Anda di halaman 1dari 16

lOMoARcPSD|31484340

Makalah Filsafat Pendidikan Kelompok 2 BAB II

Filsafat Pendidikan (Universitas Bina Bangsa)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)
lOMoARcPSD|31484340

MAKALAH
FILSAFAT PENDIDIKAN

SELUK BELUK DAN LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN

Oleh :
1. Masri : 13022100030
2. Ronny Rachmansyah : 13022100020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS BINA BANGSA

2022

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
taufiknya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.

Makalah ini dibuat sebagai tugas dan media pembelajaran di Universitas Bina Bangsa
(UNIBA) dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan dan sebagai bahan
pembelajaran di kelas.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan kata atau kalimat dan tata letak dalam
makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan kekhilafan, baik kata atau kalimat dan
diksi. Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan dari dosen pengampu dan teman-teman sekalian. Dan akhirnya semoga
dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Serang, 25 April 2022

Penyusun

ii

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan.....................................................................................3

2.2 Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan....................................................................5

2.3 Pendidikan Sebagai Cabang Ilmu Dari Filsafat...........................................................7

2.4 Dorongan Sejarah Filsafat Yunani terhadap Filsafat Pendidikan.................................8

BAB III PENUTUP.................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................11

3.2 Saran...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA 12

iii

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ketika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai definisi
pendidikan. Pendidikan merupakan aktifitas rasional yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh
instingnya. Manusia belajar dengan otaknya melalu rangkaian kegiatan menuju
pendewasaan untuk mencapai kehidupan yang lebih berarti.

Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan


masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas
tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan
yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah
landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi
akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.

Selain itu, pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, manusia yang
melupakan pendidikan bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat di tangannya.
Pendidikan memberikan banyak arti bagi kehidupan manusia di dalam kehidupannya.
Karena itulah manusia mempelajari filsafat pendidikan, landasan filsafat pendidikan
perlu di kuasai oleh para pendidik, karena pendidikan bersifat normative. Selain itu,
pendidikan tidak hanya di pahami melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan
deskriptif saja, melainkan perlu dipandang secara holistik, adapun kajian pendidikan
secara holistik dapat dilakukan melalui pendekatan filosofis.

Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme,


Pragmatisme dan sebagainya. Pemahaman tentang filsafat pendidikan ini akan
membantu kita agar tidak terjerumus ke dalam filsafat lain yang menjerumuskan kita, di
samping itu, dengan mempelajari filsafat pendidikan berguna memperkokoh landasan
Filsafat pendidikan kita. Oleh karena itu akan kami bahas lebih dalam tentang filsafat
pendidikan, latar belakang dan seluk beluknya.

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

I.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka rumusan masalah
untuk makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana seluk beluk munculnya filsafat pendidikan?


b. Bagaimana pentingnya filsafat pendidikan dalam menentukan masa depan?

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Filsafat Pendidikan


Definisi Filsafat secara Etimologis yaitu philosophia merupakan kata majemuk
yang terdiri dari atas philo dan shophia, dalam bahasa arab disebut falsafah. Philo
artinya cinta, Sophia (kebijaksanaan). Menurut Poedjawinata, philo artinya cinta, dalam
arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang dinginkan itu.
Sedangkan sophia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam.
Dengan demikian secara etimologis, philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau
sahabat kebijaksanaan.

Menurut Ciceros (106-43 SM) penulis Romawi, orang yang pertama memakai
kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan
pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”. Phytagoras mengatakan
bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap
orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun
menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi
pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa
mencakup keseluruhannya.

Oleh karena itu, datangnya kebijaksanaan bukan dari penglihatan saja, tetapi juga
dari penglihatan dan hati, atau dengan kata lain dengan mata hati dan pikiran yang
tertuju kepada alam yang ada di sekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak
memperhatikan.

Sasaran pendidikan adalah manusia, yang mengadung banyak aspek dan sifatnya
sangat kompleks. Karena sangat kompleks tersebut, tidak ada satu batasan yang bisa
menjelaskan Hakikat pendidikan secara lengkap. Batasan yang diberikan para ahli
beranekaragam, karena orientasi, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi
tekanan atau falsafah yang mendasarinya juga berbeda.

Menurut Ki Hajar Dewantara, Hakikat pendidikan ialah proses penanggulangan


masalah-masalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta
masyarakat yang berlangsung seumur hidup. Pada tingkat permulaan pendidik lebih

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

menentukan dan mencampuri pendidikan peserta didik. Setelah itu pendidik hanya
sebagai pengasuh yang mendorong, membimbing, memberi teladan, menuntun serta
menyediakan dan mengatur kondisi untuk membelajarkan peserta didik sehingga dapat
menghasilkan peserta didik yang mampu memperbaharui diri secara terus menerus dan
aktif menghadapi lingkungan hidupnya.

Semua itu terlihat pada semboyan dan perlambangan yang dikemukakan oleh Ki
Hadjar Dewantara yaitu, ing ngarso sung tuludo artinya kalau pendidik berada dimuka,
ia memberi tauladan kepada pendidiknya; ing madya mangun karso artinya kalau
pendidik berada di tengah, dia membangun semangat berswakarya dan berkreasi pada
peserta didiknya; dan tut wuri handayani artinya kalau pendidik berada di belakang, dia
mengikuti dan mengarahkan peserta didiknya agar berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggungjawab serta mencari jalan sendiri.

Sedangkan menurut Plato, Filsuf Yunani yang hidup dari tahun 429 SM- 346
mengatakan bahwa: “Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing- masing
dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.”
Sedangkan menurut Aristoteles, Filsuf terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang
dilahirkan pada tahun 384 SM-322 SM mengatakan bahwa: “Pendidikan itu ialah
menyiapkan akal untuk pengajaran.”

Pemerintah, dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa


“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara” (Pasal 1 ayat 1 UU No.20 Tahun 2003).

Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah


dalam bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah
umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-
kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan secara praktis. Masalah filsafat umum antara lain tentang hakikat hidup
yang baik, hakikat manusia yang ingin menerima pendidikan, hakikat masyarakat yang
menjalani proses sosial, dan hakikat realitas akhir yang ingin dicapai semua
pengetahuan.
4

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

Menurut Kneller (dalam Sadulloh, 2008:72) filsafat pendidikan merupakan


aplikasi filsafat spekulatif, preskriptif, dan analitik. Dikatakan spekulatif karena
berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia
yang sangat bermanfaat dalam menafsirkan data sebagai hasil penelitian sains yang
berbeda. Dikatakan preskriptif bila filsafat pendidikan menentukan tujuan- tujuan yang
harus diikuti dan dicapainya, dan menentukan cara-cara yang tepat dan benar untuk
digunakan dalam mencapai tujuan. Filsafat pendidikan dikatakan analitik bila ingin
menjelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif seperti menguji
rasionalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan pendidikan, dan
bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain.

II.2 Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan


Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu
dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui
apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh
dunia diartikan sebagai berikut :

a. Plato (427 – 348 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli.
b. Aristoteles (382 – 322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi,
politik dan estetika.
c. Al Kindi (801 M), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu
sejauh jangkauan kemampuan manusia.
d. Al Farabi (870 – 950 M), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud
bagaimana hakikat sebenarnya.
e. Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia
menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut :

1. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan,


pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta.
2. Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan.

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

3. Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi


4. Falsafah

Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin


dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian
filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran- penalaran sudut
pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun
ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri
dari tiga segi yaitu apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana
yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), apa yang termasuk indah
dan apa yang termasuk jelek (estetika).

Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang- cabang
filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat
tersebut antara lain mencakup:

1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)


2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Metafisika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Ilmu
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika

Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-
konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami
pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu
tersebut.

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

II.3 Pendidikan Sebagai Cabang Ilmu Dari Filsafat


Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat.
Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus
atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan
keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan
salah satu aspek kehidupan manusia.

Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi- potensi


manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan
pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai
tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam
studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu Filsafat Praktek Pendidikan dan Filsafat Ilmu
Pendidikan.

Filsafat Praktek Pendidikan diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif


tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam
kehidupan. Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional diartikan sebagai
analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori
pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik kuantitatif maupun kualitatif.

Jika dalam Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga)


masalah pokok yaitu apakah sebenarnya pendidikan itu, apakah tujuan pendidikan itu
sebenarnya, dan dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai, maka dalam Filsafat
Ilmu Pendidikan membahas mengenai struktur ilmu dan kegunaan ilmu bagi
kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan. Objek dalam Filsafat Ilmu
Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu :

1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola
organisasi Ilmu Pendidikan
2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan
material Ilmu Pendidikan
3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam
menyusun ilmu pengetahuan
7

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis
dan praktis Ilmu Pendidikan

Pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam,


sehingga diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh
aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis.

II.4 Dorongan Sejarah Filsafat Yunani terhadap Filsafat Pendidikan


Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di
daerah yang berperadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir.
Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lainnya, tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Dalam perkembangannya, filsafat Yunani sempat mengalami masa pasang surut.


Ketika peradaban Eropa harus berhadapan dengan otoritas Gereja dan imperium
Romawi yang bertindak tegas terhadap keberadaan filsafat di mana dianggap
mengancam kedudukannya sebagai penguasa ketika itu Filsafat Yunani kembali muncul
pada masa Filsafat Yunani kembali muncul pada masa kejayaan Islam dinasti Abbasiyah
sekitar awal abad 9 M. Tetapi di puncak kejayaannya, dunia filsafat Islam mulai
mengalami kemunduran ketika antara para kaum filsuf yang diwakili oleh Ibnu Rusyd
dengan para kaum ulama oleh Al-Ghazali yang menganggap filsafat dapat
menjerumuskan manusia ke dalam Atheisme bergolak. Hal ini setelah Ibnu Rusyd
sendiri menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai
kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli atau mistikus agama.

