Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PEMBUATAN HERBARIUM

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

Nama : Fathi Nur Rahmansyah (2204014193)

: Iin Melinda Putri (2204015140)

: Neneng Winiati Kamilah (2204015065)

Kelas : C2

Dosen Pengampu : Ibu Rindita, M.Si

S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2023-2024

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700)
untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550)
seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang
mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta
mencatatnya sebagai koleksi ilmiah. Pada awalnya banyak spesimen herbarium
disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan
Gradstein – Herbarium Celebense 39 praktek ini telah berkembang dan menyebar di
Eropa (Ramadhanil, 2003).

Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit
atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung
batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh
habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan,
misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk
spesimen yang berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2004).

Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang
dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang
telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi (Onrizal, 2005).
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan
diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan
tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan tanaman kering untuk keperluan studi
maupun pengertian, tidaklah boleh diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan, pengeringan,
pengawetan, dan dilakukan pembuatan herbarium (Steenis, 2003).

Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen tanaman atau


tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium yang baik selalu
disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi). Serta
dilengkapi keterangan lokasi asal material dan keterangan tumbuhan tersebut untuk
kepentingan penelitian dan identifikasi.
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yag
diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu, sebagai
sumber informai dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus berperan sebagai pusat
penelitian dan pengajaran , juga pusat informasi bagi masyarakat umum. Herbarium
diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah data mentah yang belum diolah.
Masing-masing specimen dapat memberikan bermacam-macam informasi, tergantung
kelengkapan spesimen, data dan asal-usul materialnya. (Balai Taman Nasional Baluran,
2004)
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah
dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan pada
herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang
memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan
pengecekan data secara manual, tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh berberapa
orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak
jauh (Wibobo dan Abdullah, 2007)
Herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif dan
organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai
estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama
pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu
(Subrahmanyam, 2002).

2. Dasar pembuatan

1. Koleksi sampel
 Mengambil seluruh bagian tumbuhan, terutama struktur reproduktif (bunga,
buah dan kuncup) juga kulit batang, daun muda ataupun tua
 Memcatat detail tentang pembuatan berikut habitatnya
 Koleksi secara legal
2. Pembuatan dan Pengawetan
 Press sampel tumbuhan sesegera mungkin setelah di koleksi dan
dibersihkan dari kotoran
 Terdapat herbarium kering dan basah. Pembuatan herbarium kering cukup
dengan menekan sampeldengan karton atau kardus
 Letakkan sampel pada karton atau kertas koran dengan menunjukan seluruh
organ yang memungkinkan
 Pressing : memberikan tekanan yang cukup untuk memastikan sampel
tumbuhan berada di permukaan yang datar dan dapat memperlihatkan
struktur morfologinya selama dikeringkan
 Ukuran alat pressing dapat bervariasi, biasanya berupa karton atau kertas
koran yang disusun seperti sandwich
3. Mounting (penempelan herbarium)
 Menempel sekaligus merangkai sampel tumbuhan yang sudah kering pada
kertas atau karton herbarium
 Pastikan seluruh bagian tumbuhan yang telah diambil terdisplay dengan
baik
 Sisakan ruang pada kertas display untuk label, bisa idbagian atas, bawah
atau pojok
 Rangkailah herbarium dengan memperliatkan seluruh bgian tumbuhan.
Letakkan secara potrait, gunakan lem atau perekat lain untuk menempelkan
4. Pelabelan
 Famili dan nama ilmiah dari tanaman, termasuk author
 Nama kolektor
 Tanggal koleksi
 Lokasi pengambilan sampel
5. Penyimpanan
 Herbarium disimpan diamplop hampa udara
 Letakkan dalam lemari kayu atau besi
 Dapat menggunakan silika gel untuk membuat kondisi tetap kering

3. Tujuan Praktikum

1. Setelah mengikuti praktikum ini di harapkan mahasiswa mampu membuat


herbarium yang baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

i. Clitoria ternatea (Bunga telang)

Bunga telang atau Clitoria ternatea L. merupakan salah satu tanaman


leguminosae yang berasal dari Asia Tropis dan daerah penyebarannya di Indonesia
adalah di Jawa, Sumatera, Maluku, dan Sulawesi. Bunga telang biasanya
dimanfaatkan sebagai obat mata, pengencer dahak bagi penderita asma, atau pewarna
makanan. Selain itu, bunga telang juga memiliki manfaat farmakologis sebagai
antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antiparasit, anti diabetes, dan antikanker yang
mengandung tanin, saponin, fenol, triterpenoid, alkaloid, flobatanin, dan flavonoid.
Bunga telang juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena tingginya nilai
nutrisi yang dikandung. Bunga telang memiliki kandungan protein yang berkisar
antara 18% hingga 25%.
Bunga ini memiliki warna biru muda hingga ungu dan biasanya digunakan
sebagai tanaman hias. Herbarium bunga telang adalah cara untuk mengawetkan
bunga telang agar dapat dipelajari dan diamati lebih lama.

Klasifikasi Clitoria ternatea L sebagai berikut :


Nama Ilmiah : Clitoria ternatea
Nama Daerah : Bunga telang
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Kingdom : Plante (Tumbuhan)
Divisi : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Clitoria
Spesies : Clitoria ternatea
ii. Morfologi

Bunga telang dapat beradaptasi dengan baik pada kisaran tanah berpasir, tahan
terhadap kekeringan dengan curah hujan 500-900 mm, salinitas dan mampu
berkompetisi dengan baik terhadap gulma. Selain itu tanaman ini mampu menutup
tanah dengan baik pada umur 4 – 6 minggu setelah tanam. Tumbuh baik bersama
rumput-rumputan yang tinggi seperti rumput Guinea dan rumput gajah.
Pertumbuhan bunga telang terbaik di bawah sinar matahari penuh. Bunga ini juga
mampu beradaptasi terhadap lahan yang luas. Bunga telang adalah salah satu dari
sebagian kecil kacang polong yang dengan baik dapat menyesuaikan diri pada tanah
liat di daerah lembab. Kebutuhan curah hujan tahunan untuk dapat bertahan
serendah-rendahnya 400 mm. Habitat bunga telang adalah tumbuhan tropika dataran
rendah lembab dan agak lembab.

Bunga telang termasuk tumbuhan monokotil dan mempunyai bunga yang


berwarna biru, putih dan coklat. Bunga ini merupakan bunga berkelamin dua
(hermaphroditus) karena memiliki benang sari (alat kelamin jantan) dan putik (alat
kelamin betina) sehingga sering disebut dengan bunga sempurna atau bunga lengkap.
Daun bunga telang termasuk daun tidak lengkap karena tidak memiliki upih daun,
hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helai daun (lamina). Akar pada
tumbuhan bunga telang termasuk akar tunggang dan warnanya putih kotor. Bagian-
bagian dari akar bunga telang yaitu leher akar (Collum radisi), batang akar atau akar
utama (Corpus radisi), ujung akar (Apeks radisi), serabut akar (Fibrila radicalis).
Biji bunga telang berbentuk seperti ginjal, pada saat masih muda berwarna hijau,
setelah tua bijinya berwarna hitam (Dalimartha, 2008).
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Farmakognosi mengenai PEMBUATAN HERBARIUM dilaksanakan
Pada :

Hari : Senin
Jam : 10.31 – 13.00
Tanggal : 16 Oktober 2023
Tempat : Laboratorium Farmakognosi Kampu C FFS Uhamka

B. Alat dan Bahan


1. Kardus
2. karton
3. Solasi/double tape
4. Gunting/cutter
5. Tali
6. Plastik parcel
7. Bunga telang

C. Prsedur kerja.
1. Siapkan alat dan bahan
2. Bersihkan bunga telang dari kotoran dan debu
3. Semprot dengan alkohol agar mikroba dan jamur tidak mudah tumbuh
4. Tempel bunga telang diatas karton dengan solasi kecil
5. Letakkan karton bunga telang secara berlapis dengan karton atau kardus lain
6. Diamkan dan tunggu hingga benar-benar kering
7. Lakukan pelabelan pada herbarium bunga telang yang telah kering
8. Lapisi karton herbarium dengan plastik parcel dan hias dengan rapi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Evaluasi

Setelah dilakukan tahap mounting (penempelan herbarium) pada hari praktikum,


selanjutnya herbarium disimpan dan dibiarkan hingga mengering. Selama di diamkan perlu
dilakukan pengecekan kepada herbarium secara berkala. Pengecekan herbarium dapat
dilakukan dengan membuka lapisan mounting dan menempelkannya kembali, hal ini
bertujuan untuk memastikan herbarium tidak di tumbuhi mikroorganisme, jamur ataupun
kerusakan (terlepas dari karton, patah, robek dst) serta untuk memastikan herbarium dapat
kering dengan sempurna. Selama penyimpanan, herbarium bunga telang telah kering
sempurna pada hari ke-6 setelah praktikum.

Minggu berikutnya yaitu setelah herbarium kering sempurna, dilakukan tahap


pelabelan, yaitu memberikan keterangan mencakup nama ilmiah bunga telang dan
klasifikasi taksonomi bunga tersebut. Pada karton herbarium yang telah kering juga di
berikan informasi mengenai kegunaan dan manfaat bunga telang bagi kesehatan. Hal ini
sejalan dengan tujuan dibuatnya herbarium tumbuhan ini sendiri yaitu sebagai dokumentasi
yang berguna bagi para peneliti baik dibidang pendidikan maupun pecinta alam.
Pembahasan

Bunga telang (Clitoria ternatea L.) sering disebut juga sebagai butterfly pea atau blue
pea merupakan bunga yang khas dengan kelopak tunggal berwarna ungu, biru, merah muda
(pink) dan putih (Budiasih, 2017). Tanaman bunga telang tumbuh baik pada berbagai
kisaran jenis tanah, toleran terhadap kelebihan hujan maupun kekeringan. Faktor inilah
yang menjadikan bunga telang mudah ditemui di Indonesia dan menyebar ke negara-negara
beriklim tropis dan subtropis (Alnanda et al., 2017). Bunga telang mengandung tanin,
karbohidrat, saponin, triterpenoid, polifenol, flavanol glikosida, protein, alkaloid,
antrakuinon, antosianin, stigmasit 4ena-3,6 dion, minyak volatil dan steroid (Budiasih,
2017).

Herbarium tumbuhan bunga telang (Clitoria ternatea L) merupakan suatu spesimen


dari bahan tumbuhan bunga telang (Clitoria ternatea L ) yang telah dimatikan dan diawetkan
melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan bunga telang
(Clitoria ternatea L). Hal ini sesuai dengan literatur Steenis (2003) yang menyatakan bahwa
Herbarium merupakan suatu specimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan
diawetkan melalui metoda tertentu dandilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan
tersebut.

Kegunaan herbarium tumbuhan bunga telang (Clitoria ternatea L.) secara umum
antara lain : 1. Sebagai pusat referensi 2. Sebagai Lembaga dokumentasi 3. Sebagai pusat
penyimpanan data. 1. Sebagai pusat pusat referensi: merupakan sumber utama untuk
identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis
tumbuhan langka, pencinta alam dan para petugas yang bergerak konservasi alam. 2.
Sebagai Lembaga dokumentasi : merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti
tipe taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain-
lain. 3. Sebagai pusat penyimpanan data: Ahli kimia memanfaatkannya untuk mmempelajari
alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan
sebagainya.

Untuk mendapatkan hasil yang optimum sebaiknya bahan tumbuhan bunga telang
(Clitoria ternatea L.) yang akan diherbariumkan dipres selama satu minggu, dan paling lama
dua minggu untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Hal ini sesuai dengan litertur
Onrizal (2005) yang menyatakan bahwa Herbarium kering, cara keringmenggunakan dua
macam proses yaitu: a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang
tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yngoptimum sebaiknya di
pres dalam waktu dua minggu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium tumbuhan bunga telang


(Clitoria ternatea L.) adalah lama pembuatan herbarium tumbuhan bunga telang (Clitoria
ternatea L.), tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu. Hal ini sesuai dengan
literatur Subrahmanyam (2002) yang menyatakan bahwa herbarium kering yang baik adalah
herbarium yang lengkap organ vegetatif dan organ generatifnya. Selain itu kerapian
herbarium tumbuhan bunga telang (Clitoria ternatea L.) juga akan menentukan nilai
estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium tumbuhan bunga
telang (Clitoria ternatea L.) adalah lama pembuatan herbarium tumbuhan bunga telang
(Clitoria ternatea L.), tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu.

Kesimpulan

Kesimpulan dari pembuatan herbarium pada bunga telang adalah bahwa proses ini
penting untuk dokumentasi dan penelitian keanekaragaman hayati. Herbarium adalah
kumpulan spesimen tumbuhan yang telah dikeringkan, ditempatkan dalam lembaran kertas,
dan dilabeli dengan informasi penting tentang tumbuhan tersebut. Pembuatan herbarium
pada bunga telang memiliki beberapa manfaat:

1. Penyimpanan Data : Herbarium memberikan sarana penyimpanan data yang sangat


baik tentang spesies tumbuhan, termasuk bunga telang. Ini memungkinkan ilmuwan,
peneliti, dan pengamat alam untuk mempelajari karakteristik, penyebaran geografis,
dan variasi genetik dari spesies tersebut.
2. Identifikasi : Herbarium digunakan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan. Bunga
telang memiliki ciri-ciri khusus yang dapat dipelajari melalui herbarium, membantu
dalam proses identifikasi yang akurat.
3. Penelitian Ilmiah : Herbarium merupakan sumber data berharga untuk penelitian
ilmiah. Ini memungkinkan peneliti untuk memahami perubahan ekologi, perubahan
iklim, dan adaptasi tumbuhan selama waktu.
4. Pendidikan dan Pameran : Herbarium juga bisa digunakan untuk keperluan
pendidikan dan pameran. Masyarakat umum dapat belajar tentang keanekaragaman
tumbuhan dan lingkungan alam melalui koleksi ini.

Dengan membuat herbarium bunga telang, kita dapat meningkatkan pemahaman kita
tentang spesies ini, menjaga rekam jejak keanekaragaman hayati serta mendukung
penelitian dan pendidikan di bidang botani dan ekologi.
Daftar Pustaka

Aththorick, T.A, dan Siregar E.S. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Departemen


Biologi FMIPA USU. Medan.

Ananda et al.2017] Ananda, F., Putra, R. D., and Hendrastyo, V. S. (2017).


Kesuksesan implementasi system application product (sap) studi kasus di pt.
semen padang. Jurnal Pundi, 1(1):1–10.

Budiasih, K.S. 2017. Kajian Petonsi Farmakologis Bunga Telang (Clitoria ternatea).
Di dalam: Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan
Literasi Kimia pada Era Global. Prosiding Seminar Nasional Kimia. Ruang
Seminar FMIPA UNY: 14 Oktober 2017. Hal: 201-206.

Balai TamanNasionalBaluran,2004.Pembuatan Herbariumhttp;//balurannationapar


.web.id/Wpcontent/uploads/2011/04/Pembuatan Herbarium FloraDiTaman
NasionalBaluran04FIX.pdf. diakses pada tanggal 14 Juni 2012

Chordia, T., Roll, R. andSubrahmanyam, A., 2002 : Order Imbalance, Liquidity, and
Market Returns,Journal of Financial Economics,No. 65, 111-130.

Ramadhanil. 2003. Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam Menunjang


PenelitianTaksonomi Tumbuhan di Sulawesi. http://unsjournals.com. Diakses
pada tanggal 14 Juni2012.

Setyawan, A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, K dan Susilowati, A. 2005.


Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret. Surakarta Data Dalam Herbarium

Van Steenis, C.G.G.J. 2003. Flora. PT.Pradnya Paramita: Jakarta Subrahmanyam,


N.S. 2002. Laboratory Manual of Plant Taxonomy. University of
Delhi. New Delhi

Wibobo, A Abdulah, W. 2007. Desain Xml Sebagai Mekanisme Petukaran


Data Dalam Herbarium
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai