Makalah Teori Belajar
Makalah Teori Belajar
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sri Haryani, M. Si.
Dra. Sri Nurhayati, M. Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Anisa Randina (4301419007)
Hably Darajatal ‘Ulya (4301419012)
Putri Fito Sekar Rindu (4301419058)
Desy Dwi Handayani (4301419061)
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kami nikmat sehat dan nikmat kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini sebagai hasil dari diskusi kelompok kami mengenai materi “Teori Belajar”
sebagai pemenuhan tugas perkuliahan Pembelajaran Bermakna Universitas Negeri Semarang
yang diampu oleh Prof. Dr. Sri Haryani, M. Si. dan Dra. Sri Nurhayati, M. Pd. Makalah ini
disusun berdasarkan hasil diskusi kelompok kami dan beberapa referensi artikel serta jurnal di
internet.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Sri Haryani, M. Si. dan Dra.
Sri Nurhayati, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Bermakna yang telah
memberikan arahan kepada kami dalam pembuatan tugas makalah ini. Serta kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan tugas makalah ini.
Mohon maaf kami sampaikan apabila dalam penyusunan tugas makalah ini masih
terdapat kekurangan, baik dari segi penyusunan maupun dari hasil pengerjaan ini. Semoga
dengan adanya tugas makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami
berbagai macam teori belajar, karakteristiknya dan penerapan teori belajar konstruktivisme serta
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. TEORI-TEORI BELAJAR 3
2.2. PENERAPAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME 16
DAFTAR PUSTAKA 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses usaha secara sadar yang dilakukan siswa
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi
terampil melakukan sesuatu, dan proses yang dapat memberikan perubahan perilaku
siswa. Belajar bukan sekedar proses menghafal, mengingat, dan memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Tetapi juga mengenai cara supaya
individu terlibat aktif dalam membuat dan mengembangkan hasil belajar yang
diterima menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat bagi kehidupannya. Belajar
memiliki tujuan yang sangat banyak, namun pada intinya belajar bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pada aspek akal, sikap, jiwa, dan perbuatannya.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang dapat membantu siswa belajar serta
berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungannya.
1.3. Tujuan
1.2.1 Mengetahui teori belajar behavioristik
1.2.2 Memahami karakteristik teori belajar behavioristik
1.2.3 Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik
1.2.4 Memahami penerapan teori belajar behavioristik
1.2.5 Mengetahui pengertian teori belajar humanistik
1.2.6 Memahami karakteristik teori belajar humanistik
1.2.7 Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik
1.2.8 Memahami penerapan teori belajar humanistik
1.2.9 Mengetahui pengertian teori belajar kognitif
1.2.10 Memahami karakteristik teori belajar kognitif
1.2.11 Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif
1.2.12 Memahami penerapan teori belajar kognitif
1.2.13 Mengetahui pengertian teori belajar konstruktivisme
1.2.14 Memahami karakteristik teori belajar konstruktivisme
1.2.15 Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktivisme
1.2.16 Memahami penerapan teori belajar konstruktivisme
BAB II
PEMBAHASAN
1. Arthur Combs
Menurut Arthur Combs, belajar adalah kegiatan yang dapat dilakukan di mana
saja dan memberikan hasil bagi dirinya. Dalam kegiatan belajar, seseorang bahkan guru
tidak dapat memaksakan hal yang tidak disukai oleh pribadi yang bersangkutan.
2. Abraham Maslow
Menurut Maslow, belajar adalah serangkaian proses yang harus dilakukan untuk
mengaktualisasi dirinya. Dalam kegiatan belajar, siswa diharapkan dapat memahami
dirinya sendiri dengan baik.
3. Carl Rogers
Kelebihan :
Kekurangan :
1. Siswa yang memiliki karakteristik cenderung pasif dan kurang inisiatif akan
tertinggal dalam pembelajaran.
2. Jika siswa tidak didukung oleh motivasi dan lingkungan yang baik, penerapan
teori belajar humanistik akan terhambat.
3. Penerapan teori belajar humanistik akan sulit untuk diaktualisasi dalam bentuk
yang lebih efektif.
4. Siswa akan tertinggal dalam pembelajaran apabila siswa malas dalam memahami
dan mendalami potensi diri yang dia miliki.
5. Implementasi teori belajar humanistik akan membuat siswa cenderung lebih
mementingkan diri sendiri.
6. Pertumbuhan karakter siswa akan semakin berkurang.
7. Faktor dari kesuksesan pembelajaran lebih berpengaruh atas sikap dan perilaku
siswa.
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran menekankan pada ruh atau spirit
selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diaplikasikan. Dalam
teori belajar humanistik, guru berperan menjadi fasilitator bagi para siswa serta
memberikan motivasi dan kesadaran tentang belajar dalam kehidupan siswa. Sedangkan
siswa memiliki peran sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri.
3. Metode Discovery
4. Metode Inquiry
10
12/14 tahun), dan tahap operasional formal (14 tahun atau lebih). Proses belajar
yang dialami seorang anak pada tahap sensori-motor tentu lain dengan
yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (pra-operasional)
dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke-tahap yang lebih tinggi
(operasional konkret dan operasional formal). Secara umum, semakin tinggi
tingkat kognitif seseorang semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara
berfikirnya. Dalam kaitan ini seorang guru seyogyanya memahami tahap-tahap
perkembangan anak didiknya ini, serta memberikan materi belajar dalam jumlah
dan jenis yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
Konsep kunci Piaget mengajukan tiga konsep pokok dalam menjelaskan
perkembangan kognitif. Keempat konsep yang dimaksud adalah skema, asimilasi,
akomodasi dan ekuilibrium. Skema menggambarkan tindakan mental dan fisik
dalam mengetahui dan memahami objek. Skema merupakan kategori pengetahuan
yang membantu seseorang dalam memahami dan menafsirkan dunianya.
Asimilasi, merupakan proses memasukkan informasi ke dalam skema yang telah
dimiliki disebut dengan asimilasi. Proses ini agak bersifat subjektif, karena
seseorang cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang agak atau
sesuai dengan keyakinan yang telah dimiliki sebelumnya. Akomodasi merupakan
proses mengubah skema yang telah dimiliki dengan informasi baru. Akomodasi
itu sendiri melibatkan kegiatan pengubahan skema atau gagasan yang telah
dimiliki karena adanya informasi atau pengalaman baru, dan yang terakhir yaitu
Ekuilibrium, Piaget percaya bahwa setiap anak mencoba memperoleh
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi dengan cara menerapkan
mekanisme ekuilibrium.
- Pandangan tentang Perkembangan Kognitif menurut Vygotsky ada tiga konsep,
yaitu: (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan
diinterpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif dimediasi
dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis
untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental dan (3) kemampuan
kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural. Vygotsky percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari
hubungan sosial dan kebudayaan. Teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa
pengetahuan dapat dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya
pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencakup
objek, artifak, alat, buku dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang
lain.
- Ausubel
Menurut Ausubel (1968) siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
pengatur kemajuan (belajar) (advance organizers) didefinisikan dan
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar
11
adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi
pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ausubel percaya bahwa advance
organizers dapat memberikan tiga macam manfaat, yakni:
1) Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang
akan dipelajari oleh siswa;
2) Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang
sedang dipelajari siswa saat iniǁ dengan apa yang akan dipalajari siswa;
3) Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
- Bruner
Bruner (1960) mengusulkan teorinya yang disebut free dicovery learning.
Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kretif jika guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aliran (termasuk
konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang
menggambarkan (mewakili) antara yang menjadi sumbernya. Dengan kata lain,
siswa di bimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Untuk
memahami konsep kejujuran misalnya, siswa pertama-tama tidak menghapal
definisi kata kejujuran tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang
kejujuran. Dari contoh-contoh itulah siswa dibimbing untuk mendefinisikan kata
kejujuran (Ratnawati, 2016).
b. Karakteristik Teori Belajar Kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau
dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang
semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan
pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali
kenegerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara
tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada
waktu itu sedang bercerita, tetapi semua tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan
itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan
ceritanya.
Adapun ciri-ciri dari Teori Belajar Kognitif
a. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia;
b. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian;
c. Mementingkan peranan kognitif;
d. Mementingkan kondisi waktu sekarang;
e. Mementingkan pembentukan struktur kognitif.
(Nurhadi, 2020)
c. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif
Kelebihan
12
a) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan
belajar secara lebih mudah.
b) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan
pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang
dimiliki pada setiap individu.
c) Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memberikan dasar-dasar
dari materi yang diajarkan untuk pengembangan dan kelanjutannya diserahkan
pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari
alur pengembangan materi yang telah diberikan.
d) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan
ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi
yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan
pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang
telah diberikan.
e) Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal
baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam
metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru
yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik
lagi.
f) Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan
pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.
Kelemahan
a) Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan
khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami
dan pemahamannya masih belum tuntas.
b) Dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta
didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan
yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai
kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
c) Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam
mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta
didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik
memiliki cara yang berbeda-beda.
d) Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan
peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.
e) Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya
metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek
kegiatan atau materi.
13
14
15
16
4) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara
aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah
ada.
5) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini
berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau
sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6) Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman
pelajar untuk menarik minat pelajar.
Tindakan yang dilakukan, pertama melakukan tes awal materi untuk mengukur
kemampuan, setelah mendapatkan hasilnya peneliti memutuskan untuk menggunakan media
karton struktur berbantu kata krisis yang sudah ditentukan. Guru menentukan permasalahan atau
bagian krisisnya, kemudian secara berpasangan siswa mengerjakannya secara bebas, setelah itu
dilakukan tes akhir untuk mengukur kemampuan apakah dengan penerapan strategi ini dapat
mengalami kenaikan skor rata-rata.
Penelitian dilakukan dua siklus, sebelum diberikan tindakan skor rata-rata yang diperoleh
64,53 kemudian setelah diberikan tindakan pada akhir siklus I skor rata-rata menjadi 68,53. Skor
rata-rata pada akhir siklus II yaitu 81,17. Hal tersebut menunjukan adanya peningkatan sebesar
12,64 poin. Kemudian dapat disimpulkan bahwa bagi guru kimia disarankan untuk menggunakan
strategi konstruktivisme dalam pembelajaran sel elektrokimia agar pembelajaran lebih menarik,
inovatif, menyenangkan dan tidak membosankan. Berusaha memperhatikan dan memahami
setiap kesulitan belajar siswa kemudian dicari solusi dan pemecahannya.
17
18
19
dengan pertolongan peta konsep. Pemahaman akan peta konsep dan keterampilan siswa
dalam menentukan hubungan – hubungan atau keterkaitan antar konsep yang saling
berhubungan akan membantu siswa dalam persoalan mata pelajaran kimia. Pemetaan
konsep adalah model belajar yang menampilkan bagaimana konsep-konsep saling
berkaitan dengan mempergunakan kata penghubung dengan membentuk proposisi
bermakna. Pemetaan konsep akan memaparkan rangkaian hierarki dengan meletakkan
konsep yang paling umum pada puncak peta konsep lalu menurun ke konsep-konsep
yang kurang umum, konsep-konsep yang lebih khusus atau contoh-contoh.
3. Teori Brunner
Teori belajar konstruktivistik Jerome Brunner, dapat dikatakan juga dengan teori
belajar penemuan. Ada empat hal pokok yang berkaitan dengan teori belajar brunner.
1) Individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan
pikirannya.
2) Dengan melakukan proses-proses kognitif dalam penemuan, siswa akan
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan
intrinsik.
3) Satu-satunya cara seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan
penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan.
4) Dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan
Mengkonstruksi pengetahuan dengan berdasar pada pengalaman individu dengan
interaksi sosial, di mana pengetahuan direfleksikan dari dunia luar yang kemudian disaring
melalui serta dipengaruhi oleh bahasa, budaya, keyakinan, interaksi dengan orang lain,
modeling, dan pelajaran langsung. Jerome Bruner memiliki pandangan lain yang berlainan
pendapat dari Piaget dan Vygotsky, Bruner mengatakan dalam teorinya itu memiliki asumsi
bahwa pertumbuhan kognitif dapat berlangsung dari dalam ke luar dan juga dari luar ke
dalam. Dampak yang mendalam dimunculkan dari asumsi yang demikian itu, pada cara
memahami pertumbuhan dan keahlian intelektual anak, bagaimana cara anak diajar, belajar,
baik dalam keadaan formal maupun dalam keadaan informal. Apabila disimpulkan, Bruner
memiliki sebagian asumsi yang mempunyai kemiripan terhadap asumsi pada pendekatan
etologi, yaitu kecenderungan dalam berperilaku dengan cara tertentu yang diwarisi oleh
manusia. Cara tersebut dapat berasal dari para generasi terdahulu yang berdasar pada latar
evolusi dan biologi manusia. Lebih lanjut perkembangan pada diri manusia menurut Bruner
adalah bersifat unik yang memiliki arti berbeda daripada hewan-hewan lainnya dikarenakan
ada konteks kultural pada tempat di mana perkembangan manusia terjadi.
Lebih lanjut menurut Bruner, yang dimaksud dengan pembelajaran ialah pelajar yang
membina ide baru dengan berdasarkan pengetahuan yang lalu dengan proses yang aktif.
Bruner juga menjelaskan bahwa bahan kajian yang diajarkan kepada siswa adalah supaya
20
siswa dibuat mampu untuk berpikir bagi diri mereka sendiri, dan ikut ambil bagian dalam
proses pengetahuan itu didapatkan. Kemudian menurut Bruner, yang dimaksud dengan
“mengetahui” adalah prosesnya dan bukan merupakan produknya (Kurniawan, 2021).
4. Teori Vygotsky
Berbeda dengan Piaget yang lebih fokus pada tahap-tahap perkembangan
intelektual, Vygotsky menempatkan aspek sosial sebagai aspek penting dalam pembelajaran.
Menurut Vygotsky interaksi sosial dengan orang lain memacu pembangunan ide-ide baru
dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Ide pokok yang dikemukakan adalah apa
yang disebut sebagai zone of proximal development (zona perkembangan terdekat), yaitu
serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari
dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Menurut Vygotsky, siswa
memiliki dua tingkat perkembangan berbeda; tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual didefinisikan sebagai tingkat
perkembangan intelektual individu saat ini dan kemampuan mempelajari hal-hal khusus atas
upaya individu sendiri. Adapun tingkat perkembangan potensial didefinisikan sebagai
tingkat perkembangan intelektual yang dapat dicapai individu dengan bantuan orang lain,
seperti guru, orang tua atau teman yang lebih dewasa. Zona antara tingkat perkembangan
aktual dan tingkat perkembangan potensial siswa inilah yang oleh Vygotsky disebut sebagai
zone of proximal development (Slavin, 2006). Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan
keyakinannya akan arti penting dari pengaruh sosial, terutama pengaruh instruksi atau
pengajaran, terhadap perkembangan kognitif anak(Santrock, 2010).
Gagasan ZPD ini berkaitan erat dengan konsep scaffolding, yaitu sebuah teknik
untuk mengubah level dukungan. Menurut Vygotsky,scaffolding merupakan proses atau cara
memberikan bantuan yang diberikan oleh orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
berkompeten (capable peers) agar siswa beranjak dari zona aktual menuju zona potensial.
Ide-ide Vygotsky ini merupakan dasar pembelajaran koperatif, di mana dalam paradigma
kooperatif pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial antara siswa dengan guru dan teman
sebaya. Dengan tantangan dan bantuan yang sesuai dari guru atau teman sebaya yang lebih
mampu, siswa bergerak maju dalam zona perkembangan terdekat mereka, tempat terjadinya
pembelajaran baru. Dalam hal ini penerapan teori konstruktivisme Lev Vygotsky adalah
memberdayakan teman sebaya sebagai ahli. Maka salah satu penerapan strategi yang dapat
dilakukan adalah pembelajaran peer tutoring. Pembelajaran Peer Tutoring (Tutor Sebaya)
merupakan salah satu bentuk penerapan teori konstruktivisme sosial terutama pada
pengaplikasian konsep ZPD. Dimana seorang murid mengajar murid lainnya. Peer Tutoring
merupakan kegiatan interaksi antar siswa yang memudahkan siswa untuk mengeluarkan
pendapat atau pikiran kepada temannya sendiri, hal ini meminimalisir kelemahan siswa
yang memiliki rasa malu/sungkan untuk bertanya kepada guru. Dalam tutoring teman lintas
usia, teman yang mengajar biasanya usianya lebih tua sedangkan tutoring teman seusia,
teman yang mengajar biasanya teman sekelas. Tutoring teman lintas usia biasanya lebih
efektif daripada tutoring teman seusia (Santrock, 2013).
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengetahuan tentang teori belajar berguna bagi guru karena dapat memberikan arah,
pilihan-pilihan dan prioritas dalam memecahkan masalah-masalah yang ditemuinya pada
proses belajar mengajar. Ada beberapa macam teori belajar yang muncul di dalam masa
perkembangan psikologi pendidikan, diantaranya yaitu:
1. Teori Belajar Behaviorisme
2. Teori Belajar Humanistik
3. Teori Belajar Kognitif
4. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar Behaviorisme mengutamakan hubungan antara stimulus dan respon dalam
proses belajar. Seseorang dianggap telah belajar jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Teori belajar Humanistik merupakan teori belajar dan pembelajaran yang
mengutamakan memanusiakan manusia serta diharapkan mampu untuk mengembangkan
potensi diri. Teori belajar Kognitif adalah teori belajar yang lebih mengutamakan proses
pembelajarannya dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Teori belajar Konstruktivisme
adalah sebuah teori pendidikan yang mengedepankan peningkatan perkembangan logika dan
konseptual pembelajar, menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, dan
pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
3.2. Saran
Dengan memahami berbagai teori belajar, karakterisasi teori belajar dan penerapan teori
belajar, semoga akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas yang mampu membentuk
manusia Indonesia seutuhnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Amsari, D., & Mudjiran. (2020). Jurnal basicedu. Jurnal Basicedu, 2(2), 52–60.
Baharuddin, Haji., Makin, Moh. (2017). Pendidikan Humanistik : (Konsep, Teori, dan
Aplikasi Praksis dalam Dunia Pendidikan). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Gazali, F., & Yusmaita, E. (2018). Analisis Prior Knowledge Konsep Asam Basa Siswa
Kelas XI SMA untuk Merancang Modul Kimia Berbasis REACT. Jurnal Eksakta
Pendidikan (Jep), 2(2), 202.
Masgumelar, N., & Mustafa. (2021). Teori Belajar Konstruktivisme dan Implikasinya dalam
Pendidikan dan Pembelajaran. Islamic Education Journal, 2(1), 49-57.
23
Perni, N. N. (2019). Penerapan Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran. Adi Widya:
Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 105.
Santrock, J. W. (2010). Educational Psichology 2nd Ed. Dialihbahasakan oleh Tri wibowo
B.S. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Santrock, J. W. (2013). Psikologi Pendidikan. (2nd ed.). (Terjemahan Tri Wibowo). Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup. (Edisi asli diterbitkan tahun 2004 oleh McGraw Hill
Company, Inc).
Shahbana, E. B., Farizqi, F. K., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar
Behavioristik Dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1),
24–33.
Slavin, R. E. (2006). Educational Psychology: Theory and Practice. Upper Saddle River ;
Columbus, Ohio : Pearson.
Ummi, H., & Indrya Mulyaningsih. (2016). Penerapan Teori Konstruktivistik Pada
Pembelajaran Bahasa Arab. Journal Indonesian Language Education and Literature,
1(2), 162-172.
Usinawati, U. (2020). Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas Xii Ipa 1 Pada Pelajaran
Kimia Materi Sel Elektrokimia Sma Negeri 1 Kayuagung Melalui Strategi
Pembelajaran Konstruktivisme. Jurnal Edukasi: Kajian Ilmu Pendidikan, 6(2),
225-238.
24
Wasonowati, R. R. T., Redjeki, T., & Ariani, S. R. D. (2014). Penerapan Model Problem
Based Learning (PBL) pada Pembelajaran Hukum–Hukum Dasar Kimia Ditinjau dari
Aktivitas dan Hasil. Jurnal Pendidikan Kimia, 3(3), 66–75.
Wati, W. (2010). Pembelajaran Teori Belajar Dan Pembelajaran Oleh : Widya Wati Dosen
Pembimbing.
25