Anda di halaman 1dari 71

BASIC FIRE FIGHTING

Meirizal Ari Putra, M.K.M


Asesor K3 | Independen Trainer QHSE| Lead Auditor ISO 45001 | Auditor SMK3 |
HIPERKES|POU| Dosen | Konsultan | WA 089507440002 | ig @meirizal_trainerk3
Suatu proses kimia yaitu
Apakah API...? proses oksidasi cepat yang
menghasilkan asap, panas,
cahaya dan berbagai bahan
kimia lainnya.

Apakah KEBAKARAN...?
Api yang tidak dikehendaki
dan tidak dapat
dikendalikan dan dapat
menimbulkan kerugian baik
harta benda maupun korban
jiwa.
PASAR JOHAR – 9 Mei 2015

Area terbakar : 23.936 m2, 4.719 kios, Kerugian: 376M


Pengaruh Prosentase Kandungan Gas Terhadap Kondisi
Tubuh Manusia
Udara sekitar kadar Oksigen ± 19.5 – 23.5%

Kadar O2 (%) Gejala yang timbul


19 - 15 Penurunan untuk bekerja berat, gangguan konsentrasi

14 – 12 Nafas menjadi cepat dan dangkal, Penurunan kemampuan menilai

12 – 10 Bibir menjadi membiru


10 – 8 Lemas, muntah, kehilangan kesadaran
8 - dst Bisa koma, meninggal
Respon manusia terhadap temperatur

Temperature nyaman bagi orang Indonesia


rata-rata 23-26°C
oC

200
Kerusakan fatal berupa kekeringan kulit dalam
waktu 30 detik
180

150
Tidak dapat ditolerir dalam 5 menit
120 Tidak dapat ditolerir dalam 15 menit
Tidak dapat ditolerir dalam 25 menit
95

65 Masih dapat ditolerir selama kurang dari 1 jam


(tergantung kelembaban, pakaian, dan aktivitas)
35
Daerah nyaman termal (tergantung kelembaban,
10 gerakan udara, dan faktor-faktor lain)

0
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

1. FENOMENA DAN TEORI API


2. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
FENOMENA & TEORI API
TEORI SEGITIGA API
(triangle of fire)

 Thermal (Panas)
 Chemical (Kimia)
 Electrical (Listrik)
 Mechanical (Mekanik)
 Gas Oksigen

 Cair
 Gas
 Padat
TEORI BIDANG EMPAT API
(tetrahedron of fire)
DALAM SUHU NORMAL
Gasoline/bensin pada suhu
ruangan sudah mengeluarkan uap
yang cukup untuk terbakar

Minyak tanah

Bensin
TITIK NYALA (FLASH POINT)
Suhu terendah dimana suatu zat (bahan bakar),
cukup mengeluarkan uap & menyala (terbakar
sekejab) bila diberi sumber panas yang cukup

TITIK BAKAR (FIRE POINT)


Suhu terendah dimana suatu zat (bahan bakar)
cukup untuk mengeluarkan uap dan terbakar
(menyala terus menerus) bila diberi sumber
panas.

SUHU PENYALAAN SENDIRI


(AUTO IGNITION TEMPERATURE)
Suhu dimana suatu zat dapat menyala dengan
sendirinya tanpa adanya sumber panas dari luar.
Pengertian ini adalah dimana zat tersebut
mendapat suhu yang tertinggi sehingga dia akan
menyala dengan sendirinya. Contoh
Bensin = 435 C
Kerosine = 228,9C
Kelas - kelas Api

