ASEAN.
Pembangunan mekanisme hak asasi manusia telah Dengan kehadiran mekanisme HAM di
di upayakan pada tingkat regional di berbagai kawasan Asia Tenggara sudah dinantikan dan
kawan dunia. Majelis Umum PBB telah berusaha telah lama menjadi ekspektasi masyarakat
untuk membentuk aturan atau sebuah mekanisme ASEAN. Perlahan-lahan rezim HAM regional
yang lebih efektif dan signinifikan dibadingkan mulai muncul, seperti rezim HAM Eropa dibawah
dengan lembaga HAM Internasional, dimana padata tahun1960, rezim HAM Amerika pada
Majelis Umum PBB membuat mekanisme hak tahun 1968, dan rezim HAM Afrika pada tahun
asasi manusia di level Regional. Alasan 1981 dibawah African Charter. Akan tetapi,
pembentukan mekanisme HAM regional adalah dengan melewati beberapa dekade setelah
kesamaan sejarah, budaya dan letak geografis. pembentukan lembaga regional di tiga kawasan
Misalnya seperti informasi atau pembuatan diatas, perkembangan ini belum di sentuh oleh
rekomendasi akan lebih mudah dan lebih efektif kawasan Asia.
jika berasal dari lembaga regional. Berbeda Setelah itu melalui World Conference on
halnya dengan mekanisme HAM ditingkat Human Rights pada tahun 1993 di Wina, muncul
internasional yang tingkat inisatifnya terlalu sulit, ketidaksepahaman antara pihak Barat dan negara-
mengingat luasnya kawasan dan perbedaan kultur, nagara berkembang terkait dengan gagasan-
sejarah dan letak geografis. Selain dari itu, gagasan fundamental HAM semakin terlihat.
pembentukan lembaga HAM regional juga Ketidaksepahaman tersebut mulai dari masalah
diyakini sebagai sebuah kepercayaan dari tentang internalisasi atau yang disebut dengan
kawasan regional dan menghindari statemen yang universitalitas HAM yang kontaradiksi, dimana
sedikit skeptis dimana dapat menghindari lebih memfukoskan kepada penekanan Asian
pemikiran yang menyimpang tentang HAM values (tanggung jawab sosial) dan hak-hak umum
sebagai alat untuk kekuasaan pihak barat dalam ketimbang hak-hak individu. Akan tetapi, seluruh
mengimbangi tekanan dari kawasan lain [16]. negara ASEAN menanggapi serta menyambut
Konferensi Tingkat Tinggike-21ASEAN positif konsensus yang telah dihasilkan di dalam
di Phnom Penh, Kamboja. Kepala negara anggota Konvensi tersebut.
dari PBB AsiaTenggara (ASEAN), pada Kesadaran masyarakat ASEAN untuk
kesempatannya Menegaskan mengenai menegaskan perlunya kerjasama antar negara
komitmenASEAN terkait pelindungan HAM, terkait pemenuhan HAM dalam pernyataan yang
tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip kebebasan yang lebih rinci ditegaskan dalm pertemuan tingkat
fundamental serta yang temaktub dalam Piagam menteri di Kuala Lumpur Malaysia pada tahun
ASEAN, yang di dalamnya juga termasuk prinsip- 1991. Dalam Joint Communique ini dinyatakan
prinsip aturan hukum, demokrasi, dan tata kelola bahwasanya para menteri luar negeri melakukan
yang baik. Para Anggota dari negara- sharing mengenai isu HAM dan gagasan-gagasan
negaraASEAN telah sepakat terhadap pentingnya tentang penerapan pemenuhan HAM dalam
Komisi Antar pemerintah ASEAN untuk hal- hubungan antar Negara. Walaupun HAM bersifat
halmengenai Hak Asasi Manusia ,sebagai universal, namun kemajemukan budaya, ekonomi
lembaga regional yang akuntabel untuk dan sosial dari Negara masing-masing, maka
pengembangan dan perlindungan HAM di pelaksanaannya berasimilasi pada kompetensi dan
ASEAN, yang berguna bagi terbentuknya akuntabilitas negara masing-masing. Selanjutnya

518 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Ditegaskan juga bahwa kerjasama internasional ASEAN, AICHR mulai dibentuk oleh para kepala
dalam menerapkan HAM tidak boleh terbentur pemerintahan dari negara anggota ASEAN pada
dengan prinsip kedaulatan Negara [12]. tanggal 23 Oktober 2009 pada summit ke-15 di
Pada tahun 2000, pertemuan pada tingkat Cha-Am Hua, Tahiland, dengan mengacu pada
menteri menyetujui langkah konkrit dalam rangka Term of Reference (ToR) Oleh karena itu Negara-
pembentukan mekanisme HAMregional di negara Anggota ASEAN telah menetapkan sebuah
ASEAN, para menteri mulai berkonsultasi dengan deklarasi yang di beri namaya itu.
beberapa para Senior Officials ASEAN dan 2.4. Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN
menyetuji perlu adanya pembentukan mekanisme yang ditetapkan pada 18 November 2012
di tingkat nasional mengenai HAM di pada Berdasarkan susunan dari komisi HAM
Negara angota ASEAN [13]. Respon dari ASEAN (AICHR) sebagaimana tertuang sebagai
berbagai Negara ASEAN cukup beragam, kerangka acuan dalam pasal 5, walaupun
sebagian menyambut baik dan ada sebagian lain didalamnya tidak menyebutkan berapa banyak
juga cenderung menolak. menanggapi hal ini, anggota dalam AICHR, namun jika dilihat dari
diadakan workshop mengenai Mekanisme negara-negara yang bergabung dalam lembaga
Regional HAM ASEAN yang dilakukan di Jakata ASEAN hanya 10 negara. Perwakilan negara
pada Julitahun 2001 dan. Berbagai upaya ini anggota bertugas selama tiga tahun dan bisa
diharapkan bisameberikan pemahaman dan dipilih kembali namun hanya sekali dalam kinerja
menjadi sarana pencerahan antara anggota- [24]. Mengenaai keanggotaan dari AICHR,
anggota ASEAN mengenai dengan pembentukan mekanisme pemilihannya berdasarkan voting,
mekanisme regional HAM [14]. yang bersifat terbuka dan umum. dimana hanya
Akhirnya Negara-negara ASEAN dua perwakilan negara yang di tunjuk dari
mengeluarkan Joint Communique (Komunike kalangan civil society organization (CSO) yaitu
Bersama) Pada tahun yang sama, yang mana Indonesia dan Thailand. Sementara keanggotaan
menyatakan pemahaman yang sama secara ASEAN lainya ditunjuk secara langsung oleh
bersaan mengenai komitmen dan kepatuhan pemerintah atau negaranya masing-masing.
mereka dalam menghormati hak asasi manusia Sesuai denga yang teruang dalam ToR AICHR
berdasrkan isi dari Deklarasi Wina [6]. Sesuai ayat 5 bahwa keanggotaan AICHR merupakan
Joint Communique, negara-negara ASEAN perwakilan dari masing-masing negara ASEAN
konsisten dalam melakukan koordinasi serta yang ditunjuk oleh pemerintah.
konsolidasi agar bsa mencapai common approach Sesuai dengan piagam ASEAN, setap
atau pendekatan bersama mengenai HAM dan ikut perwakilan dari negara-negara anggota harus
secara aktif dalam penerapan pemajuan dan independen dan bekerja sesuai kerangka acuan.
perlindungan hak asasi manusia. Selanjutnya setiap perwakilan harus memiliki
Pembentukan Komisi HAM tingkat akuntabilitas serta tanggung jawab kepada
ASEAN adalah sebuah langkah yang tepat dan masing-masing negara pemerintahannya. Dan
lebih baik terhadap pengembangan nilai-nilai juga pemerintah dari negara anggota bisa
HAM untuk direalisasikan di kawasan Asia menggantikan secara bebas sewaktu waktu. Selain
Tenggara. Selanjutnya, komisi HAM juga itu, harus ada konsultasi lebih dulu terkait
dibentuk sebagai solusi untuk kemudahan dan penujukan perwakilan di komisi oleh pemegang
perbaikan implementasi serta penegakan HAM di kekuasan di negara-negara anggota jika didalam
Asia Tenggara. Oleh karena itu, Setelah melalui pemerintahan meminta hal demikian.
hampir dua dekade dan mendapat tekanan yang 2.5. Prinsip Non-interverence
represif dari pihak Barat, Pembentukaan Selama negara-negara anggota ASEAN
mekanisme hak asasi manusia di tingkat regional memegang teguh pada prinsip non-interverence
akhirnya terealisasi. berdasarkan Pasal 14 Piagam dalam kebijakan regional ASEAN. selain prinsip-

ISSN 2407-9189 519


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

prinsip yang lain, Prinsip non-interverence yang identitas nasional, tidak ikut campuri urusan
selama ini diagung-agungkan sudah banyak internal negera anggota ASEAN, menghargai hak
memberi manfaat terhadap keberdaan ASEAN. anggota untuk mempertahankan integritas
Jika dlihat pada tingkat domestik sebagai nasional yang bebas dari pengaruh asing serta
tingkatan dasar, prinsipnon-interverence adalah subversi dan koersi, tidak mencampuri dalam
telah memanifestasikan penghormatan terhadap kegiatan yang akan berdampak pada kedaulatan
kedaulatan negara masing-masing anggota. dan integritas teritorial negara anggota lainnya,
Jaminan atas pengakuan kedaulatan negara termasuk tidak menggunakan daerahnya untuk
anggota menjadi asepek yang sangat penting kegiatan tersebut, penghormatan terhadap
terhadap kurangnya sikap saling kebebasan serta promosi dan proteksi HAM.
mencurigai.berkurangnya kecurigaan sangat Dalam berbagai peraturan yang disebut di atas
membantu rasa percaya yang baik antara anggota- nampak bahwa ASEAN belum akan
anggota ASEAN. Hal ini menjadi sangat penting, meninggalkan prinsip non-interverence sebagai
karena rasa percaya menjadi dasarpemajuan prinsip dasarnya. Oleh karena itu, ASEAN tidak
organisasi regional yang memiliki perbedaan dapat mengintervensi pelanggaran-pelanggaran,
kepentingan terelakkan. misalnya pelanggaran HAM, yang terjadi dalam
Selain itu Prinsip non-interverence juga negara anggota ASEAN. Sebagai contoh kasus,
berfungsi sebagai instrumen mekanisme prinsip ini akan membuat Badan HAM ASEAN
pencegahan terhadap timbulnyaberbagai konflik yang dibentuk berdasarkan ASEAN Charter pasal
antar negara-nagara anggota ASEAN. Saling 14. Tidak dapat menjalankan fungsinya secara
menghargai sesama sebagai anggota ASEAN, maksimal. Karena seharusnya Badan HAM
akan menghilangkan rasa saling curiga jika tidak ASEAN mampu bertindak untuk menyelesaikan
ikut campuru urusan intenal negara anggota lain. pelanggaran HAM yang terjadi dengan masuk ke
Prinsip ini telah memberikan kontibusi serta negara yang melanggar HAM tersebut dan
sumbangsih positif dalam pemajuan ASEAN mengintervensi tindakan yang dilakukan.
hingga saat ini. Sehingga Badan HAM ASEAN ini hanya dapat
Namun Seiring berjalannya waktu, dengan bertindak dalam lingkup pertemuan menteri luar
perkembangan dinamika politik global, kiranya negeri ASEAN seperti disebut pasal 14 ayat 2.
prinsip non-interverence sudah seharusnya 2.6. Penyebab Ketidakefektifan AICHR dalam
ditinggalkan atau dirombak kembali oleh ASEAN. Penegakan HAM di Asia Tenggara
Mengingat dalam piagam ASEAN telah Dengan melihat bebrapa veriabel dari judul,
disebutkan bahwa ke depan tujuan ASEAN adalah penulis memfokuskan pada variabel organisasi
“maintain and enhance peace, security and regional, dimana AICHR sebagai parameter untuk
stability and further strengthen peace-oriented dianalisa sejauh manat tingkat keefektifannya.
values in the region,” serta to enhance regional Evektifitas di artikan oleh para pakar dengan
resilience by promoting greater political, security, berbeda-beda tergantung pendekatan yang
economic and socio-cultural cooperation. Sesuai digunakan oleh masing-masing pakar. Organisasi
Pernyataan ini telah menampakan bahwa kedepan biasanya berada dalam lingkungan yang bergolak
ASEAN merupakan kesatuan etnis, pernyataan dengan sumber daya terbatas, lingkungan yang
tersebut juga dipertegas dengan sebutan ASEAN, berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
One Vision, One Identity, One Community. Akan zaman, perubahan tersebut akan memepengaruhi
tetapi hinnga saat ini belum ada perubahan yang efektivitas organisasi. Agar organisasi dapat
signiifikan,dimana prinsip tersebutmasih mempertahankan keberadaannya dan dapat
dipakaioleh ASEAN, jelas terlihat pada Pasal 2 berfungsi, maka organisasi itu haruslah efektif.
piagam ASEAN, yang mana menghormati Berikut ini beberapa pengertian efektivitas
integritas teritorial, kedaulatan, persamaan, menurut para ahli seprti, Drucker (1964:5)

520 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

mendefinisikan efektivitas sebagai melakukan sebuaah organisasi. Kebijakan yang di buat harus
pekerjaan yang benar (doing the rights things), sesusai dengan lingkungan yang dihadapi,
menilai apakah organisasi itu efektif atau tidak, Disamping ciri organisasi, faktor eksternal
ada banyak pendapat antara lain mengatakan dinyatakan berpengaruh atas efektivitas. karena
bahwa suatu organisasi efektif atau tidak, secara lingkungan dapat berubah kapan saja. Organisasi
keseluruhan ditentukan oleh apakah tujuan akan mengalami perubahan sebagai respon
organisasi itu tercapai dengan baik atau terhadap lingkungannya, Organisasi juga
sebaliknya. Menurut amitav Etzioni, suatu memerlukan perubahan struktur, tujuan dari
keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana organisasi sebagai usaha untuk melakukan
dapat tercapai oleh sebuah organsasi. Semakin adaptasi terhadap masalah-masalah yang ada di
banyak rencana yang dapat dicapai, semakin lingkungan eksternal.
efektif pula kegiatan organsasi tersebut, sehingga Dari penjelasan diatas terkait kesesuaian
kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai masalah, penulis mencoba mengaplikasikan pada
tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu tujuan di bentuknya lembaga AICHR dalam
cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang menghadap berbagai persoalan kemanusiaan di
hendak dicapai [10]. kawasan ASEAN. Sebagai entitas dari sebuah
Untuk itu Keefektifan AICHR dapat dikaji kawasan, masyarakat Asia Tenggara
menggunakan teori efektivitas organisasi karena memiliki permasalahan umum yang kurang lebih
AICHR itu sendiri dapat digolongkan sebagai hampir sama terkait hak asasi
organisasi internasional. Organisasi internasional manusi. Permasalahan terkait situasi dan kondisi
memiliki tiga peran utama yakni sebagai dalam suatu negara, maupun yang
instrumen, arena dan sebagai aktor. Organisasi melibatkan antar negara.
internasional dapat diteliti keefektivannya Pada dasarnya, keberhasilan AICHR dalam
berdasarkan variabel-variabel yang ada pada melaksanakan peran serta fungsinya, sebagaimana
organisasi tersebut. Menurut Frank Biermann dan dirumuskan lewat ASEAN Charter serta Working
Steffen Bauer, keefektifan dari organisasi Group for an Asean Human Rights Mechanism,
internasional dapat dibagi menjadi beberapa titik ditentukan oleh negara anggota ASEAN seecara
pandang analitis yang membedakan variabel signifikan. Namun, keikutsertaan negara anggota
struktural yang terkait dengan desain organisasi ASEAN dihalangi oleh prinsip dan norma yang
internasional tersebut, antara lain: kompetensi mengatur mekanisme antar negara-negara
formal, keterikatan dengan rezim internasional, anggotanya, dalam hal ini prinsip non-
kesesuaian dengan masalah, sumberdaya yang interverence. Prinsip-prinsip yang mengatakan
dimiliki, dan keterlibatan pemangku kepentingan. bahwa negara tidak memiliki hak untuk
2.7. Dampak Prinsip Non-interverence mencampuri urusan atau pemasalahan suatu
terhadap AICHR negara lain. Prinsip ini merupakan satu dari lima
Dalam mencapai tujuan dan sasaran perlu prinsip peaceful coexistence yang tercantum
juga diperhatikan visi misi yang progresif dan dalam UN Charter yang kemudian diadopsi oleh
dinamis. Sepanjang pembahasan mengenai aspek- founding father ASEAN dengan penyesuaian
aspek yang mempengaruhi efektivitas organisasi, tersebut terhadap norma-norma regional. Setiap
selalu ditekankan keharusan bagi organisasi untuk negara-negara anggota ASEAN pun menyepakati
selalu siap menyesuaikan diri organisasi mereka untuk menolak setiap bentuk intervensi suatu
dengan perubahan dalam lingkungan, organisasi negara, baik anggota ASEAN maupun luar
harus memiliiki tujuan yang jelas sesuai dengan ASEAN terhadap permasalah dalam negeri negara
masalah yang dihadapi dalam lingkungan luar lainnya dalam kawasan ASEAN.
organisasi (faktor eksternal). Begitu pula dengan Prinsip non-interverence yang memiliki
kebijakan dan pengambilan keputusan dalam nilai-nilai penghormatan terhadap integritas

ISSN 2407-9189 521


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

teritorial dari setiap negara dan kedaulatannya, investigasi atau individual complaint, karena pada
penyelesaian setiap permasalahn politik melalui saat itu ada beberapa negara anggota ASEAN
diskusi, serta peningkatan kerja sama dalam aspek melakukan penolakan yang ditawarkan pada saat
pertahanan wilayah dan keamanan berdasarkan pembentukan ToR.
salah satu tujuan pembentukan ASEAN yaitu “to Sebagaimana Komisioner Indonesia untuk
promote peace in the region” [5]. AICHR, Rafendi Djamin, mengatakan bahwa 14
Keberpihakan anggota ASEAN dalam fungsi AICHR yang ada, Cuma terdapat tiga (3)
mempercayakan prinsip non-interverence sebagai fungsi yang bisa dikaitkan sebagai fungsi proteksi,
pondasi yang kuat sebenarnya bisa dikatakan dan Fungsi tersebut bersifat terselubung,
bahwa terdapat banyak pelangaran HAM berat dikarenakan mekanisme perlindungan HAM di
maupun ringan di kawasan Asia Tenggara. ASEAN menolak pengaduan pelanggaran HAM
Dimana negara juga ikut tidak melakukan fungsi [11]. Fungsi individual complaint yang diusulkan
perlindungan terhadap HAM, maksudnya adalah oleh Indonesia ditolak oleh negara-negara
kedaulatan dari negara akan maklumi oleh ASEAN lainnya, sehingga pada sidang AICHR
masyarakat secara individu maupun kelompok bulan juli 2010, Indonesia berada dalam posisi
internasional. Kegagalan yang diseebabkan dari satu melawan sembilan.
prinsip non-interverence ini akan membawa Didalam ASEAN charter maupun ToR
dampak terhadap negara-negara anggota ASEAN AICHR tidak mengatur secara tegas dan gamblang
dalam hal ini keamanan dan kestabilan sebuah mengenai pengecualian dalam melakukan campur
negara perlahan akan hancur. Dengan demikian tangan terhadap negara saat terdapat pelanggaran
Peluang dan peningkatan tejadinya kejahatan HAM berat di negara tersebut. Akibatnya komisi
kemanusiaan makin terbuka lebar. Seperti contoh HAM yang bergerak pada penegakan
kasus pelanggaran yang terjadi di myanmar, kemanusiaan di kawasan Asia Tenggara ini hanya
dimana kasus etnis Rohingya merupakan salah menjadi hiasan dinding dan diabaikan karena
satuh kasus yang memperlihatkan adanya konflik tugasnya sekedar promosi HAM. Mengingat
antara kelompok yang mendominasi dengan Penafsiran dan pelaksanaan dari prinsip non-
kelompok minoritas. Kelompok mayoritas yang interverence di ASEAN telah sesuai dengan
diwakilkan oleh burmese dengan kelompok prinsip-prinsip dalam hukum internasional, karena
minoritas muslim rohongya yang telah mengalami instrumen hukum internasional menyebutkan
konflik yang berkepanjangan. Konflik itu bukan secara eksplisit bahwa prinsip non-interverence
hanya menimbulkan korban jiwa pada kedua merupakan salah satu prinsip fundamental dalam
kelompok, akan tetapi juga mengakibatkan hukum internasional.
terjadinya pelanggaran HAM berat. Kendati demikian, jika dari sisi fungsional,
Data-data pengaduan yang diterima oleh terdapat empat (4) kewajiban atau obligasi yang
AICHR sperti kasus yang penulis sebutkan diatas, harus dipatuhi setiap negara anggota ASEAN
tidak ada tindakan yang represif dari komisi HAM sebagai konsekuensi dari eksistensinya prinsip
tersebut. Sehingga semua laporan terkait non-interverence, yaitu:
permasalah rohingya langsung dibawah ke dalam 1. Dilarang keras untuk memprotes tindakan
ASEAN Foreign Minister Meeting (AMM). apapun dari tiap negara anggota terhadap
Pembahasan mengenai konflik Rohingya warga negaranya, termasuk pelanggaran
dilakukan di Kuala Lumpur, malaysia pada AMM terhadap HAM.
ke 47 tahun 2015. Artinya bahwa kasus terkait 2. Mengkritisi tindakan dari satu negara yang
pelanggaran HAM yang tejadi di kawasan Asia melanggar prinsip non-interverence
Tenggara tidak bisa diselesaikan, sebab tidak 3. Menolak pengakuan, permohonan suaka,
tercantum dalam Mandat. Pemberlakuan mandat ataupun bentuk suport lainnya terhadap
yang diperoleh bukan merupakan sebuah

522 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

kelompok pemberontak yang mengganggu (AICHR). AICHR memiliki beberapa macam


kemanan negara tetangga fungsi dalam menegakan HAM di ASEAN yang
Dari ketiga poin diatas, ada benturan yang tercantum dalam poin keempat (4) ToR AICHR.
menjadi pada poin satu (1), tentunya muncul Secara umum, tugas dan fungsi AICHR adalah
pertanyaan mengenai prinsip dan komitmen merumuskan upaya pemajuan dan perlindungan
negara anggota ASEAN dalam membela hak-hak HAM di kawasan Asia Tenggara melalui
asasi manusia warga negaranya. Pertanyaan ini pemantauan, edukasi, dan standarnisasi HAM
wajar muncul sebab, jika dilihat pada prinsip non- Internasional sesuai yang telah diamanatkan oleh
interverence memang jelas para pemimpin Universal Declaration of Humar Rights (UDHR)
ASEAN harus “mengabaikan” terhadap tindakan Deklarasi Wina tahun 1993 tentang HAM, dan
misalnya pelanggaran yang dilakukan pemerintah Instrumen Ham Internasional lainnya. Komisi
Myanmar oleh kepada etnis rohingya. dalam kasus HAM di ASEAN (AICHR) bertanggungjawab
lain, mengabaikan tindakan represif dari pihak untuk pemajuan dan pelindungan HAM di
militer indonesia terhadap masyarakat papua ASEAN. tetapi, sejauh ini eksistensi AICHR lebih
tahun 2014 (soetjipto 2015:59). menekankan pada fungsi promosi, bukan
Kekhawatiran lain akan muncul jika protection. Hal ini juga dikarenakan usia AICHR
Penegakan serta perlindungan HAM di Asia masih terbiilang mudah dibandingkan lembaga-
tenggara lewat komisi HAM ASEAN tidak lembaga regional lainnya yang sudah di bentuk
berjalan efektif sesuai harapan masyarakat, karena beberpa dekade yang lalu.
adanya pasal 2 ayat (2) huruf e dan f dari Piagam 2.8. Fungsi dan Kewenangan yang Terbatas
ASEAN. Sebab secara teminologi terjadi Organisasi membutuhkan Struktur yang
kontradiksi dan benturan antara prinsip non- hirarkis dan funsional. dalam organisasi
interverence dengan keharusan campur tangan tertentuSangat penting dalam menjelaskan
dari pihak luar, seperti LSM, dan lembaga efektivitas organisasi. Jika struktur oganisasi
pemerhati HAM lainnya. Hal ini lah yang kurang memadaiakan memungkinkan dampak
menyebabkan AICHR lebih terfokus pada ketidakefektifan sebuah organisasi dalam
negoisasi dibandingkan terjun langsung dalam menjalankan program kerjanya. Suatu organisasi
menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan memerlukan suatu kejelasan dalam pembagian
demikian, negara-negara anggota ASEAN harus fungsi dan tanggung jawab dari masing-masing
membuat metode dan solusi yang baik untuk anggota.Namun, sebelum menentukan tugas dan
digunakan dalam rangka terciptanya perdamaian tanggung jawab anggota, organisasi harus
dan keamanan di kawasan asia tenggara. memperhatikan terkait dengan struktur
Selanjutnya Pada waktu pendirian ASEAN organisasinya. Pada umumnya struktur organisasi
dengan Deklarasinya, tidak diatur mengenai berbentuk piramida karena merupakan sebuah
perlindungan dan penegakan HAM secara gambaran mengenai bagaimana pemegang
gamblang. Hanya ada satu (1) dari tujuh (7) tujuan kekuasaan harus mendelegasikan otoritas dalam
ASEAN yang mempunyai relasi dengan HAM, organisasi yang besar, dan hanya keputusan yang
tujuan kedua yaitu: “To promote regional peace tidak biasa atau yang yang merupakan
and stability through abiding respect for justice kekecualian yang harus kembali ke hierarki atas
and the rule of law in the relationship among untuk diputuskan. Struktur terbaik bagi sebuah
countries of the region and adherence to the organisasi adalah yang mendukung upaya kerja
principles of the United Nations Charter” yang efektif dan meminimalkan kompleksitas.
Sebagaimana penulis telah menjelaskan Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas
sebelumnya, bahwaPasal 14 Piagam ASEAN akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, dan
tentang pembentukan komisi HAM ASEAN mekanisme koordinasi yang formal serta pola
Intergovernmental Commission on Human Rights interaksi yang akan diikuti.

ISSN 2407-9189 523


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Berdasarkan pemaparan diatas tersebut, memiliki kewenangan penuh mengenai penegakan


dapat digunakan untuk menganalisa faktor-faktor HAM di ASEAN serta mampu meningkatkan
yang mempengaruhi efekifitas AICHR dalam kewenangan AICHR dalaam memberikan
menjalankan tugas dan fungsi sebagai komisi rekomendasi kepada negara anggota. Tugas dari
HAM di kawasan ASEAN yaitu struktur pengadilan HAM ASEAN adalah menerima
organisasi. Dalam rangka pemajuan serta pengaduan dari korban HAM, baik indivdu
perlindungan HAM yang mampu berjalan dengan maupun kelompok. Namun pada kenyataannya
baik sesuai dengan kesepakatan bersama nengara- AICHR tidak Memiliki kompetensi untuk
negara anggota sesuai dengan mandat dari menerima pengaduan individu terhadap negara
mekanisme hak asasi manusia regional. Selain anggota yang melakukan pelanggaran HAM. Dari
AICHR, seharusnya ASEAN membentuk sebuah beberapa kasusu terlihat jelas minimnya respon
kekuatan, akuntabilitas dan stuktur dan badan dari komisi tersebut. Hal ini tentu akan
hukum. Jika dilihat dari perspektif hukum, yang mengganggu mandat perlindungan hak asasi
paling dibutuhkan saat ini sebenarnya adalah manusia. Untuk itu ASEAN harus lebih serius
keberadaan suatu badan hukum yang secara jelas untuk menangani berbagai persoalan isu
dan kuat memberikan kewenangan bagi AICHR pelanggaran HAM yang terjadi di kawasan Asia
untuk melaksanakan tugasnya sebagai otoritas tenggara dengan meratifikasi sebuah Konvensi
kemanusiaan di Asia Tenggara. ASEAN tentang badan hukum atau pengadilan
Lebih lanjut, pada lembaga-lembaga HAM ASEAN yang tugasnya menerima
regional lainya seperti lembaga HAM Eropa pengaduan.
(European Court of Human Rights), Amerika Dengan demikian dalam mewujudkan
Amerika (Inter-American Court of Human Rights) peran dan fungsi AICHR yang lebih baik
dan Afrika (African Commission and Court of sebagaimana mestinya, haruslah disertai dengan
Human and Peoples’ Rights) telah memiliki mekanisme khusus, tanpa harus melanggar prinsip
konvensi sendiri. Salah satu contoh adalah dan ketentuan serta nilai-nilai bersama yang
Misalnya komisi dan pengadilan regional HAM dijadikan sebagai panduan/pedoman. Gagasan ini
Eropa, Amerika, dan Afrika. Pembentukan dapat termanifestasikan melalui dua bentuk
Komisi HAM ASEAN hanya berlandaskan pada perwujudan subkomisi dari AICHR yang bekerja
satu prinsip dari Piagam ASEAN sehingga harus secara serempak, diantaranya adalah
membutuhkan aturan lain dan mengatur Pembentukan sekretariat yang tugasnya
mekanisme dari instrumen hukum yang mengawasi pelaksanaan kegiatan kemanusiaan
spesifik/teknis. Sementara, berbeda dengan serta perlindungan terhadap pelanggaran HAM di
Pembentukan Komite HAM di kawasan Eropa, ASEAN dengan pelaksanaan tugas yang diawasi
Amerika, dan Afrika yang mana mengacu pada secara langsung serta dievaluasi oleh masyarakat
Konvensi Amerika atas HAM (The American ASEAN. Selain itu juga harus ada upaya
Convention on Human Rights) sebagai instrumen pembentukan subkomisi atau ad hoc yang
hukum yang khusus. sehingga, Menteri Luar bertugas untuk mengurus dan mengadili kasus
Negeri ASEAN diberikan hak penuh untuk pelanggaran HAM.
memformulasikan ToR AICHR sebagai pegangan Melalui suatu mekanisme yang jelas,
atau kerangka acuan dalam pelaksanaan kegiatan diharapkan AICHR mampumemberikan solusi
Komisi HAM ASEAN itu sendiri sesuai dengan yang baik bagi penyelesaian berbagai kasus
yang telah disebutkan disebutkan dalam Pasal 14 kemanusiaan diAsia Tenggara. Meskipun begitu,
Piagam ASEAN penitikberatan tetap berada pada peran serta
Untuk itu Angota-anggota ASEAN harus negara-negara anggota Asean dalam bekerjasama
membuat konvensi HAM ASEAN agar dapat satu sama lain maupun dengan pihak ketiga dalam
menjadi dasar hukum bagi AICHR dan dapat

524 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

menyokong serta mewujudkan suatu human bukanlah lembaga atau komisi yang independen,
security bagi seluruh masyarakat ASEAN. mekanismenya sangat berbeda. AICHR bergerak
2.9. Sumber Daya Dan indepdensi yang lemah mewakili pemerintah negara anggota,sebab
Pembuatan struktur organisasi harus pembentukan dan keanggotaannya adalah
memperhatikan juga bagaimana kualitas sumber perwakilan dari negara-negara anggota ASEAN.
daya manusia yang baik dari anggota-anggota Sumber dana juga yang dimiliki AICHR
yang mengisi organisasi internasional. Selain itu juga bisa dikatakan terlalu minim, Hal ini
organisasi internasional juga harus dikarenakan anggaran yang dimiliki AICHR
memperhatikan sumber keuangan yang sangat kecil. Setiap negara-negara anggota
dimanfaatkan. Sumber daya yang dimiliki ASEAN hanya memberikan anggaran dana
organisasi internasional harus sesuai dengan sebesar US 250.000 kepada lembaga AICHR
masalah-masalah yang dihadapi, terutama dalam sebagai dana awal. Padahal, untuk melakukan
jumlah anggota.Begitu juga dengan anggaran promosi HAM yang saat ini ingin dilakukan oleh
keuangan yang dimiliki oleh sebuah organisasi. AICHR, dibutuhkan dana yang tidak sedikit.
Dalam pencapaian tujuan organisasi yang efektif, Sehingga muncul pertanyaan yang dikeluarkan
anggaran dana mejadi salah satu faktor yang oleh Michele Staggs Kelsal dalam East-West
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan. Center, Asia Pacific Issues yaitu: “The New
Menurut Frank Biermann dan Steffen Bauer ASEAN Intergovernmmental Commission on
dalama penelitiannya, telah menunjukkan bahwa Human Rights: Toothless Tiger or Tentative First
Alokasi sumber daya akan berhubungan dengan Step?”.
peningkatan efektivitas. Dapat disimpulkan bahwa sumber daya
Selanjutnya, Pembuatan struktur organisasi serta kinerja dari AICHR sangat minim
harus memperhatikan juga bagaimana kualitas diantranya: independensi yang lemah, baik dari
sumber daya manusia yang mengisi posisi anggota segi keanggotaan, pendanaan, tanggung
AICHR dalam mengatasi pelanggaran HAM. jawab/akuntabilitas anggota pada
Sesuai dengan komposisi bahwa anggota ASEAN pemerintah.Mengingat peran anggota dalam
terdiri dari perwakilan negara anggota ASEAN. kawasan ASEAN terlalu sedikit dan tidak mampu
Ada 10 negara anggota yang tergabung dalam menjangkau berbagai masalah yang ada di sekitar
AICHR. Setiap anggota bertugas sesuai kerangka kawasan Asia tenggara.Sehingga terlihat jelas
acuan isi piagam ASEAN, namun jika dilihat dari Belum maksimalnya peran AICHR saat ini
kuantitas jumlah anggota dalam menjalankan menunjukkan adanya ketidakseriusan negara-
tugasnya. Dapat disimpulkan bahwa minimnya negara anggota ASEAN dalam menuntaskan
keanggotaan juga sangat mempengaruhi kasus pelanggaran HAM di Asia Tenggara secara
efektivitas AICHR dalam menjalankan tugasnya menyeluruh.
sebagai penegak HAM. Sementara itu mengenai 2.10. Ketidakmampuan AICHR Dalam
independensi dan keberpihakan. Perwakilan Mengikat Negara Anggota ASEAN
negara dalam AICHR dipilih oleh Pemerintah, hal Kompetensi formal merupakan kemampuan
ini menurut penulis akan mengganggu dari suatu organisasi untuk mengikat anggota-
independensi dari AICHR. Karena persoalan- anggotanya dengan memindahkan sebagian
persoalan hak asasi manusia yang hadir dalam kedaulatan negara anggota kepada organisasi. Jika
lintas negara ASEAN, tidak terlepas dari peran negara-negara di kawasan tersebut memberikan
pemerintah. kebanyakan lembaga HAM regional sebagian kedaulatannya, maka dengan sendirinya
di kawasan hanya bertindak berdasrkan atas dasar sebuah organisasi akan lebih mudah menjalankan
kedudukan kelompok atau individu di luar program kerjanya dan berjalan efektif.
pemerintahan. Bebeda halnya juga dengan Kompetensi formal dari sebuah organisasi
AICHR dimana sesuai landasan pembentukannya, akan secara signifikan dan progresif dalam

ISSN 2407-9189 525


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

menjalankan tugas dan kapasitasnya didalam non-interverence bisa dikesampingkan atau


organisasi. Dalam penelitian Frank Biermann dan dibekukan untuk sementara.Tentunya hal tersebut
Steffen Bauer Menunjukkan bahwa sebuah dilakukan dengan berbagai pertimbangan,
organisasi internasional dilengkapi dengan persyaratan, perumusan langkah dan juga
Kompetensi formal yang bervariasi akan pencegahan resiko.
cenderung lebihEfektif daripada tidak memiliiki 2.11. Keterikatan AICHR dengan Rezim
atau kurangnya kompetensi. Rezim internasional berkembang pesat
Dari salah satu faktor yang mempengaruhi sejak perang dunia kedua. Sampai saat ini pun
efektivitas organisasi internasional yang dikatakan rezim sudah meliputi hampir seluruh aspek
Frank Biermann dan Steffen Bauer yaitu hubungan internasional yang membutuhkan
mempengaruhi kompetensi formal. Relevansinya, koordinasi antar state, mulai dari isu pertahanan
jika dikondisikan dengan lembaga regional (misalnya pembatasan pengembangan senjata atau
ASEAN dalam mengukur tingkat efektivitasnya. pertahanan kolektif), perdagangan, keuangan dan
Dimana, dalam Menghadapi globalisasi yang investasi, informasi dan komunikasi, hak asasi
semakin pesat, ASEAN seharusnya sudah mampu manusia, dan lingkungan, merupakan contoh dari
memperkirakan konflik yang akan sering terjadi sekian banyak urusan dalam sebuah rezim
antar negara anggota, supaya tidak mengganggu internasional.
stabilitas regional. Memang pada dasarnya Stephan Krasner mendefinisikan rezim
mungkin ASEAN tidak dibentuk untuk Internasional sebagai suatu tatanan yang berisi
menangani isu-isu semacam ini, karena kembali kumpulan prinsip-prinsip, norma, aturan, dan
ke tujuan utama mereka yang hanya prosedur pengambilan keputusan, baik bersifat
mementingkan kerjasama demi kemajuan negara implisit maupun eksplisit, yang berkaitan dengan
anggotanya. ASEAN juga tidak mungkin ekspektasi para aktor dan memuat kepentingan
mengikuti sistem yang dipakai oleh Uni Eropa, aktor tesebut dalam hubungan internasioanl [15].
dimana negara anggotanya dapat menyerahkan Munculnya suatu rezim yang berisikan perjanjian
kedaulatannya kepada organisasi, apabila negara multilateral dan dapat menggantikan perjanjian
tersebut sudah tidak mampu untuk menyelesaikan bilateral, dan berisikan standar yang bisa
konflik yang terjadi.Perbedaan yang sangat dikonsepkan secara efisien dalam beberapa bentuk
mencolok baik dari sisi ekonomi, sosial budaya [22].
dan lain sebagainya, membuat ASEAN tidak Dari penjelasan diatas Penulis akan
mampu mengadaptasi sistem yang dipakai di Uni membahas mengenai rezim internasional dalam
Eropa tersebut. Meskipun banyak hal yang pengaplikasian terhadap organisasi untuk
mungkin membuat ASEAN sulit untuk menjalankan prinsip dan norma-norma. Dunia
berkembang menjadi organisasi seperti Uni Eropa, internasional membutuhkan sebuah atau
namun setidaknya untuk beberapa kasus tertentu, sekumpulan rezim guna mengatur dan menata
ada sikap yang bisa diambil oleh mereka.Prinsip tatanan dunia menjadi lebih teratur dan damai.
non-interverence ini menjadi salah satu hal yang Rezim yang dibuat dapat bertemakan berbagai
seharusnya mendapat perhatian oleh ASEAN, aspek, seperti ekonomi, keamanan, politik, hak-
karena seringkali disalahgunakan oleh negara hak asasi manusia, dan rezim lainnya. Begitu juga
anggotanya, seperti dalam kasus Rohingya di dengan AICHR sebagai instrumn HAM ASEAN
Myanmar. Belajar dari kasus ini, seharusnya dalam hal menjalankan tugasnya. seberapa besar
ASEAN dapat memberikan pengecualian dalam AICHR tersebut terikat terhadap rezim
pengaplikasian prinsip tersebut. Apabila suatu internasional. Ketika negara-negara anggota
konflik internal negara anggota sudah ASEAN turut bergabung dengan PBB, mereka
memberikan dampak negatif yang signifikan harus patut dan berkewajiban melakukan
terhadap negara anggota lainnya, maka prinsip pemenuhan dan perlindungan HAM. Secara De

526 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

jure, AICHR megadopsi deklarasi HAM PBB dan mengatasi berbagai kasus pelanggaran HAM yang
sesuai dengan Deklarasi Wina 1993 yang terjadi di kawasan Asia Tenggara. Awal
diratifikasi oleh negara-negara termasuk negara pembentukan AICHR adalah untuk memajukan
anggota ASEAN untuk melakukan pemajuan dan dan membatasi adanya pelanggaran HAM di
perlindungan HAM. Sehingga prinsip AICHR kawasan Asia Tenggara. Dari pembahasan dan
yang di jalankan bersumber pada Prinsip-prinsip analisa diatas, terdapat Aspek-aspek penyebab
HAM internasional antara lain prinsip ketidakefektifan AICHR dalam menangani kasus
universalitas, saling keterkaitan serta integralitas pelanggaran HAM. Diantaranya, pembatasan
nilai-nilai HAM. Namun secara De facto, yang Fungsi perlindungan karena adanya mandat yang
terjadi hingga saat ini, masih saja terjadi diberikan dalam TOR AICHR sangat terbatas.
pelanggaran HAM berat maupun ringan. Hal ini Selanjutnya Praktik Prinsip non-interverencejuga
di karenakan perbedaan pandangan mengenai memberikan dampak lemahnya tekanan yang
konsep HAM. Ada dua perspektif dalam diberikan AICHR sebagai komisi HAM ASEAN
memandang HAM internasional. Perspektif terhadap negara anggota dalam menegakkan Hak
pertama pada kaum Universalism (Negara Barat). Asasi Manusia di negaranya.
Kedua, kaum Relativism (Negara dunia ketiga). Selain itu, AICHR memiliki kewenangan
Pada negara barat berpandangan bahwa HAM yang terbatas, dimana tidak dibentuk pengadilan
sebagai sebuah kebebasan. Dalam deklarasi HAM HAM ASEAN (subkomisi atau ad hoc) yang
universal PBB, semua manusia yang ada di muka bertugas secara langsung untuk mengurus dan
bumi sudah menjadi kodrat untuk terlahir bebas, mengadili kasus pelanggaran HAM. Seperti yang
setara dan memiliki hak-hak individu. Dari kedua terdapat lembaga regioanal HAM Eropa, Inter-
pandangan ini terjadi benturan serta diferensiasi Amerika dan Afrika. Aspek aspek penyebabab
HAM. Muncul skeptis dari kaum partkuler. yang lain juga adalah bahwa sumber daya serta
Negara-negara yang tergabung dalam asean kinerja dari AICHR sangat minim diantranya:
adalah negara-negara yang bisa dikatakan sebagai independensi yang lemah, baik dari segi
negara relatitivis budaya atau negara dunia ketiga. keanggotaan, pendanaan, tanggung
Sehingga skeptis mengenai HAM universal juga jawab/akuntabilitas anggota pada pemerintah.
merupakan salah satu faktor ketidakefektfan Mengingat peran anggota dalam kawasan ASEAN
AICHAR dalam mengatasi isu HAM di asia terlalu sedikit dan tidak mampu menjangkau
tenggara. berbagai masalah yang ada di sekitar kawasan
Asia tenggara. Sehingga terlihat jelas Belum
3. KESIMPULAN maksimalnya peran AICHR saat ini menunjukkan
Dengan adanya standarnisasi HAM adanya ketidakseriusan negara-negara anggota
Internasional yang diadopsi dari Universal ASEAN dalam menuntaskan kasus pelanggaran
Declaration of Human Rights (UDHR) dan HAM di Asia Tenggara secara menyeluruh. Lebih
Deklarasi Wina tahun 1993 tentang HAM, serta jauh, ketidakefektifan AICHR juga dipengaruhi
Instrumen HAM Internasional Lainnya. oleh perbedaan padangan mengenai HAM. Kaum
Seharusnya AICHR mampu menjawab keraguan relativis budaya berpandangan bahwa Hak-hak
masyarakat ASEAN.Tetapi sebaliknya, sejauh ini indivdu ditentukan oleh negara, sementara kaum
eksistensi AICHR lebih mengacu pada konsep Universalisme lebibh menekan pada Hak individu.
ASEAN Way yang didalamnya mengandung
prinsip Non-interverence sehingga hanya REFERENSI
menekankan pada fungsi promosi, bukan [1] Amitav Acharya. 2001. Constructing A
investigasi. Security Community In South-East Asia:
Fokus utama yang harus di selesaikan oleh
AICHR sebagai komisi HAM ASEAN adalah

ISSN 2407-9189 527


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

ASEAN And The Problems of Regional https://id.scribd.com/doc/89003595/Jurnal-


Order. London and New York: Routledge, Demokrasi-Dan-Ham-Vol9-No1-2011.
[2] Ani W. Soetjpto. 2015. HAM dan poltik diakses pada Tanggal 24 Agustus 2017
internasional: Sebuah Pengantar. Jakarta: [12] Joint Communique of the 24th ASEAN
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hal. 67 Ministerial Meeting, Kuala Lumpur,
[3] Asplund, Knut D. 2008. Hukum Hak Malaysia, 19-20 July 1991.
Asasi Manusia. 2008. Jogjakarta: Pusham [13] Joint Communique of the 33rd ASEAN
UII dan University of Oslo Ministerial Meeting, Bangkok, Thailad,
[4] Association Of Southeast Asian Nations 24-25 July 2000.
http://www.asean.org/asean/about [14] Joint Communiqué of the 35th ASEAN
asean/overview , di akses pada tanggal 20 Ministerial Meeting, Bandar Seri
agustus 2017 Begawan 29 – 30 Juli 2002.
[5] Bambang Cipto.2010. Hubungan [15] Krasner, Stephen D. 1983. Structural
Internasional di Asia Tenggara, causes and regime consequences:
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Regimes as intervening variables In
[6] Chalermpalanupap, 10 Facts about International regimes, ed. S. D.
ASEAN Human Rights Cooperation Krasner, 1-22.Ithaca, NY: Cornell Univ.
http://www.asean.org/wp- Press.
content/uploads/images/archive/HLP- [16] Leung, Heu Yee. 2004. ASEAN and
OtherDoc-1.pdf, diakses pada tanggal 15 Human Rights The prospects of
juni 2017 implementing aregional mechanism for
[7] Clive Archer, International the promotion and protection ofhuman
Organozations, 3rd Edition, New York: rights in Southeast Asia.
Routledge, 2001, hal 68-79. [17] M. Leifer. Review works: ASEAN and
[8] Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN, The Diplomacy of Accomodation by
http://referensi.elsam.or.id/2014/09/deklarasi MichaelAntolik‟, Royal Institute of
-hak-asasimanusia-asean/ di akses pada International Affair, Vol.67, No.3,
tanggal 20 agustus 2017. 1991, hal. 628.
[9] Direktorat jenderal kerja sama [18] Muhammad & Maksum. 2016.
ASEAN.1999. “ASEAN selayang Keamanan Asia Tenggara, Yogyakarta,
pandang, (jakarta: depertemen luar negeri LP3M: hal. 158
RI, 199) Frank Biermann & Steffen Bauer, [19] Road map for an ASEAN community,
Assessing the Effectiveness of http://www.asean.org/wp/content/uploa
Intergovernmental Organization in ds/images/ASEAN_RTK_2014/2_Roa
International Environmental Politics. dmap_for_ASEAN_Community_2009
Hlm. 189-193. 2015.pdf , diakses tanggal 25 agustus
[10] Etzioni, Amitai. 1964. Modern 2017.
Organizations. New Jersey: Prentice [20] Ruben Ann Lukke San Kellyn M.
Hall Hannt, “Regional Human Right
[11] Inggrid Galuh Mustikawati. perjalanan Regime: A comparasion and appraisal”,
Penegakan HAM Di ASEAN dan Peran Venderbilt Junal Of Transnatonal Law.
Indonesia Dalam mendukung vol.20, 1987
Keberlanjutan Aichr,

528 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

[21] SAPA. 2015. Task Force on ASEAN [24] Term of Reference Asean
and Human Right, “Hiding Behing Its Intergovermental Commission On
Limits”, Huma Rights,2009
[22] Stephan Haggard and Beth A. Simmons, http://aichr.org/?dl_name=TOR-of-
1987, “Theories of International AICHR.pdf diakses 21 agustus 2017.
Regimes”, International Organization, [25] UN Commission on Human Rights,
Vol. 41, No. 3 (Summer, 1987), hal. Regional arrangements for the
491-517 promotion and protection of human
[23] Tan Hsien Li. 2011. The ASEAN Inter- rights in the Asian and Pacific region, 9
Govermental Commission on Human March 1993, E/CN.4/RES/1993/57,
Right: Institutionalishing Human Rights http://www.refworld.org/docid/3b00f0b75f
In Southeast Asia, Cambridge: .html, diakses pada tanggal 12 Agustus
Cambridge University Press, hal.4 2017.

ISSN 2407-9189 529


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

530 ISSN 2407-9189

Anda mungkin juga menyukai