Anda di halaman 1dari 13

Antropologi

HUkum
KELOMPOK 3
KELAS H
Anggota Kelompok 3:
• Aliva Syava Kamila – 534
• Aprilia Nurul Hidayah – 485
• Erinna Rahayu – 541
• Alvin Najmi Maulana – 475
• Ahmad Assegaf – 520
• Eldina Ibrahim Salim Said – 525
• Hesty Rismauli Tampubolon – 473
• Dea Alfia Esty – 507
• Andi Muh Imam Khadafi – 477
• Frina Mandalika H. P. – 482
• Bella Dwi Septiani - 483
Materi-Materi Yang Akan Dibahas:

Dinamika Dinamika Hukum Hukum dan


HUKUM dan dan Perempuan Masyarakat
HAM Indonesia
Dinamika HUKUM dan HAM Di Negara-Negara
MUslim

Pandangan Bersifat
Antagonis Komodatif
Pandangan yang berkaitan erat (negosiatif)
dengan politik. Mengedepankan negosiasi
HAM itu sendiri pada masa- antara (syariat) Islam dan
masa pasca perang dingin.
konteks kekinian,
Dalam hal ini, HAM seringkali
dianggap sebagai salah satu termasuk wacana HAM.
alat kolonialisasi dan upaya
Barat untuk menghancurkan
peradaban Timur.
Dinamika HUKUM dan HAM Di Negara-Negara
MUslim
Politik Hak Asasi Manusia di Negara-negara Muslim
Melalui pendekatan apologetik, sebagian pemikir Muslim mengemukakan kelebihan-kelebihan Islam, yang termasuk di
dalamnya adalah jihad, poligami, kedudukan perempuan, perbudakan dan lain-lain.
• Pendekatan identifikatif diambil untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi guna merumuskan respon
dan sekaligus identitas Islam di masa modern.
• Pendekatan afirmatif dilakukan untuk menegaskan kembali kepercayaan kepada Islam dan sekaligus menguatkan
kembali eksistensi masyarakat Muslim itu sendiri. 

Terdapat dua kelompok mengenai masalah HAM :


• Bagi kelompok moderat, adanya hak asasi manusia sebagai konsep dasar bukan menjadi suatu permasalahan yang
rumit, karena pada prinsipnya, selagi itu baik dan memberikan kemaslahatan bagi manusia, dia juga pasti sesuai
dengan agama Islam.
• Bagi kelompok puritan (fundamentalis-tradisionalis) yang kadangkala memandang hak asasi manusia sebagai
bumerang bagi kejayaan dan ketinggian moral yang dibawa Islam dan al-Qur’an.
Perkembangan HAM di Dunia Islam : Hak Asasi
Manusia di Organisasi Kerjasama Islam (OKI)
 
Setelah konferensi tentang HAM dan Kebebasan dalam Islam di Nigeria tahun 1979,
konferensi ke-10 Menteri Luar Negeri OKI menyetujui pembentukan Komisi Musyawarah
pada pakar muslim untuk menyusun rancangan dokumen HAM Islam untuk OKI agar
sesuai dengan komitmen organisasinya.
Pada Konferensi Menteri Luar Negeri OKI yang ke-17 di Amman, Yordania, pada 1988,
OKI mengeluarkan Resolusi No.44/17-P tentang The Draft Document on Human Rights in
Islam, yang diantara isinya mengakui tentang kebebasan, keadilan, perdamaian,
persaudaraan dan persamaan di antara manusia dan pengakuan terhadap hak asasi manusia
sesuai dengan Syariat Islam.
Baru pada konferensi ke-19 Menteri Luar Negeri OKI menyelenggarankan dengan tema
perdamaian, interdependensi dan pembangunan. Deklarasi Kairo menjadi pedoman bagi
negara-negara muslim terkait isu-isu hak asasi manusia, karena didasari oleh ayat-ayat al-
Quran dan juga rambu-rambu syariat islam.
Memasuki abad ke-21, pembahasan isu HAM di OKI semakin mengalami kemajuan
signifikan. Hal ini ditandai dengan adanya resolusi-resolusi bidang hukum pertemuan dewan
menteri luar negeri OKI.
Anggota Komisi, Independensi dan Sekretariat

IPHRC terdiri dari 18 orang anggota yang dipilih dari para ahli dalam bidang HAM dari
anggota anggota negara OKI melalui pertemuan dewan kementerian luar negeri OKI untuk
masa waktu tiga tahun secara bergantian. Di samping itu, Statuta IPHRC juga mendorong
adanya nominasi dari perempuan untuk menjadi anggota komisi.
Saat ini, negara-negara OKI telah memutuskan bahwa sekretariat komisi terletak di
Jeddah,Saudi Arabia dan sekretariat bertugas untuk mendukung kerja-kerja IPHRC dalam
menjalankan mandat dan fungsinya di bidang HAM.
Anggota Komisi, Independensi dan Sekretariat

IPHRC terdiri dari 18 orang anggota yang dipilih dari para ahli dalam bidang HAM dari
anggota anggota negara OKI melalui pertemuan dewan kementerian luar negeri OKI untuk
masa waktu tiga tahun secara bergantian. Di samping itu, Statuta IPHRC juga mendorong
adanya nominasi dari perempuan untuk menjadi anggota komisi.
Saat ini, negara-negara OKI telah memutuskan bahwa sekretariat komisi terletak di
Jeddah,Saudi Arabia dan sekretariat bertugas untuk mendukung kerja-kerja IPHRC dalam
menjalankan mandat dan fungsinya di bidang HAM.
Dinamika Hukum dan Perempuan

Kedudukan Perempuan
Perempuan Dalam Dipusaran Kasus
Tatanan Sosial Koruptor dan
Masyarakat Politik

Perempuan dalam Perempuan dan


Pusaran Himpitan Perlindungan
Ekonomi Hukum
Hukum Dalam Masyarakat Indonesia

A Tool of
Engineering Agent of Change
Alat mengubah masyarakat Pelopor perubahan
Hukum Dalam Masyarakat Indonesia

Rusli Effendi menyatakan bahwa hukum akan memiliki daya kerja yang baik apabila dua
fungsi hukum benar-benar membumi dalam kehidupan masyarakat, sebagai berikut:
a) Fungsinya yang pasif hanya untuk menjaga status quo. Fungsi ini disebut “Sarana
social control”
b) Fungsinya yang aktif yang mampu merombak tatanan yang telah ada menuju suatu
keadaan yang dicita-citakan. Fungsi ini dikenal sebagai "Law is tool of social
engineering".
SEKIAN,
TERIMAKASIH
Sesi Tanya!

Anda mungkin juga menyukai