Makalah Filsafat Pendidikan Kelompok 2 Bab II
Makalah Filsafat Pendidikan Kelompok 2 Bab II
MAKALAH
FILSAFAT PENDIDIKAN
Oleh :
1. Masri : 13022100030
2. Ronny Rachmansyah : 13022100020
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
taufiknya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.
Makalah ini dibuat sebagai tugas dan media pembelajaran di Universitas Bina Bangsa
(UNIBA) dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan dan sebagai bahan
pembelajaran di kelas.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan kata atau kalimat dan tata letak dalam
makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan kekhilafan, baik kata atau kalimat dan
diksi. Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan dari dosen pengampu dan teman-teman sekalian. Dan akhirnya semoga
dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, manusia yang
melupakan pendidikan bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat di tangannya.
Pendidikan memberikan banyak arti bagi kehidupan manusia di dalam kehidupannya.
Karena itulah manusia mempelajari filsafat pendidikan, landasan filsafat pendidikan
perlu di kuasai oleh para pendidik, karena pendidikan bersifat normative. Selain itu,
pendidikan tidak hanya di pahami melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan
deskriptif saja, melainkan perlu dipandang secara holistik, adapun kajian pendidikan
secara holistik dapat dilakukan melalui pendekatan filosofis.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Ciceros (106-43 SM) penulis Romawi, orang yang pertama memakai
kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan
pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”. Phytagoras mengatakan
bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap
orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun
menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi
pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa
mencakup keseluruhannya.
Oleh karena itu, datangnya kebijaksanaan bukan dari penglihatan saja, tetapi juga
dari penglihatan dan hati, atau dengan kata lain dengan mata hati dan pikiran yang
tertuju kepada alam yang ada di sekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak
memperhatikan.
Sasaran pendidikan adalah manusia, yang mengadung banyak aspek dan sifatnya
sangat kompleks. Karena sangat kompleks tersebut, tidak ada satu batasan yang bisa
menjelaskan Hakikat pendidikan secara lengkap. Batasan yang diberikan para ahli
beranekaragam, karena orientasi, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi
tekanan atau falsafah yang mendasarinya juga berbeda.
menentukan dan mencampuri pendidikan peserta didik. Setelah itu pendidik hanya
sebagai pengasuh yang mendorong, membimbing, memberi teladan, menuntun serta
menyediakan dan mengatur kondisi untuk membelajarkan peserta didik sehingga dapat
menghasilkan peserta didik yang mampu memperbaharui diri secara terus menerus dan
aktif menghadapi lingkungan hidupnya.
Semua itu terlihat pada semboyan dan perlambangan yang dikemukakan oleh Ki
Hadjar Dewantara yaitu, ing ngarso sung tuludo artinya kalau pendidik berada dimuka,
ia memberi tauladan kepada pendidiknya; ing madya mangun karso artinya kalau
pendidik berada di tengah, dia membangun semangat berswakarya dan berkreasi pada
peserta didiknya; dan tut wuri handayani artinya kalau pendidik berada di belakang, dia
mengikuti dan mengarahkan peserta didiknya agar berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggungjawab serta mencari jalan sendiri.
Sedangkan menurut Plato, Filsuf Yunani yang hidup dari tahun 429 SM- 346
mengatakan bahwa: “Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing- masing
dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.”
Sedangkan menurut Aristoteles, Filsuf terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang
dilahirkan pada tahun 384 SM-322 SM mengatakan bahwa: “Pendidikan itu ialah
menyiapkan akal untuk pengajaran.”
a. Plato (427 – 348 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli.
b. Aristoteles (382 – 322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi,
politik dan estetika.
c. Al Kindi (801 M), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu
sejauh jangkauan kemampuan manusia.
d. Al Farabi (870 – 950 M), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud
bagaimana hakikat sebenarnya.
e. Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia
menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya.
Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang- cabang
filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat
tersebut antara lain mencakup:
Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-
konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami
pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu
tersebut.
1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola
organisasi Ilmu Pendidikan
2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan
material Ilmu Pendidikan
3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam
menyusun ilmu pengetahuan
7
4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis
dan praktis Ilmu Pendidikan
Entah kebetulan atau tidak, ketika filsafat di dunia Islam bisa dikatakan telah usai
dan berpindah ke Eropa, peradaban Islampun mengalami kemunduran sementara di
Eropa sendiri mengalami masa yang disebut sebagai abad Renaissance atau abad
pencerahan, pada sekitar abad ke-15 M. Tapi tidak demikian halnya dalam komunitas
gereja. Periode ini juga menghantarkan dunia kristen menjadi terbelah. Doktrin para
pendeta katolik terus mendapatkan protes dari kaum Protestan.
Humanisme relativistik ditokohi oleh para filsuf seperti Protagoras (481- 411
S.M.), Gorgias (483 S.M.), Prodicus (473 S.M.) dan lain-lain. Pemikiran yang mereka
terapkan dalam dunia pendidikan berhubungan dengan usaha mendidik warga negara
keturunan yang baik untuk memegang senjata guna pertahanan Negara. Hanya saja
sistem pendidikan itu tertuju bagi warga negara yang sudah mapan yang dipersiapkan
untuk menempati barisan penguasa di Athena. Namun, banyak penduduk Athena
mengkritik keangkuhan intelektual dan kelancangan filosofi pendidikan mereka.
10
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah
dalam bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah
umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-
kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan secara praktis. filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat spekulatif,
preskriptif, dan analitik.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu
dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui
apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan
pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu
dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati
terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
III.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Arbi, Sutan Zanti. 1988. Pengantar Kepada Filsafat Pendidikan.Jakarta: Depdikbud Dikti
PPLPTK.
Tafsir, Ahmad. 2015. Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai Capra.
oktober 2019