 Api Kelas A
 Api Kelas B
 Api Kelas C
 Api Kelas D
 Api Kelas A

Semua benda padat yang


terbakar namun bukan metal
digolongkan kedalam api
kelas A.
 Api Kelas B

Semua bahan cair dan gas yang


bisa terbakar digolongkan kedalam
api kelas B.
 Api Kelas C

Semua benda yang terbakar


dan masih memiliki aliran listrik
digolongkan kedalam api kelas
C.
 Api Kelas D

Semua benda logam yang mudah


terbakar digolongkan kedalam api
kelas D.
Teori Pemadaman

Mengurangi /
Menurunkan derajat menjauhkan
panasnya / bahan bakar
mendinginkan

Memutuskan
Menurunkan / reaksi
memisahkan pembakaran
persentase oksigen
- Cooling/Pendinginan
- Smothering/Isolasi
- Starvation/Stop Suplay
- Breaking Chain Reaction
BAHAN BAKAR
COOLING/PENDINGINAN

Memadamkan api dengan air


SMOTHERING/ MENGISOLASI OKSIGEN

BAHAN BAKAR

Menutup drum yang terbakar


STARVATION/MENSTOP SUPLAY BAHAN BAKAR

BAHAN BAKAR

Menutup kerangan pada


Tangki yang terbakar
BAHAN BAKAR

BREAKING CHAIN REACTION


MEMECAHKAN RANTAI REAKSI KIMIA
Memadamkan API dengan APAR
KLASIFIKASI KEBAKARAN
Sesuai Permenaker No 4/1980

• Tujuan:
– memudahkan pemilihan media pemadam yang tepat
dari berbagal tipe bahan bakar.

• Klasifikasi kebakaran:
– Klas A : Bahan padat (kertas, kayu, plastik, dll.)

– Klas B : Bahan cair atau gas mudah terbakar

– Klas C : Instalasi listrik

– Klas D : Bahan logam


FLASH OVER
Sebuah proses pengapian yang berjalan secara selaras dan membakar
bahan-bahan yang ada disekitarnya sehingga secara keseluruhan
bagian dari ruang menjadi sangat panas, kemudian menghasilkan asap
yang bersifat panas pada suatu ruang dan ketika titik panas mendekati
± 500 ℃ akan menyebabkan terjadinya kobaran api yang membesar
diarea lain.
FLASH OVER
ROLLOVER
Rollover adalah suatu istilah yang menggambarkan suatu kondisi
selama kebakaran berlangsung dimana nyala api bergerak melalui atau
melintasi gas – gas yang tidak terbakar.
BACKDRAFT
Situasi yang dapat terjadi ketika produk kebakaran-
gas yang kekurangan oksigen; sehingga
pembakaran melambat (karena kurangnya
oksigen) tetapi bahan bakar gas mudah terbakar
(terutama CO) dan asap (terutama hidro-karbon
bebas radikal dan partikel) tetap berada pada suhu
di atas titik-api gas bahan bakar. Jika oksigen
kembali diperkenalkan ke dalam api, misalnya
dengan membuka pintu (atau jendela) ke ruangan
tertutup, pembakaran akan restart, sering
mengakibatkan efek 'ledakan' sebagai gas yang
dipanaskan oleh pembakaran dan berkembang
pesat karena suhu yang meningkat pesat.
BACKDRAFT

Tanda – tanda akan terjadinya Backdraft :

 Asap bertekanan keluar dari lubang – lubang kecil


 Asap hitam tebal
 Asap keluar dari bangunan dalam bentuk kepulan
 Jendela-jendela diselubungi oleh asap
 Kaca jendela bergetar
 Panas yang berlebihan
 Nyala api kecil atau tidak terlihat
BACKDRAFT

Pembuatan Ventilasi Backdraft


BLEVE
(Boiling Liquid Expanding Vapor Explosion)

FIREBALL
Peledakan tangki gas cair
yang mendidih akibat
paparan panas

PAPARAN TANKI BAHAN BAKAR


PANAS GAS CAIR
PRINSIP PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Bahan Bakar, O2 Mencegah


,sumber Energi Penyalaan
Proses
Penyalaan
Pemadaman pada
api timbul tahap dini

Mencegah Api Tumbuh Besar,


Tumbuh & Evakuasi manusia & Barang
menyebar Pengendalian Asap
KONDISI
BAHAYA
Flash Mencegah Penyalaan
Over Serentak

Pembakaran Mencegah perambatan


Penuh api ke lain area

Pendinginan Lanjut,
Surut mencegah Backdraft
diruang tertutup
UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DITEMPAT KERJA
Kepmenaker No.186 Tahun 1999
Pasal 2
1. Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran, latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja.

2. Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi;
c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja
e. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala;
f. memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat
kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau
tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
Pasal 4
Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran
terdiri :

a. Klasifikasi tingkat resiko bahaya


kebakaran ringan
b. Klasifikasi tingkat resiko bahaya
kebakaran sedang I
c. Klasifikasi tingkat resiko bahaya
kebakaran sedang II
d. Klasifikasi tingkat resiko bahaya
kebakaran sedang III
e. Klasifikasi tingkat resiko bahaya
kebakaran berat.
DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA
sesuai dengan Lampiran I Kepmenaker No 186 tahun 1999

Klasifikasi Jenis Tempat Kerja

Bahaya Kebakaran Ringan Tempat ibadah


Gedung/ruang Perkantoran
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan Gedung/ruang Pendidikan
kemudahan terbakar rendah, dan apabila Gedung/ruang Perumahan
terjadi kebakaran melepaskan panas rendah Gedung/ruang Perawatan
sehingga menjalarnya api lambat Gedung/ruang Restoran
Gedung/ruang Perpustakaan
Gedung/ruang Perhotelan
Gedung/ruang Lembaga
Gedung/ruang Rumah sakit
Gedung/ruang Museum
Gedung/ruang Penjara
DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA
sesuai dengan Lampiran I Kepmenaker No 186 tahun 1999

Klasifikasi Jenis Tempat Kerja

Bahaya Kebakaran Sedang I Tempat Parkir


Pabrik Elektronika
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan Pabrik roti
kemudahan terbakar sedang, menimbun Pabrik barang gelas
bahan dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter Pabrik minuman
dan apabila terjadi kebakaran melepaskan Pabrik permata
panas sedang Pabrik Pengalengan
Binatu
Pabrik susu
DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA
sesuai dengan Lampiran I Kepmenaker No 186 tahun 1999

Klasifikasi Jenis Tempat Kerja


Bahaya Kebakaran Sedang II Penggilingan padi
Pabrik bahan makanan
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan Percetaqkan dan penerbitan
kemudahan terbakara sedang, menimbun Bengkel mesin
bahan dengan tinggi lebih dari 4 meter dan Gudang pendinginan
apbila terjadi kebakaran melepaskan panas Perakitan kayu
sedang sehingga menjalarnya api sedang Gudang perpustakaan
Pabrik barang keramik
Pabrik tembakau
Pengolahan logam
Penyulingan
Pabrik barang kelontong
Pabrik barang kulit
Pabrik tekstil
Perakitan kendaraan bermotor
Pabrik kimia (kimia dengan kemudahan
terbakar sedang)
DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA
sesuai dengan Lampiran I Kepmenaker No 186 tahun 1999

Klasifikasi Jenis Tempat Kerja


Bahaya kebakaran Sedang III Ruang pameran
Pabrik permadani
Tempat kerja yang Pabrik makanan
mempuyai jumlah dan Pabrik sikat
kemudahan terbakar tinggi,  Pabrik Ban
dan apabia terjadi kebakaran Pabrik Karung
melepaskan panas tinggi,  Bengkel mobil
sehingga menjalarnya api  Pabrik sabun
cepat  Pabrik tembakau
Pabrik lilin
 Studio dan pemancar
 Pabrik barang plastik
 Pergudangan
 Pabrik pesawat terbang
 Pertokoan dengan pramuniaga lebih dari 50 orang
Penggergajian dan pengolahan kayu • Pabrik makanan kering
dari bahan tepung
 Pabrik minyak nabati • Pabrik tepung terigu
 Pabrik pakaian
DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA
sesuai dengan Lampiran I Kepmenaker No 186 tahun 1999

Klasifikasi Jenis Tempat Kerja

Bahaya kebakaran Berat Pabrik kimia dengan kemudahan terbakar tinggi


Pabrik kembang api
Tempat kerja yang Pabrik korek api
mempunyai jumlah dan Pabrik cat
kemudahan terbakar tinggi, Pabrik bahan peledak
menyimpan bahan cair Penggergajian kayu dan penyelesaannya menggunakan bahan
mudah terbakar
Studo film dan televisi
Pabrik karet buatan
Hanggar pesawat terbang
Penyulingan minyak bumi
Pabrik karet busa dan plastik busa
Pasal 5
Unit penanggulangan kebakaran terdiri dari:

a) Petugas peran kebakaran(Tingkat


D)
b) Regu penanggulangan
kebakaran(Tingkat C)
c) Koordinator unit penanggulangan
kebakaran(Tingkat B)
d) Ahli K3 spesialis penanggulangan
kebakaran sebagai penanggung
jawab teknis(Tingkat A)
Pasal 6
Kepmenaker No 186 Tahun 1999

1. Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam


pasal 5 huruf a, sekurangkurangnya 2 (dua) orang
untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua puluh lima)
orang.
2. Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 huruf b dan huruf d, ditetapkan untuk tempat
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan
sedang I yang mempekerjakan tenga kerja 300 (tiga
ratus) orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja
tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III
dan berat.
Pasal 6 (lanjutan)
Kepmenaker No 186 Tahun 1999

3. Koordinator unit penanggulangan kebakaran


sebagaimana dimaksud pasal 5 huruf c, ditetapkan
sebagai berikut :
a. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya
kebakaran ringan dan sedang I, sekurang-
kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah
tenaga kerja 100 (seratus) orang.
b. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya
kebakaran sedang II dan sedang III dan berat,
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap
unit kerja.
Pasal 7
TUGAS DAN SYARAT UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Kepmenaker No 186 Tahun 1999

1. Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam


pasal 5 huruf a mempunyai tugas:
a. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya
faktor yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran;
b. Memadamkan kebakaran pada tahap awal;
c. Mengarahkan evakuasi orang dan barang;
d. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait;
e. Mengamankan lokasi kebakaran.

2. Untuk dapat ditunjuk menjadi petugas peran


kebakaran harus memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. pendidikan minimal SLTP
c. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan
kebakaran tingkat dasar I.
Pasal 8
TUGAS DAN SYARAT UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Kepmenaker No 186 Tahun 1999
1. Regu penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b
mempunyai tugas :
a. mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran;
b. melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran;
c. memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap
awal;
d. membantu menyusun buku rencana tanggap darurat kebakaran;
e. memadamkan kebakaran;
f. mengarahkan evakuasi orang dan barang;
g. mengadakan koordinasi dengan instasi terkait;
h. memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan;
i. mengamankan lokasi tempat kerja;
j. melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran.

2. Untuk dapat ditunjuk menjadi Regu penanggulangan kebakaran harus memenuhi


syarat:
a. Sehat jasmani dan rohani;
b. Usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun;
c. Pendidikan minimal SLTA
d. Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar
II.
Pasal 9
TUGAS DAN SYARAT UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Kepmenaker No 186 Tahun 1999

1. Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana


dimaksud dalam pasal 5 huruf c mempunyai tugas:
a. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan
dari instansi yang berwenang;
b. Menyusun progarm kerja dan kegiatan tentang cara
penanggulangan kebakaran;
c. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan
kebakaran kepada pengurus.

2. Untuk dapat ditunjuk menjadi Koordinator unit penanggulangan


kebakaran harus memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. pendidikan minimal SLTA
c. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa
kerja minimal 5 tahun;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran
tingkat dasar I, tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3
Pratama.
Pasal 10
TUGAS DAN SYARAT UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Kepmenaker No 186 Tahun 1999

1. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebgaimana dimaksud dalam


pasal 5 huruf d mempunyai tugas:
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang
penangggulangan kebakaran
b. memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau
instansi yang dapat berhubungan dengan jabatannya;
d. memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari
instansi yang berwenang;
e. menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan kebakaran;
f. melakukan koordianasi dengan instansi yang terkait.

2. Syarat-syarat ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran adalah:


a. Sehat jasmani dan rohani;
b. Pendidikan minimal D3 teknik;
c. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja
minimal 5 tahun;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat
dasar I, tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama dan tingkat
Ahli Madya
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
INSTRUKSI MENTERI TENAGA KERJA NO. INS.11/M/BW/1997:

Proteksi kebakaran pasif adalah suatu teknik desain


tempat kerja untuk membatasi atau menghambat penyebaran
api, panas dan gas baik secara vertikal maupun
horizontal dengan mengatur jarak antara bangunan,
memasang dinding pembatas yang tahan api, menutup
setiap bukaan dengan media yang tahan api atau dengan
mekanisme tertentu

Proteksi kebakaran aktif adalah penerapan suatu desain


sistem atau instalasi deteksi, alarm dan pemadan
kebakaran pada suatu bagunan tempat kerja yang sesuai
dan handal sehingga pada bangunan tempat kerja tersebut
mandiri dalam hal sarana untuk menghadapi bahaya
kebakaran
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
INSTRUKSI MENTERI TENAGA KERJA NO. INS.11/M/BW/1997

 MEANS OF ESCAPE (JALUR EVAKUASI)


 KOMPARTEMEN

PASIF 
SMOKE CONTROL (PENGENDALI ASAP)
FIRE DAMPER (BAHAN TAHAN API)
 FIRE RETARDANT (PELAPISAN BAHAN TAHAN API)

 DETEKSI /DETEKTOR(panas, asap, nyala)


 ALARM (AUDIBEL, VISIBEL)
AKTIF

 APAR
 SPRINKLER
 HYDRAN
ALAT PEMADAM API RINGAN
Portable Fire Extinguisher
Permenaker No 04 Tahun 1980
ALAT PEMADAM API RINGAN
Permenaker No 04 Tahun 1980

• DAPAT DIOPERASIKAN SATU ORANG


• UNTUK PEMADAMAN MULA KEBAKARAN
• SEBATAS VOLUME API KECIL

HARUS SIAP PAKAI PADA WAKTUNYA


• MUDAH DILIHAT DAN MUDAH DIAMBIL
• KONDISI BAIK
• SETIAP ORANG DAPAT MENGOPERASIKAN
DENGAN BENAR, TIDAK MEMBAHAYAKAN
DIRINYA.
JENIS MEDIA PEMADAM

JENIS BASAH JENIS KERING


- AIR - DRY POWDER
- BUSA - CO2
FOAM

POWDER
WATER

CO2
Tipe konstruksi

STORAGE

CO2
PRESSURE
( N2 )
CARTRIDGE
Permenanker 04/1980
TANDA PEMASANGAN

20 cm

Max 125 cm

Max 120cm

Min 15cm

Jarak antar APAR max 15 meter


1. Pemadam jenis Air  bahan utama yg
digunakan adalah air

2. APAR Jenis Busa  Bahan yg digunakan :


• Tepung tunggal (single powder)
Tepung ini bila dicampur air  busa
• Tepung dual (dual powder)
Terdiri dari tepung aluminium sulfat &
natrium
karbonat  busa
3. APAR Jenis Tepung Kering
• Utk memadamkan kebakaran bahan cair, gas & listrik (klas B & C),
(terdiri dari sodium bikarbonat/NaHCO3, Potasium bikarbonat /
KHCO3, potasium karbonat, Potasium Khlorida
• Utk memadamkan kebakaran Klas A, B & C digunakan :
- Amonium phospat
- Kalium sulfat
4. APAR jenis Halon  Bahannya terdiri dari ikatan
metan & halogen (Yodium fluor, Chlor & Brom)

5. APAR jenis CO2


Digunakan utk memadamkan listrik bertegangan
 lebih mahal tetapi lebih bersih
Bagian – bagian dari APAR
Kelebihan dari APAR
 Mudah dibawa
 Bisa dioperasikan oleh perorangan
 Bisa mendekat ke sumber api
 Cepat dan sederhana penggunaanya
Kekurangan dari APAR
 Kapasitas terbatas
 Jangkauanya terbatas
 Hanya untuk pemadaman api ringan / kecil
 Harga cukup mahal
PRINSIP PENGGUNAAN APAR
(TIDAK MELAWAN ANGIN)

APAR PRINSIP PENGGUNAAN

Dry Chemical • Disemburkan mulai dari tepi api terdekat


• Dikibaskan kekiri & kekanan

Air Bertekanan Disemprotkan ke dinding bagian dalam dari tempat


kebakaran

Busa (Foam) • Semprotkan de dinding bagian dalam dari tempat


kebakaran
• Penutupan permukaan yg terbakar dgn busa harus
sempurna

Halon Semprotkan ke sumber api dgn diratakan diseluruh


permukaan yg terbakar

Disemprotkan ke sumber api dgn menggerakkan corong


CO2
ke seluruh permukaan bahan yg terbakar
KEGAGALAN APAR

WATER
HALON
POWDER
2

FOAM
Jenis tidak sesuai

Ukuran tidak sesuai Tidak bertekanan


- bocor
Macet/tidak berfungsi
Menggumpal
Salah penempatan - tunda refill
• belum ditunjuk
Petugas
• tidak trampil
Penempatan APAR

1. Di tempatkan pada posisi yg mudah dilihat dgn jelas

2. Mudah dicapai & dilihat

3. Dilengkapi dengan tanda pemasangan

4. Cocok / sesuai dengan golongan kebakarannya


CARA PENEMPATAN APAR

1. Dipasang menggantung pada dinding dgn penguat/ ditempatkan pada box yg tidak
terkunci

2. Bila box dikunci maka bagian depan box diberi kaca yg mudah dipecahkan bila akan
digunakan

3. Tebal kaca box tsb max. 2 mm, agar mudah dipecahkan

4. Tinggi penempatan APAR 1,2 m dari dasar lantai. Untuk jenis gas & dry chemical tidak

kurang dari 15 cm dari permukaan lantai.

5. Tidak boleh menyimpan di ruangan maks 49⁰C dan dibawah – 44⁰C

6. Jarak antar APAR 15 meter


Jenis Media Pemadam Kebakaran dan
Aplikasinya
Jenis media pemadam kebakaran
Klasifikasi Jenis Kebakaran Tipe Basah Tipe Kering
Air Busa Powder CO2
Kelas A Bahan padat VVV V VV VVV*
Bahan berharga/ penting XX XX VVV
VV**
Kelas B Bahan Cair XXX VVV VV V
Bahan Gas X X VV V
Kelas C Panel Listrik XXX XXX VV** VVV

Kelas D Kalium, Litium, Magnesium XXX XXX khusus XXX

VVV : Sangat Efektif X : Tidak Tepat


VV : Dapat digunakan XX : Merusak
V : Kurang tepat / tidak dianjurkan XXX : Berbahaya

* : Tidak Efisien ** : Kotor / Korosif


KEGAGALAN APAR

WATER

POWDER
HALON
Jenis media tidak sesuai

FOAM
Klasifikasi api/kebakaran

Setiap jenis media pemadam masing-masing memiliki


keunggulan dan kekurangan, bahkan dapat membahayakan
bagi petugas atau justru memperbesar api
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai