Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

“Sumber Pembelanjaan Jangka Panjang”


Dosen Pengampu: Dr. Drs. Dwiatmanto, M.Si.

Kelas C
Disusun oleh:

Adila Novia Ramawanti 215030200111108


Paramitha Azzahra 215030200111111

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................3
1.3. Tujuan...........................................................................................................................4
1.4. Manfaat.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4
2.1. Pengertian Sumber Pembelanjaan Jangka Panjang..........................................................5
2.2. Macam-Macam dan Karakteristik Sumber Pembelanjaan Jangka Panjang.....................5
2.1.1.Saham Biasa (Common Stock)...................................................................................5
2.1.2. Saham Istimewa.........................................................................................................7
2.1.3 Obligasi (Utang Jangka Panjang)................................................................................9
2.1.4 Sewa Guna (Leasing)................................................................................................10
BAB III PENUTUP...................................................................................................................14
3.1. Simpulan.....................................................................................................................14
3.2. Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam konteks pengelolaan keuangan perusahaan, terdapat berbagai jenis sumber


pembelanjaan jangka panjang yang tersedia bagi perusahaan seperti misalnya long-term debt,
saham preferen, dan saham biasa. Hutang jangka panjang ini dapat diperoleh melalui
pinjaman di bank atau dengan cara menjual obligasi. Obligasi dan saham preferen merupakan
jenis pembelanjaan dengan beban tetap atau fixed income securities. Keduanya memberikan
pendapatan dengan jumlah yang tetap kepada pemiliknya. Sementara itu, perusahaan dapat
pula memperoleh dana jangka panjang dengan menjual saham biasa atau go public.

Saham biasa merupakan surat berharga dengan penghasilan tidak tetap atau variable
income security karena pemegang saham biasa hanya akan memperoleh pendapatan apabila
perusahaan mendapatkan laba dan membagikannya sebagai dividen. Besar kecilnya dividen
sangat tergantung atas laba yang diperoleh dan dividen payout ratio. Saham biasa juga
berbeda dengan obligasi dan saham preferen dalam harga pasar, di mana harga saham biasa
cenderung berfluktuasi sementara obligasi dan saham preferen relatif lebih stabil. Dari pihak
perusahaan, penggunaan obligasi dan saham preferen memberikan manfaat berupa
perlindungan pajak. Hal ini disebabkan karena pembayaran bunga dan dividen untuk saham
preferen yang kumulatif merupakan pengurang pajak. Dilihat dari segi kepemilikannya,
pemegang obligasi disebut juga sebagai kreditur sedangkan pemegang saham biasa maupun
saham preferen disebut juga sebagai pemilik perusahaan. Ciri lain adalah bahwa obligasi
memiliki jatuh tempo sedangkan saham biasa dan saham preferen tidak memiliki jatuh tempo.
Konsekuensi lain penggunaan obligasi ini adalah bahwa ketidakmampuan membayar bunga
dapat mengakibatkan kebangkrutan sedangkan ketidakmampuan membayar dividen tidak
berakibat apa-apa.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja sumber pembelanjaan jangka panjang?


2. Apa saja macam-macam serta karakteristik dari sumber pembelanjaan jangka panjang?
3. Apa saja keunggulan dan kelemahan sumber pembelanjaan jangka panjang?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui sumber pembelanjaan jangka panjang


2. Untuk mengetahui macam-macam serta karakteristik dari sumber pembelanjaan jangka
panjang
3. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan sumber pembelanjaan jangka panjang

1.4. Manfaat

1. Bagi mahasiswa, makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran tentang pembelanjaan
jangka panjang sehingga mahasiswa dapat lebih mengetahui dan menjadi modal dalam
berkarir.
2. Bagi masyarakat umum, makalah ini dapat dijadikan pedoman dalam literatur sumber
pembelanjaan jangka panjang.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sumber Pembelanjaan Jangka Panjang

Sumber Pembelanjaan Jangka Panjang adalah asal modal yang ditanamkan


(diinvestasikan) dalam perusahaan dalam jangka waktu panjang. Sumbernya dapat dari
sumber internal maupun dari eksternal perusahaan. Keputusan perusahaan untuk
menggunakan sumber dana jangka panjang adalah untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan yang pengembaliannya dalam jangka waktu yang lama dan manfaat yang
akan dirasakan dalam waktu yang lama juga.

Sumber dana jangka panjang merupakan sumber dana yang memiliki waktu
jatuh tempo minimal 5 hingga 10 tahun. Sumber dana jangka panjang dapat diperoleh
melalui utang dan modal. Salah satu bentuk pendanaan melalui utang adalah melalui
obligasi. Sedangkan sumber dana dari modal adalah melalui penerbitan saham.

2.2. Macam-Macam dan Karakteristik Sumber Pembelanjaan Jangka Panjang

2.1.1.Saham Biasa (Common Stock)

Common stock adalah jenis ekuitas yang merepresentasikan kepemilikan


investor atas suatu perusahaan. Mereka yang memiliki common stock berhak atas
dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Common stock dikenal pula dengan istilah
saham biasa, common share, ordinary share, atau voting share.

Common stock adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir


terhadap klaim. Pemegang saham biasa akan mendapatkan keuntungan apabila
perusahaan memperoleh laba.Pemegang saham biasa mendapatkan prioritas paling
akhir dalam pembagian keuntungan (dividen) dan penjualan aset perusahaan apabila
terjadi likuidasi.

2.1.1.1. Karakteristik saham biasa (common stock)


a. Dalam pemilihan dewan komisaris yang baru para pemegang saham memiliki
hak suara yang sama, pemilik saham biasa memiliki hak kendali dalam
perusahaan
b. Tanggung jawab yang diberikan kepada pemilik saham bersifat terbatas,
disesuaikan dengan besaran nilai saham yang dimiliki
c. Akan diberikan prioritas bagi pemegang saham ketika perusahaan akan
mengeluarkan saham baru. Para investor yang sudah masuk di perusahaan akan
diprioritaskan untuk menyerap saham baru tersebut sebelum ditawarkan
kepada investor baru. Hak yang diberikan kepada investor lama inilah yang
disebut dengan right issue.

2.1.1.2 Keunggulan Saham Biasa (Common stock) bagi kepentingan manajemen

a. Saham biasa tidak memberikan deviden yang tetap, pembayaran deviden bagi
pemegang saham biasa akan disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Apabila
perusahaan mendapatkan pendapatan yang besar maka pendapatan dividen bagi
pemilik saham biasa juga akan besar begitupun sebaliknya. berlawanan dengan
bunga obligasi yang sifatnya tetap (merupakan biaya tetap bagi perusahaan),
perusahaan tidak diharuskan oleh hukum untuk selalu membayar dividen
kepada para pemegang saham biasa
b. Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo tertentu, Saham biasa
memiliki kelebihan yaitu dapat diperjualbelikan dan tidak ada jangka waktu
atau jatuh tempo pembelian saham, dan memungkinkan melakukan
diversifikasi.
c. Penjualan saham biasa akan meningkatkan kredibilitas perusahaan karena
meningkatkan jaminan bagi pihak tertentu karena saham biasa menyediakan
landasan penyangga atas rugi yang diderita para kreditornya.
d. Saham biasa pada saat tertentu dapat dijual lebih mudah karena dapat
memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan bentuk hutang lainya.
Saham biasa mempunyai daya tarik tersendiri bagi kelompok-kelompok
investor tertentu karena :
- dapat memberi pengembalian yang lebih tinggi dibanding bentuk hutang lain
atau saham preferen.
- mewakili kepemilikan perusahaan, saham biasa menyediakan para investor
benteng proteksi terhadap inflasi secara lebih baik dibanding saham preferen
atau obligasi. Umumnya, saham biasa meningkat nilainya jika nilai aktiva riil
juga meningkat selama periode inflasi.

2.1.1.3. Kekurangan saham biasa (common stock) bagi kepentingan manajemen

a. Penjualan saham biasa dapat meningkatkan hak suara atau hak pengendalian
yang dimiliki pemegang saham.
b. Saham biasa lebih banyak memberi hak untuk memperoleh laba kepada
pemilik perusahaan.
c. Biaya penanggungan (underwriting) dan pendistribusian lebih mahal daripada
utang
d. Perusahaan yang lebih banyak menggunakan saham biasa dibandingkan dengan
utang mempunyai biaya modal yang lebih mahal.
e. Deviden saham biasa tidak bisa digolongkan sebagai biaya untuk mengurangi
pajak.

2.1.2. Saham Istimewa

Menurut Irawan & Zainal (2018:141) saham preferen memberikan para


pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau
lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak
memberikan saham preferen dalam jumlah yang banyak.Pemegang saham preferen
Mempunyai hak/klaim di atas saham biasa, tetapi dibawah obligasi.

Keistimewaan dari saham preferen adalah hak atas pendapatan perusahaan


(dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak
pernah berubah dari waktu ke waktu) dan hak atas aktiva perusahaan apabila
perusahaan dilikuidasi.

2.1.2.1. Karakteristik saham istimewa (saham preferen)

a. Prioritas dalam pembayaran deviden


Karakteristik utama dari saham preferen adalah prioritas dalam
pembayaran dividen. Saham preferen memiliki prioritas dalam pembayaran
dividen sebelum saham biasa. Hal ini berarti bahwa jika perusahaan mengalami
kesulitan keuangan, saham preferen akan tetap menerima pembayaran dividen
yang telah dijanjikan, meskipun pembayaran dividen pada saham biasa
dihapus.

b. Hak suara terbatas

Saham preferen memberikan hak suara terbatas dalam keputusan


perusahaan, seperti pemilihan direksi dan perubahan besar dalam struktur
perusahaan. Hak suara pada saham preferen cenderung lebih sedikit
dibandingkan saham biasa, sehingga tidak memberikan pengaruh yang
signifikan dalam keputusan perusahaan.

c. Tidak memiliki hak voting

Beberapa jenis saham preferen tidak memiliki hak voting sama sekali.
Dalam hal ini, pemegang saham preferen hanya memiliki hak atas pembayaran
dividen dan tidak mempengaruhi keputusan perusahaan.

d. Tingkat resiko rendah

Saham preferen cenderung memiliki risiko yang lebih rendah


dibandingkan dengan saham biasa. Hal ini disebabkan oleh prioritas dalam
pembayaran dividen dan keterbatasan hak suara. Saham preferen juga
cenderung lebih stabil dibandingkan dengan saham biasa, sehingga dapat
memberikan penghasilan yang lebih konsisten bagi investor.

2.2.1.3. Keunggulan saham preferen

a. Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan.


b. Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk tetap pada
posisi menunda tanpa mengambil risiko untuk memaksakan jika usaha sedang
lesu yaitu dengan tidak memberikan bunga atau membayar pokoknya.
c. Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembeli saham
oleh perusahaan dengan pembayaran melalui hutang baru dan investasi.

2.2.1.4. Kelemahan saham preferen

a. Harga saham istimewa lebih tinggi dari obligasi


b. Deviden saham istimewa tidak bisa dikurangkan atas laba kena pajak.

2.1.3 Obligasi (Utang Jangka Panjang)

Obligasi adalah surat pengakuan hutang oleh penerbit obligasi kepada pihak lain
(pemberi pinjaman) yang memiliki nilai nominal tertentu dan jangka waktu tertentu serta
peminjam berkewajiban untuk membayar pokok pinjaman saat jatuh tempo dan membayar
bunganya secara berkala pada tanggal yang telah ditetapkan. Obligasi yang diterbitkan berupa
sertifikat.
Berbagai macam obligasi yang dapat menjadi alternatif sumber pembelanjaan
perusahaan adalah hipotik (mortgage), utang jangka panjang yang pembayarannya dijamin
dengan harta tidak bergerak, seperti tanah atau gedung. Kemudian debenture, obligasi jangka
panjang yang tidak dijamin dengan harta yang tidak bergerak tertentu. Serta indenture,
dokumen yang memuat hubungan jangka panjang antara debitur dengan kreditur dari sebuah
proses jangka panjang.

2.1.3.1 Karakteristik Utang Jangka Panjang

a. Nilai obligasi
Pihak yang berperan dalam mengeluarkan obligasi harus memberikan
informasi terkait jumlah uang yang dibutuhkan, atau sering disebut dengan jumlah
emisi obligasi. Besaran jumlah obligasi yang dikeluarkan ini harus ditentukan oleh
aliran arus kas, performa perusahaan, dan besarnya keperluan bisnis.
b. Jangka waktu obligasi
Umumnya jatuh tempo suatu obligasi adalah 5 tahun. Biasanya, para investor
lebih memilih obligasi jangka pendek karena memiliki nilai risiko yang kecil.
c. Principal dan Coupon Rate
Principal rate adalah suatu nominal uang yang harus dikeluarkan para penerbit
obligasi pada pemegang obligasi pada masa jatuh tempo. Nilai principal rate ini erat
kaitannya dengan redemption value, maturity value, par value or face value.
Sedangkan coupon rate adalah suatu tingkatan bunga yang wajib dibayarkan oleh para
penerbit obligasi pada pemegang obligasi di setiap tahunnya.
d. Jadwal Pembayaran
Pembayaran kupon obligasi harus dilakukan oleh penerbit obligasi secara
berkala sesuai dengan kesepakatan yang sudah ditetapkan. Biasanya per semester dan
per tahun.

2.1.3.2 Keunggulan Utang Jangka Panjang

a. Biaya utang terbatas


b. Kreditur tidak ikut dalam mengendalikan perusahaan
c. Bunga dapat dikurangkan atas laba kena pajak
d. Fleksibilitas dalam struktur pembelanjaan dapat dicapai dengan mencantumkan syarat
call option

2.1.3.3 Kelemahan Utang Jangka Panjang

a. Utang memiliki biaya tetap


b. Leverage keuangan yang tinggi dapat mendorong turunnya harga saham
c. Utang memiliki masa jatuh tempo
d. Utang jangka panjang merupakan ikatan yang relatif lama, sehingga resikonya cukup
tinggi
e. Persyaratan utang jangka panjang lebih berat dari utang jangka pendek
f. Ada batasan tertentu perusahaan menggunakan utang jangka panjang

2.1.4 Sewa Guna (Leasing)

Leasing adalah persetujuan atas dasar kontrak di mana pemilik dari aktiva atau pihak
yang menyewakan aktiva (lessor) menginginkan pihak lain atau penyewa (lessee) untuk
menggunakan jasa dari aktiva tersebut selama periode tertentu. Pemilik aset akan
menyewakan aset yang dimilikinya kepada pihak yang membutuhkan aset tersebut selama
jangka waktu tertentu.
Leasing dapat diartikan juga sebagai kegiatan pembiayaan perusahaan dalam rangka
penyediaan barang-barang modal yang dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Pembayaran dilakukan secara berkala dan juga bisa menjadi hak milik perusahaan untuk
memperpanjang waktu berdasarkan sisa uang yang ada dan telah melalui kesepakatan
bersama. Pendanaan leasing tidak berupa uang, namun berupa sewa guna asset. Melalui
leasing, penyewa (lessee) dapat memanfaatkan aktiva tersebut tanpa harus memiliki, lessee
tidak perlu menanggung biaya perawatan, pajak, dan asuransi. Beberapa pihak yang
bersangkutan dalam perjanjian leasing adalah lessor (yang menyewakan), lessee (penyewa),
kreditur/bank, dan supplier (pemilik barang disewakan).

2.1.4.1 Karakteristik dan Jenis-Jenis Sewa Guna (Leasing)

a. Capital Lease
Capital lease merupakan jenis leasing yang perusahaan leasingnya adalah
lembaga keuangan. Leasing jenis ini, nasabah (lesse) yang membutuhkan barang atau
modal menentukan sendiri kriteria dan spesifikasi barang yang dibutuhkan. Sehingga
nasabah bebas menentukan barang apa yang ia inginkan.
b. Operating Lease
Jenis leasing ini yaitu pihak lessor membeli barang kemudian disewakan
kepada lesse dalam jangka waktu tertentu. Lesse hanya membayar rental atau sewa
barang saja. Harga barang dan biaya-biaya lainnya lessor yang membayar.
c. Sales type lease
Lease penjualan ini biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang menjual
lease barang dari hasil produksinya. Biasanya penjualan lease ini memiliki dua macam
pendapatan yang diakui, yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan bunga
atas pembelanjaan selama jangka waktu lease.
d. Leverage Lease
Leasing jenis ini melibatkan pihak ketiga, atau biasa disebut dengan credit
provider. Jadi lessor tidak membiayai objek leasing hingga sebesar 100% dari harga
barang, melainkan hanya sekitar 20%–40% saja. Sisa harga kemudian akan dibiayai
oleh credit provider.
e. Cross Border Lease
Leasing jenis ini biasanya dilakukan antarnegara. Lessor dan lesse terletak
tidak dalam satu negara, melainkan di dua negara yang berbeda. Biasanya barang yang
dileasingkan dalam Cross Border Lease adalah barang yang memiliki nilai yang besar.
Contohnya: Pesawat terbang bentukan Boeing dan Airbus.

2.1.4.2. Keunggulan Sewa Guna (Leasing)

a. Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya
dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow
terutama bagi perusahaan yang baru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai
berkembang.
b. Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih
mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan.
Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang
dihasilkan lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat
disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease. Artinya
pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang modal yang di-lease tersebut telah
mulai produktif.
c. Sumber Pembiayaan Alternatif
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa
mengganggu fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing
tidak terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan
apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya. Karena hak kepemilikan sah
atas objek lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang
dihasilkan oleh objek lease sehingga merupakan jaminan bagi leasing itu sendiri.
Dengan demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit tetap dapat menjamin
kredit yang sudah ada.
d. Off Balance Sheet
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam
neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan
sebagai aktiva berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci
karena mungkin masih dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan
pembelian barang modal baru sah apabila disetujui Dewan Komisaris atau bahkan
Rapat Pemegang Saham). Dengan demikian keputusan secara cepat dan tepat dapat
lebih mudah dilakukan oleh direksi.
e. Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan
arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap
pendapatan lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih
kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan
kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.

2.1.4.3 Kelemahan Sewa Guna (Leasing)

a. Denda kepada nasabah yang tidak membayar angsuran tepat waktu


Kreditur akan memberikan denda kepada nasabah yang tidak membayar
angsuran pada waktunya. Karena tidak ingin menanggung kerugian, denda yang
diberlakukan bersifat harian dan akan terus diakumulasikan sampai pembayaran
angsuran berikutnya beserta dendanya.
b. Penyitaan
Nasabah yang tidak membayar angsuran secara terus menerus, maka akan
dihadapkan pada sanksi yang lain. Pada awalnya denda setiap hari (lewat 3 hari jatuh
tempo), lebih dari itu maka dikenai kredit macet, dan apabila lebih dari 2 bulan jatuh
tempo maka perusahaan akan melakukan penyitaan barang.
c. Sanksi penalti bagi pelunasan lebih awal karena dinilai berpaling dari kesepakatan
Apabila nasabah telah dikenai sanksi denda dan penyitaan kemudian nasabah
akan melunasinya lebih awal, maka hal tersebut dinilai pelanggaran dan tidak sesuai
kesepakatan serta menghasilkan hukuman penalti.
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Pemahaman perusahaan terhadap sumber pembelanjaan jangka panjang sangat


penting dalam konteks manajemen keuangan lanjutan. Berbagai bentuk pembiayaan
jangka panjang, seperti sewa guna usaha, saham preferen, obligasi, dan saham biasa,
memiliki sifat dan pengaruh yang bervariasi terhadap struktur modal dan kesehatan
keuangan perusahaan. Saham biasa adalah jenis pembiayaan yang memungkinkan
suatu bisnis mengumpulkan uang dengan menjual kepemilikan pemegang saham
dalam bentuk saham. Pemegang saham biasa memiliki kesempatan untuk memberikan
suara mengenai masalah perusahaan dan berhak mendapatkan dividen. Berbeda
dengan saham biasa, saham preferen memiliki kualitas unik yang mungkin mencakup
hak yang berbeda dari saham biasa, seperti preferensi dalam pembayaran sejumlah
dividen atau hak suara. Perusahaan yang ingin menghimpun dana dari investor
seringkali menerbitkan obligasi yang merupakan salah satu jenis utang jangka panjang.
Dengan obligasi, korporasi wajib membayar kembali pokok dan bunga yang masih
harus dibayar pada saat jatuh tempo tertentu. Ini adalah cara yang khas digunakan oleh
pelaku bisnis untuk mendapatkan pendanaan jangka panjang dengan membayar
sejumlah biaya (bunga) yang telah ditentukan tanpa memberikan hak kepemilikan
kepada investor. Cara lain untuk memperoleh aset jangka panjang tanpa melakukan
pembelian langsung adalah melalui sewa guna usaha. Sewa memungkinkan
fleksibilitas yang lebih besar, terutama untuk aset dengan siklus teknologi yang cepat
atau yang hanya diperlukan sementara. Korporasi membayar harga sewa kepada pihak
yang memiliki barang tersebut.

3.2. Saran

Perusahaan harus mengevaluasi dengan cermat setiap opsi pembiayaan yang


mereka pertimbangkan. Untuk melakukan hal ini, kita harus memperhitungkan
variabel-variabel termasuk suku bunga, struktur kepemilikan, pengaruh terhadap arus
kas, dan fleksibilitas. Perusahaan dapat mengelola sumber pembelanjaan jangka
panjangnya secara efisien dengan memilih opsi pembiayaan jangka panjang terbaik
dengan mempertimbangkan secara cermat kelebihan dan kekurangan masing-masing
sumber.
DAFTAR PUSTAKA

Suherman, Asep, and Elmira Siska. Manajemen Keuangan. 1 ed., Solok, Insan
Cendekia Mandiri, 2021.

Anda mungkin juga menyukai