Anda di halaman 1dari 12

“ Analisis Metode Humor Dalam meningkatkan pemahaman mufrodat siswa kelas XI IPA 3

MA Sukodono Sidoarjo ”

A. Latar Belakang
Mengajar bahasa Arab adalah ilmu utama di dunia Islam. Apakah sifat formal dan informal
memahami isi Alquran, Hadis dan beasiswa Islam ditemukan dalam buku-buku yang
membahas Islam dan ilmu-ilmu lain yang ditulis dalam bahasa Arab, yang merupakan
pedoman bagi umat Islam lebih dari lembaga pendidikan bersaing untuk menunjukkan
kemampuan siswa mereka dalam bahasa Arab terutama untuk Institut Islam. Bahasa adalah
bagian dari struktur sosial masyarakat. Diskusi ini adalah elemen yang sangat penting, karena
ada hubungan antara struktur sosial dan perbedaan bahasa, sehingga akan mudah bagi guru
dan siswa untuk mengevaluasi keberhasilan pembelajaran. Memperoleh perubahan sosial
akan membantu hubungan antara pekerja belajar bahasa.

. Bahasa Arab memiliki kekayaan gramatikal, untuk dapat memahami dan menguasai bahasa
Arab, "menuju" dan "pertukaran" adalah dua hal yang harus dikendalikan oleh orang yang
belajar bahasa Arab. Ini tentang bapak yang belajar bahasa Arab sendiri, bapak ilmu Arab,
sedangkan bapak ilmu adalah bahasa Arab, oleh karena itu, studi kedua ilmu ini adalah
tentang pertukaran dan merupakan bagian integral dari belajar bahasa Arab. Mempelajari
bahasa asing tidaklah mudah. Privat dan terutama bahasa Arab, belajar tentang satu cabang
ilmu yang harus diprioritaskan dalam pembelajaran bahasa harus mengerti tata bahasa pelajar
bahasa Arab mulai memasuki pembelajaran bahasa ada diskusi tentang apa yang harus
diajarkan oleh orang-orang yang belajar bahasa Arab. Mani adalah nama meja yang telah
disuntik dengan surat-surat banding, surat panggilannya adalah: a, a, a, a, a, a, aa, ayolah, ya.
Surat banding yang sering digunakan adalah "O".

Ada lima jenis, ada:


1. Nama dunia tunggal (tidak ditambahkan dan semi-ditambahkan)
2. Peringatan yang disengaja
3. Peringatan yang tidak diinginkan
4. Mnadi menambahkan
5. Semi-aditif
Dalam belajar bahasa Arab, ada pelajaran yang membahas hal-hal berbeda yang termasuk
daya tarik (banding) yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti jenis dan manfaat
klub (hentikan panggilan yang dikombinasikan dengan humor) sehingga pembelajaran dapat
membuat kesenangan dalam hal ini humor menurut Ensiklopedia Indonesia (1982),
sebagaimana dinyatakan (Setiawan 1990): Humor adalah kualitas yang disukai untuk hiburan
atau humor, Karena kombinasi yang konyol atau lucu dari humor tersembunyi pada manusia
dan kesadaran hidup yang simpati terhadap empati. Teori humor dibagi menjadi tiga
kelompok.

1. Plato, Cicero, Aristoteles, dan Francis Bacon (dalam Gauter, 1988) mengatakan bahwa
orang-orang menertawakan cara mereka tertawa. Ketika ada sesuatu yang konyol dan tidak
biasa. Tidak masuk akal untuk menafsirkan sesuatu yang melanggar peraturan atau lelucon
yang sangat buruk yang menyebabkan kesombongan, juga mengandung banyak kebencian.
Lelucon selalu muncul dari kesalahan menggoda dan marah

2. Teori disfungsi, keputusasaan, dan hubungan. Dalam teori episkopalnya, Arthur Koestler
(Setiawan, 1990) mengatakan bahwa apa yang ada di balik semua bentuk humor adalah
disintegrasi, yaitu penyajian dua situasi atau peristiwa yang tidak mungkin terjadi sekali.
Konteks ini menciptakan asosiasi yang berbeda

3. Teori tentang pelepasan ketegangan atau kebebasan dari stres. Humor dapat muncul dari
penipuan dan penipuan. Itu bisa muncul dalam bentuk simpati dan pengertian, itu bisa
menjadi simbol untuk melepaskan ketegangan dan tekanan, itu bisa dimasukkan sebagai
ekspresi elit atau, juga bisa seserius ejaan dan murah seperti humor jalanan. Humor tidak
mengganggu kebenaran.

Lebih dari lembaga pendidikan satu sama lain untuk menunjukkan efisiensi siswanya dalam
bahasa Arab, terutama lembaga pendidikan yang berbasis pada Islamic Institute, istilah
Institute berasal dari kata hotel, dalam bahasa Arab berarti rumah asrama / hotel. Namun,
gubuk-gubuk di Indonesia, khususnya di pulau Joi, sangat mirip dengan yang ada di dalam
pertapaan, yang merupakan perumahan sederhana yang telah dicat di kamar-kamar. Kamar-
kamar asrama di Santri, Abderrahmane (1982: 07). Islam Sementara Bizantium dapat dilihat
menurut (Nurcholis1977) dari dua pandangan termasuk: Pertama, pandangan bahwa Santri
berasal dari kata sastri, kata dari bahasa sansakerta yang berarti literasi, menurutnya,
pandangan yang didasarkan pada bahasa Santri adalah kelas sastra Untuk orang-orang Jawi
yang mencoba belajar agama melalui buku-buku yang membaca dan berbicara bahasa Arab.
Di sisi lain, ini berarti orang yang tahu Alkitab agama Hindu, atau ahli dalam buku-buku
Hindu. Atau umumnya buku tentang sains. Kedua pendapat yang mengatakan Santri
sebenarnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata Cantrik, berarti bahwa orang itu selalu
mengikuti guru ke mana guru pergi dan menetap.

Lembaga pendidikan agama, terutama sekolah agama / pesantren, telah melayani masyarakat
dengan setia sejak sebelum kemerdekaan. Sekolah agama ini dilahirkan oleh masyarakat dan
dikelola oleh masyarakat sehingga keberadaannya memiliki fondasi dan akar yang sangat
kuat dalam masyarakat Indonesia. Sekolah agama telah memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap partisipasinya dalam menjaga kelanjutan pendidikan agama, yang telah
dirasakan oleh masyarakat baru-baru ini, dan semakin memburuk dengan tanda-tanda krisis
moral yang panjang di negara ini. Sejauh ini, fakta dalam pengajaran bahasa Arab sangat sulit
jika tidak didukung oleh metode atau media inovatif yang dapat membuat siswa bersemangat
untuk belajar bahasa Arab dan tidak ada lagi asumsi bahwa belajar bahasa Arab itu sulit dan
jenuh. Masalah di atas adalah bahwa banyak guru dan siswa yang belajar bahasa Arab
menggunakan metode pengajaran yang tidak tepat dan kurangnya inovasi dalam pengajaran
bahasa.Tampaknya menakutkan dan sangat konservatif, yang telah membuat banyak siswa
frustrasi dalam belajar, dan harus ditolak menggunakan pembelajaran inovatif dan belajar
bahasa Arab Tampaknya mudah dan bahagia disertai dengan tawa, dalam hal ini penulis ingin
mengenali pembelajaran komik berdasarkan pada kata-kata yang kita fokuskan pada nama-
nama Manda,

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana Efektivitas penggunaan Metode Humor dalam meningkatkan
pemahaman mufrodat siswa kelas XI IPA 3 MA Sukodono Sidoarjo ?
2. Bagaimankah pengaruh penggunaan Metode Humor Dalam meningkatkan
pemahaman mufrodat siswa kelas XI IPA 3 MA Sukodono Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan Metode Humor dalam meningkatkan
pemahaman mufrodat siswa kelas XI IPA 3 MA Sukodono Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Metode Humor dalam meningkatkan
pemahaman mufrodat yang sudah diajarkan pada siswa kelas XI IPA 3 MA Sukodono
Sidoarjo.
D. Manfaat penelitan

1. Bagi Sekolah : Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menunjang pemahaman siswa
dalam tingkat kejenuhan didalam pembelajaran bahasa arab.
2. Bagi Guru : Agar menjadi acuan dan bahan pertimbangan terhadap guru lain
untuk lebih meningkatkan sebuah metode terhadap sebuah pemahaman
siswa agar lebih baik dan efisien.
3. Bagi Peneliti : Untuk menambah wawasan peneliti dalam berbagai hal terkait metode
pembelajaran yang tidak selalu monoton ceramah. Dan dijadikan acuan
peneliti sebagai pendidik nantinya.

E. Batasan Penelitian
Permasalahan yang diteliti dibatasi dua faktor saja yaitu metode humor dan penerapan
didalam pemahaman seorang siswa didalam mufrodat yang sudah diajarkan di kelas XI IPA 3
MA Sukodono Sidoarjo.

BAB II
ISI
1. PENGERTIAN METODE

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Mahmud Yunus (1942) :


‫الطريقة أهّم من المادة‬
" Metode lebih penting dari materi”.
Ungkapan diatas merupakan suatu pernyataan yang patut direnungkan karena pada
masa lalu ada semacam anggapan yang cukup menyesatkan bahwa penguasaan materi ilmu
merupakan suatu jaminan kemampuan bagi seseorang untuk mengajarkan ilmu tersebut
kepada siapapun juga. Namun, kenyataannya menunjukkan bahwa seseorang yang cukup
pintar dan menguasai suatu ilmu tertentu ternyata selalu menemukan semacam batu
sandungan dalam mengajarkan ilmunyatersebut secara efektif. 1 Artinya kemahiran seseorang
dalam suatu materi tidak menjamin kemahirannya dalam mengajarkan materi lain tersebut
kepada orang lain.
Banyak kita temukan di beberapa literatur apa definisi dari sebuah metode dengan
versi yang berbeda-beda tetapi substansi dari intinya sama, antara lain menurut Edward
Antony (1963) memberikan definisi dari metode yaitu, rencana menyeluruh penyajian ilmu
secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. 2 Dalam bahasa yunani metode

1
Prof. Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan metode pengajaraannya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2004) hal.66
2
Ahmad Fuad Efendi, metodologi pengajaran Bahasa Arab, (Malang : Misykat, 2005), Hal. 6
berasal dari kata methodos yang artinya cara atau jalan. 3 Dalam bahasa Inggris kata yang
mengandung arti : a way of doing anything... regularu and orderlines in action.
Definisi lain dari metode yaitu rencana menyeluruh berkenaan dengan penyajian
materi secara teratur, dan tidak saling bertentangan dengan bagian yang lain dan
kesemuannya berdasarkan atas pendekatan yang telah ditentukan. 4 Dan terdapat definisi lain
dari metode yaitu,alat untuk mencapai tujuan pengajaran.5 Dalam filosofis pendidikan,
metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.6
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah jalan atau cara
yang harus dimiliki dan dipergunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan
pendidikan dan pengajaran kepada siswa agar tujuan pendidikan bisa tercapai. Oleh karena
itu metode pembelajran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar
siswa dan membuat siswa senang terhadap pembelajaran tersebut7.

2. Pengertian Humor
Cooper dan Sawat (1999) menyatakan bahwa humor seorang guru mendorong anak-
anak untuk selalu ceria dan gembira serta tidak akan lekas merasa bosan atau lelah.
Perlunya seorang guru memiliki sifat penggembira juga dikemukakan oleh Lighart (1951),
beliau menyatakan: “seorang guru hendaklah memiliki sifat suka tertawa dan suka memberi
kesempatan tertawa kepada murid-muridnya. Artinya, suka tertawa merupakan sifat guru
yang sangat diharapkan. Bahkan, guru diharapkan dapat menciptakan suasana riang di dalam
kelas, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk tertawa secara bersama-
sama pada saat yang tepat. Larousse (1979) menyatakan bahwa humor adalah suasana hati
yang bersifat sementara. Dikatakan sementara karena kedadaan yang timbul akibat humor
hanya berlangsung ketika humor itu terjadi. Setelah itu suasana hati akan kembali normal. 8
Humor dapat dikatakan sebagai segala bentuk rangsangan yang cenderung secara
spontan memancing tawa ataupun senyum. Rangsangan- rangsangan itu dapat berupa ide-ide
lucu atau masalah- masalah yang benar-benar lucu. Maupun bentuk- bentuk lucu yang
sengaja dikreasikan sedemikian rupa oleh penuturnya sehingga menimbulkan kelucuan. 9

3
Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, Cet-1 1996), H. 35
4
Dra.Hj. Radliyah Zaenuddin, M.ag, Metodologi & Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab
(yogyakarta : Pustaka Rihkah Group, 2005), H. 31.
5
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : rineka Cipta,
2006)H. 75.
6
H. Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Cet. Ke-4. Hal. 155
7
Dr. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung : Sinar Baru Algensindo,2005),
hlm. 76.
8
Larousse, P. Terjemahan Petit Larousse ilustre, 1979, (paris : Librairie) hal. 523

9
Nandita, P. (2004) “ hubungan Iklan Tv Menggunakan Pendekatan Humor dengan kesadaran
Konsumen Terhadap Merek (Brand Awareness) “ Skripsi Fakultas ilmu Komunikasi Universitas Islam
Bentuk-bentuk serta terciptanya suatu humor dapat berupa kata-kata yang dilontarkan secara
lucu dan ide-ide yang menggambarkan suatu keadaan atau seseorang yang tidak cocok, aneh,
maupun menyimpang dari biasannya. Kelucuan sebuah humor dapat disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya kelakuan para pelaku kejadian yang umum akan tetapi dipelesetkan,
kritik terhadap keadaan, kebodohan, salah pengertian, benturan antar budaya, dan hal lain-
lain.
Dalam praktikkanya antara humor dan lelucon memiliki sedikit perbedaan terutama
apabila dilihat dari objek sasarannya. Dananjaya (1999) mengatakan bahwa lelucon adalah
sesuatu yang dapat menggelitik sesorang untuk tertawa dengan menjadikan orang lain
sebagai sasarannya. Sedangkan humor adalah sesuatu yang dapat menggelitik orang lain
untuk tertawa dengan menjadi dirinya sendiriatau kelompok si pembawa cerita yang menjadi
sasarannya.Seseorang yang mengedepankan lelucon disebut pelawak atau mungkin badut,
Sedangkan seseorang yang selalu mengeluarkan atau menyelingi pembicaraannya dengan
sisipan humor disebut Humoris.10
Istilah humor sendiri merupakan kata-kata yang memiliki banyak makna. Akar
kata “umor” mengandung arti cairan. Pada Abad Pertengahan, humor menunjuk kepada
suatu energi yang berpikir untuk berhubungan dengan suatu cairan tubuh dan keadaan
emosional. Energi ini telah dipercaya untuk menentukan kesehatan dan karakter.12
Menurut Freud, tujuan dari humor itu adalah untuk memberikan kesenangan,
memunculkan hal yang sebelumnya tersembunyi atau tidak diakui.13 Menurut Eysenck
dan Munandar humor adalah sesuatu yang dapat membuat tertawa, humor dapat
dirumuskan sebagai perangsangan (stimulus) yang memancing reflekstawa
Gelak tawa merupakan bahasa dari emosi manusia yang dibagi. Setiap orang tertawa
dalam bahasa yang sama. Gelak tawa bisa menciptakan jembatan lintas usia, lintas gender,
lintas budaya . kebutuhan manusia akan suasana senang dan gembira memang sudah ada
semenjak dilahirkan didunia. Tangisan seorang bayi adalah sebuah fenomena naluri bawaan
manusia, bahwa sejak lahir butuh dihibur dan disenangkan. Bayangkan seorang bayi dalam
tempat tidurnya dengan banyak sekali mainan yang digantung diatas tempat tidurnya dan
tergeletak disamping sang bayi. Menegaskan sejak kecil sudah butuh akan hiburan.hingga
beranjak dewasa kebutuhan akan penyegar fikiran semakin semakin besar. Seiring dengan
padatnya rutinitas dan aktivitas keseharian yang melelahkan, salah satunya dengan humor.

Bandung.
10
Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta : Bumi Aksara , 2012) hal.68
Untuk itulah salah satu fungsi humor dibuat yang mana berguna untuk melonggarkan sistem
saraf.11
Tertawa adalah obat terbaik kata Reader’s Digest. 12 Karena itu, dalam mengahadapi
tekanan problematika hidup setiap bangsa mengembangkan humor yang relevan dengan
zaman.kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kehidupan Humor. Humor membuat
kehidupan ini ceria. Manusia hidup dengan naluri kuat untuk mencari kegembiraan dan
hiburan.13 Bahkan humor dapat digunakan untuk menyajikan suatu masalah yang susah dan
dianggap formal menjadi suatu bentuk penyajian yang ringan dan informal.14

Wacana munada dengan humor

Interkasi dan komunikasi menyenangkan antara pendidik dan peserta didik

merupakan faktor terpenting dalam menerapkan pembelajaran bahasa yang menyenangkan.

Apapun usaha yang dilakukan untuk menciptkan lingkungan fisik dan membangun

suasana senyaman mungkin, akan jadi sia-sia belaka, jika interaksi dan komunikasi

antara guru dan peserta didikn tidak menyenangkan. oleh karena itu, strategi

pembelajaran menyenangkan sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam

menciptkan interaksi dan komunikasi yang bermutu terutama dalam pembelajaran bahasa

Salah satu bentuk interaksi dan komunikasi menyenangkan yang sedang

berkembang dalam pembelajaran saat ini adalah menggunakan sisipan humor, humor

memberikan dampak sangat baik terhadap peningkatan kualitas interaksi dan

komunikasi bila digunakan secara tepat, humor bahkan dapat membantu peserta didik

dalam meningkatkan daya ingat, mengurangi stres, dan mempermudah pemahaman

dalam bidang-bidang tertentu dan yang akan peneliti aplikasikan dengan pembelajaran bahasa pada
materi munada . Humor telah terbukti dalam beberapa penelitian

meningkatkan daya afirmatife peserta didik dalam pembelajaran.

Bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi, bahasa juga memiliki fungsi lain

seperti hiburan. Bahasa sebagai hiburan ini dapat berbentuk narasi, puisi,

nyanyian, dan wacana-wacana yang bersifat humor. Wacana-wacana yang bersifat

11
Ibid, hal 97
12
Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis cetakan ke-4 (bandung : Remaja
Rosdakarya, 1998), hal. 122.
13
Priyo Nendarto, Filsafat Humor, (Jakarta : Karya Megah, 1990) hal.76
14
Toto Asmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, Cetakan-1 , 1997) hal.127.
humor ini dapat juga dalam dialog-dialog singkat, tanya jawab, tebak-tebakan,

grafiti, dan lain-lain.

Humor adalah suatu rangsangan yang dibangkitkan oleh ujaran yang bisa didengar

atau gerak-gerik yang bisa dilihat yang secara sengaja diujarkan (dalam bentuk

bahasa lisan atau tertulis), atau gerak gerik yang dilakukan untuk membuat orang

menjadi tersenyum atau tertawa bila membacanya, mendengarnya, atau

melihatnya (Chaer, 2011: viii-ix15).

Raskin dalam Wijana (2011: 139) berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar

antara wacana biasa dan wacana humor. Wacana biasa terbentuk dari proses

komunikasi yang bonafid (bonafide process of communication), sedangkan

wacana humor terbentuk dari proses komunikasi yang sebaliknya, yakni proses

komunikasi yang tidak bonafid (non-bonafide process of communication).

Sehubungan dengan itulah wacana humor seringkali menyimpang dari aturan

aturan berkomunikasi yang digariskan oleh prinsip-prinsip pragmatik, baik yang

bersifat tekstual maupun interpersonal.

Wacana humor merupakan wacana yang berisi segala bentuk rangsangan yang

berpotensi memancing respon tersenyum atau tertawa penikmatnya, mengandung

banyak implikatur percakapan sebagai akibat penyimpangan-penyimpangan

prinsip-prinsip kerjasama dan prinsip-prinsip kesantunan, meskipun para

pelakunya tidak menyadarinya (Brewer dan Lichtenstein dalam Surastina, 2010:

Berdasarkan pendapat mengenai wacana humor tersebut, maka dapat diasumsikan

bahwa wacana humor identik dengan penyimpangan-penyimpangan seperti

penyimpangan prinsip kerjasama dan kesantunan. Hal itu dilakukan demi

tercapainya tujuan dari wacana humor itu sendiri, yaitu menimbulkan tawa bagi

para penikmatnya.

Humor sebenarnya dapat memberikan jauh lebih banyak manfaat daripada sekadar

hiburan saja16. Menurut Suhadi (1992: 13) humor dapat memberikan suatu

wawasan yang arif, misalnya dalam ungkapan berbentuk kata-kata mutiara,


15
Chaer, Abdul. 2011. Cekakak-cekikik Jakarta. Jakarta: Rineka Cipta.,hal viii-viii
16
Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta:
Yuma Pustaka.hal 139
menyindir suatu kritik sosial berlapis tawa17. Pendapat mengenai fungsi humor juga

diungkapkan oleh Danandjaja dalam Suhadi (1992: 37) fungsi yang paling

menonjol, yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri seseorang.

Perasaan itu bisa disebabkan oleh macam-macam hal seperti ketidakadilan sosial,

persaingan politik, ekonomi, suku bangsa, atau golongan, dan kekangan dalam

kebebasan gerak, seks, atau kebebasan mengeluarkan pendapat18. Skripsitanpa bab

Ciri-Ciri S Pembelajaran dengan Humor

1) Terciptanya lingkungan yang rileks, tidak tegang, aman, menarik, serta tidak membuat siswa ragu
untuk mencoba. 2) Munculnya situasi belajar emosional yang positif ketika berlangsung proses
pembelajaran. 3) Timbulnya situasi belajar yang menantang bagi siswa untuk mengeksplorasi materi
pelajaran. 4) Tidak membuat siswa dianggap sepele oleh guru. 5) Siswa tidak takut untuk
ditertawakan dan tidak takut menerima hukuman. 6) Siswa berani bertanya. 7) Siswa berani
mempertanyakan gagasan orang lain. 8) Siswa berani berbeda pendapat

Dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran

menyenangkan dengan humor adalah sebuah cara yang dipakai guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran dengan menggunakan humor agar tercipta suasana

yang menyenangkan sehingga akan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Konteks humor

Membahas mengenai wacana tidak akan terlepas dari konteks, terlebih jika itu

wacana humor yang memang sangat membutuhkan peran konteks untuk

membangun sebuah humordalam impilakur bahasa . Bahasa membutuhkan konteks tertentu dalam

pemakaiannya, demikian juga sebaliknya konteks baru memiliki makna jika

terdapat tindak berbahasa di dalamnya. Bahasa bukan hanya memiliki fungsi

dalam situasi interaksi yang dibuat, tetapi bahasa juga membentuk dan

menciptakan situasi tertentu dalam interaksi yang sedang terjadi

Ada begitu banyak pakar linguistik yang mengungkapkan pendapatnya mengenai

konteks, seperti Kridalaksana (2008: 134) menjelaskan bahwa konteks merupakan

(1) aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait-mengait dengan ujaran

tertentu (2) pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar

sehinga pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara19

Menurut Rahardi (2006: 100) di dalam linguistik, konteks wacana atau teks dapat
17
Suhadi, Agus. 1992. Humor Itu Serius. Jakarta: Grafikatama Jaya.hal 13
18
Suhadi, Agus. 1992. Humor Itu Serius. Jakarta: Grafikatama Jaya.hal 37
19
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.134
dibedakan sedikitnya menjadi tiga.

1. Konteks tuturan (context of utterance), yakni segala situasi dan kondisi

lingkungan yang muncul bersama-sama dengan hadirnya tuturan. Konteks

dapat berupa media atau saluran yang digunakan, waktu dan lokasi

terjadinya tuturan, pemeran atau pelibat pertuturan, maksud dan tujuan

pertuturan, dan lain-lain. Jadi, sesungguhnya konteks tuturan itu merujuk

pada segala macam aspek yang memungkinkan sebuah pertuturan terjadi

dan dapat dilaksanakan.

2. Konteks referensi (context of refence), yakni konteks yang menunjuk pada

lingkungan atau bidang, tempat sebuah pertuturan terjadi atau

dilaksanakan. Ambilah kata „bunyi‟ dalam konteks linguistik yang tentu saja berkonotasi makna
berbeda dengan „bunyi‟ pada konteks fisika dan

bidang musik.

3. Konteks sosial dan konteks kultural (social-cultural context), yakni segala

aspek yang menunjuk pada keseluruhan jaringan konvensi dan institusi

sosial-budaya yang ada dalam sebuah masyarakat dalam kurun tertentu.

Kata atau slogan seperti „ganyang kolonialisme‟ sepertinya hanya muncul

dalam konteks waktu ketika masyarakat bangsa kita ini masih berada di

bawah cengkeraman penjajah, dan terbukti tidak banyak muncul lagi pada

saat-saat seperti sekarang ini. 20

Hymes dalam Rusminto (2012: 59) menyatakan bahwa unsur-unsur konteks

mencakup berbagai komponen yang disebutkan dengan akronim SPEAKING.

(1) S (Setting) meliputi waktu, tempat, atau kondisi fisik lain yang berbeda di

sekitar tempat terjadinya peristiwa tutur. Tempat, waktu, dan suasana pada

suatu peristiwa tutur mempunyai peranan dalam pertuturan dan dapat

menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.

(2) P (Participants) meliputi penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam

peristiwa tutur. Penutur dan mitra tutur dapat menentukan cara pemakaian

bahasa, ini berkaitan dengan adanya hubungan antara keduanya. Penutur

20
Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi-dimensi Kebahasaan Aneka Masalah Bahasa Indonesia Terkini. Jakarta:
Erlangga.hal 100
akan memiliki cara sendiri ketika berbicara bergantung dengan siapa ia

bertutur.

(3) E (Ends) tujuan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam peristiwa

tutur yang sedang terjadi. Penutur ketika bertutur pasti memiliki informasi

atau maksud dalam tuturannya.

(4) A (Act sequences) bentuk dan isi pesan yang ingin disampaikan. Bentuk isi

pesan ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana

penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik

pembicaraan.

(5) K (Keys) cara berkenaan dengan sesuatu yang harus dikatakan oleh

penutur (serius, kasar, atau main-main). Nada dan cara dalam bertutur

akan mempengaruhi peristiwa tutur tersebut. Jika penutur menggunakan

cara yang santai atau main-main akan membuat mitra tuturnyapun akan

santai pula sehingga percakapan tersebut dapat berjalan dengan baik.

(6) I (Instrumentalities) saluran yang digunakan dan dibentuk tuturan yang

dipakai oleh penutur dan mitra tutur. Saluran atau sarana yang dimaksud

dapat berupa saluran lisan dan saluran tulis.

(7) N (Norms) norma-norma yang digunakan dalam interaksi yang sedang

berlangsung. Misalnya sesuatu yang berkaitan dengan cara berinterupsi,

bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap

ujaran dari mitra tutur.

(8) G (Genres) register khusus yang dipakai dalam peristiwa tutur.Genre ini

mengacu pada bentuk penyampain, seperti pidato, puisi, cerita, dan

sebagainya. 21

21
Rusminto, Nurlaksana Eko. 2012. Analisis Wacana Sebuah Kajian Teoritis dan Praktis. Bandarlampung:
Universitas Lampung.59

Anda mungkin juga menyukai