Setelah abad ke-13, peradaban filsafat Islam benar-benar mengalami kejumudan


setelah kaum ulama berhasil memenangkan perdebatan panjang dengan kaum filsuf.
Kajian filsafat dilarang masuk kurikulum pendidikan. Pemerintah mempercayakan
semua konsep berfikir kepada para ulama dan ahli tafsir agama. Beriringan dengan itu,
di Eropa, demam filsafat sedang menjamur. Banyak buku - buku karangan filsuf muslim
yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Ini sekaligus menunjukkan bahwa setelah
pihak gereja berkuasa pada masanya dan sebelum peradaban Islam mulai

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

menerjemahkan teks-teks aristoteles dan lain sebagainya oleh Al Kindhi, di Eropa


benar-benar tidak ditemukan lagi buku-buku filsafat hasil peradaban Yunani.

Entah kebetulan atau tidak, ketika filsafat di dunia Islam bisa dikatakan telah usai
dan berpindah ke Eropa, peradaban Islampun mengalami kemunduran sementara di
Eropa sendiri mengalami masa yang disebut sebagai abad Renaissance atau abad
pencerahan, pada sekitar abad ke-15 M. Tapi tidak demikian halnya dalam komunitas
gereja. Periode ini juga menghantarkan dunia kristen menjadi terbelah. Doktrin para
pendeta katolik terus mendapatkan protes dari kaum Protestan.

Pemikiran-pemikiran permulaan filsafat pendidikan berkembang dalam tingkat


humanisme relativistik, humanisme ilmiah, dan humanisme literer. Humanisme
relativistik memandang kebenaran tak dapat dicapai, akhirnya penampakan kebenaran
dapat berlaku sebagai kebenaran itu sendiri. Opini harus didukung oleh argumentasi
yang lebih baik. Humanisme ilmiah memandang pengetahuan mungkin bukan
kebajikan, tetapi pengetahuan adalah suatu fondasi yang esensial untuk tingkah laku
etis. Sedangkan humanisme literer memandang pendidikan dapat menjadikan orang-
orang yang berkebajikan secara alamiah lebih efektif dan memproduksi orator yang
sempurna “seseorang yang baik yang terampil berbicara.” Dari ketiga pemikiran ini
tampaknya yang kuat menjadi pijakan filsafat pendidikan adalah humanisme literer.

Humanisme relativistik ditokohi oleh para filsuf seperti Protagoras (481- 411
S.M.), Gorgias (483 S.M.), Prodicus (473 S.M.) dan lain-lain. Pemikiran yang mereka
terapkan dalam dunia pendidikan berhubungan dengan usaha mendidik warga negara
keturunan yang baik untuk memegang senjata guna pertahanan Negara. Hanya saja
sistem pendidikan itu tertuju bagi warga negara yang sudah mapan yang dipersiapkan
untuk menempati barisan penguasa di Athena. Namun, banyak penduduk Athena
mengkritik keangkuhan intelektual dan kelancangan filosofi pendidikan mereka.

Persangsian moral dan ketidakpastian intelektual para filsuf yang relativistik


diselamatkan oleh Plato, murid Socrates, yang membangun fondasi pertama filsafat
pendidikan dan menamakannya dengan humanisme ilmiah. Humanisme ilmiah
mengutamakan kebenaran dan kebajikan. Kebenaran atau kebajikan tidak merupakan
faktor kebetulan dari waktu dan tempat, keduanya berdiri di atas bantuan ilmu dan
filsafat.

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

Pokok-pokok pikiran humanisme ilmiah Plato diadopsi oleh muridnya yang


termasyhur, Aristoteles (384-322 S.M.). Kenyataannya, Aristoteles menyimpang dari
idealisme filosofis Plato dan menemukan kebenarannya lebih sebagai hasil pencapaian
intelektual. Kebenaran Plato adalah spiritual dan rasional, kebenaran Aristoteles adalah
material dan eksperimental. Namun, humanisme ilmiah keduanya didukung oleh satu
dasar yang sehat, yaitu untuk mendidik manusia.

Humanisme literer mempunyai komitmen pada kesamaan pendapat yang satu


sama baiknya dengan pendapat yang lain. Paham ini mempertaruhkan pendidikan pada
kekuatan argumentasi yang lebih baik. Kehidupan sosial politik harus dibentuk oleh
orang-orang yang mampu menggunakan kata-kata secara persuasif. Tokoh filsafat yang
memperhatikan pola persuasif itu adalah Socrates yang mempertajam kemampuan
oratorinya dengan meniti karir menulis profesional.

10

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah
dalam bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah
umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-
kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan secara praktis. filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat spekulatif,
preskriptif, dan analitik.

Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu
dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui
apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan
pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu
dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati
terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.

Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat.


Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus
atau terapan. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-
potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya,
agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.

III.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)


lOMoARcPSD|31484340

DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Sutan Zanti. 1988. Pengantar Kepada Filsafat Pendidikan.Jakarta: Depdikbud Dikti
PPLPTK.

Kristiawan, Muhammad. 2016. filsafat pendidikan. Jogjakarta: Valia Pustaka.

Tafsir, Ahmad. 2015. Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai Capra.

Bandung: Remaja Rosda karya.

Sadullah, Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


https://www.academia.edu/9255385/Landasan_Filsafat_Pendidikan diakses 1

oktober 2019

Downloaded by Y.T SUHANDIKA (yayatheasuhandika007@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai